APLIKASI ANTHROPOMETRI UNTUK PERANCANGAN STASIUN KERJA DI LOBBY PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS X, SURABAYA Suryawirawan Widiyanto Program Studi Teknik Industri, Universitas Ma Chung, Malang Villa Puncak Tidar N-01, Malang 65151, Indonesia E-mail: surya.wirawan@machung.ac.id ABSTRAK Perpustakaan Universitas X, Surabaya, merupakan salah satu perpustakaan terlengkap yang ada di Surabaya. Pengunjung perpustakaan ini tidak hanya dari kalangan civitas akademi Universitas X, tetapi juga berasal dari kalangan umum. Lobby perpustakaan merupakan salah satu bagian dari Perpustakaan Universitas X yang mempunyai tugas untuk melayani peminjaman dan pengembalian buku. Akibat dari banyaknya pengunjung, operator di lobby perpustakaan mempunyai pekerjaan yang cukup padat. Mereka harus melayani sekian banyak pengunjung yang akan meminjam ataupun mengembalikan buku. Selama ini stasiun kerja yang ada kurang mendukung terciptanya lingkungan kerja yang efisien dan ergonomis. Kurangnya keergonomisan suatu lingkungan kerja akan berdampak pada kualitas kesehatan operator. Pada artikel ini akan dicoba melakukan suatu perancangan stasiun kerja yang sesuai dengan anthropometri tubuh manusia. Dengan perancangan stasiun kerja yang baru diharapkan akan meningkatkan kualitas kerja (dala m hal ini akan berkaitan dengan peningkatan kecepatan kerja) dan juga meningkatkan kualitas kesehatan kerja. Kata Kunci: Anthropometri, Ergonomi, Efisiensi PENDAHULUAN Universitas X merupakan salah satu universitas swasta terkemuka di Surabaya. Salah satu fasilitas penunjang untuk kegiatan belajar-mengajar di Universitas X adalah perpustakaan. Pengguna perpustakaan ini tidak hanya dari kalangan pribadi (dalam hal ini civitas akademi Universitas X ) tetapi juga masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan perpustakaan Universitas X merupakan salah satu perpustakaan terlengkap yang ada di Surabaya. Banyaknya peminjam buku di perpustakaan membuat bagian lobby mempunyai pekerjaan yang cukup padat. Isu yang timbul dari pekerjaan ini adalah bagaimana membuat pekerjaan menjadi lebih efektif dengan cara melakukan perancangan stasiun kerja. Isu lainnya adalah terkait dengan perbaikan posisi kerja yang sesuai dengan asas ergonomi sehingga kesehatan kerja akan terjaga. Salah satu cara perbaikan lingkungan kerja adalah dengan menggunakan ilmu anthropometri. Perancangan stasiun kerja yang sesuai dengan asas ergonomi akan mempunyai keuntungan yaitu meningkatkan kecepatan kerja, meningkatkan akurasi kerja, meningkatkan kualitas keselamatan kerja, dan mengurangi kelelahan dan cedera pada penggunanya (Wignjosoebroto, 1995). METODA Istilah Anthropometri berasal dari anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri dapat diartikan sebagai satu studi
yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Wignjosoebroto, 1995). Anthropometri akan menentukan bentuk, ukuran, dan dimensi yang tepat berkaitan dengan stasiun kerja yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk tersebut. Dalam hal ini perancang harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan hasil rancangannya. Pengukuran dimensi tubuh dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna) dikenal dengan nama static anthropometry (Wignjosoebroto, 1995). Sumber: Panero, 1979 Gambar 1. Dimensi Ukuran Tubuh yang Diukur dalam Static Anthropometry Untuk penetapan data anthropometri maka pemakaian distribusi normal akan diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-rata (mean, ) dan simpangan standardnya (standard deviation, x ) dari data yang ada (Bhattacharyya, 1992). Ukuran persentile ini nantinya yang akan digunakan untuk dimensi perancangan sehingga dapat mengakomodasi seluruh pengguna. Tabel 1. Macam Persentile dan Cara Perhitungannya Percentile Perhitungan 1 st 2,325 x 2,5 th 1,96 x 5 th 1,645 x 10 th 1,28 x 50 th 90 th + 1,28 x 95 th + 1,645 x 97,5 th + 1,96 x 99 th + 2,325 x Sumber: Wignjosoebroto, 1995 A-8-2
HASIL DAN PENGAMATAN Untuk melakukan perancangan stasiun kerja, yang pertama kali dilakukan adalah mendata kegitan apa saja yang dilakukan operator selama berada di lobby perpustakaan. Berikut disajikan aktivitas yang dilakukan operator selama bekerja di lingkungan yang akan diperbaiki: 1. Menerima buku dari peminjam 2. Memasukkan data buku ke dalam komputer 3. Mengambil struk peminjaman (atau pengembalian) dan menyerahkan ke peminjam 4. Men-scan buku yang dipinjam (atau dikembalikan) ke mesin yang disediakan 5. Memberikan buku ke peminjam / meletakkan buku ke rak sementara untuk buku yang dikembalikan Berdasarkan aktivitas-aktivitas yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alat kerja yang harus ada di sekitar lingkungan operator adalah sebagai berikut : 1. Monitor komputer 2. Keyboard dan Mouse 3. Printer 4. Alat scan buku 5. Meja Pengembalian 6. Rak sementara untuk meletakkan buku-buku yang akan dikembalikan Berikut disajikan gambar-gambar posisi dan stasiun kerja mula-mula di lobby perpustakaan Universitas X, Surabaya. Gambar 2. Menerima Pengunjung yang akan Meminjam (atau Mengembalikan) Buku Gambar 3. Men-scan Buku yang akan Dipinjam (atau dikembalikan) A-8-3
Gambar 4. Meletakkan Buku yang Sudah Dikembalikan ke Rak Sementara Alat kerja beserta data-data ukuran yang digunakan dirancang berdasarkan anthropometri gabungan antara pria dan wanita secara umum yang didapatkan dari Laboratorium Work Design and Ergonomics yang terletak di Universitas Surabaya, Surabaya. Berikut disajikan ukuran-ukuran benda kerja beserta dimensi-dimensi tubuh manusia yang digunakan sebagai pertimbangan ukuran: 1. Tinggi meja operator Tinggi meja operator dirancang dengan menggunakan dimensi ukuran tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) dan dimensi ukuran tinggi bagian belakang paha dalam posisi duduk. Besarnya mean dan standar deviasi dimensi ukuran tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus) adalah 25,43 cm dan 5,98 cm. Sedangkan besarnya mean dan standar deviasi untuk dimensi ukuran tinggi bagian belakang paha dalam posisi duduk adalah 44,04 cm dan 3,82 cm. Persentile yang digunakan adalah persentile 95% sehingga ukuran yang digunakan dapat mewakili 95% populasi (dengan mempertimbangkan dapat digunakannya penyangga kaki untuk kaki orang yang panjang kakinya di bawah rata-rata agar tidak menggantung). Jadi untuk tinggi meja operator didapatkan ukuran 85 cm. 2. Lebar meja untuk meletakkan keyboard komputer Lebar meja untuk menaruh keyboard komputer dirancang dengan mempertimbangkan ukuran keyboard-keyboard yang ada di pasaran saat ini. Oleh sebab itu diambil keyboard yang biasanya digunakan yaitu keyboard dengan merk Logitech Black Easy. Alasan pemilihan keyboard ini adalah karena keyboard Logitech Black Easy sudah terdapat wrist rest sehingga dapat mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan akibat mengetik terlalu lama. Jadi ukuran lebar meja untuk menaruh keyboard ini adalah 35 cm. 3. Jangkauan operator untuk mengambil / mengembalikan buku ke peminjam Jangkauan untuk operator dirancang dengan menggunakan dimensi ukuran panjang jangkauan tangan ke depan dari bahu sampai dengan kepalan tangan. Besarnya mean dan standar deviasi dimensi ini adalah 62,82 cm dan 6,08 cm. Persentile yang digunakan adalah 5% sehingga orang yang mempunyai tangan di bawah rata-rata dapat menjangkau / mengembalikan buku dengan mudah. Jadi besarnya jangkauan ini adalah 47 cm dengan mempertimbangkan bahwa operator tidak selalu duduk rapat dengan meja. 4. Tinggi meja pengembalian buku diukur dari meja operator Tinggi meja pengembalian buku didapatkan dengan menghitung menggunakan rumus pythagoras antara jangkauan untuk operator dan lebar meja untuk meletakkan keyboard. Ukuran tinggi meja pengembalian buku diukur dari meja operator adalah A-8-4
sebesar 27 cm. Jadi tinggi meja pengembalian secara keseluruhan adalah sebesar 112 cm. Tinggi meja secara keseluruhan tidak diukur berdasarkan anthropometri, dengan mempertimbangkan alasan bahwa peminjam buku tidak melakukan kegiatan ini secara repetitive sehingga tidak diperlukan suatu ukuran yang ergonomis. Hasil yang didapat pun ternyata juga masih dapat ditolerir ukurannya. 5. Lebar meja Lebar meja dirancang dengan mempertimbangkan kebutuhan space untuk monitor komputer dan printer. Dalam hal ini kami menggunakan ukuran monitor komputer merk LG Flatron 15 dan printer Epson LX-300+II. Alasan pemilihan Epson LX- 300+II adalah karena dimensi printer tersebut (366x275x159 mm) tidak jauh beda dengan yang sekarang digunakan di lobby perpustakaan. Seandainya perpustakaan ingin memperbaharui fasilitas printer, maka disarankan mengganti dengan Epson LX-300+II karena mempunyai kecepatan print yang cukup cepat (bila dibandingkan dengan printer-printer dengan harga sejenis dan printer yang ada di lobby perpustakaan sekarang) sehingga dapat mempercepat pelayanan lobby perpustakaan. Ukuran lebar meja yang digunakan adalah sebesar 55 cm. Pada bagian meja terdapat lubang agar monitor dapat diletakkan sedikit miring sehingga dapat menghemat tempat. Sudut yang terbentuk antara monitor dan mata operator pun menjadi lebih ergonomis (± 20 0 ) 6. Tinggi rak buku Rak buku dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diletakkan di bawah meja operator. Hal ini dimaksudkan agar operator dapat dengan mudah mudah meletakkan buku yang dikembalikan ke rak tersebut. Apabila tiba waktunya buku dikembalikan ke rak perpustakaan semula, maka hal yang perlu dilakukan adalah dengan menarik rak buku tersebut keluar lobby untuk dikembalikan ke rak semula. Ukuran rak-rak yang ada adalah sebesar 24 cm dengan mempertimbangkan sebagian besar buku perpustakaan yang ada panjangnya kurang atau sama dengan 24 cm. Dalam hal ini buku dapat diletakkan berdiri berjajar pada rak tersebut. Apabila ada buku yang panjangnya lebih dari 24 cm dapat diletakkan secara tidur pada rak tersebut. Hal ini dilakukan agar nantinya dapat mempermudah pengembalian buku ke rak-rak perpustakaan semula. 7. Space Requirement untuk operator dan peletakkan alat-alat yang diperlukan Space requirement yang dibutuhkan untuk operator ini adalah sebesar 80 cm. Hal ini dengan mempertimbangkan besarnya keyboard, monitor, dan peralatan lainnya. Alat scan diletakkan di kiri dengan jarak 45 cm dengan mempertimbangkan jangkauan tangan manusia (dime nsi dan persentile yang digunakan sama dengan untuk menentukan jangkauan operator untuk mengambil / mengembalikan buku ke peminjam). Printer diletakkan di sebelah kanan operator dengan posisi miring sehingga jarak jangkauan operator sebesar 45 cm. Peletakkan alat-alat ini dimaksudkan agar operator dapat mengerjakan dua tugasnya sekaligus (men -scan buku dan mengambil nota peminjaman / pengembalian) sehingga dapat mempercepat waktu pelayanan. Untuk kursi, tidak perlu dilakukan perbaikan. Hal ini karena kursi sudah dapat disesuaikan tingginya dengan tinggi meja sehingga dapat dengan nyaman digunakan (disesuaikan dengan pengguna). Satu hal yang perlu ditambahkan di kursi adalah adanya elbow rest yang dapat disesuaikan tinggi dan letaknya. A-8-5
45 cm 80 cm 44 cm Gambar 5. Perancangan Stasiun Kerja Usulan KESIMPULAN Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu dari sekian banyak cara untuk meningkatkan kualitas kerja, entah itu dalam hal kecepatan, ataupun dalam hal kualitas keamanan dan kesehatan dalam melakukan pekerjaan tersebut. Dengan adanya perbaikan lingkungan kerja di lobby perpustakaan Universitas X, Surabaya, maka diharapkan akan terjadi peningkatan dalam hal kualitas pelayanan (kecepatan waktu pelayanan), dengan tetap memperhatikan kesehatan pekerja. (operator). Dengan meningkatnya kualitas pelayanan maka tingkat kepuasan konsumen pun akan meningkat. DAFTAR PUSTAKA Bhattacharyya, G.K. 1992. Statistics Principles and Methods (2 nd Edition). United States of America : John Willey & Sons, Inc. Bridger, R. 2003. Introduction to Ergonomics, 2 nd Edition. London : Taylor & Francis. Grandjean, E. 1997. Fitting The Task To The Human, 5 th Edition:A Textbook of Occupational Ergonomics. London : Taylor and Francis Ltd. Panero, J. & Zelnik M.A. 1979. Human Dimension and Interior Space. New York: Whitney Library of Design. Wignjosoebroto, S. 1995. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta:PT. Guna Widya. A-8-6