Perancangan Produk Tongkat Manusia Berkebutuhan Khusus Ergonomis

Transkripsi

1 Perancangan Produk Tongkat Manusia Berkebutuhan Khusus Ergonomis Hery Murnawan *1), Wiwin Widiasih *2) 1,2) Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Jl. Semolowaru No 45 Surabaya, 60118, Indonesia ABSTRAK Manusia yang mempunyai kebutuhan khusus dalam melakukan aktivitas sehari-hari selalu membutuhkan alat bantu. Alat bantu tersebut berupa tongkat (kruk) sebagai penopang saat berjalan. Tongkat (kruk) sebagai alat bantu jalan yang biasa dipakai ada atau dijual di pasaran pada umumnya mempunyai panjang cm. Dengan melihat kondisi tongkat yang panjang tersebut sangat mengganggu saat dibawa pengguna bermobilitas dengan sepeda motor atau mobil. Untuk memberikan kemudahan pada manusia yang mempunyai kebutuhan khusus dalam membawa tongkat sebagai alat bantu jalan tersebut maka perlu dibuat rancangan tongkat ergonomis dengan mempertimbangkan aspek anthropometri tubuh manusia pada umumnya. Tongkat ergonomis yang dirancang adalah tongkat yang mulanya panjang 140 cm 160 cm, kemudian dilipat menjadi 3 bagian sehingga menjadikan panjang tongkat menjadi 60 cm 70 cm saja. Tongkat ini akan lebih efektif dan efisien saat dibawa mobilitas dengan motor atau dengan mobil. Kata kunci: perancangan produk, tongkat berkebutuhan khusus, ergonomis 1. Pendahuluan Ergonomi atau ergonomics (dalam bahasa Inggris) merupakan kata yang berasal dari Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum (Wignjosoebroto, 2006). Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi dan produk-produknya sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Manusia disfabel atau disabilitas merupakan manusia yang mempunyai keterbatasan dalam melakukan aktivitas dan pembatasan partisipasi. Keterbatasan itu disebabkan adanya sebuah masalah pada fungsi anggota atau bagian tubuh yang tidak berfungsi secara normal. Manusia disfabel selalu membutuhkan bantuan peralatan agar dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari secara normal. Manusia disfabel tentu akan membutuhkan peralatan bantu sesuai dengan kebutuhannya yaitu alat bantu yang dipakai untuk membantu keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya. Keterbatasan manusia dalam melakukan aktivitasnya terutama dalam melakukan gerakan kaki saat berjalan, maka diperlukan alat bantu jalan. Masing-masing alat bantu jalan memiliki fungsi peng-gunaan dan cara pemakaian yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk menentukan pengunaan alat bantu jalan, antara lain kemampuan pasien untuk melangkah dengan satu/kedua kaki, keseimbangan pasien dengan satu kaki/kedua kaki dan kemampuan mempertahankan tubuh dalam posisi berdiri. Adapun beberapa jenis-jenis alat bantu jalan antara lain kruk, walker, kursi roda, tripod/quadripod, dan stick (tongkat). Salah satu alat bantu jalan yang sering digunakan adalah jenis kruk karena jenis ini mampu menahan beban tubuh secara seimbang dan dapat melatih otot kaki agar tetap regang. Pada dasarnya kruk dibagi dua yaitu kruk axilla dan kruk nonaxilla. Kruk nonaxilla dapat mentransfer 40-50% berat badan, sedangkan kruk axilla dapat mentransfer sampai 80% berat badan. Hal ini membuat kruk axilla lebih baik dalam menopang berat bahan, sehingga kruk 86

2 axilla ini lebih banyak dipakai oleh manusia yang mempunyai kebutuhan khusus dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari (Rahmi, 2013). Kruk axilla memiliki dua bidang tegak lurus yaitu penopang bahu dan pegangan tangan. Kruk axilla ini tersedia dalam berbagai ukuran berbeda. Extension crutch pada kruk merupakan tambahan agar panjang kruk dapat disesuaikan, sehingga berguna pada anak-anak yang dalam proses pertumbuhan agar dapat disesuaikan dengan perubahan tinggi anak. Selain itu berguna di rumah sakit agar dapat digunakan oleh banyak orang. Kruk ortho memiliki penyangga bahu yang berkontur dan pegangan tangan yang dapat disesuaikan, sehingga lebih nyaman dalam penggunaannya (Rahmi, 2013). Kruk axilla sebagai alat bantu bagi manusia berkebutuhan khusus (disfabel) sangat membantu dalam melakukan aktifitasnya. Kruk axilla yang panjangnya cm tentu kurang baik dan efisien saat dipakai mobilitas bagi manusia berkebutuhan khusus dengan menggunakan kendaraan baik motor mupun mobil. Perancangan produk ini dilakukan untuk mendapatkan produk kruk axilla yang efisien dan ergonomis saat digunakan mobilitas oleh manusia berkebutuhan khusus yaitu produk kruk axilla yang dapat dilipat sehingga mudah dan efisien saat dibawa mobilitas dengan kendaraan bermotor baik motor maupun mobil. Perancangan produk kruk ini dilakukan dengan mengukur tinggi bahu saat berdiri tegak pada 50 orang sebagai populasinya. Dalam perancangan ini akan digunakan tes keseragaman data dan percentile 5% untuk tinggi dari kruk. 2. Metode Penelitian ini melakukan langkah pengerjaan sebagaimana tergambar pada metodologi penelitian sebagai berikut. Metodologi penelitian merupakan langkah atau urutan dan dijadikan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Pada Gambar 1 merupakan bagan alur pengerjaan penelitian ini. Langkah pertama yang dilakukan yaitu melakukan identifikasi dan perumusan masalah. Dalam hal ini kaitan masalah adalah kurang ergonomisnya tongkat atau kruk pada manusia disfabel (cacat) ketika dibawa bepergian. Kemudian dilakukan perancangan dan pengembangan produk untuk solusi produk tongkat atau kruk pada manusia disfabel (cacat). Data yang dibutuhkan dalam perangan produk kruk ini yaitu data anthropometri manusia dewasa normal. Selanjutnya dilakukan pengukuran data dan dilakukan pengujian terhadap keseragaman data. Tahap berikutnya yaitu perhitungan percentile dalam distribusi normal. Dalam hal ini digunakan ukuran percentile 5%. Setelah 87

3 melalui proses perancangan ukuran atau desain produk selanjutnya dilakukan pembuatan produk dimana langkah pertama adalan mengindentifikasi struktur produk atau bill of material (BOM). 3. Hasil dan Pembahasan Gambar 1. Anthropometri Keterangan 1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala). 2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak. Data pengukuran tinggi bahu saat berdiri tegak pada 50 populasi adalah sebagai berikut : Tabel 1. Data Pengukuran Tinggi Bahu Berdiri Tegak (cm) Data pengukuran diatas akan dihitung nilai rata rata dan simpangan standarnya. Nilai Rata-rata = = 144,5 Cm Simpangan Standar = 6,9 Dari hasil pengukuran tubuh 50 populasi diperoleh data yang berdistribusi normal dengan tinggi rata-rata 144,5 cm dan standart deviasi 6,9 cm. Dari hasil nilai rata rata dan simpangan standar, maka keseragaman data adalah sebagai berikut : Batas Kontrol Atas = = 144,5 + 1,645 (6,9) = 155,9 Cm Batas Kontrol bawah = = 144,5-1,645 (6,9) = 133 Cm 88

4 155,9 144,5 133,0 Gambar 2. Tes Keseragaman data Tinggi Bahu Berdiri Tegak Tabel 2. Macam Percentile dan Cara Perhitungan Dalam Distribusi Normal Precentile Perhitungan 1 st th th th th 90 th th th th Perancangan kruk axilla ini mengunakan perancangan minor yaitu menggunakan ukuran yang minimum dengan menggunakan persentil sebesar 5 th atau 5%. Ukuran kruk axilla mengunakan persentil 5% adalah sebagai berikut : 5 th = th = 144, th = cm Perancangan kruk axilla mempunyai panjang minimum 133 cm, sedangkan bagian bawah kruk axilla mempunyai pipa penyanggah sepanjang 28 cm yang dapat dinaikkan setiap 2 cm dengan menggunakan pen peengunci, sehingga bila pipa bagian bawah ditarik seluruhnya maka panjang kruk axilla menjadi 158 cm. Pada rancangan ini tinggi kruk minimum 133 cm dapat dilipat menjadi tiga bagian sehingga panjang kruk axilla setelah dilipat menjadi 60 cm. 89

5 Gambar 3. Produk sebelum dan setelah dikembangkan Bill Of Material Tabel 2. Struktur Produk Part Description Quantity 1 Penyangga bahu 1 2 Tiang penyangga 2 3 Pelipat 4 4 Post atau Support 2 5 Penyangga bawah 1 6 Alas karet 1 Konsepsional rancangan ini mengedepankan beberapa aspek, salah satunya yaitu aspek fungsi dan desain. Dengan mengubah bentuk kruk yang dapat dilipat, maka akan menambah aspek fungsinya. Hal ini bertujuan untuk mempermudah penyimpanan dan proses pembawaan produk. Dengan adanya desain yang demikian maka diharapkan para pengguna tongkat (kruk) ini tidak kesusahan dalam menyimpan dan membawa kemanapun alat tersebut. Hal ini juga dapat meningkatkan efisiensi penyimpanan produk, karena mengingat penyimpanan produk yang banyak memakan tempat serta sulit untuk dibawa. Aspek Harga juga sangat dikedepankan dalam perancangan alat ini, diharapkan perancangan produk ini dapat membuat produk ini dapat lebih terjangkau sehingga dapat diterima di masyarakat dengan tidak mengeluarkan banyak biaya. 90

6 133 cm 158 cm 28 cm Gambar 4. Desain Produk a b c Gambar 5. Rancangan Desain Produk : a) Posisi Kruk Berdiri b)posisi Kruk Dilipat Menjadi 2 c)posisi Kruk Dilipat Menjadi 3 91

7 a Gambar 6. Produk Saat Digunakan : a) Keadaan Berdiri b) Keadaan Mobilitas 4. Simpulan Pada penelitian ini telah dirancang dan dikembangkan produk inovatif untuk manusia berkebutuhan khusus (disfabel/cacat). Produk eksisting telah memiliki kekurangan antara lain kurang bisa fleksibel ketika dibawa pengguna berkendara motor. Dengan mempertimbangkan dimensi tubuh manusia pada umumnya dengan anthropometri dibuatlah rancangan produk. Produk yang dihasilkan telah fleksibel dimana telah melakukan inovasi dengan melipat tongkat (kruk) menjadi tiga bagian sehingga menjadi cm saja. Daftar Pustaka Ginting, Rosnani. (2010). Perancangan Produk. Graha Ilmu: Yogyakarta. Rahmi, Ghina. (2013). Kruk (Alat Bantu Jalan). Terakhir diakses pada 12 Maret 2016 pukul 13:05 tersedia online di Ulrich, Karl T., dan Eppinger, Steven D. (2001). Perancangan dan Pengembangan Produk. Salemba Teknika: Jakarta. Wignjosoebroto, Sritomo. (2006). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Guna Widya: Surabaya. b 92