AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN

dokumen-dokumen yang mirip
PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

BAB I PENDAHULUAN. sarana atau alat komunikasi perusahaan dengan pihak-pihak lain.

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI

Catatan 31 Maret Maret 2010

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

JUMLAH AKTIVA

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

Pendahuluan. Definisi Pajak Kini dan Pajak Tangguhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

PPh terutang, Pajak penghasilan yang dihitung berbasis penghasilan kena pajak yang sesungguhnya dibayar kepada pemerintah, Beban Pajak Penghasilan Paj

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN. Catatan 2009*) Kas dan setara kas 2d,

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. pajak ini dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. diperolehnya dalam tahun pajak.

AKUNTANSI PERPAJAKAN. PSAK 46 : Standar Akuntansi atas PPh

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

Laporan Keuangan. Laporan Laba/ Rugi. Laporan Perubahan Modal. Neraca. Laporan Arus Kas

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang akan

PSAK 46 AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN REVISI 2014

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA LATIHAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh : Purno Murtopo, S.E., M.Si.

b) transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian lain pada periode berjalan yang diakui pada laporan keuangan perusahaan.

PT SARASA NUGRAHA Tbk NERACA Per 31 Desember 2004 dan 2003 (Dalam Ribuan Rupiah, Kecuali Data Saham)

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

BAB II TELAAH PUSTAKA. dikenakan atas laba kena pajak perusahaan. yang diterima atau yang diperolehnya dalam tahun pajak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ACCOUNTING FOR INCOME TAX

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

P.T. SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 30 JUNI 2008 DAN 2007

KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN NERACA DAN LABA RUGI CV IRSA TAHUN 2003 SESUAI UU PERPAJAKAN

Komponen Laporan Keuangan Lengkap Beserta Contoh dan Penjelasan

1,111,984, ,724,096 Persediaan 12 8,546,596, f, ,137, ,402,286 2h, 9 3,134,250,000 24,564,101,900

BAB II LANDASAN TEORI

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

L2

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutang dan yang telah dibayar sebagai mana telah ditentukan dalam

PT ASTRA GRAPHIA Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Pengakuan, Pengukuran, dan Penyajian Pajak Tangguhan. beserta Akun-akun Lainnya pada Laporan Keuangan PT UG

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

BAB I PENDAHULUAN. Setiap entitas memiliki kewajiban untuk membayar pajak kepada negara sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

BAB II TELAAH PUSTAKA. Jendral Pajak dalam perhitungan laba fiskal. lebih lanjut oleh PSAK 46 (2002:4), yaitu:

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II BAHAN RUJUKAN

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PT. BPRS PUDUARTA INSANI NERACA 31 DESEMBER 2014 dan 2013

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL DAN FISKAL. Amanita Novi Yushita

Laporan Keuangan Konsolidasi : Dengan Metode Ekuitas

MANAJEMEN PERPAJAKAN

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

MODUL 5 JURNAL PENYESUAIAN PENCATATAN TRANSAKSI - PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN. Jurnal Buku Besar Neraca Laporan Saldo Keuangan

PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak menarik perhatian adalah book-tax differences yaitu perbedaan

MODUL 5 JURNAL PENYESUAIAN PENCATATAN TRANSAKSI - PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN. JURNAL BUKU BESAR NERACA LAPORAN SALDO KEUANGAN

- 6 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN IURAN PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

PT Argo Pantes Tbk dan Anak Perusahaan Neraca Konsolidasi Per tanggal 31 Desember 2007, 2006, dan

MENYIKAPI PERBEDAAN LABA MENURUT PSAK DAN FISKAL : PERLUKAH DIBUAT PEMBUKUAN GANDA?

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

BAB IV. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GUDANG GARAM Tbk. modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Hal ini berarti bahwa

Neraca 1. Perhitungan Hasil Usaha 2. Laporan Perubahan Ekuitas 3. Laporan Arus Kas 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

AKTIVA LANCAR Kas dan setara kas 2c,2e,4, Penyertaan sementara 2c,2f,

By Afifudin PSP FE Unisma 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MULTIPLE CHOICE AKUNTANSI KEUANGAN

PT ASTRA GRAPHIA Tbk

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-06/PM/2000 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN NOMOR VIII.G.7 TENTANG PEDOMAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 JUNI 2010 DAN 2009 (MATA UANG INDONESIA)

LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI PT ANGKASA PURA II (PERSERO)

AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (Intangible Fixed Assets)

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

BAB III GAMBARAN UMUM ATAS PT MMS. Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan obyek pajak penghasilan. Jumlah Laba Kena Pajak (SPT) dihitung berdasar ketentuan dan Undang undang yang berlaku dalam tahun fiskal yang bersangkutan Jumlah Laba Akuntansi (Lap. Rugi/Laba) ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim. Perbedaan ini berakibat adanya perbedaan jumlah Pajak Penghasilan yang diperhitungkan (menurut laba akuntansi) dengan jumlah Pajak Penghasilan yang Terhutang (menurut SPT). Sehingga masalah yang timbul dalam akuntansi adalah : # Bagaimana mengakui dan mencatat perbedaan tersebut dalam rekening pembukuan serta menyajikan pengaruhnya dalam Laporan Keuangan. # Perlakuan Akuntansi Terhadap Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan.oleh karena itu Pajak Penghasilan harus diasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan atau diperhitungkan. Proses untuk mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan laba dimana pajak itu dikenakan disebut Alokasi Pajak. Karena tarif Pajak Penghasilan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka diperlukan suatu metode alokasi agar diperoleh kepastian dan perlakuan yang konsisten terhadap pajak penghasilan tersebut beserta penyajiannya dalam Laporan Keuangan. Pada dasarnya terdapat 3 alternatif metode alokasi pajak yang bisa dipakai, yaitu : 1. Deferred Method Menurut metode ini, selisih jumlah Pajak Penghasilan Terhutang (berdasar SPT) dengan Biaya Pajak Penghasilan (berdasar laba akuntansi) dalam suatu periode harus dicatat dan disajikan dalam Laporan Keuangan sebagai Pajak yang Ditangguhkan. Jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasar tarif pajak yang berlaku pada saat terjadinya transaksi atau item yang menyebabkan terjadinya perbedaan atau selisih antara laba kena pajak dan laba akuntansinya. Deffered Method berorientasi pada Laporan Rugi Laba dan menitik beratkan pada tercapainya proper matching antara pendapatan dan biaya dalam periode di mana selisih perhitungan pajak terjadi. 2. Liability Method Menurut metode ini jumlah Pajak yang Ditangguhkan ditentukan berdasar tarif pajak yang diharapkan akan berlaku dalam periode di mana selisih pajak akan dikompensasikan. Perhitungan Pajak yang Ditangguhkan bersifat tentatif yang selalu memerlukan penyesuaian pada setiap kali terjadi perubahan tarif pajak penghasilan. Menurut liability method, Pajak yang Ditangguhkan harus dipandang sebagai kewajiban ekonomis untuk Pajak yang Terhutang atau sebagai aktiva untuk Pajak yang Dibayar Dimuka. 3. Net of Tax Method Halaman 1 dari 8 halaman

Menurut metode ini, melaporkan Pajak yang Ditangguhkan dalam neraca tidak dibenarkan karena Biaya Pajak Penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan Rugi Laba harus sama dengan jumlah Pajak Penghasilan Terhutang atau pajak yang harus dibayar untuk periode yang bersangkutan. Selisih yang terjadi karena adanya perbedaan laba kena pajak dan laba akuntansi tidak dibukukan dalam suatu rekening tersendiri, tetapi ditambahkan atau dikurangkan kepada aktiva atau hutang tertentu serta unsur pendapatan atau biaya yang bersangkutan. Prinsip Prinsip Alokasi Pajak Pada dasarnya Alokasi Pajak Penghasilan bagi perusahaan sebagai wajib pajak bisa mencakup dua hal : 1. Interperiod Allocation Yaitu proses alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu dengan periode-periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan terhadap jumlah laba kena pajak dan laba akuntansi. 2. Intraperiod Allocation Yaitu proses alokasi pajak penghasilan dalam suatu periode akuntansi karena adanya perbedaan tarif pajak yang dikenakan terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan (Misal : tarif pajak untuk laba sebelum pos luar biasa berbeda dengan tarif pajak untuk laba atau rugi luar biasa.) Karena Undang-Undang Perpajakan di Indonesia tidak mengenal diskriminasi tarif yang diberlakukan terhadap tiap-tiap komponen laba atau pendapatan, maka masalah Intraperiod Allocation praktis tidak pernah dijumpai, sehingga pembahasan lebih dititikberatkan pada masalah Interperiod Allocation. Alokasi Pajak Penghasilan Antar Periode Tahun Buku (Interperiod Allocation) CONTOH KASUS Pada tanggal 1 Januari 2007 sebuah perusahaan membeli sebuah villa berikut tanahnya dengan harga Rp 90.000.000,- Sebesar Rp 15.000.000,- diantaranya merupakan harga tanahnya. Menurut ketentuan perpajakan, bangunan villa harus disusut berdasar metode garis lurus dengan taksiran umur 20 tahun. Sementara kebijakan akuntansi pada perusahaan tersebut menetapkan bahwa bangunan villa disusut berdasar metode garis lurus dengan taksiran umur 10 tahun. Apabila perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp 10.000.000,- dengan biaya operasi (tidak termasuk biaya depresiasi) sebesar Rp 1.000.000,- setiap tahun selama 20 tahun, sedang tarif pajak yang berlaku untuk tingkat laba yang dihasilkan perusahaan pada saat itu sebesar 40 %, maka perhitungan jumlah pajak penghasilan setiap tahun selama 20 tahun adl sbb : Keterangan Masa 10 tahun pertama Masa 10 tahun berikutnya SPT Akuntansi SPT Akuntansi Pendapatan 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 Biaya Usaha 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 Biaya Depresiasi 3.750.000 7.500.000 3.750.000 - Laba Kena Pajak 5.250.000 1.500.000 5.250.000 9.000.000 Pajak Penghasilan 2.100.000 600.000 2.100.000 3.600.000 Tanpa alokasi pajak penghasilan, maka besarnya pajak penghasilan yang harus disajikan dalam laporan Rugi/Laba akan sama jumlahnya dengan Pajak yang Terutang menurut kantor Pajak (dalam SPT), yaitu sebesar Rp 2.100.000,- per tahun, yang berlangsung selama 20 tahun. Halaman 2 dari 8 halaman

Dengan demikian, Laporan Rugi Laba perusahaan akan tampak sebagai berikut : Laporan Rugi Laba Partial (Tanpa Alokasi Pajak Antar Periode) Masa 10 tahun Pertama Masa 10 Tahun Berikutnya Pendapatan 10.000.000 10.000.000 Biaya Usaha ( 1.000.000) ( 1.000.000) Depresiasi Bangunan ( 7.500.000) - Laba sebelum PPh 1.500.000 9.000.000 Pajak Penghasilan ( 2.100.000) ( 2.100.000) Laba (Rugi) Bersih ( 600.000) 6.900.000 Pada tahun buku 2007 Pajak Penghasilan dicatat dengan jurnal : Pajak Penghasilan Rp 2.100.000,- - Hutang Pajak Penghasilan - Rp 2.100.000,- Perbedaan tarif depresiasi bangunan villa tersebut mengakibatkan Laporan Rugi-Laba untuk masa 10 tahun pertama menunjukkan adanya kerugian sebesar Rp 600.000,- per tahun, dan tarif pajak efektif sebesar 140 % dari Laba sebelum Pajak. Sedangkan untuk 10 tahun berikutnya, di mana biaya depresiasi tidak lagi diperhitungkan, tarif pajak efektifnya menjadi sebesar 23 % dari Laba sebelum pajak. Alasan Perlunya Alokasi Pajak Tanpa Alokasi Pajak, Laporan Perhitungan Rugi Laba untuk Perusahaan tersebut tidak menunjukkan jumlah yang realistis jika dibandingkan dengan laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini disebabkan Biaya Depresiasi untuk tujuan akuntansi diperhitungkan atas dasar taksiran umur bangunan selama 10 tahun, sedang untuk perhitungan pajak penghasilan ditetapkan umur bangunan adalah 20 tahun. Sebagai akibatnya, Pajak Penghasilan dilaporkan (dalam Laporan Rugi Laba) tidak sesuai dengan Laba Kena Pajaknya. Oleh karena itu perlu diadakan alokasi pajak antar periode agar Pajak Penghasilan menunjukkan korelasinya dengan laba yang diperoleh perusahaan, sehingga apliksi prosedur alokasi pajak Pada Laporan Perhitungan Rugi Laba perusahaan setiap tahunnya selama 20 tahun sbb : Laporan Rugi Laba Partial (Dengan Alokasi Pajak Antar Periode) Masa 10 tahun pertama Masa 10 tahun Berikutnya Pendapatan 10.000.000 10.000.000 Biaya Usaha ( 1.000.000) ( 1.000.000) Depresiasi Bangunan ( 7.500.000) - Laba sebelum Pajak 1.500.000 9.000.000 Pajak Penghasilan 40 % ( 600.000) ( 3.600.000) Laba Bersih 900.000 5.400.000 Dengan alokasi pajak antar periode tidak berarti jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan tiap tahunnya menjadi berbeda. Pada dasarnya perusahaan tetap diwajibkan membayar pajak Penghasilan sebesar Rp 2.100.000,- setiap tahun selama 20 tahun. Halaman 3 dari 8 halaman

Perbandingan kedua prosedur tersebut dilihat dari segi pengaruhnya terhadap pajak penghasilan yang dilaporkan dalapm Laporan Rugi Laba adalah sbb : Jumlah Pajak Penghasilan Keterangan Disajikan dalam Laporan Rugi - Laba Dibayarkan Tanpa Aloksi Dengan Alokasi Masa 10 tahun Pertama : 1. Jumlah per-tahun 2.100.000 2.100.000 600.000 2. Jumlah selama 10 tahun 21.000.000 21.000.000 6.000.000 Masa 10 tahun Berikutnya : 1. Jumlah per-tahun 2.100.000 2.100.000 3.600.000 2. Jumlah selama 10 tahun 21.000.000 21.000.000 36.000.000 TOTAL (20 tahun) 42.000.000 42.000.000 42.000.000 Prosedur Pembukuan Alokasi Pajak Antar Periode MISAL : Perusahaan melakukan setoran pajak penghasilan setiap bulan sebesar Rp 125.000,- dimulai pada bulan Januari 1997. Dengan demikian, sampai dengan akhir bulan Desember 1997 Pajak Penghasilan yang sudah disetor sebesar Rp 1.375.000,- (Rp 125.000 x 11 bulan Setoran pajak dalam bulan tertentu diperlakukan sebagai angsuran pajak untuk bulan sebelumnya Januari 1997 untuk Desember 1996, Februari 1997 untuk Januari 1997, dst) Apabila Pajak Penghasilan yang Terhutang untuk tahun 1997 sebesar Rp 2.100.000,- dan Pajak Penghasilan yang diperhitungkan dari laba akuntansinya sebesar Rp 600.000,- maka jurnal yang dibuat untuk tahun 1997 adalah sbb : 1. Mencatat setoran Pajak Penghasilan bulanan (Februari Desember 1997) Uang muka Pajak Penghasilan Rp 125.000,- - Kas - Rp 125.000,- 2. Mencatat Pajak Penghasilan yang diperhitungkan untuk tahun 1997 Pajak Penghasilan Rp 600.000,- - Hutang Pajak Penghasilan - Rp 600.000,- 3. Mencatat perhitungan penyelesaian Uang Muka Pajak Penghasilan Terutang menurut SPT tahunan pada tahun 1997 Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan Rp 1.500.000,- - Uang Muka Pajak Penghasilan - Rp 1.375.000,- Hutang Pajak Penghasilan - Rp 125.000,- Dalam Buku Besar perusahaan, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan tampak sbb : Halaman 4 dari 8 halaman

Pajak Penghasilan Ditangguhkan Tanggal Uraian No. Bukti Debet Kredit Saldo 31/12/1997 - - 1.500.000-1.500.000 31/12/1998 - - 1.500.000-3.000.000 d s t 31/12/2006 - - 1.500.000-15.000.000 Pada akhir tahun 1997 rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan bersaldo debet sebesar Rp 1.500.000,- yang akan disajikan dalam neraca sebagai Aktiva Lain-Lain. Situasi yang demikian akan berlangsung untuk jangka waktu 10 tahun, yaitu sampai 31 Desember 2006, sehingga pada akhir tahun 2006 tersebut rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan mempunyai saldo Debet sebesar Rp 15.000.000,- Untuk masa 10 tahun berikutnya, jumlah Pajak Penghasilan yang harus dibayarkan setiap tahunnya sama, yaitu sebesar Rp 2.100.000,- sedangkan Pajak Penghasilan yang dilaporkan dalam Laporan Rugi Laba setiap tahunnya sebesar Rp 3.600.000,- Sehingga dengan demikian, selama 10 tahun terakhir tersebut rekening Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan harus dikredit sebesar Rp 1.500.000,- setiap tahun. Jurnal yang dibuat perusahaan adalah sbb : 1. Mencatat PPh yang diperhitungkan untuk tahun 2007 Pajak Penghasilan Rp 3.600.000,- Hutang Pajak Penghasilan - Rp 3.600.000,- 2. Mencatat perhitungan penyelesaian Uang Muka PPh dan PPh terutang menurut SPT tahunan dalam tahun 2007 Hutang Pajak Penghasilan Rp 2.875.000,- Uang Muka Pajak Penghasilan - Rp 1.375.000,- Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan - Rp 1.500.000,- Dalam Buku Besar perusahaan, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan tampak sbb : Pajak Penghasilan Ditangguhkan Tanggal Uraian No. Bukti Debet Kredit Saldo 31/12/2006 - - - - 15.000.000 31/12/2007 - - 1.500.000 13.500.000 31/12/2008 - - - 1.500.000 12.000.000 d s t 31/12/2015 - - - 1.500.000 1.500.000 31/12/2016 - - - 1.500.000 - Melalui prosedur alokasi pajak yang demikian tersebut, maka pada akhir masa kegunaan bangunan, yaitu pada akhir tahun 2016, rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan akan bersaldo NIHIL (0). Halaman 5 dari 8 halaman

Berbagai Faktor yang Memerlukan Prosedur Alokasi Pajak Antar Periode Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perbedaan Pajak Penghasilan menurut ketentuan perpajakan, dan Pajak Penghasilan yang dihitung berdasar laba akuntansi. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu : 1. Perbedaan Waktu (Time Differences) Selisih terjadi apabila terdapat item-item dari pendapatan dan biaya yang diperhitungkan dalam penentuan laba akuntansi untuk suatu periode, tetapi diperhitungkan dalam penentuan pendapatan atau laba kena pajak untuk periode yang berlainan. Beberapa trransaksi yang menyangkut perbedaan waktu tersebut antara lain : a. Pendapatan atau laba kene apajak diperhitungkan sebagai bagian dari Pendapatan Kena Pajak lebih awal dari pada pengakuannya dalam Laba Akuntansi. Contoh : Pendapatan Sewa, Royalti, Jasa, Bunga yang diterima dimuka b. Pendapatan atau laba yang diperhitungkan sebagai bagian dari Pendapatan Kena Pajak lebih akhir daripada pengakuannya dalam Laba Akuntansi. Contoh : - Laba Kotor untuk Penjualan Angsuran - Laba Atas Kontrak Jangka Panjang (Akuntansi metode % penyelesaian, Pajak Metode Kontrak Selesai) - Pendapatan atau hak atas laba dari investasi pada perusahaan afiliasi (Akuntansi metode equity, Pajak metode Harga Pokok) c. Biaya atau rugi yang diperhitungkan dalam penentuan pendapatan atau laba kena pajak lebih awal dari pada pengakuannya dalam penentuan laba akuntansi. Contoh : - Penggunaan metode depresiasi yang semakin berkurang jumlahnya untuk tujuan pajak, sedang untuk tujuan akuntansinya digunakan metode garis lurus, - Penggunaan taksiran umur aktiva tetap yang lebih pendek sebagai dasar perhitungan depresiasi untuk tujuan pajak dibanding untuk tujuan akuntansinya. - Biaya bunga selama masa konstruksi aktiva tetap yang dibebankan kepada pendapatan pada saat terjadinya transaksi untuk tujuan pajak, sedang untuk tujuan akuntansi dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan aktiva tetap ybs. d. Biaya atau rugi yang diperhitungkan lebih akhir dalam penentuan laba kena pajak dari pada pengakuannya dalam penentuan laba akuntansi. Contoh : - Taksiran biaya garansi dan hadiah - Taksiran rugi penurunan nilai persediaan, kontrak pembelian dengan penyerahan kemudian, kerugian piutang, dan penurunan nilai surat berharga. - Taksiran kerugian dari klaim ganti kerugian atau kontingensi Halaman 6 dari 8 halaman

2. Perbedaan Permanen (Permanent Differences) Selisih ini terjadi karena : a. Transaksi yang diperhitungkan dalam penentuan laba akuntansi tetapi tidak diakui untuk tujuan pajak Contoh : - Pendapatan bunga dari deposito berjangka - Amortisasi Goodwill, amortisasi biaya pendirian - Biaya Premi asuransi jiwa para karyawan - Biaya kompensasi karyawan yang dikaitkan dengan program pemberian hak beli saham kepada karyawan ybs. b. Transaksi yang diakui untuk tujuan pajak, tetapi tidak diakui untuk tujuan akuntansi. Contoh : Rugi Operasi Selisih permanen ini tidak pernah terkompensasikan, atau dengan kata lain, selisih permanen tidak dibenarkan atau tidak memerlukan adanya alokasi antar periode untuk tujuan akuntansinya. Sehingga apabila dalam suatu periode terdapat selisih permanen, maka akan dibebankan seluruhnya kepada periode ybs. CONTOH : PT GUNADARMA melaporkan laba sebelun pajak (Laba Akuntansi) untuk tahun 2005 s.d. 2007 sebesar Rp 5.000.000,- per tahun. Tarif pajak yang berlaku pada saat itu 30 %. Informasi yang diperoleh sehubungan dengan pajak penghasilan adalah sbb : 1. Laba kotor dari penjualan angsuran pada tahun 2005 sebesar Rp 525.000,- Laba tersebut untuk keperluan perpajakan seharusnya diakui secara bulanan selama 18 bulan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2006, dengan jumlah yang sama setiap bulan. Sedangkan untuk keperluan akuntansi, laba tersebut diakui seluruhnya dalam tahun buku 2005. 2. Perusahaan telah mengamortisasi Biaya Pendirian sebesar masing-masing Rp 375.000,- untuk tahun 2006 dan 2007 yang ternyata tidak diperkenankan untuk tujuan perpajakan. Rekonsiliasi yang dibuat sehubungan dengan adanya perbedaan perhitungan antara perusahaan dengan kantor Pajak adalah sbb : Rekonsiliasi Laba Akuntansi dan Laba Kena Pajak serta Perhitungan Pajak Penghasilan Terhutang 2005 2006 2007 Jumlah Laba Akuntansi 5.000.000 5.000.000 5.000.000 Selisih Permanen : Amortisasi Biaya Pendirian - ( 375.000) ( 375.000) Selisih Temporer : Laba Kotor Penjualan Angsuran - Jumlah mula-mula ( 525.000) - - - Jumlah reversing - 350.000 175.000 Jumlah Laba Kena Pajak 4.475.000 5.725.000 5.550.000 Pajak Penghasilan Terhutang (30 %) 1.342.500 1.717.500 1.665.000 Halaman 7 dari 8 halaman

Untuk mencatat ke dalam rekening yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan, maka perlu dibuat suatu perhitungan yang teliti, khususnya terhadap jumlah pajak yang ditangguhkan. Perhitungan Pajak Penghasilan dan Pajak Yang Ditangguhkan 2005 2006 2007 Jumlah PPh Terhutang 1.342.500 (K) 1.717.500 (K) 1.665.000 (K) Pengaruh selisih laba temporer thd PPh (Pajak yang ditangguhkan) *** 157.500 (K) 105.000 (D) 52.500 (D) Pajak Penghasilan diperhitungkan 1.500.000 (D) 1.612.500 (D) 1.612.500 (D) *** Perhitungan : Jumlah Selisih Laba Temporer x tarif PPh 2005 Rp 525.000 x 30 % = Rp 157.500,- 2006 Rp 350.000 x 30 % = Rp 105.000,- 2007 Rp 175.000 x 30 % = Rp 52.500,- Atas dasar perhitungan di atas, maka jurnal yang dibuat untuk mengakui biaya Pajak Penghasilan adalah sbb : Tanggal 31/12/2005 Pajak Penghasilan Rp 1.500.000,- - Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.342.500,- Pajak Penghasilan Ditangguhkan - RP 157.500,- Tanggal 31/12/2006 Pajak Penghasilan Rp 1.612.500,- - Pajak Penghasilan Ditangguhkan Rp 105.000,- - Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.717.500,- Tanggal 31/12/2007 Pajak Penghasilan Rp 1.612.500,- - Pajak Penghasilan Ditangguhkan Rp 52.500,- - Hutang Pajak Penghasilan - Rp 1.665.000,- Pada akhir tahun buku 2007, yaitu pada saat berakhirnya masa kompensasi dari selisih temporer, maka saldo rekening Pajak Penghasilan Ditangguhkan menjadi NIHIL (0). Halaman 8 dari 8 halaman