Cara uji emisi formaldehida panel kayu metode ruangan

dokumen-dokumen yang mirip
Uji emisi formaldehida panel kayu metoda analisis gas

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

SNI Standar Nasional Indonesia

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah Bagian 21: Cara uji kadar fenol secara Spektrofotometri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Perhitungan nilai konsentrasi gas SO 2 yang terjerap. Analisis data. Penulisan skripsi. Selesai

SNI Standar Nasional Indonesia

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 9: Cara uji nitrit (NO 2 _ N) secara spektrofotometri

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Pupuk super fosfat tunggal

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

Pupuk SP-36 SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

Metodologi Penelitian

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

SNI Standar Nasional Indonesia

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Pupuk kalium sulfat SNI

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Pupuk amonium klorida

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III METODE PENELITIAN

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

METODOLOGI PENELITIAN. sampel dilakukan di satu blok (25 ha) dari lahan pe rkebunan kelapa sawit usia

Konsentrasi (μg/m 3 )*** Perubahan konsentrasi (μg/m 3 )****

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

SNI Standar Nasional Indonesia

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Sampel Salvinia

III. METODE PENELITIAN

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

METODOLOGI PENELITIAN

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Pupuk amonium sulfat

Air dan air limbah Bagian 4: Cara uji besi (Fe) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

Pupuk dolomit SNI

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Pulp - Cara uji bilangan kappa

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

Lampiran 1. Laporan Hasil Pengujian Residu Pestisida

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

PENGUJIAN AMDK. Disampaikan dalam Pelatihan AIR MINUM

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

Cara uji kimia - Bagian 4: Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

Pupuk urea SNI 2801:2010. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan September 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Cara uji emisi formaldehida panel kayu metode ruangan ICS 83.160.10 Badan Standardisasi Nasional

0 SNI 01-7142-2005 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Singkatan istilah... 1 4 Pengambilan contoh... 2 5 Cara uji... 3 6 Pelaporan... 9 Lampiran A (normatif) Gambar ruangan uji emisi formaldehida... 10 Bibliografi... 11 i

Prakata Standar Cara uji emisi formaldehida panel kayu metode ruangan sangat diperlukan untuk memberikan pedoman kepada pihak terkait agar dapat melakukan uji emisi formaldehida secara konsisten. Penyusunan standar ini dilakukan berdasarkan penelaahan pustaka dan sudah diterapkan dalam melakukan pengujian emisi formaldehida metoda ruangan. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Kayu, bukan kayu dan produk kehutanan, yang telah dibahas dan disepakati dalam rapat teknis, rapat prakonsensus dan rapat konsensus yang diselenggarakan di Bogor, pada tanggal 2 Oktober 3 Oktober 2003. ii

Cara uji emisi formaldehida panel kayu metode ruangan 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan metode cara uji dan pelaporan emisi formaldehida pada kayu lapis, papan partikel dan papan serat berkerapatan sedang. 2 Istilah dan definisi 2.1 emisi formaldehida jumlah formaldehida yang dibebaskan oleh suatu produk 2.2 laju perubahan udara (Air Change Rate per Hour, ACH ) kecepatan perubahan udara per jam 2.3 nisbah muatan (loading ratio) perbandingan jumlah luas permukaan panel uji (tidak termasuk bagian sisi tebal) terhadap volume ruangan 2.4 kayu lapis suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun bersilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat dengan perekat 2.5 papan partikel produk kayu yang diperoleh dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik serta bahan pelengkap lainnya yang dibuat dengan cara pengempaan mendatar dengan lempeng datar 2.6 papan serat berkerapatan sedang (Medium Density Fibreboard, MDF) papan serat yang dibuat melalui proses kering dengan perekat sintetis dan berkerapatan lebih besar dari 600 kg/cm 3 3 Singkatan istilah PTFE adalah polytetrafluoroethylene, NIST adalah National Institute of Standards and Technology, p.a adalah pro analisis. 1 dari 11

4 Pengambilan contoh 4.1 Panel uji Banyaknya panel uji yang digunakan untuk pengujian emisi formaldehida disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Pengambilan panel uji Jumlah lembar dalam satu partai 3 000 > 3 000 Jumlah muatan 2 3 Banyaknya panel uji tiap muatan dengan ukuran tertentu yang digunakan untuk pengujian dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: n = V p x l x 2 x r n adalah banyaknya panel uji tiap muatan; V adalah volume interior dari ruangan dengan ukuran minimum 22,65 m 3 ; p adalah panjang dari panel yang diuji (m); l adalah lebar dari panel yang diuji (m); r adalah nisbah muatan (Loading ratio), yaitu perbandingan jumlah luas permukaan panel uji (tidak termasuk bagian sisi tebal) terhadap volume ruangan (Tabel 2). Tabel 2 Nisbah muatan No. Nisbah muatan, ± 2 % ( m 2 /m 3 ) 1. 0,95 2. 0,43 3. 0,26 4. 0,13 5. 0,07 CATATAN 1 0,95 m 2 /m 3 adalah nisbah muatan untuk pengujian kayu lapis yang diasumsikan bahwa kayu lapis tersebut digunakan pada seluruh dinding ruangan. CATATAN 2 0,43 m 2 /m 3 adalah nisbah muatan untuk pengujian papan partikel yang diasumsikan bahwa lapisan belakang dari papan partikel atau lapisan dalamnya digunakan sebagai dasar untuk seluruh lantai dari suatu bangunan dengan tinggi ruangan sekitar 2,29 m hingga 2,44 m. CATATAN 3 0,43 m 2 /m 3 merupakan nisbah muatan untuk papan serat berkerapatan sedang (MDF). 2 dari 11

4.2 Contoh udara 4.2.1 Peralatan untuk pengambilan contoh udara a) Impinger; b) rotameter, 1 l/menit; c) pipa penyaring (Line filter), dengan pengering udara sebelum masuk ke rotameter; d) tabung PTFE; e) buret, 500 atau 1000 ml (untuk kalibrasi rotameter); f) pompa impinger. 4.2.2 Tempat pengambilan contoh udara a) Tempat pengambilan contoh udara harus diletakkan minimal pada 2 titik yang sama jaraknya di sepanjang ruangan pada ketinggian antara 1,37 m sampai 1,56 m dan harus ditempatkan paling sedikit pada jarak 61 cm dari tiap dinding interior. b) Pipa pengambilan contoh udara tidak boleh menyerap formaldehida, posisinya tetap (kokoh) selama pengujian berlangsung dan ukurannya sependek mungkin. 4.2.3 Pengambilan contoh udara a) Bersihkan pipa udara pada tempat pengambilan contoh udara selama 5 menit dengan cara mengalirkan udara, karena dikhawatirkan masih ada formaldehida yang menempel pada pipa tersebut. b) Pengambilan contoh udara dilakukan dengan pompa impinger. Contoh udara ini ditampung dalam impinger yang berisi 20 ml larutan NaHSO 3 1 %. c) Alat pengukur aliran udara disesuaikan dengan nilai hasil kalibrasi. Kalibrasi flowmeter : (1 ± 0.05) l/min selama 30 menit hingga 60 menit. CATATAN Perbedaan konsentrasi formaldehida dari 2 tempat contoh udara tersebut tidak boleh lebih dari 0,03 mg/l. Jika terdapat perbedaan lebih dari 0,03 mg/l maka dilakukan pengujian ulang dari awal (5.5). 5 Cara uji 5.1 Prinsip Mengukur emisi formaldehida dari panel kayu yang terlarut dalam larutan NaHSO 3 1% dan membentuk senyawa kompleks berwarna dengan bahan kimia tertentu. Intensitas warna yang timbul sebanding dengan konsentrasi formaldehida yang terlarut. 5.2 Bahan kimia a) HCHO 35% 40% p.a = formaldehida 35% 40% p.a = formalin; b) larutan C 10 H 6 Na 2 O 8 S 2 1 % p.a = larutan asam khromotopik 1%, p.a; c) larutan Na 2 SO 3 1,0 M p.a = larutan natrium sulfit 1,0 M p.a; d) HCl 0,1 N p.a = asam klorida 0,1 N p.a; e) H 2 SO 4 pekat p.a = asam sulfat pekat p.a; f) buffer ph 9,0; g) air suling; h) NaHSO 3 p.a = natrium bisulfit p.a; i) sabun cair. 3 dari 11

5.3 Peralatan 5.3.1 Ruangan 5.3.1.1 Bahan ruangan a) Volume interior ruangan minimum 22,65 m 3. Gambar ruangan dapat dilihat pada Lampiran A. b) Interior dari ruangan uji ini harus bebas dari sirkulasi pendinginan yang akan menyebabkan terjadinya kondensasi, seperti alat pengatur kelembaban (dehumidifier) dengan penampung airnya sebagai hasil kondensasi, dapat menjadikan sarana yang potensial untuk penyerapan/pengumpulan formaldehida yang ada dalam ruangan tersebut. Bila hal ini terjadi maka akan mempengaruhi hasil pengujian. c) Dinding bagian dalam ruangan harus terbuat dari bahan yang tidak menyerap air, seperti: logam tahan karat (stainless steel, aluminium dan PTFE). Setiap sambungan pada dinding dan pintu harus dilapisi kertas aluminium (silver-tape) untuk mencegah kebocoran. 5.3.1.2 Pengatur udara a) Udara yang masuk ke ruangan berasal dari udara bebas di lingkungan sekitar yang disaring dan mengandung tidak lebih dari 0,02 mg/l formaldehida. b) Penyaringan ini dilakukan melewati suatu kotak penyaring berisi arang aktif, alumina pengaktif yang diisi dengan kalium permanganate (KMnO 4 ), atau bahan lain yang dapat menyerap atau mengoksidasikan formaldehida. c) Pengaturan udara ruangan ini harus melalui suatu alat pengukur gas yang dikalibrasi atau sistem pengendali aliran udara yang sesuai dengan prosedur NIST. d) Laju kecepatan udara per jam (ACH) atau kecepatan perubahan udara per jam dihitung dengan rumus: ACH = (V2 V1) (t 0) x V ruangan V 2 - V 1 adalah pembacaan pengukur gas (m 3 /jam); t adalah waktu (jam); V ruangan adalah volume interior ruangan (minimum 22,65 m 3 ). e) Saluran pipa udara yang masuk ke dalam ruangan dan saluran pipa udara yang ke luar ruangan harus terletak pada dinding yang berbeda dan pada ketinggian yang berbeda pula. 5.3.1.3 Kipas angin a) Ruangan dilengkapi dengan kipas angin, yang diletakkan sedemikian rupa sehingga arah aliran udara harus horizontal dan tidak boleh langsung mengenai panel uji. b) Tujuan penggunaan kipas angin ini adalah agar peredaran udara cukup untuk mencapai tingkat keseragaman formaldehida pada tempat dan ketinggian yang berbeda. 5.3.2 Peralatan untuk pengujian a) spektrophotometer; b) gelas piala 150 ml; c) buret 25 ml; 4 dari 11

d) ph meter. e) labu ukur 10 ml, 100 ml, 1 000 ml; f) pengaduk bermagnet; g) pipet volumetrik 4 ml; h) pipet volumetrik 6 ml dan 50 ml; i) pipet mohr 2 ml dengan ketelitian 0,01 ml dan 10 ml dengan ketelitian 0,1 ml; j) karet pemipet (Safety bulb); k) tabung reaksi bertutup ukuran 16 mm x 150 mm; l) pipet otomatis. 5.4 Persiapan panel uji a) Panel uji harus terbungkus plastik untuk menghindari masuknya air atau faktor lainnya yang dapat mempengaruhi hasil pengujian. b) Panel uji disusun dengan jarak tiap panel minimal 15 cm dalam ruangan selama (168 ± 3) jam dengan kondisi suhu 24 C ± 3 C dan kelembaban 50% ± 5%. c) Selama pengkondisian emisi formaldehida pada ruang sebelum pengkondisian harus 0,1mg/l. 5.5 Persiapan ruangan a) Pada saat ruangan kosong atau sebelum masuk panel uji, harus diuji kandungan formaldehida dalam ruangan. Kandungan formaldehida dalam ruangan pada saat ruangan kosong harus 0,02 mg/l. b) Bila konsentrasi formaldehida pada saat ruangan kosong tersebut mendekati 0,02 mg/l maka bagian dalam ruangan harus dibersihkan. c) Panel uji yang akan ditempatkan dalam ruangan disusun sedemikian rupa sehingga udara yang mengalir dari sirkulasi kipas angin tidak ditahan oleh tiap-tiap panel uji. d) Ruangan dioperasikan pada suhu 25 C ± 1 C dan kelembaban 50% ± 4%. e) Suhu dan kelembaban diamati dengan menggunakan termohigrograf (thermohygrograph). f) Banyaknya udara yang dimasukkan ke dalam ruangan harus selalu dipantau pada keadaan (0,5 ± 0,05) ACH. g) Setelah siap pada kondisi yang dipersyaratkan di atas, maka panel uji diletakkan ke dalam ruangan (pada rak yang telah tersedia) selama 16 jam sampai 20 jam. 5.6 Persiapan larutan pereaksi 5.6.1 Pembuatan larutan asam khromotopik 1% a) Larutkan 0,10 gram C 10 H 6 Na 2 O 8 S 2 dalam air suling yang masih baru, sampai volume 10 ml. b) Larutan ini dibuat setiap kali penetapan. 5.6.2 Pembuatan larutan natrium sulfit 1,0 M a) Larutkan 12,67 gram Na 2 SO 3 anhydrous (Assay 99.5%) pada labu ukur 100 ml. b) Kemudian larutkan dengan air suling sampai tanda tera. 5 dari 11

5.7 Prosedur 5.7.1 Standardisasi larutan asam klorida 0.1 N 5.7.1.1 Pembuatan larutan asam klorida 0.1 N a) Pipet 8,3 ml HCl pekat, masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml. b) Encerkan dengan air suling sampai tanda tera. Kocok hingga homogen secara hati-hati, lalu pindahkan pada botol gelas yang dapat ditutup rapat. 5.7.1.2 Standardisasi asam klorida 0,1 N 5.7.1.2.1 Menggunakan natrium karbonat a) Timbang Na 2 CO 3 kering (0,22 ± 0,01) gram, masukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, kemudian tambahkan 50 ml air suling, aduk hingga larut. b) Tambahkan dua (2) tetes metil merah (0,1% metil merah dalam alkohol). c) Titrasi dengan larutan HCl, sampai timbul warna merah. d) Hentikan titrasi, kemudian panaskan secara perlahan-lahan sampai warna merah hilang (berubah menjadi warna kuning). e) Dinginkan hingga suhu kamar, lanjutkan titrasi hingga tidak berwarna. f) Normalitas HCl dihitung dengan rumus: N HCl = Berat Na 2 CO 3 (g) 0.053 x HCl (ml) N HCl adalah normalitas asam klorida; Na 2 CO 3 adalah natrium karbonat; 0,053 adalah bobot setara Na 2 CO 3 dibagi 1000. 5.7.1.2.2 Menggunakaan natrium tetraborat a) Timbang Na 2 B 4 O 7 kering sebanyak 0,2 gram, masukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml, tambahkan 50 ml air suling, aduk hingga rata. b) Tambahkan indikator metil merah sebanyak dua tetes. c) Titrasi dengan HCl 0,10 N sampai timbul warna merah muda. d) Catat volume HCl 0,10 N yang dibutuhkan dalam titrasi. e) Normalitas HCl dihitung dengan rumus: N HCl = Berat Na 2 B 4 O 7 (g) 0,1006 x ml HCl N HCl adalah normalitas asam klorida; Na 2 B 4 O 7 adalah natrium tetraborat; 0,1006 adalah bobot setara Na 2 B 4 O 7 dibagi 1000. f) Standarisasi HCl ini dilakukan minimal dua kali pengulangan (duplo). 6 dari 11

5.7.2 Pembuatan larutan standar A a) Pipet sebanyak 2,7 ml larutan HCHO 35% 40%. b) Masukkan ke dalam labu ukur 1 000 ml, kemudian encerkan dengan air suling hingga tanda tera. Larutan ini harus digunakan kurang dari 1 bulan. c) Kalibrasi ph meter dengan larutan buffer ph 9,0. d) Pipet masing-masing 50 ml larutan standar A, masukkan ke dalam gelas piala 150 ml, dan pada kedua gelas piala tersebut masing-masing ditambahkan 20 ml Na 2 SO 3 1 M. e) Tempatkan larutan di atas pengaduk bermagnet, celupkan elektroda ph meter pada larutan dan titrasi secara hati-hati dengan HCl 0,1 N sehingga ph menjadi 9,5. Catat volume HCl 0,1 N dan kenaikan ph-nya. Buat grafik ph dengan volume HCl. f) Hitung konsentrasi larutan standar A dengan rumus: mg HCHO / ml = V x N x 30,03 50 ml V adalah ml HCl 0,1 N yang dibutuhkan pada ph 9,5 dari grafik yang dibuat; N adalah normalitas HCl; 30,03 adalah bobot setara HCHO. g) Konsentrasi formaldehida adalah hasil rata-rata dari dua kali pengujian. 5.7.3 Pembuatan deret larutan standar a) Buat larutan standar B dengan cara melarutkan 1 ml larutan standar A dan 1 gram NaHSO 3 ke dalam labu ukur 100 ml dengan air suling. Larutan standar ini stabil selama 1 minggu. b) Konsentrasi larutan standar B dihitung dengan rumus: µg HCHO /ml = 1 000 adalah konversi mg/l ke µg/ml; 1,0 adalah volume larutan standar A (ml); 100 adalah volume larutan standar B (ml). Konsentrasi larutan standar A (mg/ml) x 1 000 x 1,0 c) Catat hasilnya. d) Sediakan 6 buah tabung reaksi dan diberi label 1,2,3,4,5,6. e) Pipet larutan NaHSO 3 1 % dan larutan standar B dengan volume masing-masing tabung seperti disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3 Jumlah larutan yang digunakan dalam pembuatan deret larutan standar No. Nama tabung Larutan NaHSO 3 (1 %) (ml) Larutan standar B (ml) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5 Tabung 6 4,0 3,9 3,7 3,5 3,3 3,0 0,0 0,10 0,30 0,50 0,70 1,0 100 7 dari 11

f) Pada tabung 1 tidak ada larutan standar B yang dipipet, selanjutnya disebut larutan blanko. g) Tambahkan pada masing-masing tabung 0,1 ml C 10 H 6 Na 2 O 8 S 2 1%, kemudian kocok. h) Pipet 6,0 ml H 2 SO 4 pekat ke dalam tabung. Biarkan H 2 SO 4 mengalir pada dinding tabung secara perlahan-lahan. i) Goyangkan tabung hingga terjadi pencampuran yang homogen, kemudian letakkan tabung tersebut (dengan penutupnya) dalam penangas air dengan air mendidih selama (15 ± 2) menit. j) Pindahkan tabung tersebut dari penangas air dan dibiarkan dingin hingga mencapai suhu kamar. k) Lepaskan penutup tabung, sehingga tekanan di dalam tabung dapat dibebaskan. Pembacaan absorbansi hanya dapat dilakukan pada saat larutan sudah dalam keadaan jernih. l) Ukur absorbansi larutan contoh dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 580 nm. Alat spektrofotometer dinolkan bila pembacaan absorbansi larutan blanko tidak lebih besar dari 0,10. Bila pembacaan absorbansi larutan blanko lebih besar dari 0,10 menandakan larutan blanko mengalami kontaminasi atau pembuatan larutan dilakukan dengan cara yang salah. Jika hal ini terjadi, ulangi pembuatan larutan standar. m) Lakukan pembacaan dan catat absorbansi pada panjang gelombang 580 nm dari masing-masing tabung. n) Pada alat spektrofotometer dapat dibaca gambar kurva regresi linier dengan persamaan: Y = a + bx Y a b x adalah absorbansi; adalah konstanta; adalah koefisien regresi (kemiringan kurva); adalah konsentrasi. 5.7.4 Penentuan jumlah emisi formaldehida panel uji (Ca) a) Pipet masing-masing 4 ml larutan dari impinger sebagai contoh uji ke dalam dua atau tiga buah tabung berpenutup. Tandai tabung-tabung tersebut dengan nomor 1, 2 dan 3. b) Pipet sebanyak 4 ml larutan dari impinger lalu masukkan ke dalam tabung berpenutup yang selanjutnya (tabung keempat) dan diberi nomor 4 (digunakan sebagai blanko). c) Tambahkan 0,1 ml larutan C 10 H 6 Na 2 O 8 S 2 1% ke dalam setiap tabung, kemudian kocok sampai tercampur dengan baik. d) Pipet 6 ml H 2 SO 4 pekat ke dalam tiap tabung, goyangkan kemudian panaskan dengan air mendidih dalam penangas air selama (15 ± 2) menit. e) Pindahkan tabung-tabung tersebut dari penangas air dan biarkan selama beberapa saat sampai mencapai suhu ruangan. f) Buka penutup tabung untuk membebaskan tekanan dari dalam tabung. Jangan melakukan pembacaan absorbansi jika larutan belum jernih. g) Apabila absorbansi dari larutan blanko tidak lebih besar dari 0,10, alat spektrofotometer dinolkan (dibandingkan terhadap air suling sebagai titik nol). h) Baca dan catat absorbansi dari masing-masing contoh. i) Apabila absorbansi dari larutan contoh lebih besar dari 1,0 ulangi mulai dari langkah pertama analisa larutan contoh, tetapi lakukan pengenceran hingga mencapai selang yang diinginkan. Baca konsentrasi formaldehida pada kurva kalibrasi. j) Pengujian dilakukan duplo, hasil yang dilaporkan merupakan rata-rata dari masingmasing pengujian dengan perbedaan tidak melebihi 0,03 mg/l. 8 dari 11

5.8 Pernyataan hasil 5.8.1 Konversi volume dari contoh udara menjadi volume udara pada kondisi standard, dihitung dengan rumus: V s = V x P x 298 760 x (T + 273) V s adalah volume udara pada kondisi standar (760 mmhg dan 298 o K), (liter); V adalah volume dari contoh udara (liter); P adalah tekanan barometrik (mmhg); T adalah suhu dari contoh udara ( C); 273 adalah konversi suhu dari celcius ( C) ke kelvin ( o K). 5.8.2 Jumlah konsentrasi formaldehida dalam tiap impinger, dihitung dengan rumus: C t = C a x F a C t C a F a adalah konsentrasi formaldehida dalam contoh (µg); adalah konsentrasi formaldehida dalam larutan contoh dari impinger yang ditentukan dari kurva kalibrasi (µg); adalah faktor dari larutan, dihitung dengan rumus: Faktor dari larutan = volume larutan contoh (ml) larutan yang digunakan (ml) 5.8.3 Konsentrasi formaldehida dalam ruangan, dihitung dengan rumus: C t x 24,47 C L = V s x 30,03 C L adalah 1 bagian HCHO per sejuta bagian udara (mg/l); C t adalah konsentrasi HCHO dalam contoh (µg); V s adalah volume udara pada kondisi standar (760 mmhg dan 298 o K), (liter); 30,03 adalah berat molekul HCHO; 24,47 adalah volume gas HCHO dalam 1 µmol pada 760 mmhg dan 25 C (µl). 6 Pelaporan a) jenis produk; b) tanggal pengujian; c) nomor pengujian; d) hasil pengujian. 9 dari 11

Lampiran A (normatif) Gambar ruangan untuk uji emisi formaldehida Ke ruangan Pintu Ke ruangan Gambar A.1 Gambar ruangan untuk uji emisi formaldehida 10 dari 11

Bibliografi American Standard Test Method, ASTM Standard E 741-1983, Standard Test Method for Determining Air Leakage Rate by Tracer Dilution American Standard Test Method, ASTM Standard E 337-1984 (Reproved 1990), Standard Test Method for Measuring Humidity with a Psychrometer (the Measurement of Wet and Dry Bulb Temperature) American Standard Test Method ASTM Standard E 1333-1990, Standard Test Method for Determining Formaldehyde Level From Wood Products Under Defined Conditions Using a Large Chamber. SNI 01-5008.2-2000, Kayu lapis penggunaan umum. SNI 03-2105-1996, Mutu papan partikel. SNI 01-4449-1998, Papan serat berkerapatan sedang. 11 dari 11