BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau relatif kerja insulin dan atau sekresi insulin (Djokomoeljanto & Davis, 2001).

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

SISTEM URIN (GINJAL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fluorida adalah anion monovalen. 13. secara cepat saat lambung kosong dan fluorida sudah mencair. Adanya

2. Sumsum Ginjal (Medula)

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

Struktur bagian dalam ginjal

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

M.Nuralamsyah,S.Kep.Ns

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

Histologi Sistem Urinarius

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanaman Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.1

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

Sistem Ekskresi. Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

Kelenjar berkembang dari permukaan epitel dengan cara tumbuh ke dalam jaringan ikat di bawahnya (kelenjar eksokrin)

Diabetes Mellitus (DM) Oleh Dr. Sri Utami, B.R. MS

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

Sistem Ekskresi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) di Indonesia menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

SISTEM EKSKRESI MANUSIA 1: REN. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tawas dan fungsinya dalam industri makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2-5% dari berat badan pada orang dewasa normal yang terletak pada kwadran

bagian dalam yang rapuh (Guyton & Hall, 2008).

Ketebalan retina kira-kira 0,1 mm pada ora serata dan 0,56 mm pada kutub posterior. Di

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

M.Biomed. Kelompok keilmuan DKKD

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

SCIENCE MODULE GRADE IX JULY-AUGUST 2015 ACADEMIC YEAR 2015/2016

Pengamatan Histopatologi Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan dan Kondisi Fisik Hewan Coba

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

- - SISTEM EKSKRESI MANUSIA - - sbl1ekskresi

Mahasiswa dapat menjelaskan alat ekskresi dan prosesnya dari hasil percobaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

11/28/2011 SISTEM URINARIA. By. Paryono

Anatomi & Fisiologi Sistem Urinaria II Pertemuan 11 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

PENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Ginjal merupakan salah satu organ utama dalam tubuh manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN (Sari, 2007). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara termasuk

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Struktur Hewan dengan judul Jaringan Epitel yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : K

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

I. PENDAHULUAN. berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan. Bising dikategorikan sebagai salah

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal dan Peranannya dalam Pembentukan Urin

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka Sirih merah Menurut Sudewo (2010), sirih merah (Piper crocatum) memiliki klasifikasi ilmiah sebagai

Reabsorpsi dan eksresi cairan, elektrolit dan non-elektrolit (Biokimia) Prof.dr.H.Fadil Oenzil,PhD.,SpGK Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

EMBRIOLOGI SISTEM URINARIUS. dr. Al-Muqsith, M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara, angka harapan hidup (AHH) manusia kian meningkat. AHH di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tanaman alpukat.

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan pada Parenkhim Ginjal 4.1.1 Perubahan pada Copusculum Malphigi Ginjal Gambaran kualitatif corpusculum malphigi ginjal pada kelompok tikus normal tanpa diberi glibenklamit ataupun kombinasi glibenklamit dengan minyak buah merah menunjaukkan struktur parenkhim masih normal. Corpusculum renalis malpighi disusun oleh komponen kapsula bowman dan glomerulus. Pada kapsula bowman, epitel gepeng selapis menyusun lamina parietalis. Lamina viseralis kapsula bowman disusun oleh sel-sel podosit. Ruang antara kedua lamina sebagai spatium kapsularis. Morfologi glomerulus disusun oleh jalinan kapiler, sel-sel podosit dan sel mesangium. Tampak struktur glomerulus padat, kapiler normal, dan sel podosit padat diantara kapiler. Gambaran kualitatif corpusculum renalis malphigi pada kelompok tikus normal yang diberi glibenklamit menunjaukkan struktur parenkhim masih normal. Morfologi kelompok ini sama dengan gambaran corpusculum renalis malpighi kelompok tikus normal tanpa pemberian perlakuan bahan uji. Gambaran kualitatif corpusculum renalis malphigi pada kelompok tikus normal yang diberi kombinasi glibenklamit dan minyak buah merah menunjaukkan struktur parenkhim masih normal. Struktur kelompok ini sama dengan kelompok tikus normal. 27

Gambaran kualitatif corpusculum renalis malphigi pada kelompok tikus diabetes sebagian besar mengalami perbesaran ukuran diameternya. Beberapa corpusculum renalis malpighi mengalami distruksi meninggalkan ruang kosong yang dilapisi lamina parietalis kapsula bouman. Corpusculum renalis malpighi pada kortek interna sudah sulit ditemukan dan hampir seluruhnya berada di bagian kortek eksterna. Pada corpusculum renalis malpighi yang masih ada tampak struktur parenkhim capsula bowman pada lamina parietalis sebagian struktur dindingnya mengalami distruksi dan sebagian yang lain mengalami penebalan sel epitelnya. Sel epitel gepeng yang menebal tampak inti lebih membesar, sitoplasma pucat dan jarak antar sel epitel lebih jauh.pada pada lamina viseralis capsula bouman mengalami perubahan struktur. Membran sel podosit sebagai pelapisnya tampak jarang dan sebagian terisi kapiler glomeruli yang mengalami vasodilatasi dan sebagian terjadi nekrosis kapiler tersebut. Spatium inter kapsuler melebar sebagai ruang kosong diantara lamina kapsula bouman. Struktur glomerulus tampak kapiler sebagian besar mengalami vasodilatasi dan sebagian sisi kapiler mengalami nekrosis. Tampak adanya infiltrasi eritrosit ke parenkhim glomerulus. Sel-sel podosit yang menyusun parenkhim glomerulus lebih jarang dan kurang padat. Gambaran kualitatif corpusculum renalis malphigi pada kelompok tikus diabetes yang diberi glibenklamit menunjaukkan struktur parenkhim corpusculum renalis malpighi hampir sama dengan kelompok tikus kontrol diabetes, hanya tingkat kerusakannya berkurang. Corpusculum renalis malpighi sebagian besar berada di korteks eksterna. Selain itu ukuran diameter corpusculum renalis malpighi masih cukup lebar, beberapa mengalami nekrosis sehingga tersisa lamina parietalis kapsula bouman. struktur mikroskopis kapsula bouman dan glomerulus hampir sama, hanya tingakat kerusakan dinding kapsula bowman dan nekrosis kapiler glomerulus berkurang. 28

Gambaran kualitatif corpusculum renalis malphigi pada kelompok tikus diabetes yang diberi kombinasi glibenklamit dan minyak buah merah menunjukkan struktur parenkhim mendekati normal. Pada kelompok ini corpusculum renalis malpighi tampak tersebar di kortek interna dan eksterna dan diameter corpusculum renalis malpighi sebagian besar normal. Struktur pada kapsula bowman tampak lamina parietalis dilapisi epitel gepeng selapis yang tipis, inti sel antar epitel tampak pipih berderet berwarna gelap dan tidak dijumpai distruksi sel ataupun penebalan epitel. Spatium inter kapsuler tampak normal dan tidak mengalami pembesaran. Struktur lamina viseralis tampak normal. Struktur glomerulus tampak padat, dijumpai kapiler-kapiler, sel podosit yang banyak. Vasodilatasi dan gambaran nekrosis kapiler glomerolus tidak ada lagi. 4.1.2 Perubahan pada sistem tubuler renalis Gambaran sistem tubuler pada kelompok tikus normal yang terdiri atas tiga kelompok yaitu kelompok tanpa diberi bahan uji, kelompok yang diberikan glibenklamid dan yang diberikan bahan uji kombinasi minyak buah merah dan glibenklamid menunjukkan tubulus contortus proksimal dan tubulus contortus distal. Morfologi tubulus contortus proksimal adalah tubules yang disusun oleh epitel kubus selapis, sel besar, sitoplasma tampak kemerahan, inti bulat, besar di tengah dan sisi apical ditemukan brush border. Morfologi tubulus contortus distal disusun epitel kubus yang lebih pendek tanpa brush border. Lumen tubulus tampak lebih besar, sitoplasma asidofilik, inti agak lebih distal. Disekitar tubulus ditemukan kapiler tubuler yang normal. Dibagian medula renalis sistem tubuler dibentuk dari lanjutan tubulus contortus proksimal sebagai pars desenden, segmen tebal dan tipis, ansa henle dan pars asenden segmen tipis dan tebal yang berlanjut ke kortek sebagai tubulus contortus distal, selain itu juga ditemukan ductus coligen. Tubulus pars desenden segmen tebal morfologi menyerupai tubulus 29

contortus proksimal.anya Pars desenden segmen tipis, ansa henle, dan segmen tipis pars asenden mempunyau morfologi sebagai tubulus yang dilapisi epitel pipih selapis. Pars asenden segmen tebal morfologinya menyerupai morfologi tubulus contortus distal. Ductus coligen merupakan duktus yang dilapisi oleh epitel kubus selapis dengan inti sel bulat di bagian tengah. Pada bagian medula renalis sistem vaskuler normal tidak ditemukan adanya vasodilatasi ataupun nekrosis. Gambaran sistem tubuler dan parenkhim kortek pada kelompok tikus diabetes menunjukkan adanya kerusakan pada sebagian besar sel epitel tubulus. Dinding sel epitel tubulus mengalami distruksi, brush border mengalami distruksi, sitoplasma tampak pucat pada sel epitel yang tersisa, inti sel mengalami distruksi pada beberapa sel. Kerusakan dinding tubulus terjadi pada tubulus proksimal maupun tubulus distal. Kapiler peritubuler pada kortek tampak mengalami vasodilatasi dan mengalami nekrosis pada sebagian besar kapiler, sehingga dijumpai adanya infiltrasi eritrosit ke dalam jaringan kortek. Sistem tubuler di bagian medula juga ditemukan adannya distruksi sel epitel pada sebagian dinding tubulusnya, beberapa sel mengalami mati dan sebagan dinding tubulus tanpa lapisan epitel. Diantara tubulus-tubulus dijumpai kapiler yang mengalami vasodilatasi dan sebagian dinding kapiler mengalami nekrosis sehingga ditemukan infiltrasi eritrosit di parenkhim medula renalis. Gambaran sistem tubuler dan parenkhim kortek pada kelompok tikus diabetes yang diberikan glibenklamid menunjukkan masih adanya kerusakan pada sel epitel tubulus.meskipun tidak separah kerusakan pada kelompok tikus diabetes. Dinding sel epitel tubulus dan brush border masih ditemukan distruksi, sitoplasma tampak pucat pada sel epitel yang tersisa, inti sel mengalami distruksi pada beberapa sel. Kerusakan dinding tubulus terjadi pada tubulus proksimal maupun tubulus distal. Kapiler peritubuler pada kortek tampak mengalami vasodilatasi dan masih ditemukan nekrosis pada sebagian kapiler, sehingga dijumpai adanya 30

infiltrasi eritrosit ke dalam jaringan kortek. Sistem tubuler di bagian medula juga ditemukan adannya distruksi sel epitel pada sebagian dinding tubulusnya, beberapa sel mengalami mati dan sebagan dinding tubulus tanpa lapisan epitel. Diantara tubulus-tubulus dijumpai kapiler yang mengalami vasodilatasi dan sebagian dinding kapiler mengalami nekrosis sehingga ditemukan infiltrasi eritrosit di parenkhim medula renalis. Gambaran sistem tubuler dan parenkhim kortek pada kelompok tikus diabetes yang diberikan kombinasi glibenklamid dan minyak buah merah menunjukkan sel epitel tubulus sebagian besar masih baik. Baik tubulus proksimal maupun distal disusun oleh sel epitel pada dindingnya. Antar sel masih baik, sitoplasma berwarna kemerahan, inti sel bulat besar di bagian tengah sel. Brush border pada tubulus proksimal masih baik, hanya sebagian kecil tampak adanya kerusakan. Arteri ataupun vena peritubuler tampak masih mengalami vasodilatasi pada sebagian besar, namun sudah tidak ditemukan nekrosis ataupun adanya infiltrasi eritosit kedalam parenkhim kortek. Pada bagian medula sistem tubuler masih baik, sel-sel epitel masih tersusun pada dinding tubulus. Sitoplasma tampak kemerahan dan inti tampak berbentuk gepeng pada ansa henle segmen tipis dan inti berbentuk bulat pada ansa henle segmen tebal. Vaskuler yang ditemukan di medula sebagian kecil yang masih terlihat mengalami vasodilatasi dan nekrosis vaskuler maupun infiltrasi eritrosit kedalam parenkhim jaringan sudah tidak ditemukan lagi. 4.2 Perubahan pada parenkhim hepar Gambaran parenkhim hepar pada kelompok normal baik yang tidak diberikan bahan uji, yang diberikan glibenklamid dan diberikan kombinasi glibenklamid dengan minyak buah merah menunjukkan struktur mikroskopis yang normal. Sel-sel hepatosit tampak tersusun radier sebagai 31

lempeng-lempeng dari tepi lobulus menuju vena sentralis lobulus. Sel hepatosit memiliki sitoplasma yang tercat kemerahan dengan inti sel bulat dibagian tengah. Sel-sel hepatosit memiliki ukuran besar, bentuk polihedral, inti bulat, besar dibagian tengah Sistem vaskuler pada lobulus hepar juga normal. Sinusoid hepar berbatas dengan lempeng radier hepatosit. Sinusoid tidak terjadi pelebaran atau vasodilatasi ataupun nekrosis pada dindingnya. Vena sentralis juga normal dan tidak menujukkan adanya pelebaran. Gambaran hepar pada kelompok tikus diabetes tampak lempeng-lempeng yang dibentuk oleh sel-sel hepatosit yang tersusun radier. Lempeng-lempeng tampak terpisahkan oleh sinusoid yang lebar. Sel-sel hepatosit sebagian besar masih hidup dengan ukuran sel besar, bentuk polihedral, inti bulat, besar dibagian tengah. Tampak sebagian sel hepatosit mengalami perubahan morfologi menjadi lebih kecil karena terdesak oleh sinusoid. Perubahan yang sangat nyata pada lobulus hepar ditemukan pada sistem vaskuler. Vena sentralis tampak mengalami vasodilatasi, sinusoid hepar juga mengalami pelebaran yang signifikan dan mendesak lempeng hepatosit. Hampir seluruh sinusoid di zona 1-3 mengalami pelebaran. Eritrosit banyak ditemukan di dalam sinusoid dan beberapa sel leukosit juga ditemukan di dalam sinusoid. Gambaran hepar pada kelompok tikus diabetes yang diberikan glibenklamid tampak lempenglempeng yang dibentuk oleh sel-sel hepatosit yang tersusun radier. Lempeng-lempeng tampak terpisahkan oleh sinusoid yang sedikit lebar. Sel-sel hepatosit sebagian besar masih hidup dengan ukuran sel besar, bentuk polihedral, inti bulat, besar dibagian tengah. Tampak sebagian sel hepatosit mengalami perubahan morfologi menjadi lebih kecil karena terdesak oleh sinusoid. Perubahan yang sangat nyata pada lobulus hepar ditemukan pada sistem vaskuler. Vena sentralis tampak mengalami vasodilatasi, sinusoid hepar juga mengalami pelebaran yang signifikan dan mendesak lempeng hepatosit. Sinusoid yang mengalami pelebaran paling besar di zona 3 32

dibanding zona 2 dan 1. Eritrosit banyak ditemukan di dalam sinusoid dan beberapa sel leukosit masih ditemukan di dalam sinusoid. Gambaran hepar pada kelompok tikus yang diberikan kombinasi glibenklamid dan minyak buah merah sel-sel hepatosit tersusun sebagai lempeng radier. Morfologi sel hepatosit dan lempeng hepatosit seperti pada morfologi hepar yang normal. Sistem vaskuler pada lobulus hepatosit menunjukkan sedikit pelebaran / vasodilatasi pada vena sentralis dan sinusoid pada zona 3. PEMBAHASAN Reactive oxygen species berperan dalam patogenesis DM dan mempunyai kemampuan mengoksidasi dan merusak DNA, protein dan karbohidrat (Sreemantula et al., 2005). Pada kondisi normal pembentukan ROS dinetralkan oleh antioksidan di dalam tubuh (Scheede- Bergdahl et al., 2005). Dalam kondisi hiperglikemia yang terus menerus seperti pada DM, produksi ROS terus bertambah sehingga antioksidan tubuh tidak mampu menetralisir, sehingga kelebihan radikal bebas yang tidak ternetralkan akan merusak protein, lipid, dan asam nukleat (Sreemantula et al., 2005). Produk yang teroksidasi dan nitrosilasi oleh radikal bebas akan menurunkan aktivitas biologis dan bila berlangsung terus-menerus akan menyebabkan kehilangan energi metabolisme, signaling sel, sistem transport, dan fungsi-fungsi utama lainnya. Perubahan juga terjadi pada degradasi proteosom sehingga fungsi seluler menurun. Akumulasi dari berbagai kerusakan tersebut mengakibatkan sel mati melalui mekanisme nekrosis 1 atau apoptosis (Vincent et al., 2004). Antioksidan secara tidak langsung dapat mencegah dan memperbaiki komplikasi diabetes seperti nefropati, mikro-albuminuria, dan peningkatan ekskresi magnesium. Pemberian antioksidan 33

vitamin C dan E serta kombinasi zinc dan magnesium mampu memberikan proteksi lebih baik (Farvid et al., 2005). Pemberian vitamin C dan E secara tunggal atau kombinasi keduanya pada hewan coba dapat menormalkan beberapa parameter stres oksidatif seperti peroksidasi lipid, peningkatan isoprostanes, malondialdehid (MDA) plasma, dan marker seluler seperti nuclear factor-κb (NF-κB), serta dapat mencegah atau mengembalikan tanda-tanda nefropati, retinopati, dan penyakit kardiovaskuler termasuk di dalamnya aliran darah, konduksi saraf, permiabilitas, disfungsi endotel, albuminuria, dan kontraktilitas vaskuler (Kuroki et al, 2003). 34