DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

dokumen-dokumen yang mirip
DESAIN PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN inha ISOLAT 134 MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

ANALISIS PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI PROMOTER inha MULTIDRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS (MDR-TB) DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

DESAIN PRIMER. LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Molekuler. oleh : Riani Ulfah

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) merupakan tuberkulosis yang

BAB I PENDAHULUAN. Multi-Drug Resistance Mycobacterium tuberculosis (MDR-TB) adalah jenis

PROSES AMPLIFIKASI DAERAH PROMOTER inha PADAISOLAT P11Mycobacterium tuberculosis MULTIDRUG RESISTANCE DI BALI DENGAN TEKNIK POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB I PENDAHULUAN. Multidrug resistant tuberculosis (MDR-TB) merupakan salah satu fenomena

OPTIMASI PCR (Polymerase Chain Reaction) FRAGMEN 724 pb GEN katg MULTI DRUG RESISTANCE TUBERCULOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUK AMPLIFIKASI

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

DESAIN DNA PROBE SECARA IN SILICO SEBAGAI. PENDETEKSI DAERAH RRDR GEN rpob. Mycobacterium tuberculosis UNTUK METODE REAL-

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

AMPLIFIKASI GEN 18S rrna PADA DNA METAGENOMIK MADU DARI DESA SERAYA TENGAH, KARANGASEM DENGAN TEKNIK PCR (POLYMERASE CHAIN REACTION)

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

MUTASI C825T GEN katg ISOLAT L5 MULTIDRUG RESISTANT Mycobacterium tuberculosis TESIS RINA BUDI SATIYARTI NIM: Program Studi Kimia

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Identifikasi Mutasi Gen rpob Pada Daerah Hulu RRDR Mycobacterium Tuberculosis Multidrug Resistent Isolat P10

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

APLIKASI METODE POLYMERASE CHAIN REACTION

J o u r n a l o f C h e m i s t r y

DETEKSI Mycobacterium tuberculosis DENGAN PRIMER PROMOTER inha DARI DNA METAGENOMIK SPUTUM PASIEN TUBERKULOSIS

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Fakultas Biologi Unsoed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gram-positif yang tahan asam dengan pertumbuhan lamban yaitu Mycobacterium

2 Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis (TB),

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

Skripsi MADE RAI DWITYA WIRADIPUTRA

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN MEISA1

HASIL DAN PEMBAHASAN

dipengaruhi oleh faktor genetik (Boehm, 2011).

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

* ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. Domba lokal merupakan salah satu ternak yang ada di Indonesia, telah

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

AMPLIFIKASI FRAGMEN DAN IDENTIFIKASI MUTASI PROMOTER

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

APLIKASI METODE MULTIPLEX POLYMERASE CHAIN REACTION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


Karakteristik Primer pada Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Sekuensing DNA: Mini Review

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

menggunakan program MEGA versi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

(A) 530C-550C; (B) 560C, 570C, 580C, 600C; (C) 590C, 610C, 620C; (D)

OPTIMASI SUHU ANNEALING PRIMER UNTUK AMPLIFIKASI DNA GEN LINAMARASE

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Bioteknologi Tanaman KULIAH V. PCR, Sekuensing. Dr. Jamsari, Prog. Studi Pemuliaan Tanaman Jurusan BDP-FPUA

J U R N A L M E T A M O R F O S A Journal of Biological Sciences ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan

MODEL SIR (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, RECOVERED) UNTUK PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS

ARTIKEL PENELITIAN Akurasi Deteksi Mycobacterium tuberculosis

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN NCBI UNTUK ANALISIS DNA, PROTEIN DAN SENYAWA KIMIA OLEH: W I D O D O MIFTAKHUNNAFISAH

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak kelebihan seperti bentuk yang menarik, mudah digunakan, praktis dibawa,

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus pemalsuan makanan menggunakan spesies babi telah

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

BAB I PENDAHULUAN. (Metapenaeus elegans), udang dogol (Metapenaeus ensis), udang pasir

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AMPLIFIKASI DAN IDENTIFIKASI MUTASI REGIO PROMOTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun Bakteri Mtb termasuk ke dalam genus Mycobacterium dengan bentuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

Transkripsi:

Desain Primer secara in silico untuk Amplifikasi Fragmen Gen rpob Mycobacterium tuberculosis DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Pradnyaniti, D.G 1), Wirajana, I.N 2), Yowani, S.C 1) 1) Jurusan Farmasi - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Udayana 2) Jurusan Kimia - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Udayana Korespondensi: Desak Gede Pradnyaniti Jurusan Farmasi - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - Universitas Udayana Jalan Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 0361-703837 Email: ecak_cansa@yahoo.com ABSTRAK Amplifikasi DNA Mycobacterium tuberculosis dari gen rpob dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Amplifikasi DNA dengan PCR diperlukan sepasang primer (forward dan reverse) untuk membatasi daerah yang ingin diamplifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain sepasang primer agar dapat mengamplifikasi fragmen 0,5 kb gen rpob M.tuberculosis. Desain primer dilakukan secara in silico dengan bantuan program clone manager suite 6 (University of Groningen). Template yang digunakan dalam mendesain primer adalah sekuen gen rpob M. tuberculosis H37RV wild type, yang diperoleh dari database NCBI dengan kode genbank U12205.1. Penelitian ini telah berhasil memperoleh sekuen sepasang primer (forward dan reverse) dengan panjang masing-masing adalah 22 oligonukleotida. Primer ini dapat mengamplifikasi secara in silico fragmen 0,5 kb gen rpob M. tuberculosis pada rentang daerah 990-1496 pb dengan panjang fragmen sebesar 507 pb. Kata kunci: desain primer, PCR, gen rpob Mycobacterium tuberculosis 1. PENDAHULUAN Desain primer dilakukan untuk memperoleh primer yang dapat digunakan dalam amplifikasi DNA dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Keberhasilan amplifikasi DNA tergantung dari ketepatan primer yang digunakan (Diss, 2003). Primer yang digunakan dalam proses PCR harus dapat membatasi daerah yang akan diamplifikasi. Primer berfungsi sebagai pembatas fragmen DNA target yang akan diamplifikasi (Handoyo dan Rudiretna, 2001). Amplifikasi DNA dengan metode PCR terdiri dari tiga tahap. Tahap awal dari proses amplifikasi yaitu denaturasi untai DNA, selanjutnya dilakukan penempelan primer pada fragmen DNA target (annealing) dan tahap akhir merupakan proses extension yaitu proses pemanjangan sekuen DNA (Sulistyaningsih, 2007). Perancangan untuk memperoleh suatu primer yang memenuhi kriteria primer yang baik untuk amplifikasi dilakukan secara in silico, yaitu merancang/mendesain primer dengan bantuan suatu program dalam komputer. Penelitian ini dilakukan desain primer dengan sekuen gen rpob M. tuberculosis. Gen rpob (DNA-dependent RNA polymerase sub unit β) merupakan salah satu gen pada Mycobacterium tuberculosis yang berperan dalam sebagian besar resistensi terhadap Rifampisin (Syaifudin dkk., 2007). Rifampisin merupakan obat lini pertama yang umum digunakan dalam pengobatan tuberkulosis (TB). Lima negara yang memiliki insiden TB yang tinggi pada tahun 2010 adalah 124

India, Cina, Afrika selatan, Indonesia dan Pakistan (WHO, 2011). Tujuan penelitian ini yaitu memperoleh primer yang dapat digunakan untuk membatasi daerah amplifikasi terhadap gen rpob M. tuberculosis H37RV yang didesain secara in silico. Sehingga dengan primer yang didesain tersebut, dapat digunakan dalam proses amplifikasi menggunakan PCR. 2. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah softwere yaitu clone manager suite 6 (University of Groningen) untuk mendesain primer secara in silico. Data sekuen gen rpob M. tuberculosis yang digunakan diperoleh dari database NCBI pada URL http://www.ncbi.nlm.nih.gov dengan kode genbank U12205.1. 2.2 Metode Desain primer dilakukan pada program clone manager suite 6. Pada Molecule List dimasukkan sekuen gen rpob M. tuberculosis. Selanjutnya dimasukkan panjang primer dan daerah target yang diinginkan pada menu Design Primer sehingga program memberikan data beberapa pilihan primer. Hasil analisis dilihat menggunakan Primer Report. Rentang daerah primer dan hasil analisis juga dapat dilihat dengan menggunakan Analyze Mix Wizard, dengan dimasukkan sekuen masing-masing primer (forward dan reverse) dan sekuen gen rpob M. tuberculosis. Sedangkan untuk menganalisis masing-masing primer dilakukan dengan dimasukkan nama primer dan sekuen primer yang dianalisis menggunakan Direct Entry. 3. HASIL Program clone manager suite 6 memberikan 14 pilihan pasang primer setelah dimasukkan panjang primer yaitu 22 oligonukleotida dengan daerah target 1020-1480 (tabel A.1). Sekuen primer dengan kriteria terbaik yang dapat digunakan dalam proses PCR yaitu primer FrTb 5'-GTCGACGCTGACCGAAGAAGAC-3' dan RrTb 5'-GAGCCGATCAGACCGATGTTGG-3' (tabel A.2). Sekuen primer telah memenuhi kriteria parameter untuk sebuah primer yang digunakan dalam proses PCR (tabel A.3). 4. PEMBAHASAN Secara umum, primer yang ideal memiliki panjang antara 18 sampai 30 oligonukleotida. Panjang ini diharapkan cukup untuk dapat mengikat template pada suhu annealing dan mendapatkan sekuen yang spesifik (Borah, 2011). Jika primer terlalu pendek maka dapat mengurangi spesifisitas primer sehingga mudah menempel pada template dengan suhu annealing yang tidak diinginkan. Sedangkan jika primer terlalu panjang tidak mempengaruhi spesifisitas secara bermakna (Handoyo dan Rudiretna, 2001). Analisis menggunakan analyze mix wizard, yaitu simulasi primer dan DNA template M. tuberculosis dalam proses PCR menghasilkan fragmen sebesar 507 pb yang berada pada posisi 990-1496 (gambar B.1). Hasil analisis menujukkan bahwa primer berada dalam kondisi terbaik yaitu tidak terdapat dimer pada ujung 3 maupun di tempat yang lain, primer ini tidak berikatan dengan internal primer ataupun primer pasangannya. Primer yang didesain ini juga tidak menempel pada banyak molekul, dan dapat menempel dengan baik pada daerah yang ditargetkan. Sekuen primer sebaiknya tidak memiliki daerah yang dapat berikatan dengan internal primer tersebut maupun dengan primer pasangannya. Primer sebaiknya menggunakan pasangan basa yang komplemen dan tidak memiliki banyak binding sites dalam genom target (Diss, 2003). Primer yang baik merupakan primer yang memenuhi kriteria parameter primer. Parameter tersebut antara lain: melting temperature (Tm), persentase jumlah G dan C (%GC), 3 dimer, stabilitas, repeats, dan hairpins. Melting temperature (Tm) untuk primer forward dan reverse secara umum serupa (dalam rentang 2 sampai 4 o C) dan di atas 60 o C untuk menghasilkan produk PCR yang baik (Sulistyaningsih, 2007). Primer dengan Tm yang terlalu tinggi dapat menghasilkan produk PCR yang rendah. Sedangkan Tm yang terlalu rendah memiliki kecenderungan 125

menempel ditempat lain dan menghasilkan produk yang tidak spesifik. Tm pada primer yang didesain telah memenuhi kriteria yaitu 67 o C. Tm dapat dihitung secara manual dengan rumus Tm= 2(A+T) + 4(G+C). Tm dari primer tersebut dapat digunakan untuk menetapkan suhu annealing dalam PCR (Borah, 2011; Handoyo dan Rudiretna, 2001). Persentase GC merupakan persentase banyaknya guanin dan sitosin dalam suatu primer, sebaiknya % GC berada pada rentang 40-60 % (Borah, 2011). Primer yang didesain memiliki % GC sebesar 59% yang masih berada pada rentang kriteria % CG. Primer dengan % GC yang rendah dapat menurunkan efisiensi proses PCR yang disebabkan karena primer tidak mampu berkompetisi untuk menempel secara efektif pada template (Handoyo dan Rudiretna, 2001). Dimer pada ujung 3 primer sebaiknya tidak lebih dari 3 basa karena dapat menurunkan spesifisitas primer (Handoyo dan Rudiretna, 2001). Primer sebaiknya tidak mempunyai 3 atau lebih basa G atau C pada 3 dimer, karena dapat menstabilkan annealing primer non spesifik (Sulistyaningsih, 2007). Dimer pada ujung 3 masing-masing primer yang dirancang adalah 1 dimer pada primer forward dan 2 dimer pada primer reverse, dimer tersebut tidak melebihi batas dari parameter dimer suatu primer. Stabilitas suatu primer mempengaruhi penempelan primer pada template. Rentang stabilitas suatu primer adalah 1,2 2 kcal. Jika terlalu stabil maka primer akan menempel kuat pada template dan jika tidak stabil primer tidak dapat menempel dengan baik pada template. Pada primer yang telah didesain memiliki stabilitas 1,9 kcal pada primer forward dan 1,6 kcal pada primer reverse, stabilitas tersebut masih berada pada rentang stabilitas primer yang baik. Repeats merupakan nukleotida yang berulang dalam primer, adanya repeats dapat menyebabkan terjadinya pemempelan primer di tempat yang tidak diinginkan (mispriming). Pada primer yang didesain ini tidak terdapat repeats, sehingga primer yang dihasilkan berada dalam kondisi yang baik (Borah, 2011). Haipins merupakan interaksi intramolekuler dalam primer. Haipins dalam primer dapat menganggu proses penempelan primer pada template dalam proses PCR (Borah, 2011). Dalam primer yang didesain tidak terdapat haipins, sehingga primer ini cukup baik dapat digunakan dalam proses PCR. Primer yang didesain ini dapat memotong daerah target (dapat membatasi daerah amplifikasi dalam proses PCR) dengan tepat sesuai rentang daerah yang dirancang secara in silico. Hal ini menunjukan bahwa primer yang didesain sudah cukup baik untuk dapat digunakan dalam proses PCR dan dapat menghasilkan produk sesuai dengan rentang daerah yang diinginkan. 5. KESIMPULAN Primer dengan panjang sekuen sejumlah 22 oligonukleotida telah berhasil didesain dalam kondisi terbaik dengan fragmen sebesar 507 pb. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik, khususnya kepada Prof. Dr. Bauke W. (Rijk Universiteit Groningen; University of Groningen) atas bantuan softwere yang telah diberikan. DAFTAR PUSTAKA Borah, P. 2011. Primer Designing for PCR. Science Vision 11(3): P. 134-136. Diss, T. 2003. The Polymerase Chain Reaction. In Crocker, J. dan Paul, G.M. editors. Molecular Biology in Cellular Pathology. United Kingdom: John Willey and Sons, Ltd. P. 193-210. Handoyo, D. dan Rudiretna, A. 2000. Prinsip Umum dan Pelaksanaan Polymerase Chain Reaction (PCR) [General Principles and Implementation of Polymerase Chain Reaction]. Unitas, 9(1): P. 17-29. Sulistyaningsih, E. 2007. Polymerase Chain Reaction (PCR): Era Baru Diagnosis 126

dan Manajemen Penyakit Infeksi. Biomedis. 1(1): P. 17-25. WHO, 2011. Global tuberculosis control: WHO report 2011. Geneva, Switzerland: World Health Organization. P. 1-27. Available at http://whqlibdoc.who.int/publications/20 11/9789241564380_eng.pdf. Accesed on September 18th, 2012. 127

APENDIK A. Tabel A.1 Hasil pilihan produk primer yang didesain No GC (%) Tm ( o C) Dimers Maksimal False Priming ( o C) A B A B 3 Lain A B 1 59 59 67 67 2 6 - - 2 59 59 67 67 2 6-5 3 59 59 68 67 2 6 8-4 59 59 68 67 2 6 8 5 5 59 59 67 70 2 6-17 6 59 59 67 69 2 6-20 7 59 59 68 70 2 6 8 17 8 59 59 68 69 2 6 8 20 9 54 59 66 70 2 6 14 17 10 59 59 68 69 1 6 8 33 11 54 59 66 69 2 6 14 20 12 54 59 64 70 2 6 22 17 13 54 59 66 69 1 6 14 33 14 54 59 64 69 2 6 22 33 Table A.2 Sekuen primer yang dipilih Nama Primer Panjang Urutan Sekuen Nukleotida FrTb 22 5'-GTCGACGCTGACCGAAGAAGAC-3' RrTb 22 5'-GAGCCGATCAGACCGATGTTGG-3' Tabel A.3 Kriteria primer yang didesain Parameter Primer Batas Rentang Kriteria Primer Primer A B Panjang 18-30 basa 22 22 GC (%) 50-60 % 59 59 Tm ( O C) 55-80 O C 67 67 3 Dimers < 3 pada ujung 3 1 2 Dimers- Any < 7 basa 6 4 Stabilitas (Kcals) >= 1,2 kcals 1,9 1,6 Runs of bases < 3 bases Runs 2 2 Repeats < 3 dinuc repeats - - Hairpins Annealing 55 O C - - False Priming ( O C) - - APENDIK B. 128

Gambar B.1 Posisi penempelan primer yang didesain pada DNA template. Keterangan gambar: primer forward berada pada nukleotida ke 990 dan primer reverse berada pada nukleotida ke 1496, menghasilkan fragmen sebesar 507 pb 129

130