CATATAN TENGAH TAHUN KINERJA SOSIAL EKONOMI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III-2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROV SUMSEL FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,99 PERSEN.

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

BERITA RESMI STATISTIK. Keadaan Ketenagakerjaan NTB Agustus Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,32 persen

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI UTARA BULAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN II-2013

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

Berita Resmi Statistik

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

OPTIMISME KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG SEMAKIN MENURUN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2012

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT FEBRUARI 2017

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

Transkripsi:

CATATAN TENGAH TAHUN KINERJA SOSIAL EKONOMI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK Indonesia for Global Justice (IGJ) Disusun oleh: Niko Amrullah dan Priska Sabrina Luvita JULI 2015 Laporan lengkap studi dapat diakses melalui website: www.igj.or.id

DAFTAR ISI I. PENGANTAR II. EVALUASI KINERJA EKONOMI JOKOWI-JK 1. Kontraksi Ekonomi pada Q1 2015 2. Jumlah Pengangguran Meningkat 3. Laju Inflasi 4. Nilai Tukar Petani dan Nelayan III. ANALISIS SOSIAL DARI EVALUASI KINERJA EKONOMI JOKOWI-JK 1. Ketenagakerjaan 2. Indeks Tendensi Konsumsi (ITK) IV. Rekomendasi

CATATAN TENGAH TAHUN KINERJA SOSIAL EKONOMI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK Niko Amrullah 1, Priska Sabrina Luvita 2 Indonesia for Global Justice (IGJ) www.igj.or.id Dalam laporan ini, IGJ akan menyajikan analisis sosio-ekonomi yang berbeda berdasarkan data gross yang dikeluarkan secara langsung oleh pemerintah, yakni Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Hal yang perlu diperhatikan adalah indikator analisis preliminer ini akan merujuk pada sinergitas data gross pemerintah dengan Nawa Cita atau 9 Janji Perubahan Jokowi-JK. I. PENGANTAR Target Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,7% sejalan dengan amanat yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015. Namun, data BPS pertumbuhan ekonomi selama tiga bulan pertama di 2015 menunjukkan hanya menyentuh angka 4,71% 1. Terhitung bulan Juni 2015 ini, Kabinet Kerja Presiden Joko Jokowi Widodo dan Wakil Presiden Jusuf JK Kalla telah menginjak usia lebih dari 2 Triwulan. Jika analisis kinerja 100 hari berjalannya kabinet dianggap prematur dalam melihat seperti apa jalannya pemeritahan baru, maka Indonesia for Global Justice (IGJ) sebagai salah satu lembaga masyarakat yang berfokus pada isu perdagangan dan investasi merasa saat ini adalah momen yang tepat untuk memberikan analisis preliminer akan Kinerja Sosial- Ekonomi Kabinet Kerja Jokowi-JK. 1 http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150505155327-78- 51335/jokowi-minta-laporan-rakyat-untuk-genjot-ekonomi-kuartal-ii/ II. EVALUASI KINERJA EKONOMI JOKOWI-JK Kerja...Kerja...Kerja! Setengah tahun pemerintahan Jokowi-JK dipandang perlu untuk dievaluasi, seberapa serius semboyan Kerja...Kerja...Kerja...! itu dilaksanakan. Gejala pesimis mewarnai dinamika kinerja pemerintahan Jokowi-JK. Target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan, jauh bergeser mengalami penurunan. Laju inflasi yang semakin meningkat, bahkan jumlah pengangguran yang semakin bertambah menjadi serentetan pekerjaan yang harus ditunaikan. 1. Kontraksi Ekonomi pada Q1 2015 Target pertumbuhan ekonomi 5,6 persen pada 2015, hingga kini belum ada gejala optimis untuk terwujud. Ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mengalami kontraksi sebesar 0.18 dibandingkan kuartal sebelumnya (q to q). Jika dibandingkan dengan kuartal I 2014, laju pertumbuhan ekonomi saat ini mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,71 persen ini, merupakan angka terburuk dalam lima tahun terakhir.

8.00 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Tahun 2010-2015 6.00 4.00 5.99 6.44 6.32 5.99 5.16 4.71 2.00 0.00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi diwarnai oleh faktor musiman Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, khususnya komoditas padi yang mulai memasuki panen raya. Hal ini menyebabkan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh 14,63 persen. Kondisi ini masih menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia bersifat : ekstraktif dan rendah nilai tambah. 2. Jumlah Pengangguran Meningkat Pada Februari 2015 jumlah pengangguran meningkat sebanyak 210 ribu orang dibandingkan Agustus 2014, dan meningkat sebanyak 300 ribu dibandingkan Februari 2014. Jumlah pengangguran menjadi indikator sehat tidaknya kinerja ekonomi suatu negara. Kelesuan ekonomi nasional pada kuartal I 2015, berimbas kepada bertambahnya jumlah pengangguran. Berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar. Hal ini diperkuat oleh menurunnya Nilai Tukar Petani pada 6 bulan terakhir. 3. Laju Inflasi Laju Inflasi pun bergeser dari proyeksi yang ditetapkan sebesar 4,4 persen. Bulan Mei 2015 laju inflasi mencapai 7,15 persen, naik sebesar 2,75 persen dari target pemerintah. Pada Desember 2014 terjadi puncak inflasi, yaitu mencapai 8,16 persen. Kenaikan harga BBM bersubsidi menjadi komponen tertinggi penyebab inflasi tersebut.

104 103 102 101 100 99 98 Nilai Tukar Petani Dalam 6 Bulan Kabinet Kerja 102.87 102.37 102.19 101.86 101.32 101.53 100.14 100.02 Okt-14 Nov-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 Fakta ini seharusnya tidak membutakan pemerintah untuk menyerahkan harga BBM ke mekanisme pasar. Dalam komponen Nilai Tukar nelayan misalnya, kebutuhan BBM dalam aktivitas produksi menjadi komponen terbesar diantara kebutuhan lainnya. 4. Nilai Tukar Petani dan Nelayan Petani dan nelayan merupakan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang rentan terhadap gejolak perekonomian nasional ini. Dampak dari kontraksi ekonomi yang terjadi pada kuartal I 2015 menyebabkan nilai tukar petani menurun dari bulan-bulan sebelumnya. Bahkan peningkatan jumlah pengangguran pada Februari 2015 pun disumbang dari tenaga kerja di sektor pertanian. Demikian halnya dengan nelayan. Dampak kenaikan BBM pada pertengahan November 2014 menyebabkan anjloknya Nilai Tukar nelayan hingga angka 102,97 yang merupakan angka terburuk dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Hingga kini NTN masih menunjukkan nilai yang fluktuatif. Komponen BBM menempati hingga 60-80 persen dari total biaya melaut. Selain itu, distribusi BBMyang tidak merata pun turut menjadi penyebabnya.

108 107 106 105 104 103 102 101 NIlai Tukar Nelayan Dalam 6 Bulan Kabinet Kerja 106.66 106.72 106.2 105.48 105.18 105.28 104.26 102.97 Okt-14 Nov-14 Des-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 Mei-15 III. ANALISIS SOSIAL DARI EVALUSASI KINERJA EKONOMI JOKOWI-JK 1. Ketenagakerjaan Apa yang dapat dilihat dari tabel ini? Walaupun persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81% menurun dibanding TPT Agustus 2014 dan Angkatan Kerja beserta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pun bertambah, hal tersebut bukanlah angka yang merujuk pada hasil yang positif jika ditelisik lebih cermat lagi. Data ini perlu disandingkan dengan data bahwa jumlah pengangguran meningkat. Demikian pula Kenaikan sebesar 2.90% dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Indonesia pada Februari 2015 bisa dipastikan mendapatkan kontribusinya dari peningkatan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu dan mereka yang bekerja berstatus setengah penganggur.

penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu pada Februari 2015 mencapai 7,54 juta orang (6,24 %) yang mengalami kenaikan 0.85 dibandingkan Agustus 2014. Pun, pada Februari 2015 terdapat 10,04 juta orang (8,31 %) penduduk bekerja berstatus setengah penganggur, yaitu mereka yang bekerja tidak penuh dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan yang juga mengalami kenaikan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa walaupun angka pengangguran berkurang, kepastian kerja tidak serta-merta tercapai. Data ini menunjukkan bahwa kerja-kerja tanpa kepastian (status dan lama kerja) yang tetap kemudian menjadi wadah yang menyerap tenaga kerja pada triwulan I-2015. Pekerja informal pun masih mendominasi dengan total presentase 57,94% pada Februari 2015, sedangkan 42,06% diisi pekerja formal. Pun, perihal kepastian status pekerja, data ini belum menyinggung aspek pekerja alih daya (outsource) yang juga menjadi isu meresahkan di Indonesia. Tetapi hal yang mengenaskan dari perkembangan ketenagakerjaan di Indonesia adalah bahwa pada Februari 2015, tingkat pengangguran yang mengalami peningkatan dialami oleh lulusan SMK (1,84 poin), diploma I/II/III (1,62 poin), dan lulusan universitas (1,03 poin). Sehingga kepastian kerja yang sejalan dengan tingkat pendidikan belum tercapai pada saat ini.

2. Indeks Tendensi Konsumsi (ITK) Indeks Tendensi Konsumsi (ITK) merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi ekonomi konsumen BPS mengklaim terjadinya sedikit peningkatan kondisi ekonomi konsumen di tingkat nasional muncul dengan rasionalisasi adanya peningkatan kondisi ekonomi konsumen di 13 provinsi (39,39%), meskipun terjadi penurunan kondisi ekonomi konsumen di 20 provinsi lainnya. Berikut adalah datanya: Ada dua hal yang penting di sorot dari data ini, yaitu: dan perilaku konsumsi terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan. Laporan BPS memberikan klaim bahwa terdapat sedikit peningkatan kondisi ekonomi konsumen. 2 Berikut adalah tabel data dari BPS mengenai ITK Triwulan IV-2014 dan Triwulan I-2015 menurut variable pembentuknya. Namun apa yang dapat diambil dari data ini adalah bahwa inflasi yang terjadi pada triwulan I-2015 memiliki dampak yang garis lurus dengan tingkat pendapatan rumah tangga yang menurun 9.47. Demikian pula dengan konsumsi masyarakat. Secara gross, tingkat optimisme konsumen mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (nilai ITK sebesar 107,62). penurunan konsumsi di 20 provinsi se Indonesia dan kesenjangan ITK dari provinsi tertinggi ke terendah sebesar 13,71. Ada aspek yang tidak tercerminkan namun terlihat adalah pola bahwa inflasi berdampak lebih signifikan pada daerah luar Pulau Jawa dan Sumatra serta kesenjangan konsumsi masih menjadi permasalahan di tingkat nasional yang termasuk dalam agenda prioritas Nawa Cita. 2 Laporan BPS, hal. 86

3. REKOMENDASI KEBIJAKAN Rekomendasi Aspek Ketenagakerjaan 1. Menjaga kepastian kerja dengan menghapus sistem alih daya (outsourcing) melalui pencabutan Permenakertrans No. 19 Tahun 2012; 2. Merealisasikan janji upah layak, kerja layak, dan hidup layak dengan segera memastikan agar penyelenggaraan jaminan sosial yang menjadi mandat dari UU SJSN dan BPJS bisa segera jalan dan; 3. Memperkuat pengawasan atas pelanggaran dibidang ketenagakerjaan maupun hal-hal lain yang terkait dengan pidana perburuhan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Mei 2015 http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20150505155327-78- 51335/jokowi-minta-laporan-rakyat-untuk-genjot-ekonomikuartal-ii/ Rekomendasi Aspek Kesenjangan ITK 4. Mengurangi ketimpangan distribusi pembangunan di wilayah luar Pulau Jawa dan Sumatra (penyebaran sumber daya manusia, akses dan kualitas pendidikan, industri, perdagangan dan jasa, infrastruktur, irigasi, listrik, pendidikan dan bahkan sektor perikanan dan pertanian.) 5. Tidak melempar harga BBM subsidi kepada mekanisme pasar. 6. Memprioritaskan tiga sektor lapangan usaha yang mempunyai kontribusi terbesar: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Industri Pengolahan; dan Perdagangan