BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Bab 5 PEREKONOMIAN TERBUKA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

Keseimbangan Ekonomi Empat Sektor. Oleh: Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal jangka panjang dengan tujuan mendapatkan hasil di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu unsur utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara ASEAN telah setuju mewujudkan kawasan perdagangan bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Kutznets dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian teknologi, institusional, dan ideologis terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada. Salvatore (1997:47-48) menyebutkan bahwa perdagangan dapat menjadi salah satu mesin pertumbuhan (trade as engine of growth). Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan di dalam perekonomian yang terdiri dari kegiatan ekspor (mengirim barang atau jasa ke suatu wilayah ke wilayah lain) dan impor (mendatangkan barang atau jasa ke suatu wilayah ke wilayah lain). Namun di lain sisi, Krugman dan Obstfeld (2002:275) menyatakan bahwa perdagangan internasional berpeluang menimbukan efek eksploitasi terhadap negara berkembang dan rusaknya industri lokal. Untuk mengatasi fenomena tersebut, banyak negara telah membentuk sebuah integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan negara anggota dan menciptakan stabilitas yang tinggi (Salvatore, 1997:05). Indonesia sendiri sebagai negara yang terbuka telah melakukan integrasi ekonomi dengan berbagai negara sekawasan Asia Tenggara 1

2 dengan membentuk organisasi kerjasama regional di kawasan Asia Tenggara yang bernama ASEAN (Association Southeast Asian Nations) atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Negara Asia Tenggara. ASEAN dibentuk di Bangkok, 8 Agustus 1967. Salah satu tujuan utama organisasi adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan negara-negara anggotanya (Mikic, 2009:02). ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan salah satu bentuk perjanjian kerjasama di bidang ekonomi yang disepakati oleh seluruh negara anggota ASEAN tahun 1992. AFTA merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN, dengan menciptakan pasar regional bagi penduduknya dan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia, sehingga dapat menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antarnegara anggota ASEAN, melalui skema Common Effective Preferential Tariffs (CEPT) (Deperindag, 2002:01). Dalam skema CEPT, tarif yang dikenakan oleh setiap negara anggota ASEAN terhadap barang-barang impor dari negara ASEAN lainnya harus dikurangi hingga tidak lebih dari 5 persen. Menurut penelitian yang dilakukan Hartono, et al (2007) pemberlakuan kebijakan ini berimplikasi positif terhadap pertambahan PDB riil Indonesia, tingkat produksi nasional dan kesejahteraan. Ini berarti skema CEPT m/emberikan peluang yang besar dalam peningkatan volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara anggota ASEAN. Grossman dan Helpman (1990:52) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pada perekonomian terbuka, perdagangan internasional dapat meningkatkan rata-rata

3 pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Hal ini merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai dengan adanya integrasi ekonomi ASEAN dalam skema CEPT. Secara umum bahwa perdagangan dipengaruhi oleh banyak faktor dinataranya adalah tingkat inflasi, jumlah investasi, dan jumlah populasi disuatu negara. (Mankiw, 2007:16). Berdasarkan fakta ini dapat diketahui bahwa inflasi, jumlah investasi dan populasi dapat berdampak postif terhadap pertumbuhan eknomi suatu bangsa. Tingkat inflasi yang masih rendah yaitu berkisar 0-9 % akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Jumlah populasi yang tinggi juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa apabila tingginya jumlah populasi tersebut dapat diberdayakan secara maksimal. Jumlah populasi yang rendah akan menuntut suatu bangsa untuk menyerap tenaga kerja dari negara lain untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya (Muchtolifah, 2010:23-29). Demikian halnya dengan jumlah investasi yang semakin tinggi, yang juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui masuknya investorinvestor asing yang menanamkan modal baik dalam bentuk obligasi, saham dan lainnya. Dengan demikian, investasi tersebut akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui teknologi yang semakin baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya (Ikiara, 2003: 02-03). Dalam melakukan perdagangan, negara anggota ASEAN tidak hanya berinteraksi dengan sesama negara anggota. Sesuai dengan teori Heckscher-Ohlin mengenai perdagangan luar negeri, bahwasannya negara-negara dapat melakukan ekspor dan impor karena faktor kelimpahan sumberdaya (resources endowment) yang berbeda-beda (Krugman dan Obstfeld, 1991:98-104). Oleh karena itu, pada umumnya perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara ASEAN terdiri dari

4 perdagangan intra-regional dan perdagangan ekstra-regional. Perdagangan intraregional meliputi perdagangan satu negara ASEAN sesama negara anggota ASEAN. Sedangkan perdagangan ekstra-regional meliputi perdagangan satu negara ASEAN terhadap negara di luar anggota ASEAN. Berikut perkembangan ekspor dan impor perdagangan intra-regional serta perdagangan ekstra-regional yang dilakukan negara-negara anggota ASEAN dari tahun 2007-2009. Tabel 1.1.a. Perkembangan Perdagangan Net Intra Indonesia, Malaysia, & Singapura Tahun 2007-2009 (juta US$) Tahun Net Intra Indonesia Malaysia Singapura Pertumbuhan Net Intra Pertumbuhan Net Intra Pertumbuhan 2007-1500,00-7979,70-29153,30-2008 -13820,90-821,39 15726,10 97,08 31599,20 8,39 2009-3118,5 77,44 8664,9-44,90 22598,9-28,48 Sumber : ASEAN Statistical Year Book Berbagai Tahun Terbit (diolah) Tabel 1.1.b. Tahun 2007 2008 2009 Perkembangan Perdagangan Net Intra Thailand & Filipina Tahun 2007-2009 (juta US$) Thailand Filipina Net Intra Pertumbuhan Net Intra Pertumbuhan 7901,70 - -4843,20-9598,80 21,48-7235,00-49,38 5731,1-40,29-5722,7 20,90 Sumber : ASEAN Statistical Year Book Berbagai Tahun Terbit (diolah) Dari Tabel 1.1.a dan Tabel 1.1.b dapat dilihat bahwa terjadi fluktuasi nilai pertumbuhan intra ekspor negara ASEAN-5. yang berarti bahwa setiap negara anggota ASEAN-5 mengalami persentase pertumbuhan net intra ekspor yang tidak konsisten dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Diantara negara ASEAN-5 yang mengalami persentase pertumbuhan intra ekspor yang positif pada tahun 2011 adalah negara Indonesia (77,44%) dan Filipina (20,90%) sedangkan negara yang mengalami persentase pertumbuhan net intra ekspor yang negatif adalah negara Malaysia (-44,09%), Singapura (-28,48%) dan Thailand (-40,29%).

5 Sementara itu, net ekstra ekspor ASEAN-5 tahun 2007-2009 disajikan dalam Tabel 1.2.a. berikut. Tabel 1.2.a. Perkembangan Net Ekstra Indonesia, Malaysia, & Singapura Tahun 2007-2009 (juta US$) Tahun Net Ekstra Indonesia Malaysia Singapura Pertumbuhan Net Ekstra Pertumbuhan Net Ekstra Pertumbuhan 2007 41127,50-21315,60-6989,20-2008 21644,00-47,37 34471,00 61,72-105093,6 1603,66 2009 22799,3 5,34 24895,6-27,787 1448,9-101,38 Sumber : ASEAN Statistical Year Book Berbagai Tahun Terbit (diolah) Tabel 1.2.b. Perkembangan Net Ekstra Thailand & Filipina Tahun 2007-2009 (juta US$) Tahun 2007 2008 2009 Thailand Filipina Net Ekstra Pertumbuhan Net Ekstra Pertumbuhan 5703,80 - -204,80 - -12199,70 42,19-385,20-88,09 12996,5 60,07-1476,7-283,36 Sumber : ASEAN Statistical Year Book Berbagai Tahun Terbit (diolah) Dari Tabel 1.2.a. dan Tabel 1.2.b dapat dilihat bahwa Indonesia memperoleh nilai perdagangan ekstra-regional ASEAN yang lebih besar dibandingkan nilai perdagangan intra-regional ASEAN. Berarti bahwa setiap negara anggota ASEAN-5 mengalami persentase pertumbuhan net ekstra ekspor yang tidak konsisten tahun 2007 hingga tahun 2009. Diantara negara ASEAN-5 yang mengalami persentase pertumbuhan net ekstr ekspor yang positif pada tahun 2011 adalah negara Indonesia (5,34%) dan Thailand (60,07%) sedangkan negara yang mengalami persentase pertumbuhan net ekstra ekspor yang negatif adalah negara Malaysia (-27,79%), Singapura (-101,38%) dan Filipina (-283,36%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa setiap negara-negara ASEAN belum mampu untuk memanfaatkan integrasi ekonomi yang dibentuk secara

6 maksimal karena setiap negara ASEAN belum dapat untuk secara konsisten meningkatkan persentase pertumbuhan net-ekstra. Ketidakmampuan setiap negara-negara ASEAN untuk meningkatkan persentase pertumbuhan net-ekstra kearah positif disebabkan oleh banyak faktor penghambat seperti terjadinya krisis global pada tahun 2009. Untuk mengetahui apakah intra-regional atau ekstraregional yang lebih besar pada perdagangan ASEAN dapat diketahui dengan membandingkan antara kegiatan perdagangan intra-regional dan ekstra regional. Perbandingan antara kegiatan perdagangan intra-regional dan ekstra-regional ASEAN dapat terlihat dari Gambar 1.1. dan Gambar 1.2. di bawah ini. Nilai Net Intra (juta US$) 51000 48000 45000 42000 39000 36000 33000 30000 27000 24000 21000 18000 15000 12000 9000 6000 3000 0-3000 -6000-9000 -12000-15000 2007 2008 2009 Indonesia -1500-13820.9-3118.5 Thailand 7901.7 9598.8 5731.1 Singapura 29153.3 31599.2 22598.9 Malaysia 7979.7 15726.1 8664.9 Filipina -4843.2-7235 -5772.7 Gambar 1.1 Perkembangan Net Intra-Regional Negara ASEAN-5

7 Net Ekstra (juta US $) 50000 40000 30000 20000 10000 0-10000 -20000-30000 -40000-50000 -60000-70000 -80000-90000 -100000-110000 -120000 2007 2008 2009 Indonesia 41127.5 21644 22799.3 Malaysia 21315.6 34471 24895.6 Singapura 6989.2-105093.6 1448.9 Thailand 5703.8-12199.7 12996.5 Filipina -204.8-385.2-1476.7 Gambar 1.2 Perkembangan Net Ekstra-Regional Negara ASEAN-5 Dari Gambar 1.1. dan Gambar 1.2 tersebut terlihat bahwa total perdagangan negara di luar ASEAN-5 atau perdagangan ekstra-regional ASEAN- 5 lebih tinggi dibandingkan dengan total perdagangan negara intra-regional ASEAN-5 atau dengan negara di dalam ASEAN-5. Nilai net perdagangan intraregional tertinggi di negara ASEAN-5 adalah Thailand dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sedangkan net ekstra-regional tertinggi adalah negara Indonesia pada tahun 2007, namun pada mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 nilai net ekstra tertinggi adalah negara Malaysia. Perdagangan yang telah dilakukan oleh negara-negara ASEAN-5 baik itu perdagangan intra dan ekstra regional akan mempenagaruhi pendapatan nasional negara tersebut, semakin tinggi nilai perdagangan yang dilakukan maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut berpotensi akan lebih baik.

8 Mankiw (2007:16) menyebutkan bahwa pendapatan nasional sebuah negara dipengaruhi oleh empat faktor yaitu konsumsi (C), Investasi (I), Pembelian Pemerintah (G), dan Neto (NX). Sehingga, dapat dilihat bahwa perdagangan dan pendapatan nasional merupakan dua variabel yang saling terkait. Itulah sebabnya mengapa perdagangan yang dilakukan suatu negara dapat dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara tersebut dan negara mitra dagang. Dan sebaliknya, perdagangan itu sendiri juga mempengaruhi pendapatan nasional suatu negara. Perkembangan pendapatan nasional yang diproxy dengan Produk Domestik Bruto (PDB) dari setiap negara ASEAN-5 dapat dilihat pada Tabel 1.3.a dan Tabel 1.3.b. di bawah ini: Tabel 1.3.a. Perkembangan PDB per Kapita (Konstan 2000) Indonesia, Malaysia, & Singapura Tahun 2007-2009 (US$). Tahun Indonesia Malaysia Singapura PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan 2007 1.003,36-4925,77-31247,00-2008 1.052,43 4,89 5077,94 3,09 30131,62-3,5 2009 1.089,72 3,54 4914,91-3,21 28949,86-3,92 Sumber: Penn. World Tabel 7.1 Tabel 1.3.b. Tahun Perkembangan PDB per Kapita (Konstan 2000) Thailand & Filipina Tahun 2007-2009 (US$). Thailand Filipina PDB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan 2007 2562,72-1283,47-2008 2608,25 1,78 1314,23 2,40 2009 2531,23-2,95 1307,14-0,54 Sumber: Penn. World Tabel 7.1 Dari Tabel 1.3.a di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan pendapatan per kapita nasional untuk negara ASEAN-5 mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi. Diantara negara ASEAN-5 Indonesia meruapakan satu-satunya

9 negara yang persentase pertumbuhan yang positif. Grafik nilai PDB per kapita negara ASEAN-5 dapat dilihat pada Gambar 1.3. berikut ini : Nilai PDB per Kapita (US $) 34,000.00 32,000.00 30,000.00 28,000.00 26,000.00 24,000.00 22,000.00 20,000.00 18,000.00 16,000.00 14,000.00 12,000.00 10,000.00 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 0.00 2007 2008 2009 Indonesia 1,003.36 1,052.43 1,089.72 Malaysia 4925.77 5077.94 4914.91 Singapura 31247 30131.62 28949.86 Thailand 2562.72 2608.25 2531.23 Filipina 1283.47 1314.23 1307.14 Gambar 1.3 Perkembangan PDB per Kapita (Konstan 2000) Negara-Negara ASEAN-5 Dari Gambar 1.3. di atas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai PDB yang cenderung positif dari tahun ke tahun pada setiap negara-negara ASEAN-5. Kenaikan ini memberikan stimulasi yang positif terhadap perekonomian dan perdagangan di negara ASEAN-5. Kenaikan tertinggi untuk PDB pada tahun 2007-2009 diperoleh negara Singapura dan yang terendah adalah Filipina. Dari Gambar 1.3. tersebut dapat dilihat adanya kesenjangan yang cukup lebar dalam perolehan PDB antara Singapura dengan negara ASEAN-5 lainnya, termasuk dengan Indonesia. Perolehan PDB per kapita Indonesia tidak hanya dikalahkan oleh Singapura, namun juga Malaysia. PDB per kapita Singapura mencapai lebih dari dua puluh kali lipat dan PDB per kapita mencapai lebih dari

10 empat kali lipat dari PDB per kapita Indonesia. Bahkan PDB per kapita Thailand/ tumbuh dua kali lipat dari PDB per kapita Indonesia. Hal ini berarti kegiatan integrasi ekonomi ASEAN tersebut tidak berdampak bagi pemerataan kesejahteraan bagi seluruh anggota ASEAN. Melihat berbagai fenomena yang telah diuraikan sebelumnya, maka perlu diadakan penelitian lebih kanjut mengenai besarnya dampak kegiatan integrasi ekonomi khususnya integrasi ekonomi ASEAN terhadap peningkatan kesejahteraan negara-negara anggota ASEAN. Penelitian ini akan menganalisis bagaimana pengaruh perdagangan intra-regional ASEAN dan perdagangan ekstraregional ASEAN serta faktor-faktor lain terhadap perekonomian negara-negara ASEAN-5 yang diukur dengan produk domestic bruto (PDB) masing-masing negara tersebut. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah yang diuraikan maka masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh perdagangan intra-regional ASEAN, perdagangan ekstra-regional ASEAN, investasi asing langsung, tingkat inflasi, dan jumlah populasi terhadap pertumbuhan ekonomi setiap negara anggota ASEAN-5? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh perdagangan intra-regional ASEAN, perdagangan ekstra-regional ASEAN, investasi asing langsung, tingkat inflasi, dan jumlah populasi terhadap pertumbuhan ekonomi setiap negara anggota ASEAN-5.

11 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1. Sebagai instrument untuk memahami pengaruh dapn manfaat kegiatan perdagangan intra-regional dan ekstra-regional ASEAN terhadap perekonomian Indonesia. 2. Sebagai referensi pengambilan kebijakan oleh pihak-pihak yang mengemban tugas untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 3. Sebagai instrument evaluasi keberlangsungan keikutsertaan Indonesia dalam kegiatan integrasi ekonomi ASEAN. 4. Sebagai referensi untuk pihak-pihak yang melakukan penelitian dan studi yang terkait dengan penelitian ini.