FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEMANDIRIAN PETANI TANAMAN PANGAN BERAGRIBISNIS DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBERDAYAAN PETANI UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN KEMANDIRIAN PETANI BERAGRIBISNIS (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DALAM MEMBERDAYAKAN PETANI (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

PEMBERDAYAAN PETANI UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KAPASITAS DAN KEMANDIRIAN PETANI BERAGRIBISNIS (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

KEMANDIRIAN PETANI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN USAHATANI: KASUS PETANI SAYURAN DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN KABUPATEN PASURUAN ABDUL FARID

M. Zulkarnain Yuliarso 1. Abstract

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

PERSEPSI PETANI TERHADAP PERAN KELEMBAGAAN PENYULUHAN DALAM MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI DI KECAMATAN KERUMUTAN KABUPATEN PELALAWAN

Universitas Terbuka 2. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, FEMA IPB ABSTRACT

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PENYULUHAN DAN POS KESEHATAN HEWAN WILAYAH CISARUA KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

PERANAN KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN CIANJUR

METODE PENELITIAN. Populasi dan Sampel

PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN MELALUI PENDEKATAN KELOMPOK

Semakin tinggi tingkat pendidikan petani akan semakin mudah bagi petani tersebut menyerap suatu inovasi atau teknologi, yang mana para anggotanya terd

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA KINERJA PENYULUH PERTANIAN DAN DAMPAKNYA PADA KOMPETENSI PETANI KAKAO DI EMPAT WILAYAH SULAWESI SELATAN

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

PERSEPSI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG KELUARGA KECIL (KASUS PADA ETNIS BATAK TOBA DI DAERAH ASAL DAN PERANTAUAN)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

PENDAHULUAN Latar Belakang

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (P2KP) DI KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

PERSEPSI ANGGOTA TERHADAP PERAN KELOMPOK TANI PADA PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI BELIMBING

Mochamad Januar dan Sumardjo. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

ISSN Juli 2009, Vol. 07, No. 2

KOMPETENSI PENYULUH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI JAWA BARAT. Bambang Gatut Nuryanto

EVALUASI KINERJA PENYULUH BP3K DALAM BIDANG PETERNAKAN DI KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

HUBUNGAN ANTARA KEGIATAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

Peran Penyuluh Dalam Upaya Meningkatkan Produktifitas Padi Mendukung Swasembada Pangan

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

ABSTRACT. Keywords : Sago, Farmers Group Dynamics

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM MENERAPKAN USAHA TANI PADI ORGANIK

PERAN PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN KELOMPOK TANI DI KABUPATEN SUKOHARJO

PERANAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL KELOMPOK TANI TERHADAP TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI LEISA

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pemaparan penelitian ini, maka diperoleh

PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISTIK PETANI PENERIMA METODE SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SLPTT) PADI DI KECAMATAN CIAWI BOGOR.

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER. Sri Subekti Fak. Pertanian RINGKASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada Bab I dan berdasarkan hasil

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI PROVINSI GORONTALO

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Pengembangan pertanian organik (kasus penerapan pupuk organik pada padi sawah di kecamatan arga makmur; Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

Dr. Ir. Benu Olfie L.S, MS. (Ketua) Ir. Celcius Talumingan, MP. (Anggota) Yolanda P. I Rori, SP. MSc. (Anggota) 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

PEMBERDAYAAN PETANI DENGAN MODEL COOPERATIVE FARMING

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN BANDUNG 1) Unang Yunasaf 1) dan Basita Ginting 2)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan kosumsi komoditas-komoditas

Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Agriekonomika Volume 5, Nomor 2, 2016

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masih rawannya ketahanan pangan dan energi, serta berbagai permasalahan lain

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN KELOMPOKTANI (Studi Kasus pada Kelompoktani Irmas Jaya di Desa Karyamukti Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

KOMPETENSI PETANI JAGUNG DALAM BERUSAHATANI DI LAHAN GAMBUT: KASUS PETANI JAGUNG DI LAHAN GAMBUT DI DESA LIMBUNG KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

KEMAMPUAN PETANI DALAM MELAKSANAKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

Pengaruh Kompetensi pada Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Perilaku Petani Jagung di Provinsi Gorontalo

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

DAMPAK KEANGGOTAAN KELOMPOK LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN TAKALAR

METODE PENELITIAN. Contoh dan Cara Pengambilan Contoh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP DINAMIKA KELOMPOK DAN KAPASITAS PETANI DALAM AGRIBISNIS PADI ORGANIK

ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI MODEL PRIMA TANI SEBAGAI DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI DESA CITARIK KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOK/RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK

PERAN PENYULUHAN DALAM PEMBERDAYAAN PETANI KELAPA SAWIT POLA SWADAYA DI KABUPATEN KAMPAR

LANDASAN TEORI METODE PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI DALAM MEMILIH WAKTU PANEN JAGUNG (Kasus Pada Petani Jagung di Kabupaten Serang Provinsi Banten)

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

Transkripsi:

Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Petani Tanaman Pangan Beragribisnis (Marliati et al.) FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEMANDIRIAN PETANI TANAMAN PANGAN BERAGRIBISNIS DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU (The Influencing Factors to The Self Relience of Food Crops Farmers in Their Agribusiness in Kampar District, Riau Province) Marliati 1), Sumardjo 2), Pang S. Asngari 2), Prabowo Tjitropranoto 2), dan Asep Saefuddin 3) ABSTRACT The sustainable productivity of farmers can be realized if farmers own self relience. Farmers s self relience can be realized if farmers own capacity to optimize self capacity and utilization of agriculture resources capacity. Through multistage cluster sampling technique, found 75 person as farmer s sample. Research data including primary data and secondary data. Analysis of data done with correlation test, regression test and path analysis. The conclusion of this research is the self reliance level in agribusiness of food crop farmers, including the category low. The low level of self reliance of farmers in agribusiness caused by (a) the low level of capacity development needs of farmers in agribusiness, which include low development needs: productivity capacity; marketing capacity; capacity of the security business/agribusiness; capacity in group management; networking capacity and the capacity in performance improvement/progress; (b) low level of performance of agricultural extension; (c) low levels of non-formal education of farmers. Key words: agriculture extension worker, empowerment, capacity development, self-reliance, agribusiness PENDAHULUAN Kondisi petani sampai saat ini masih merupakan tantangan karena dalam melakukan agribisnis petani tidak saja dituntut berorientasi pada produk yang dibutuhkan pasar, tetapi juga harus mampu menciptakan pasar, efisien, dan memiliki daya saing. Petani tidak lagi hanya mengandalkan proteksi dan subsidi dari pemerintah, mereka dituntut untuk memiliki aspirasi, kreatif, mampu mengambil keputusan yang menguntungkan, inovatif, dan tangguh dalam melakukan agribisnisnya (Sumardjo, 1999). Dengan kata lain, petani harus memiliki kapasitas dan kemandirian dalam beragribisnis. Menurut Soewardi (1987), petani selama ini memiliki pilihan terbatas pada paket program pemerintah dan lebih berorientasi pada sikap menunggu petunjuk. Hal ini menyebabkan mereka kehilangan kekuatan diri sendiri dan lebih menunjukkan kebergantungan pada kekuatan dari luar. Menurut Slamet (1995), kebergantungan tersebut tidak hanya dalam hal mendapatkan informasi, tetapi 1) Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau 2) Guru Besar Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor 3) Staf pengajar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB 221

Forum Pascasarjana Vol. 33 No. 3 Juli 2010:221-228 juga dalam membuat keputusan-keputusan. Selain itu, masih banyak petani kita dalam kondisi marjinal, terutama petani tanaman pangan. Menurut Tjitropranoto (2005) dan Elyas (2001), istilah marjinal saat ini menjadi sesuatu yang cukup populer dan pada umumnya dikaitkan dengan kondisi masyarakat yang miskin, tidak berpendidikan, tidak terampil, dan lemah dari segala aspek kehidupan sehingga membuat posisi mereka menjadi sangat rentan terhadap perubahan sosial yang terjadi. Hal ini telah menyebabkan mereka berada pada kedudukan paling pinggir dalam pranata sosial dan terabaikan. Kondisi petani marginal ini juga dialami petani tanaman pangan di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Tingkat produktivitas petani tanaman pangan di Kabupaten Kampar masih tergolong rendah. Menurut BPS Kampar (2007), produktivitas petani sawah rata-rata hanya 0,407ton/ha, produktivitas jagung hanya 3,88 ton/ha, dan lain-lain yang masih rendah. Berdasarkan kenyataan ini, Menurut Tjitropranoto (2005), lahan marginal bukanlah lahan yang tidak berpotensi untuk menghasilkan produk pertanian unggulan, asalkan diterapkan teknologi pertanian yang tepat. Persoalan yang belum terpecahkan adalah bagaimana meningkatkan pendapatan petani di lahan marginal, yang merupakan sebagian besar dari jumlah seluruh petani. Permasalahan petani di lahan marginal menurut Tjitropranoto (2005), antara lain, adalah kapasitas diri dan pemanfaatan kapasitas sumber daya pertanian yang rendah, yang ditandai oleh pendidikan rendah, motivasi rendah, apatis, kemauan rendah dan kepercayaan diri rendah. Menurut Tjitropranoto (2005), pendapatan dan kesejahteraan petani dapat ditingkatkan dengan teknologi pertanian spesifik lokasi, disertai tersedianya teknologi pengolahan hasil pertanian dan pemasaran yang baik. Walaupun semua itu tersedia, produktivitas petani marginal masih bergantung pada karakteristik individu, kapasitas diri, dan pemanfaatan kapasitas sumber daya alam pertanian (termasuk pemanfaatan modal dan pemasaran untuk usaha pertaniannya). Produktivitas petani yang berkelanjutan dapat diwujudkan apabila petani memiliki kemandirian. Kemandirian petani terwujud jika petani mampu mengoptimalkan kapasitas diri dan pemanfaatan kapasitas sumber daya pertanian. Sesuatu yang menarik untuk diteliti adalah faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas dan kemandirian petani tanaman pangan beragribisnis? Berdasarkan berbagai tantangan, tuntutan, dan berbagai permasalahan yang berkembang, secara spesifik tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani tanaman pangan beragribisnis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan (2) menganalisis tingkat kemandirian petani tanaman pangan beragribisnis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research), yaitu menjelaskan hubungan kausalitas antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Walaupun demikian, untuk memperkaya data dan lebih memahami fenomena 222

Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Petani Tanaman Pangan Beragribisnis (Marliati et al.) sosial yang diteliti, dalam penelitian ini dilakukan upaya menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Pengambilan sampel petani (responden penelitian) dilakukan dengan metode pengambilan sampel gugus bertahap (multistage cluster sampling). Melalui metode pengambilan sampel ini, terpilih jumlah responden penelitian 75 orang petani. Kerangka penarikan sampel disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kerangka penarikan sampel No BIP/kecamatan sampel (Tahap 1) Desa sampel (Tahap II) Jumlah petani responden (Tahap III) 1 2 3 Tapung Hilir Bangkinang seberang Salo Tebing lestari Pulau Ganting damai 25 25 25 Jumlah 4 4 75 Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner terstruktur, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah (focus group discussion), dan pengamatan partisipasi (participant observation). Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dan studi literatur. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi, uji regresi berganda, dan analisis jalur (path analysis) HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani, Sitem Sosial dan Kinerja, Penyuluh Pertanian Karakteristik petani disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata petani berada pada usia produktif. Rata-rata tingkat pendidikan formal masih rendah, yaitu kelas dua SLTP. Tingkat pendidikan nonformal petani (jumlah hari mengikuti kursus/pelatihan pertanian) tergolong masih rendah, yaitu rata-rata hanya 8 hari. Pengalamam beragribinis, sudah memadai, rata-rata 12 tahun. Tabel 2. Rata-rata hasil skor penilaiankarakteristik petani (X 1 ), karakteristik sistem sosial (X 2 ) dan kinerja penyuluh pertanian (X 3 ) di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Variabel Petani tanaman pangan (n = 75) X1 Karakteristik petani: X11 Umur (tahun) 42 X12 Pendidikan formal (jumlah tahun sekolah) 8 X13 Pendidikan nonformal (jumlah hari) 8 X14 Pengalaman beragribisnis (tahun) 12 63 65 60 61 67 58 60 X3 Kinerja penyuluh pertanian (skor): 60 X2 Karakteristik sistem sosial (skor): X21 Nilai-nilai sosial budaya X22 Sistem kelembagaan petani X23 Dukungan tenaga ahli, kelembagaan Litluh X24 Fasilitasi agribisnis oleh pemerintah X25 Fasilitasi agribisnis oleh swasta X26 Kepemimpinan lokal Keterangan: Kategori penilaian 0-49 = sangat rendah; 50-69 = rendah; 70-85 = tinggi dan 85 100 = sangat tinggi 223

Forum Pascasarjana Vol. 33 No. 3 Juli 2010:221-228 Secara rata-rata, ternyata karakteristik sistem sosial petani berada pada kategori rendah. Hal ini belum mendukung kemandirian petani beragribisnis. Demikian juga halnya dengan rata-rata kinerja penyuluh pertanian, termasuk kategori rendah. Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Petani Agribisnis Pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani adalah terpenuhinya kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas petani (pemenuhan kebutuhan pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan komitmen) agar petani memiliki kemandirian beragribisnis dalam rangka better farming, better busines, friendly environment, dan better living. Tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis, yang meliputi enam aspek (Tabel 3), termasuk kategori rendah. Maknanya adalah tingkat terpenuhinya kebutuhan pengembangan, yakni kapasitas produktivitas agribisnis (kebutuhan akan pengetahuan, keterampilan, motivasi yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap teknis budi daya yang lebih baik, yaitu menggunakan sarana produksi yang berkualitas, modal, teknis budi daya yang lebih baik, teknologi spesifik lokasi, dan efisiensi usaha), pemasaran (pengetahuan informasi pasar, informasi harga, saluran pemasaran yang menguntungkan, dan efisiensi pemasaran.), keamanan usaha agribisnis (iklim, pengendalian hama dan penyakit, dan penanganan pascapanen), berkelompok (pencapaian tujuan kelompok, penyelesaian masalah dalam kelompok, dan dinamika kelompok), berjaringan (meningkatkan kemampuan menjalin kerjasama antarkelompok dan lembaga terkait lainnya secara sinergis), dan kebutuhan berprestasi dan kemajuan usaha (kreativitas, motivasi tinggi, kecermatan, ketekunan, dan lain-lain), masih termasuk kategori rendah. Tabel 3. Rata-rata skor tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis (Y 1 ) di Kabupaten Kampar, Provinsi Nama peubah Petani tanaman pangan (n= 75) Y1 Tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani 63 Y11 Meningkatkan produktivitas Y12 Pemasaran Y13 Keamanan usaha Y14 Berkelompok Y15 Berjaringan Y16 Kemajuan usaha/prestasi 64 63 64 60 58 62 Keterangan: Kategori penilaian 0-49 = sangat rendah; 50-69 = rendah; 70 85 = tinggi dan 85 100 = sangat tinggi Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Petani Beragribisnis (Y 1 ) Berdasarkan uji/analisis Path, faktor-faktor yang berpengaruh langsung dan tidak langsung (melalui kinerja penyuluh pertanian) terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis pada petani tanaman pangan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan analisis Path, faktor-faktor yang berpengaruh langsung dan tidak langsung (melalui kinerja penyuluh pertanian) terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis adalah (1) tingkat pendidikan formal petani, (2) pendidikan nonformal petani, (3) fasilitasi agribisnis oleh lembaga pemerintah; dan (4) kinerja penyuluh pertanian. 224

Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Petani Tanaman Pangan Beragribisnis (Marliati et al.) Koefisien R kuadrat (koefisien determinasi) dari faktor-faktor ini adalah 0,81 atau 81%. Artinya, besarnya pengaruh langsung faktor-faktor tersebut secara bersamasama terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis adalah sebesar 0,81 atau 81%. Sisanya, yaitu 19%, dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Faktor di luar model ini diduga, antara lain, adalah ketersediaan informasi dan inovasi spesifik lokasi. Tabel 4. Koefisien jalur faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis (Y 1 ) di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Pengaruh terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Peubah Petani Beragribisnis (Y1) (n = 75) Pengaruh Penuh tidak langsung (melalui Total langsung kinerja penyuluh X3) pengaruh X12 Pendidikan formal 0,10** 0,01 0,011 X13 Pendidikan nonformal 0,20** 0,02 0,22 X21 Nilai-nilai sosial budaya 0,10** 0,02 0,12 X22 Fasilitasi agribisnis oleh lembaga pemerintah 0,14** 0,02 0,16 X23 Fasilitasi agribisnis oleh lembaga swasta - - - X3 Kinerja penyuluh pertanian 0,37** - 0,37 R 2 0,81 Keterangan: ** = signifikan pada taraf 5 persen dan * = signifikan pada taraf 10% Hasil penelitian ini memberikan implikasi bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis untuk petani tanaman pangan dapat diperbaiki dan ditingkatkan dengan cara (1) meningkatkan akses petani terhadap pendidikan nonformal (melalui penyelenggaraan pelatihan atau kursus tani, ketersediaan informasi, dan lain-lain), (2) meningkatkan akses petani terhadap pendidikan informal (fasilitasi belajar sesama petani, belajar dalam lingkungan keluarga, dan lingkungan tempat tinggal), (3) meningkatkan efektifitas fasilitasi agribisnis oleh lembaga pemerintah (memampukan petani untuk akses terhadap penyediaan saprodi, permodalan, pemasaran, dan pengolahan hasil pertanian yang lebih baik); dan (4) meningkatkan kinerja penyuluh pertanian memberdayakan petani. Tingkat kemandirian petani beragribisnis adalah perwujudan kemampuan petani untuk memanfaatkan secara optimal potensi dirinya dalam beragribisnis, sesuai kesadaran diri, mampu berbuat yang terbaik untuk dirinya (mengatur diri sendiri), dan diyakini manfaatnya dalam rangka kesejahteraan hidupnya. Tingkat kemandirian petani dalam beragribisnis yang dicirikan oleh enam elemen pokok, termasuk kategori rendah (Tabel 5). Artinya, kemandirian intelektual petani beragribisnis (kemampuan memanfaatkan lahan, waktu, dan peluang untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan, kemampuan membuat keputusan yang rasional, kemampuan memecahkan masalah, dan lain-lain); kemandirian sikap, mental (memiliki rajin, ulet, tekun, percaya diri dan mampu bersikap dan bertindak yang terbaik bagi dirinya); kemandirian manajemen (kemampuan membuat perencanaan, melaksanakan yang sesuai rencana, mengevaluasi, dan menerapkan prinsip efisiensi dalam beragribisnis), kemandirian sosial (kemampuan berintraksi sosial dan menjalin kerjasama saling menguntungkan sesama petani, antarkelompok tani, dan dengan kelembagaan agribisnis lainnya), kemandirian material (kemampuan berinvestasi untuk pengembangan usaha dan mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar melalui pendapatan agribisnis) dan 225

Forum Pascasarjana Vol. 33 No. 3 Juli 2010:221-228 kemandirian pengembangan diri (kemampuan memanfaatkan informasi, media, tenaga penyuluh, dan pelatihan serta kemampuan berbagi ilmu dengan orang lain) termasuk kategori rendah. Tingkat kemandirian petani yang rendah di Kabupaten Kampar dapat dibuktikan dari rendahnya rata-rata produktivitas berbagai tanaman pangan, antara lain, padi sawah rata-rata 0,407 ton/ha GKP (BPS Kampar, 2007). Produktivitas padi sawah dengan menggunakan teknologi padi SRI (system of rice intensification) mampu mencapai 12 ton/ha GKP. Produktivitas padi gogo juga rendah, yaitu 2,41 ton/ha GKP (BPS Kampar, 2007). Tabel 7. Skor hasil penilaian tingkat kemandirian (X 6 ) di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Variabel Petani pangan (n = 75) Y2 Tingkat Kemandirian Beragribisnis 64 Y21 Kemandirian Intelektual 65 Y22 Kemandirian Sikap Mental 65 Y23 Kemandirian Manajemen 63 Y24 Kemandirian Sosial 64 Y25 Kemandirian Berinvestasi (Pengembangan Usaha) 64 Y26 Kemandirian Pengembangan Diri 63 Keterangan: Kategori penilaian 0-49 = sangat rendah; 50-69 = rendah; 70 85 = tinggi dan 85 100 = sangat tinggi 226 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Petani Beragribisnis (Y 2 ) Berdasarkan hasil analisis jalur, faktor-faktor yang berpengaruh langsung dan tidak langsung (melalui kinerja penyuluh pertanian dan tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis) terhadap kemandirian petani beragribisnis pada petani tanaman pangan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Koefisien jalur faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian petani tanaman pangan beragribisnis (Y 2 ) di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau Peubah Pengaruh langsung Pengaruh terhadap Kemandirian Petani Beragribisnis (Y1) (n = 75) Pengaruh tidak langsung (melalui kinerja penyuluh dan pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis ) Total pengaruh X12 Pendidikan formal 0,10** 0,02 0,12 X13 Pendidikan nonformal 0,10** 0,15 0,25 X21 Kinerja penyuluh pertanian 0,10** 0,23 0,33 X3 Tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani 0,70** - 0,70 beragribisnis R 2 0,91 Keterangan: ** signifikan pada taraf 5 persen dan * signifikan pada taraf 10% Berdasarkan besar koefisien jalur (pada Tabel 6), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian petani beragribisnis adalah (1) pendidikan formal petani, (2) pendidikan nonformal petani, (3) kinerja penyuluh pertanian memberdayakan petani, dan (4) tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis. Koefisien R kuadrat (koefisien determinasi) dari

Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemandirian Petani Tanaman Pangan Beragribisnis (Marliati et al.) faktor-faktor ini adalah 0,91 atau 91 persen. Artinya, besarnya pengaruh langsung faktor-faktor tersebut secara bersama-sama terhadap kemandirian petani tanaman pangan beragribisnis adalah sebesar 0,91 atau 91 persen. Sisanya, yaitu 9%, dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model. Berdasarkan hasil penelitian dari faktor-faktor yang berpengaruh langsung terhadap kemandirian petani beragribisnis (Tabel 6), dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut. (a) Kemandirian petani dapat ditingkatkan melalui kinerja penyuluh pertanian yang menjadikan petani mampu memenuhi kebutuhan pengembangan kapasitasnya dalam beragribisnis, didukung dengan meningkatkan akses petani terhadap pendidikan nonformal. Semakin tinggi akses petani terhadap pendidikan nonformal (misalnya, kursus tani atau pelatihanpelatihan) akan semakin meningkatkan kemandirian petani beragribisnis. Kursus atau pelatihan yang diberikan pada petani haruslah sesuai dengan pengembangan kapasitas yang petani butuhkan untuk meraih better farming, better bussiness, friendly environment, dan better living. (b) Secara spesifik pada petani tanaman pangan kemandirian dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pendidikan informal petani. Petani tanaman pangan banyak belajar dari cara-cara beragribisnis yang diwariskan keluarga, kerabat, dan teman-teman petani. Dalam hal ini penyuluh pertanian harus mampu mengembangkan kapasitas petani melalui cara-cara informal. Hal inilah pentingnya penyuluh pertanian berdomisili di wilayah tempat tinggal petani. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan (1) Tingkat kemandirian petani tanaman pangan beragribisnis termasuk kategori rendah. Rendahnya tingkat kemandirian petani beragribisnis disebabkan oleh (a) rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis, yaitu meliputi rendahnya pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas produktivitas, kapasitas pemasaran, kapasitas keamanan usaha/agribisnis, kapasitas berkelompok, kapasitas berjaringan dan kapasitas peningkatan prestasi/kemajuan usaha; (b) rendahnya tingkat kinerja penyuluh pertanian; (c) rendahnya tingkat pendidikan formal dan pendidikan nonformal petani. Ternyata, faktor pendidikan (pengembangan kapasitas) adalah faktor utama yang menentukan tingkat kemandirian petani. (2) Tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis kategorinya rendah. Pada petani secara keseluruhan, rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan pengembangan kapasitas petani beragribisnis ini disebabkan oleh (a) rendahnya tingkat kinerja penyuluh pertanian, yaitu kurang efektif atau rendah kinerja pengembangan perilaku inovatif petani dan kinerja penguatan tingkat partisipasi petani serta rendahnya tingkat kinerja penyuluh memperkuat akses petani terhadap berbagai sumber daya (b) faktor karakteristik petani, yaitu rendahnya tingkat 227

Forum Pascasarjana Vol. 33 No. 3 Juli 2010:221-228 pendidikan formal dan nonformal petani, (c) kurangnya fasilitasi agribisnis oleh pemerintah, dan (d) kurangnya dukungan nilai-nilai sosial budaya. Saran Pembuat kebijakan pembangunan pertanian dan pemerintah daerah yang diamanahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani hendaklah melakukan pemberdayaan petani dengan dilandasi upaya memampukan petani untuk memenuhi kebutuhan pengembangan kapasitas dan kemandirian petani beragribisnis karena masih rendahnya kedua aspek tersebut. Kemandirian petani beragribisnis ditingkatkan, petani memenuhi kebutuhan pengembangan kapasitas beragribisnis, memfasilitasi petani untuk akses terhadap pendidikan nonformal dan pendidikan informal, meningkatkan dukungan sistem sosial (terutama fasilitasi agribisnis oleh pemerintah dan oleh pihak swasta untuk meningkatkan akses petani terhadap berbagai sumber daya dan kelembagaan agribisnis). DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Kampar. 2007. Kabupaten Kampar Dalam Angka. Kampar: Badan Pusat Statistik, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Elyas et al. 2001. Seayun Langkah Membangun Riau: Pertanian Terpadu (Integrated Farming System). PT. RAPP Dalam Kenyataan di Riau. Pangkalan Kerinci, Riau: PPMR Press.. 2005. Berkembang Bersama Rakyat. Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR) Riaupulp. Pangkalan Kerinci, Riau: PPMR Press. Slamet M. 1995. Sumbang saran mengenai pola strategi dan pendekatan penyelenggaraan penyuluhan pertanian pada PJP II. Makalah Lokakarya Dinamika dan Perspektif Penyuluhan Pertanian pada PJP II, yang diselenggarakan oleh PSE. Pustaka dan CIIFAD, 4-5 Juli 1995. Bogor: PSE Pustaka dan CIFAD. Soewardi H.1987. Perkembangan penyuluhan pertanian di Indonesia. Prosiding Kongres Penyuluhan Pertanian 1987, 4-6 Juli 1987. Subang: PERHIPTANI Sumardjo. 1999. Transformasi model penyuluhan pertanian menuju pengembangan kemandirian petani (Kasus di Propinsi Jawa Barat) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tjitropranoto P. 2005. Penyediaan dan diseminasi inovasi teknologi pertanian untuk peningkatan pendapatan petani lahan marginal: peningkatan mutu partisipasi. Makalah pada Seminar Nasional Pengembangan Sumber daya Lahan Marginal. Mataram 30-31 Agustus 2005. Verhagen. 1987. Self Help Promotion, A Chalenge to The NGO Community. Amsterdam: Royal Tropical Institute. 228