BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Hubungan manusia dengan tanah sangat erat. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, tanah juga menjadi tempat kelahiran, tempat manusia berpijak, berlindung, mencari nafkah, dan tempat manusia dikuburkan. Bagi masyarakat adat, tanah merupakan bagian utama dalam kehidupan mereka dan sebagai salah satu benda yang mempunyai sifat religius. Tanah adat adalah tanah tertentu yang dikuasai oleh suatu komunitas adat di suatu wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia (Harahap, 2005). Dalam PMNA No.5 tahun 1999 disebutkan bahwa tanah ulayat adalah bidang tanah yang diatasnya terdapat hak ulayat dari suatu hukum adat tertentu. Namun istilah tanah adat belum diakomodasi di dalam undang-undang. Menurut Abdulharis et. al (2007) tanah adat dibagi menjadi tanah ulayat menetap, tanah ulayat berpindah dan semi berpindah, tanah adat milik pribadi, dan tanah kerajaan. Di Indonesia, penguasaan tanah secara pokok telah diatur oleh Undang- Undang Pokok Agraria (UUPA), yakni Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960. Dalam UUPA disebutkan juga mengenai tanah adat dan hak-hak adat. Pasal 3 UUPA menyebutkan bahwa : Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak adat dan hak- hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi. Berdasarkan ketentuan tersebut, negara mengakui adanya tanah adat sepanjang kenyataannya masih ada. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan masih adanya masyarakat adat yang memegang teguh tradisi dan aturan adat walaupun tidak tertulis. Namun, keberadaan tanah adat tersebut tidak jarang menimbulkan permasalahan diantara orang perorang, orang dengan kelompok, bahkan 1
kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar, masih terdapat masyarakat yang memegang teguh hukum adat sebagai pengatur atau sumber hukum yang wajib mereka patuhi. Akan tetapi, dampak dari penggunaan hukum adat tersebut untuk pengaturan hak atas tanah yang mereka miliki, sebagian besar kurang didukung oleh bukti-bukti kepemilikan yang kuat, karena tanah-tanah adat tersebut belum didaftarkan. Akar dari permasalahan diatas adalah masih adanya dualisme antara hukum pertanahan nasional dan adat sehingga dapat menimbulkan ketidakpastian hukum, suatu keadaan yang bertentangan dengan falsafah dan tujuan hukum itu sendiri. Akar permasalahan yang kedua yaitu sistem konversi hak atas tanah dari hak atas tanah adat ke salah satu hak atas tanah yang ada pada UUPA masih belum diatur secara tuntas oleh undang-undang yaitu pada proses pelaksanaan konversinya. Merujuk pada dua permasalahan diatas, maka diperlukan adanya aturan yang mengatur tentang perubahan hak atas tanah dari tanah adat ke hak atas tanah yang baru menurut UUPA. Aturan tersebut dijelaskan melalui suatu proses konversi hak atas tanah adat yang seharusnya diatur secara lebih detil oleh undang-undang dan peraturan pemerintah. Semua tanah, baik yang dimiliki atas nama seseorang atau Badan Hukum, baik hak milik adat atau hak atas tanah menurut buku II KUH Perdata diwajibkan untuk dikonversi kepada salah satu hak-hak atas tanah menurut UUPA dan didaftarkan sehingga terwujud unifikasi dan kesederhanaan hukum dalam hukum pertanahan Indonesia sesuai dengan tujuan dari UUPA. Setelah berlakunya UUPA dan PP No. 10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah dan kemudian telah diganti dengan PP No. 24 tahun 1997, tidak dimungkinkan lagi penerbitan hak-hak yang akan tunduk kepada Kitab Undang- Undang Hukum Perdata ataupun yang akan tunduk kepada hukum adat setempat, kecuali menerangkan bahwa hak-hak tersebut merupakan hak adat. Mengingat pentingnya pendaftaran hak milik adat atas tanah sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah secara sah sesuai dengan Pasal 23, Pasal 32, dan Pasal 38 UUPA, maka diberikan suatu kewajiban untuk mendaftarkan tanah adat khususnya hak milik 2
adat. Dengan demikian, semua tanah, baik yang dimiliki atas nama seseorang atau Badan Hukum, baik hak milik adat atau hak atas tanah menurut buku II KUH Perdata diwajibkan untuk dikonversi kepada salah satu hak-hak atas tanah menurut UUPA dan didaftarkan sehingga terwujud unifikasi dan kesederhanaan hukum dalam hukum pertanahan Indonesia sesuai dengan tujuan dari UUPA. Bahkan dalam Pasal 41 PP No. 10 tahun 1961 dan Pasal 63 PP. No. 24 tahun 1997 terdapat pengaturan pemberian sanksi bagi yang terlambat atau lalai untuk melakukan pendaftaran, baik pendaftaran tanah maupun pendaftaran hak atas tanah yang diakui sebelum berlakunya UUPA. 1.2 Perumusan Masalah Pertanyaan utama dalam penulisan tugas akhir ini yaitu : Sistem konversi hak atas tanah adat yang cocok untuk diterapkan di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar? Untuk menjawab pertanyaan utama di atas, maka diturunkan lagi menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana keberadaan masyarakat dan status tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar? 2. Jenis hak-hak atas tanah adat apa saja yang ada di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar? 3. Padanan hak mana yang tepat untuk hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar? 4. Alat bukti apa saja yang dipakai dalam penegasan konversi hak-hak atas tanah? 5. Bagaimana pelaksanaan proses konversi hak-hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar? 6. Dampak yang diakibatkan karena proses konversi terhadap masyarakat adat? 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Maksud dari penulisan tugas akhir ini yaitu untuk mengidentifikasi proses konversi hak-hak atas tanah adat ke hak atas tanah yang tertera pada UUPA dengan berpedoman pada ketentuan konversi UUPA dan PP 24 tahun 1997. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu untuk menyusun suatu aturan konversi yang cocok untuk pelaksanaan konversi hak atas tanah adat ke hak atas tanah yang tertera pada UUPA di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan informasi-informasi mengenai : 1. Keberadaan masyarakat dan status tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. 2. Jenis hak-hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. 3. Berbagai macam alat bukti yang dipakai dalam penegasan konversi hak-hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. 4. Gambaran pelaksanaan konversi yang pernah dilakukan terhadap tanah adat di wilayah sekitar Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. 1.4 Ruang Lingkup Kajian Adapun ruang lingkup dari penulisan tugas akhir ini yaitu aturan dan proses konversi hak atas tanah adat kedalam bentuk hak atas tanah yang diakui UUPA di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. Maka batasan data yang akan digunakan untuk membatasi ruang lingkup di atas yaitu : 1. Masyarakat dan tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. 2. Jenis hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. 3. Alat bukti hak atas tanah sebagai syarat dalam proses konversi. 4. Proses konversi yang pernah terjadi di wilayah sekitar Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. 5. Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga sebagai wilayah penelitian di daerah Jawa Barat. 4
1.5 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang dipakai dalam penulisan tugas akhir ini yaitu: a) Persiapan, dengan melakukan studi literatur dari buku, artikel, internet, dan dokumen lainnya mengenai : - Hukum pertanahan nasional. - Hukum adat. - Sistem konversi dan pendaftaran hak atas tanah. b) Pengumpulan data melalui survey ke Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar mengenai : - Peta lokasi wilayah penelitian, diperoleh dengan melakukan capture dari google earth. - Karakteristik masyarakat adat, diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara kepada masyarakat adat yang bersangkutan. - Aturan dan hukum adat, diperoleh dengan melakukan wawancara kepada ketua adat dan masyarakat serta berdasarkan penelitian sebelumnya. - Hak masyarakat adat terhadap tanah, diperoleh dengan melakukan pengamatan penggunaan tanah dan wawancara kepada ketua adat serta masyarakat. - Alat bukti kepemilikan tanah adat, diperoleh dengan melakukan wawancara kepada masyarakat pengguna tanah pemukiman maupun tanah garapan. - Pelaksanaan konversi yang pernah terjadi, diperoleh dengan melakukan wawancara kepada lembaga adat dan pemerintahan setempat. c) Pengolahan data, dilakukan dengan cara mengidentifikasi komponen yang dibutuhkan dalam pelaksanaan konversi hak, yaitu mengenai : - Keberadaan masyarakat adat - Status tanah adat - Jenis hak atas tanah adat - Alat bukti kepemilikan tanah 5
d) Analisis, yaitu dengan melakukan perbandingan terhadap hasil pengolahan data dengan hukum pertanahan yang ada, yang berkaitan dengan sistem konversi hak atas tanah adat yaitu : - Analisis keberadaan masyarakat dan status tanah adat - Analisis hak atas tanah adat. - Analisis padanan hak atas tanah adat dalam UUPA. - Analisis bukti kepemilikan hak atas tanah adat. - Analisis sistem konversi hak atas tanah adat dikaitkan dengan aturan konversi menurut UUPA dan PP No. 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah. e) Kesimpulan, merupakan hasil yang diperoleh dari proses analisis yang telah dilakukan yaitu mengenai sistem konversi hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. Diagram metodologi penelitian digambarkan sebagai berikut : Persiapan Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Penelitian Kesimpulan Gambar 1.1 Metodologi penelitian 6
1.6 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan latar belakang penulisan tugas akhir, perumusan masalah, maksud penulisan tugas akhir, tujuan yang ingin dicapai, ruang lingkup kajian yang akan dibahas, metodologi yang dipakai dalam penelitian, sistematika penulisan laporan tugas akhir, dan jadwal pelaksanaan tugas akhir. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang konsep hubungan manusia dengan tanah, baik secara teori maupun secara hukum di Indonesia, jenis hak atas tanah yang ada di Indonesia termasuk hak-hak atas tanah adat, dijelaskan juga tentang ketentuan pendaftaran tanah dan konversi yang ada dalam UUPA. BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan membahas data dan informasi mengenai masyarakat berikut tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. Selain itu dijelaskan juga tentang pelaksanaan konversi yang telah berlangsung di wilayah sekitar Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar. BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang keberadaan masyarakat, status tanah, hak atas tanah, serta alat bukti hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar, sebagai masukan untuk mendapatkan sistem konversi yang cocok diterapkan di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar sebagai sampel wilayah penelitian di Jawa Barat. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan serta saransaran untuk pengembangan lebih lanjut. 7