PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

BAB I PENDAHULUAN. darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium( Dep Kes RI Th1995 ).

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH (METODE SEDIMAT) MENGGUNAKAN NATRIUM SITRAT 3,8% DAN EDTA YANG DI TAMBAH NaCl 0,85% Yane Liswanti ABSTRACK

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PENGUKURAN LAJU ENDAP DARAH METODE HUMASED 20 DIBANDINGKANDENGAN METODE WESTERGREN PADA PENDERITA TBC

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL ANTARA SAMPEL DARAH DENGAN PENGENCERAN DAN TANPA PENGENCERAN PADA PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

!"#!$%&"'$( )) Kata kunci: Differential counting, zona atas dan bawah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cairan yang disebut plasma yang di dalamnya terdapat unsur-unsur padat,

GAMBARAN HASIL LAJU ENDAP DARAH METODE WESTERGREN PADA SUHU 16 C DAN 25 C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makhluk hidup. Sel eritrosit termasuk sel yang terbanyak di dalam tubuh manusia.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. laboratorium dituntut untuk memberikan hasil yang tepat, cepat dan akurat.

ABSTRAK. Penny Setyawati Martioso, dr., Sp.PK., M.Kes.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN VOLUME DARAH DALAM TABUNG K 2 EDTA DENGAN JUMLAH LEUKOSIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT METODE MANUAL DAN AUTOMATIK MIFTAHUL FARID P

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan kumpulan dari cairan, sel-sel dan partikel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Anti Koagulansia, pengawet dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung elektrolit. (Muttaqin Arif, 2009) trombosit, dan komponen lainnya. (A.V. Hoffbrand dan J.F. Pettit.

ILMU PATOLOGI KLINIK. Dr. BURHANUDDIN NST, SpPK-KN,FISH

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Darah merupakan salah satu bagian dari tubuh yang sangat memiliki

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian darah yang berasal dari donor kepada seorang penderita (resipien).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitive sampai manusia. Darah dalam keadaan fisiologik selalu berada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pengambilan data cross-sectional. Adapun sumber data yang. dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

1 Universitas Kristen Maranatha

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN KLINIK SISTEM UROGENITALIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN DARAH RUTIN TERHADAP PEMBENDUNGAN PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA DENGAN WAKTU 3 MENIT

BAB III METODE PENELITIAN

NILAI RUJUKAN HEMATOLOGI ORANG DEWASA NORMAL DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Transkripsi:

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK Ardiya Garini Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang ABSTRAK Laju Endap Darah merupakan salah satu parameter pemeriksaan darah lengkap yang menggambarkan perbandingan antara eritrosit dan plasma. Peningkatan Laju Endap Darah merupakan respon yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah cara Westergren pengenceran dengan cara otomatik. Jenis penelitian ini adalah potong lintang. Sampel yang digunakan adalah 50 orang laki-laki yang melakukan general cek-up calon pegawai pada instansi BUMN dengan usia 19 35 tahun Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi statistik hasil laju endap darah cara Westergen pengenceran memiliki median 5,00 dan hasil laju endap darah minimumnya 1 mm/jam dan maksimumnya 20 mm/jam. Distribusi statistik laju endap darah cara Otomatik memiliki median 5,00 dan hasil laju endap darah minimumnya 1 mm/jam dan maksimumnya 14 mm/jam. Berdasarkan Uji statistik yang dilakukan didapat hasil p value = 0,084, berarti Ha ditolak yang artinya tidak ada pengaruh rata-rata hasil pemeriksaan laju endap darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan cara Otomatik. Dari hasil tersebut dapat disimpukan bahwa tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan laju endap darah cara Westergren pengenceran dengan cara otomatik. maka dari itu diharapkan pada klinisi dapat menggunakan hasil pemeriksaan laju endap darah untuk melakukan diagnosa dan pengobatan bagi masyarakat yang membutuhkan. Kata Kunci : LED, Westergren-Otomatik Kepustakaan :9(1992-2009) Latar Belakang Masalah Dalam bidang hematologi, tes darah lengkap sering diminta oleh para dokter disamping tes urinalisis. Untuk tes darah lengkap, diperiksa darah vena yang telah dicampur baik dengan antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid) sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-garam ini mengubah ion calcium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion. (1,2) EDTA tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya eritrosit dan tidak juga terhadap bentuk lekosit. Selain itu EDTA mencegah trombosit menggumpal, karena itu EDTA sangat baik dipakai sebagai antikoagulan pada hitung trombosit. Tiap 1 mg EDTA menghindari

membekunya 1 ml darah, bila dipakai EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari sebenarnya. EDTA sering dipakai dalam bentuk larutan 10%. (2) Darah EDTA dapat dipakai untuk beberapa macam pemeriksaan hematologi, seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah lekosit, eritrosit, trombosit, retikulosit, hematokrit, dan penetapan Laju Endap Darah (LED) menurut Westergren dan Wintrobe, tetapi tidak dapat dipakai untuk percobaan hemoragik dan pemeriksaan faal trombosit. Sedangkan antikoagulan natrium sitrat 3,8%, yaitu larutan yang isotonik dengan darah dapat dipakai untuk pemeriksaan LED dan beberapa macam percobaan hemoragik. (2) Pada pemeriksaan LED cara Westergren, darah EDTA diencerkan 5/4 kali dengan larutan Natrium Sitrat 0,109 M atau NaCl 0,9%. (3) LED atau dalam bahasa Inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu parameter pemeriksaan darah lengkap yang menggambarkan perbandingan antara eritrosit dan plasma. LED terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan LED merupakan respons yang tidak spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit. Bila dilakukan secara berulang LED dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. LED yang meningkat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan LED dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan LED yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. (4) Selain pada keadaan patologik, LED yang cepat juga dapat dijumpai pada keadaan-keadaan fisiologik seperti pada waktu haid, kehamilan setelah bulan ketiga dan obat-obatan seperti : dextran, methyldopa (aldomet), oral contraceptives, penicillamine, procainamide, theophylline, dan Vitamin A. Sedangkan aspirin, cortisone dan quinine menyebabkan LED menurun. (5) Tahun 1921 Internasional Committee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan cara Westergren sebagai metode standar dalam melakukan pemeriksaan LED dengan menggunakan sampel darah sitrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian Natrium sitrat 3,8%). Pada tahun 1988 ICSH juga merekomendasikan cara Westergren dengan sampel darah yang tidak diencerkan menggunakan antikoagulan EDTA. Modifikasi ini dipakai karena dapat memperkecil resiko infeksi, cara

kerja lebih praktis karena tidak ada pengenceran dengan Natrium sitrat atau NaCl 0,9%, serta mengurangi volume pengambilan darah karena darah EDTA digunakan pada pemeriksaan darah lengkap, dimana permintaan pemeriksaan darah lengkap biasanya bersamaan dengan permintaan LED dan hasil LED pengenceran mempunyai nilai koreksi. (6) Perhitungan LED secara Westergren diukur dengan memasukkan darah ke dalam tabung Westergren selama satu jam. Cara lainnya adalah metode Wintrobe dengan hasil tidak seberapa selisihnya jika LED itu dalam batas-batas normal. Akan tetapi nilai itu berselisih jauh pada keadaan mempercepatnya laju endap darah, dengan cara Westergren didapat nilai yang lebih tinggi, hal ini disebabkan pipet westergen yang hampir dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan tadi menyebabkan para klinisi lebih menyukai cara Westergen daripada cara Wintrobe. Dengan kemajuan teknologi sekarang pemeriksaan LED mulai menggunakan cara otomatik, alat ini masih terbatas pada laboratorium dengan pemeriksaan LED>30 sampel/hari dengan pertimbangan efisiensi waktu pemeriksaan, tenaga kerja, kemudahan cara kerja, dan biaya yang dikeluarkan sedangkan untuk pemeriksaan LED<30 sampel/hari cara Metode Penelitian Westergren masih banyak dipergunakan. Untuk itu perlu diketahui berapa besar perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh kedua cara tersebut yang masing-masing mempunyai keterbatasan. Pada Laboratorium RS PUSRI Palembang pemeriksaan LED yang digunakan adalah Westergren pengenceran dengan rata-rata > 30 sampel/hari, dan terjadi kenaikan >100 sampel/hari apabila terdapat pemeriksaan general cek-up calon pegawai, dengan kondisi jumlah pipet dan rak standar Westergren sudah tidak mencukupi lagi untuk mengatasi kenaikan tersebut maka diperlukan alat otomatik untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan LED. Maka dari itu perlu dilihat apakah ada perbedaan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan cara Otomatik. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endapan Darah cara Westergren pengenceran dengan cara Otomatik. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan LED cara Westergren dan otomatik

Jenis penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan desain analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Rumah Sakit Pusri Palembang bulan Januari 2011. Populasi dalam penelitian ini berasal dari data sekunder berjumlah 95 orang yang melakukan general cek-up penerimaan calon pegawai pada instansi BUMN tahun 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang laki-laki yang melakukan general cek-up calon pegawai pada instansi BUMN tahun 2011. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Purposive yaitu berdasarkan kriteria yang dipilih oleh peneliti (9). Metode pemeriksaan automatik adalah metode Infrared Photo Cell menggunakan analyzer ESR 3000 SFRI dengan tabung SFRI yang didalammnya telah terisi Trisodium Citrat 0,129M (Na Citrat 3,8 %) sebanyak 0,4 ml bersegel merupakan tabung steril yang hampa udara (vacum), bertutup karet berwarna hitam ukuran panjang 120 mm dan diameter 9 mm. Pada bagian tengah terdapat dua garis sebagai batas isi sampel, batas atas bagian maksimum, batas bawah bagian minimum dengan volume tabung 1,6 ml. (8) Prinsip Pemeriksaan otomatik adalah Darah didalam tabung ESR SFRI dengan volume kurang lebih 1,6 ml di homogenkan dengan cara dibolak balik sebanyak 5x supaya sampel sempurna kemudian masukkan kedalam lubang yang dipilih dan dibaca oleh alat menggunakan Infrared Photocell, setiap 3 menit sebanyak 10 kali selama 30 menit hasil yang dikeluarkan dalam satuan mm/menit. nilai normal sesuai dengan metode referensi westergren. (8) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1. Distribusi Statistik Hasil LED cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran Variabel Median Minimal - Maksimal Westergren 5,00 1 20 Tabel 2. Distribusi Statistik Hasil Laju Endap Darah cara Otomatik Variabel Median Minimal Maksimal Otomatik 5,00 1 14 Tabel 3. Distribusi Statistik Perbandingan Hasil LED cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan Cara Otomatik Variabel Mean SD P value Westergren Otomatik 6,50 5,30 * Wilcoxon Signed Ranks Test Pembahasan 5,08 4,06 0,084* Hasil Laju Endap Darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran, setelah dilakukan

analisis data didapat median 5,00 dengan hasil laju endap darah minimum 1 mm/jam dan hasil laju endap darah maksimum 20 mm/jam. Hasil Laju Endap Darah cara Otomatik Setelah dilakukan analisis data didapat median 5,00 dengan hasil laju endap darah minimum 1 mm/jam dan hasil laju endap darah maksimum 14 mm/jam. Berdasarkan Wilcoxon Signed Ranks Test yang dilakukan pada perbandingan laju endap darah cara Westergren pengenceran dengan cara Otomatik didapat hasil p value 0,084 ( p value > 0,05 = Ho diterima). Dengan demikian Ha ditolak berarti tidak ada perbedaan hasil laju endap darah cara Westergren pengenceran dengan cara Otomatik Kesimpulan Tidak ada perbedaan hasil laju endap darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan cara Otomatik DAFTAR PUSTAKA 1. Hardjoeno. 2003. Interpretasi hasil tes Laboratorium Diagnostik. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin: Makassar 2. Gandasoebrata, R. 2001. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat: Jakarta 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1998. Pemeriksaan Laboratorium hematologi sederhana. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta 4. Anonim. 2009. Laju Endap Darah (LED). http://www.kalbe.co.id/led 5. Pagana D, Katleneen. Pagana J, Timothy. Mosby s Diagnostic and Laboratory Test Reference. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unsri / RSMH Edisi ke 2: Palembang 6. ICSH.1992. ICSH Recomendations for Measurement of Erithrocyte Sedimentation Rate. J Clin Pathol 1993;46:198-203 7. Kresno, SB.1996. Pengantar Hematologi dan Imunohematologi. FKUI: Jakarta Saran Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai laju endap darah cara Westergren menggunakan darah EDTA tanpa pengenceran dengan melakukan perhitungan konversi, dalam jumlah sampel yang lebih besar 8. Anonim. Operator Manual ESR 3000 Analyzer. 2006. SFRI Sarl- Berganton-33127 Saint Jean d lllac-france 9. Hastono, PS. 2001. Analisis Data. FKUI: Jakarta