PERBANDINGAN HASIL ANTARA SAMPEL DARAH DENGAN PENGENCERAN DAN TANPA PENGENCERAN PADA PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN HASIL ANTARA SAMPEL DARAH DENGAN PENGENCERAN DAN TANPA PENGENCERAN PADA PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN"

Transkripsi

1 Marufah SDH PERBANDINGAN HASIL ANTARA SAMPEL DARAH DENGAN PENGENCERAN DAN TANPA PENGENCERAN PADA PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN Oleh Ma rufah Dosen Prodi Analis Kesehatan AAKMAL Malang INTISARI Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paerbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah cara westergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran Sampel penelitian ini menggunakan 20 sampel yang diambil dari relawan / mahasiswa Akademi Analis Kesehatan Malang. Sampel diambil dari darah vena sebanyak 3 cc tiap sampel. Kemudian dimasukkan kedalam tabung penampung yang sudah di isi antikoagulan EDTA 10% dalam bentuk larutan 0,03 cc, lalu dicampur dengan gerakan memutar sampai homogen. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spuit, torniquet, tabung penampung, rak tabung reaksi, tabung Westergren, Rak tabung Westergren, bulb. Bahan yang digunakan adalah sampel darah vena, NaCl 0,9%, antikoagulan EDTA 10%, alkohol 70%. Penelitian ini dikerjakan secara manual menggunakan tabung Westergren, darah dengan antikoagulan EDTA 10%, diencerkan dengan larutan fisiologis atau NaCl 0,9% dengan perbandingan 4 bagian darah dan 1 bagian larutan fisiologis, campur dalam tabung tersendiri. Kemudian dimasukkan dalam tabung Westergren sampai tanda 0, dan menekannya pada rak Westergren dengan posisi vertikal. Setelah 1 jam pembacaan dilakukan dengan menghitung jarak terpisahnya sel darah merah dari plasma dan mengendap ke dasar tabung. Laju endap darah dinyatakan dalam mm per jam. Data yang telah terkumpul, dikoding dan diolah melalui komputer menggunakan program SPSS PC versi 15., menggunakan metode uji statistik Paired- Sampel T Test. Hasil penelitian ini dapat dsimpulkan bahwa secara statistik, perbandingan hasil LED cara Westergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p=0,002. Pada LED yang diperiksa dengan sampel tanpa pengenceran didapatkan hasil yang lebih tinggi dibanding LED menggunakan sampel dengan pengenceran Kata kunci: Laju endap darah, pengenceram dan tanpa pengenceran PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak diketahui bahwa laju endap darh adalah tes yang tidak spesifik dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, hasil tes harus dihubungkan dengan gejala klinis, riwayat kesehatan pasien, dan hasil test yang lain. Bila hasil tes laju endap darah sesuai dengan gejala klinis, maka dokter bisa menegaskan atau menyingkirkan diagnosa yang dicurigai. Bila laju endap darh digunakan

2 tunggal, tanpa gejala penyakit yang spesifik, tidak akan memberi informasi yang culup kepada dokter untuk membuat keputusan medis. Sebelum melakukan pencarian secara luas tentang suatu penyakit, seoran gdokter boleh mengulang pemeriksaan laju endap darah setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Bila dokter telah mengetahui penyakit pasien, dokter boleh meminta pemeriksaan laju endap darah dengan cara rutin untuk memantau keadaan penyakit. Tingginya hasil pemeriksaan laju endap darah tidak hanya dihubungkan dengan peradangan, tapi juga dengan anemia, infeksi, kehamilan dan usia tua. Peningkatan laju endap darah dapat berarti terjadi peningkatan pada peradangan atau lemahnya respon terhadap suatu terapi, bila terjadi penurunan laju endap darah berarti suatu respon yang baik. Tinggi atau rendahnya laju endap darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam tugas akhir ini kami mengadakan penelitian untuk mengetahui apakah sama hasil pemeriksaan laju endap darah cara westergren antara sampel yang diencerkan dan sampel yang tidak diencerkan dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengenceran terhadap hasil laju endap darah. Sampel diambil dari mahasiswa Akademi Analis kesehatan malang 2011 Permasalahan dalam peneltian ini adalah bagaimanakah perbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah cara Weatergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran? Tinjauan Pustaka Darah Darah merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, darah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan selama ratusan tahun. Observasi-observasi darah pada awalnya bersifat sederhana. Perkembangan dalam bidang biokimia, imunologi, enzimologi dan hematologi morfologi mengungkapkan bahwa kompleksitas darah tak terbatas. Perubahan perubahan komposisi darah mempengaruhi sel darah, komposis kimia plasma, dan sifat-sifat darah sebagai cairan. Darah yang bersirkulasi terdiri atas unsur-unsur yang tersuspensi dalam cairan. Unsurunsur yang terbentuk adalah sel-sel darah (eritrosit, leukosit, platelet). Cairan ini adalah plasma asli, cairan kompleks yang komposisinya ditentukan oleh keseimbangan antara darah dan cairan ekstravaskuler. Pertama-tama, darah normal yang diambil dari sirkulasi membentuk gel atau bekuan. Perubahan fisik sederhana ini, disebabkan polimerasi protein plasma fibrinogen menjadi fibrin. Ketika seluruh darah menggumpal, unsur-unsur yang terbentuk terperangkap dalam jaring fibrin. Bekuan mengalami retraksi dan mengeluarkan cairan yang disebut serum. Serum berbeda dengan plasma karena tidak mengandung fibrinogen. Perbedaan-perbedaan lain antara serum dan plasma berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi akibat faktor-faktor pembekuan darah. Koagulasi darah bisa dihambat oleh penambahan sejumlah zat antikoagulan, dan plasma bisa diperoleh dengan cara sentrifugasi atau sedimentasi.(miale JB, 1962). Laju Endap Darah (LED) Laju endap darah (LED) adalah suatu tes darah umum yang digunakan untuk mendeteksi dan memantau peradangan yang terjadi didalam tubuh. ( LED merupakan suatu penentuan radang yang tidak spesifik yang biasanya digunakan sebagai suatu tes penyaring dalam media.(

3 Laju endap darah (LED) dikatakan tidak spesifik karena bila terjadi peningkatan, belum dapat diketahui dimana tepatnya radang terjadi atau pun apa yang menyebabkan radang, dan peningkatan Laju endap darah (LED) juga dapat dipengruhi kondisi lain selain radang. Oleh karena itu Laju endap darah (LED) digunakan bersama dengan tes lain. ( Laju endap darah (LED) meningkat pada penyakit rematoid, beberapa infeksi, dan pada kanker. Suatu nilai LED tidak mendiagnosis penyakit yang spesifik tetapi menunjukkan bahwa mungkin telah terjadi penyakit yang parah. LED juga digunakan untuk memantau perjalanan penyakit.( Pada manusia normal pengendapan eritrosit terjadi lambat, tetapi pada kondisi penyakit yang berbeda, kecepatannya semakin tinggi dan dalam beberapa kasus, kecepatannya sama dengan tingkat keparahan penyakit. Pengukuran laju endap darah sangat penting dalam uji laboratorium untuk mendiagnosis penyakit atau untuk menguji perkembangan penyakit. Laju endap darah (LED) dinyatakan sebagai jarak (dalam milimeter) yang ditempuh eritrosit per unit waktu (biasanya 1 jam). Pengendapan sel darah merah melalui 3 fase, yaitu : 1). Fase pembentukan rouleaux 2). Fase pengendapan (pengendapan cepat) 3). Fase pemampatan (pengendapan lambat) Laju endap darah (LED) digunakan oleh kedokteran klinis pada 1918 ketika Fahraeus memperkenalkan observasi-observasinya tentang Laju endap darah (LED)pada kehamilan. Pada awalnya, observasi ini ditujukan untuk tes kehamilan, tapi pada 1921 Fahraeus menulis laporan lebih lengkap tentang fenomena ini dengan menghubungkannya pada beberapa faktor selain kehamilan. Secara historis, LED merupakan salah satu prinsip utama kedokteran Yunani kuno. Orangorang jaman dulu menyatakan bahwa dengan mengamati darah yang diambil dengan cara venesection, cairan tubuh tertentu bisa dibedakan. Mereka mencatat, darah mengendap dengan cepat sehingga bekuan yang lambat terbentuk menimbulkan kerak keputihan dan berlendir pada permukaannya yang disebut crusta inflamatoria atau crusta phlogistica. Selama lebih dari 2000 tahun, lendir yang membentuk kerak dianggap sebagai penyebab penyakit, pengobatannya adalah dengan jalan mengulangi pengambilan darah vena. Dalam teknik ini, darah dibiarkan membeku sehingga Laju endap darah tidak terukur, massa eritrosit pada bagian bawah bekuan disebut empedu hitam. (Miale JB, 1962) Dengan pengenceran tertentu, darah yang telah diberi antikoagulan ditempatkan pada tabung khusus dan dibiarkan selama 1 jam. Sel darah merah mengendap, dan plasma naik keatas. Setelah 60 menit, pengukuran dilakuakan pada jarak perpindahan sel darah merah yang turun kedasar tabung. Pengenceran sampel yang dilakukan pada pemeriksaan LED menyebabkan penurunan jumlah fibrinogen dalam plasma yang menyebabkan pembentukan rouleaux menjadi lebih lambat sehingga proses pengendapan juga menjadi lambat. Pada laboratorium menggunakan 2 metode, yaitu metode Westergren dan Wintrobe, setiap metode memberikan hasil yang sedikit berbeda. kebanyakan laboratorium mengunakan metode westergren. ( Pada keadaannormal darah tidak mengendap terlalucepat. Banyak penyakit yang membuat protein abnormal yang menyebabkan sel darah merah berpindah bersama-sama dan membentuk gumpalan (rouleaux). Pada suatu gumpalan, darah menjadi lebih berat dan jatuhlebih cepat. Semakin cepat jatuh, semakin cepat mengendap, LED semakin tinggi. (

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) Penyelidikan tentang meknisme dalam pengendapan eritrosit menunjukkan hubungan kompleks dari beberapa faktor. Walaupun faktor-faktor tersebut dibicarakan sendiri-sendiri, kita harus ingat bahwa semua faktor tersebut bekerjasama menghasilkan LED yang diperiksa. (Miale JB,1962). Secara umum LED dipengaruhi oleh : 1. Faktor sel darah merah a. Pembentukan rouleaux Makin besar rouleaux yang terbentuk, makin cepat pengendapannya sebab makin besar pula tarikan gravitasinya. b. Bentuk sel darah merah Bentuk sel darah merah yang sferis atau seperti bulan sabit mempersulit pembentukan rouleaux sehingga laju endap darah akan menurun. Penurunan laju endap darah juga dapat disebabkan oleh permukaan sel relatif lebih luas dibanding berat sel. c. Aglutinasi sel darah merah Aglutinasi sel darah merah oleh karena adanya perubahan permukaan sel darah merah dapat menyebabkan LED meningkat. d. Ukuran sel darah merah Makrosit lebih cepat mengaendap sehingga LED meningkat. e. Jumlah sel darah merah Jumlah sel darah merah yang rendah (anemia) merupakan faktor penyebab LED meningkat. 2. Faktor Komposis Plasma Komposisi plasma merupakan faktor terpenting yang menentukan kecepatan pengendapan. Protein plasma dan koloid mempengaruhi tingkat pembentukan agregat dan rouleaux, yang akan mempengaruhi LED. Sejumlah studi menyatakan bahwa peningkatan fraksi protein penting yaitu fibrinogen,alpha-2 globulin, dan alpha-1 globulin menimbulkan peningkatan LED. (Miale JB, 1962). Pembentukan rouleaux atau agregat dapat dipercepat oleh adanya peningkatan kadar makromlekul dalam plasma, peningkatan perbandingan globulin terhadap albumin dan peningkatan kadar fibrinogen. Peningkatan kadar globulin atau globulin dan fibrinogen dapat mengurangi gaya saling tolak menolak antara sel darah merah sehingga sel-sel tersebut lebih mudah berdekatan satu dengan yang lain. Disamping itu, peningkatan viskositas plasma dapat menetralkan gaya tarik kebawah sehingga LED lebih rendah. Pada penyakit infeksi, kadar globulin dan fibrinogen meningkat sehingga LED meningkat. 3. Faktor teknis Laju endap darah menurun disebabkan oleh : diameter tabung LED lebih kecil, darah tidak segera diperiksa lebih dari 2 jam, antikoagulan yang digunakan berlebihan sehingga terjadi degenerasi sel darah merah dan mengkerut, sebagian darah beku, darah disimpan sehingga bentuknya lebih sferis dan lebih sulit membentuk rouleaux. (Solichul Hadi, 2001). a. Kualitas dan panjang tabung Nilai-nilai normal yang berbeda untuk beberapa metode disebabkan oleh variasi-variasi mutu tabung dan tinggi kolom darah. Semakin tinggi kolom darah, semakin cepat fase pengendapan pertama akibat tertundanya pengisian sel-sel darah pada dasr tabung. Pengendapan cepat terjadi pada tabung dengan ukuran besar. Kemudahan pananganan dan rak yang nyaman membuat tabung Westergren sangat disukai oleh para ahli teknologi. Untuk

5 mengurangi volume darah yang diperlukan, diameter tabung harus lebih kecil dari pada diameter tabung standar. b. Posisi Tabung Pada semua metode penting untuk menjaga tabung tetap tegak lurus. Derajat kemiringan kecil menimbulkan efek percepatan laju endap darah. ini disebabkan penempatan sel-sel pada satu sisi tabung sehingga mempermudah plasma bergeser keluar. Apapun alasannya, kesalahan teknis yang lebih besar terjadi melalui inklinasi tabung daripada dari faktor lain. Penggunaan rak khusus yang menjaga tabung tetap vertikal sangat penting. c. Antikoagulan yang dipakai Antikoagulan yang mungkin mempengaruhi ukuran sel sehingga mengubah laju endap darah, tetapi antikoagulan yang sering dipakai menghasilkan variasi kecil jika konsentrasinya terkontrol dengan baik. Ditemukan perbedaan rata-rata kecepatan antara darah yang mengandung potassium oxalate kering standar dan darah yang sama yang mengandung campuran Heller dan Paul Potassium dan Amonium Oxalate sebesar 2 mm per jam dengan metode Westergren. Heparin menimbulkan penyusutan sel paling kecil, dan campuran double oxalate adalah yang terbaik. Jumlah antikoagulan harus diukur dan dikeringkan dengan hati-hati. d. Pengaruh Suhu Variasi-variasi kecil dalam suhu ruangan tidak berdampak besar terhadap laju endap darah. meski demikian, ketika variasi harian atau musiman terjadi, laju endap darah sangat terpengaruh. Terbukti bahwa jika darah berada dalam temperatur refrigerator, laju endap darah menurun drastis. Kemungkinan karena meningkatnya kekentalan plasma. Oleh karena itu, darah dari suhu refrigerator harus dibiarkan dulu agar kembali pada suhu kamar sebelu digunakan untuk uji (Miale JB, 1962). e. Pengaruh Penundaan Uji Kecepatan laju endap darah tidak beruabah selama satu jam atau dua jam setelah darah diambil, tetapi penurunan besar ditemukan bila tes dilakukan setelah tiga jam atau lebih. Korelasi Klinik Laju endap darah tetap konstan pada orang-orang sehat. Pada bayi yang baru lahir laju endap darah jarang melebihi 2 mm per jam, mungkin akibat tingginya hematokrit. Laju endap darah pada anak-anak biasanya lebih rendah dari pada orang dewasa. Selain itu, ada perbedaan signifikan yang tidak dapat dijelaskan yaitu kecepatan pengendapan pada laki-laki dan wanita normal. Laju endap darah pada wanita lebih tinggi. Pada umumnya di Laboratorium pemeriksaan laju endap darah menggunakan metode Westergren dan Wintrobe. Dengan metode Wintrobe, nilai normal laju endap darah wanita 0 15 mm/jam, untuk laki-laki 0 9 mm/jam. Sedangkan dengan metode Westergren, nilai normal laju endap darah wanita 0 20 mm/jam, untuk laki-laki 0 15 mm/jam. Indikasi indikasi untuk menentukan laju endap darah sangat beragam yang sangat diperlukan untuk mendeteksi adanya suatu penyakit. Laju endap darah juga merupakan petunjuk untuk mengetahui perjalanan penyakit. secara umum, laju endap darah yang tinggi diduga karena adanya penyakit menular atau terjadi kerusakan jaringan. Pada penderita apendicitis akut, 24 jam pertama lajuendap darah tidak meningkat tetapi selama tahap awal penyakit inflamasi pelvik akut atau kehamilan ektopik pecah, laju endap darah meningkat. Laju endap darah meningkat pada infark miokad tetapi normal pada angina pektoris, meningkat pada demam rematik, rematoid artritis dan artritis pyogenik tetapi tidak pada osteoartritis. Laju endap darah biasanya normal pada sirosis hepatis dan meningkat pada kanker hati.

6 Cara Pengambilan Sampel Darah Vena Pada orang dewasa biasanya dipakai salah satu vena dalam fossa cubiti, pada bayi vena jugularis superficialis dapat dipakai atau juga darah dari sinus sagittalis superior. Sediakan terlebih dahulu semua alat yang diperlukan : 1. Spuit 2. Botol penampung dan antikoagulan 3. Torniquet 4. Alkohol 70% dan kapas Cara pengambilan darah Vena : 1. Pasanglah torniquet beberapa cm diatas daerah yang akan ditusuk. Diikat secukupnya sehingga penderita tidak merasa sakit. 2. Pilih vena yang besar dan mudah diraba. 3. Desinfeksi dengan alkohol 70% atau antiseptik lain. 4. Pegang spuit dengan tangan kanan, dan aturlah agar lubang ujung jarum menghadap keatas dan skala spuit bisa dilihat dengan mudah. Tangan kiri memegang lengan penderita sambil sedikit meregang kulit yang akan ditusuk. 5. Tusukkan jarum dengan sudut ± 15 terhadap kulit, perlahan-lahan hingga jarum masuk kedalam vena. bila jarumtelah masuk dalam vena, darah akan tampak cobalah tarik sedikit tangkai penghisap hingga darah tampak pada pangkal jarum. 6. Pindahkan tangan kiri sehingga ibu jari dapat memfiksasi pangkal jarum, dan tangan kanan melonggarkan torniquet. Kemudian tariklah tangkai penghisap perlahan-lahan hingga diperoleh darah sesuai kebutuhan. 7. Ambil kapas steril atau kapas alkohol ( peras terlebih dahulu ) letakkan tepat pada kulit yang ditusuk jarum dan tari spuit perlahan-lahan. 8. Lepaskan toniquet, tekan luka bekas tusukan jarum dengan kapas steril atau kapas alkohol tadi beberapa saat, kemudian penderita dipersilahkan melanjutkan tekanan selama 3 5 menit. Cara pemeriksaan laju endap darah cara Westergren sebagai berikut : 1. Bahan : darah vena dengan antikoagulan citras natrikus 3,8 % dengan perbandingan 1 : 4. bila menggunakan antikoagulan EDTA ( 1 mg EDTA untuk tiap ml darah ) maka darah EDTA tersebut harus diencerkan dengan menggunakan garam fisiologis dengan perbandingan darah : larutan garam fisiologis = 4 : 1 2. Cara Pemeriksaan a. Hisap darah vena dengan antikoagulan EDTA atau citras natrikus yang sudah diencerkan menggunakan tabung Westergren sampai tanda 0. b. Tutup lubang atas tabung dengan jari. Kemudian ditempatkan di rak tabung Westergren dengan posisi vertikal. c. Baca permukaan kolom sel darah merah setelah 1 jam. 3. Nilai Normal Laki laki : 2-13 mm/jam Perempuan : 2-20 mm/jam METODE PENELITIAN

7 Jenis penelitian ini adalah eksperimental krosseksional dengan kontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paerbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah cara westergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Hematologi Akademi Analis Kesehatan Malang. Penelitian ini dilakukan pada tgl 9 Mei sampai 14 Mei Sampel penelitian ini menggunakan 20 sampel yang diambil dari relawan / mahasiswa Akademi Analis Kesehatan Malang. Sampel diambil dari darah vena sebanyak 3 cc tiap sampel. Kemudian dimasukkan kedalam tabung penampung yang sudah di isi antikoagulan EDTA 10% dalam bentuk larutan 0,03 cc, lalu dicampur dengan gerakan memutar sampai homogen. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spuit, torniquet, tabung penampung, rak tabung reaksi, tabung Westergren, Rak tabung Westergren, bulb. Bahan yang digunakan adalah sampel darah vena, NaCl 0,9%, antikoagulan EDTA 10%, alkohol 70%. Penelitian ini dikerjakan secara manual menggunakan tabung Westergren, darah dengan antikoagulan EDTA 10%, diencerkan dengan larutan fisiologis atau NaCl 0,9% dengan perbandingan 4 bagian darah dan 1 bagian larutan fisiologis, campur dalam tabung tersendiri. Kemudian dimasukkan dalam tabung Westergren sampai tanda 0, dan menekannya pada rak Westergren dengan posisi vertikal. Setelah 1 jam pembacaan dilakukan dengan menghitung jarak terpisahnya sel darah merah dari plasma dan mengendap ke dasar tabung. Laju endap darah dinyatakan dalam mm per jam. Data yang telah terkumpul, dikoding dan diolah melalui komputer menggunakan program SPSS PC versi 15., menggunakan metode uji statistik Paired- Sampel T Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada penelitian ini kami menggunakan 20 sampel yang terdiri dari 4 orang jenis kelamin laki-laki dan 16 orang jenis kelamin perempuan dengan hasil pemeriksaan laju endap darah (LED) cara Westergren seperti pada tabel berikut : Tabel 1. Nilai LED sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran NO Jenis Kelamin Hasil LED sampel dengan pengenceran (mm/jam) Hasil LED Sampel tanpa pengenceran (mm/jam) Keterangan 1 Perempuan Menurun 2 Perempuan Meningkat 3 Perempuan Meningkat 4 Perempuan Meningkat 5 Perempuan Meningkat 6 Perempuan Meningkat 7 Perempuan Meningkat 8 Perempuan Meningkat 9 Perempuan 7 3 Menurun 10 Perempuan 4 3 Menurun 11 Laki - laki 6 12 Meningkat 12 Laki - laki 8 6 Menurun 13 Laki - laki Meningkat

8 14 Laki - laki 7 12 Meningkat 15 Perempuan Meningkat 16 Perempuan Meningkat 17 Perempuan Meningkat 18 Perempuan Meningkat 19 Perempuan 20 5 Menurun 20 Perempuan Meningkat NO Jenis Kelamin Hasil LED sampel dengan pengenceran (mm/jam) Hasil LED Sampel tanpa pengenceran (mm/jam) Keterangan 1 Perempuan Menurun 2 Perempuan Meningkat 3 Perempuan Meningkat 4 Perempuan Meningkat 5 Perempuan Meningkat 6 Perempuan Meningkat 7 Perempuan Meningkat 8 Perempuan Meningkat 9 Perempuan 7 3 Menurun 10 Perempuan 4 3 Menurun 11 Laki - laki 6 12 Meningkat 12 Laki - laki 8 6 Menurun 13 Laki - laki Meningkat 14 Laki - laki 7 12 Meningkat 15 Perempuan Meningkat 16 Perempuan Meningkat 17 Perempuan Meningkat 18 Perempuan Meningkat 19 Perempuan 20 5 Menurun 20 Perempuan Meningkat NO Jenis Kelamin Hasil LED Sebelum sampel disimpan dalam 4 jam (mm/jam) Hasil LED Setelah sampel disimpan selama 4 jam (mm/jam) Keterangan 1 Perempuan Menurun 2 Perempuan Menurun 3 Perempuan Tetap 4 Laki - laki 7 10 Meningkat 5 Perempuan Tetap 6 Perempuan Menurun

9 7 Laki - laki Meningkat 8 Perempuan 8 5 Menurun 9 Laki - laki 4 4 Tetap 10 Perempuan 7 6 Menurun 11 Laki - laki Menurun 12 Perempuan Meningkat 13 Perempuan Tetap 14 Laki - laki 7 6 Menurun 15 Perempuan Menurun 16 Perempuan Meningkat 17 Laki - laki Menurun 18 Perempuan Meningkat 19 Perempuan Menurun 20 Perempuan Tetap Sumber : data diolah Dari 20 sampel yang diperiksa, diperoleh 4 orang jenis kelamin laki-laki (20%) dan 16 orang jenis kelamin perempuan (80%). Bila hasil pemeriksaan LED menggunakan sampel tanpa pengenceran dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan sampel dengan pengenceran, diperoleh 5 sampel (25%) mengalami penurunan dengan jumlah 1 sampel (20%) dari jenis kelamin laki-laki dan 4 sampel (80%) dari jenis kelamin perempuan. Dari tabel diatas juga diketahui bahwa terdapat peningkatan LED sebanyak 15 sampel (75%) dengan jumlah 3 sampel (20%) jenis kelamin lakilaki dan 12 sampel (80%)jenis kelamin perempuan. Pembahasan Hasil pemeriksaan LED cara westergren yang diperiksa dari 20 sampel dengan pengenceran menunjukkan nilai LED minimal 4 mm per jam, nilai LED maksimal 55 mm per jam, standart deviasi 13,84 dan rata rata nilai LED 19,0 mm per jam. Sedangkan LED yang diperiksa dari 20 sampel tanpa pengenceran didapatkan nilai LED minimal 3 mm per jam, nilai LED maksimal 69 mm per jam, standart deviasi 22,10 dan rata rata nilai LED 31,75 mm per jam. Tabel 2. Hasil pemeriksaan LED antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran. Parameter Sampel dengan pengenceran Sampel tanpa pengenceran Nilai minimal LED 4 3 Nilai maksimal LED Nilai rata-rata LED 19,0 31,75 SD 13,84 22,10 Sumber: Data diolah Keterangan tabel : LED : Laju Endap Darah ( mm/jam) SD : Standart Deviasi

10 NS/S : Non Significant / significant ά : tingkat kemaknaan, besarnya 0,05 (5%) Analisis statistik yang digunakan adalah Paired-Sample T Test sehingga didapatkan tingkat kemaknaan p = 0,002 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai LED menggunakan sampel tanpa pengenceran dibandingkan dengan menggunakan sampel dengan pengenceran. Suatu hasil dikatakan bermakna bila tingkat kemaknaannya kurang atau sama dengan 0,05 (5%). Dari perbandingan nilai LED antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran, terlihat adanya peningkatan sebanyak 15 sampel (75%) dan penurunan sebanyak 5 sampel (25%). Keadaan ini bisa terjadi karena LED dipengaruhi banyak faktor, yaitu sel darah merah, komposisi plasma, dan faktor teknis. Protein plasma mempengaruhi tingkat pembentukan agregat dan rouleaux serta kecepatan sedimentasi. Protein protein penting yang berpengaruh dalam laju pengendapan darah antara lain fibrinogen, alpha -2 globulin dan albumin. Dari keempatnya yan terpenting adalah fibrinogen. Pembentukan rouleaux atau agregat dapat dipercepat oleh adanya peningkatan kadar makroglobulin, peningkatan perbandingan globulin terhadap albumin dan peningkatan kadar fibrinogen dalam plasma. Peningkatan kadar globulin atau fibrinogen dapat mengurangi daya tolak menolak antara sel darah merah sehingga sel-sel tersebut lebih mudah berdekatan satu dengan yang lain(solikul hadi,2001). Dengan demikian laju pengendapan darah menjadi lebih cepat sehingga LED meningkat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Laju Endap Darah (LED) merupakan suatu tes darah umum yang tidak spesifik digunakan untuk mendeteksi atau memantau suatu penyakit karena LED tergolong pemeriksaan yang sederhana dan tidak mahal. Hasil pemeriksaan LED dipengaruhi banyak faktor, diantaranya faktor sel darah merah, komposisi plasma, dan faktor teknik, mulai dari bentuk, jumlah, ukuran sel darah merah, plasma protein, suhu, ukuran dan posisi tabung, waktu dll. Faktor-faktor tersebut menyebabkan LED dikatakan tidak spesifik. Selain itu, jenis kelamin, kehamilan, usia, obat-obatan, merokok juga mempengaruhi. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik, perbandingan hasil LED cara Westergren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p=0,002. Pada LED yang diperiksa dengan sampel tanpa pengenceran didapatkan hasil yang lebih tinggi dibanding LED menggunakan sampel dengan pengenceran. Pada sampel yang diencerkan, larutan garam fisiologis menyebabkan protein plasma terutama fibrinogen juga mengalami pengenceran sehingga kadarnya kembali berkurang. penurunan kadar fibrinogen menyebabkan pembentukan rouleaux menjadi lebih lambat sehingga nilai LED juga rendah. Sedangkan pada sampel tanpa pengenceran, kadar fibrinogen lebih banyak yang mempercepat pembentukan rouleaux dan mengakibatkan sedimentasi lebih cepat sehingga LED meningkat. Saran Pada penelitian ini perbandingan hasil pemeriksaan Laju Endap Darah cara Westegrren antara sampel dengan pengenceran dan sampel tanpa pengenceran menunjukkan hasil yang

11 berbeda bermakna. Oleh karena itu, bila pemeriksaan LED metode Westergren menggunakan sampel tanpa pengenceran harus ada nilai normal LED dengan sampel tanpa pengenceran sebagai rujukan. Suatu hasil LED dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian sebaiknya memperhatikan banyak faktor, mulai dari cara pengambilan sampel darah hingga cara pengerjaan LED. Selain itu kesehatan pasien, jenis kelamin, umur juga berpengaruh terhadap hasil LED. DAFTAR PUSTAKA A Brown. Barbara, Haematology, 1980 : Principles and Procedures. 3 rd edition. Philadelphia : Lea and Lebiger. Gandasoebrata, R Penuntun Laboratorium Klinik. Cetakan XII. Jakarta : Dian Rakyat.. Miale, John B., 1962/ Laboratory Medicine Hematology. The C.V. Mosby Company, Solichul Hadi, S Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Rutin Sederhana. Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. En.wikipedia.org,. Erythrocyte Sedimentation Rate Diakses pada tanggal 4 Desmber Erythrocyte Sedimentation Rate Diakses pada tanggal 4 Desmber Erythrocyte Sedimentation Rate Diakses pada tanggal 4 Desmber Erythrocyte Sedimentation Rate Diakses pada tanggal 4 Desmber 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat. a. Plasma darah merupakan bagian cair. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darahmerupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6-8 % dari berat badan total. Darah adalah jaringan berbentuk cairan, terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju endap darah (LED) disebut juga erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der erythrocyten (BSE) adalah kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. B. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai

Lebih terperinci

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK: DARAH 2: -LED -Membuat & memeriksa sediaan apus darah tepi -Evaluasi DARAH 3: - Pemeriksaan gol.darah -Tes inkompatibilitas DARAH 4: Bleeding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Definisi darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transportasi zat-zat dalam tubuh. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan terdiri dari dua bagian besar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju endap darah (LED) juga disebut erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau sedimentation rate (sed rate) atau bezinking-snelheid der erythrocyten (BSE) adalah kecepatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK

PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK PERBANDINGAN HASIL PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH CARA WESTERGREN MENGGUNAKAN DARAH EDTA TANPA PENGENCERAN DENGAN CARA OTOMATIK Ardiya Garini Dosen Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Palembang ABSTRAK Laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah berasal dari kata "haima", yang berasal dari akar kata hemo atau hemato. Merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh yang berfungsi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan labortorium klinik adalah untuk membantu menegakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi merupakan salah satu pemeriksaan yang dapat dipakai sebagai penunjang diagnosis yang berkaitan dengan terapi dan prognosis, sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan dibandingkan antara kelompok pasien yang diperiksa menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Darah Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8% dari berat badan total. Darah adalah jaringan yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian besar yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju Endap Darah (LED) adalah pengukuran kecepatan pengendapan eritrosit dalam plasma (Burns, 2004). Pemeriksaan LED merupakan pemeriksaan sederhana yang telah dilakukan

Lebih terperinci

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. UPTD PUSKESMAS BELOPA PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No. Revisi : 00 SOP Tanggal terbit : 02 Januari 2016 Halaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah penelitian analitik diskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian adalah dilaboratorium Klinik Analis Kesehatan UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Jalan Raya Sungai Kakap Telp. (0561) 743574 Kecamatan Sungai Kakap Kode Pos 78381 KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS SUNGAI KAKAP Nomor : 445/

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di laboratorium Patologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah 1. Definisi Darah Darah merupakan bagian penting dari sistem transport dan bagian penting dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. Darah merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian analitik Jenis Penelitian yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MUARA AMAN Nomor : TENTANG PERMINTAAN, PEMERIKSAAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk kepentingan klinik. Tujuan pemeriksaan laboratorium adalah untuk membantu menegakkan diagnosa penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1234567Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Banyumas II,tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi

BAB I PENDAHULUAN. benar sehingga memberikan hasil yang teliti dan akurat dengan validasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan disuatu laboratorium klinik. Pemeriksaan hematologi ini digunakan oleh klinisi sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 1. Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan dilaboraturium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di Loboratorium Klinik Fikkes Unimus Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak kulit nanas muda dan masak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah dalam tubuh berfungsi untuk mensuplai oksigen ke seluruh jaringan tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi (sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas

Lebih terperinci

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang

PHLEBOTOMY. Oleh. Novian Andriyanti ( ) PSIK Reguler 2. Fakultas Kedokteran. Universitas Brawijaya. Malang PHLEBOTOMY Oleh Novian Andriyanti (125070200111036) PSIK Reguler 2 Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2013 Komplikasi Phlebotomy Phlebotomy ternyata juga dapat mengakibatkan komplikasi pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1. Pelaksanaan phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 3. Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya. 4. Keadaan pasien.

Lebih terperinci

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC) Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

Lebih terperinci

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum

Apa itu Darah? Plasma Vs. serum Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak buah nanas masak, muda dan volume darah.

Lebih terperinci

GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH (METODE SEDIMAT) MENGGUNAKAN NATRIUM SITRAT 3,8% DAN EDTA YANG DI TAMBAH NaCl 0,85% Yane Liswanti ABSTRACK

GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH (METODE SEDIMAT) MENGGUNAKAN NATRIUM SITRAT 3,8% DAN EDTA YANG DI TAMBAH NaCl 0,85% Yane Liswanti ABSTRACK GAMBARAN LAJU ENDAP DARAH (METODE SEDIMAT) MENGGUNAKAN NATRIUM SITRAT 3,8% DAN EDTA YANG DI TAMBAH NaCl 0,85% Yane Liswanti ABSTRACK Pemeriksaan LED adalah pemeriksaan darah yang menggambarkan kecepatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Trombosit Trombosit adalah fragmen-fragmen kecil yang berasal dari sitoplasma. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat 250.000-400.000 keping darah dalam setiap mm

Lebih terperinci

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA Ratih Hardisari 1, Binti Koiriyah 2* 1,2 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jln. Ngadinegaran MJ III/62

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode diskriptif yang di dukung oleh studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil penelitian

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H

PENGAMBILAN SAMPLE DARAH M A R C H D 4 A N A L I S K E S E H ATA N PENGAMBILAN SAMPLE DARAH A S S Y FA U LT I I S K A N D A R G 1 C 0 1 5 0 3 7 M A R C H 2 0 1 6 CLICK HERE FROM FIRST PENGUMPULAN SAMPEL DARAH PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 2.4

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 2.4 PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 2.4 GANGGUAN HEMATOLIMFOPOETIK Keterampilan Laboratorium: LAJU ENDAP DARAH (LED) PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI (SHDT) Keterampilan Prosedural: FLEBOTOMI & INJEKSI INTRAVENA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER Disusun oleh: Nama : WAHDA NURISMI NIM : 14 3145 453 137 Kelompok : I (SATU) PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN STIKes MEGA REZKY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah 1. Pengertian darah Dalam system sirkulasi darah merupakan bagian penting yaitu dalam transport oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bidang ilmu yang diteliti adalah bidang ilmu Patologi Klinik sub bidang hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT METODE MANUAL DAN AUTOMATIK MIFTAHUL FARID P

PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT METODE MANUAL DAN AUTOMATIK MIFTAHUL FARID P PERBANDINGAN HITUNG JUMLAH LEUKOSIT METODE MANUAL DAN AUTOMATIK MIFTAHUL FARID P07134113307 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan salah satu pemeriksaan

Lebih terperinci

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PENGUKURAN LAJU ENDAP DARAH METODE HUMASED 20 DIBANDINGKANDENGAN METODE WESTERGREN PADA PENDERITA TBC

ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PENGUKURAN LAJU ENDAP DARAH METODE HUMASED 20 DIBANDINGKANDENGAN METODE WESTERGREN PADA PENDERITA TBC ABSTRAK UJI VALIDITAS HASIL PENGUKURAN LAJU ENDAP DARAH METODE HUMASED 20 DIBANDINGKANDENGAN METODE WESTERGREN PADA PENDERITA TBC Lam Henni P. S., 2006, Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes.

Lebih terperinci

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993

ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993 ABSTRAK UJI VALIDITAS PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH METODE MODIFIKASI WESTERGREN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN 45 0 TERHADAP METODE RUJUKAN ICSH 1993 Anthony M. Hartono, 2012 ; Pembimbing : Penny S. Martioso,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo.

BAB III METODE PENELITIAN. total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif tentang kadar bilirubin total dalam serum dan plasma pada balita yang dirawat inap di RS.Telogorejo. B. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut pada saluran pencernaan yang masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian demam tifoid di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium( Dep Kes RI Th1995 ).

BAB I PENDAHULUAN. darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium( Dep Kes RI Th1995 ). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan Laju Endap Darah ( LED ) merupakan salah satu pemeriksaan darah rutin yang sering dilakukan di laboratorium( Dep Kes RI Th1995 ). Pemeriksaan darah rutin

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED).

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi terdiri dari 2 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan darah rutin dan darah khusus. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga, dan untuk bayi biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Jangan menusuk pada bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan di RS PKU. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2007.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan di RS PKU. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2007. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pengambilan dan pemeriksaan sampel dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Cepu. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. B. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Darah Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup, mulai dari binatang hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. Fungsi dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan hematologi sangatlah penting dan sering diminta di beberapa laboratorium. Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan salah satu komponen yang paling penting di dalam tubuh manusia sebagai alat transportasi (Swastini dkk, 2016). Darah mempunyai dua komponen utama, plasma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Waktu penelitian adalah Desember April 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. Waktu penelitian adalah Desember April 2010. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) wilayah Pati.

Lebih terperinci

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba 17 III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yang dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010. Penelitian dilakukan di kandang Mitra Maju yang beralamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga pada bulan Desember 2012 - Februari 2013. Jumlah sampel yang diambil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indeks Eritrosit Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi dokter yang bertugas di laboratorium, dokter BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kebutuhan dan kesediaan masyarakat luas untuk deteksi dini kesehatan di era modern sekarang ini semakin berkembang seiring majunya pemahaman bahwa tidak ada yang tahu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di Laboratorium Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. B. Alat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O

Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O Pemeriksaan Golongan Darah Sistem ABO Metode Slide dengan Reagen Serum Golongan Darah A, B, O Anita Oktari 1 *, Nida Daeninur Silvia 1 1 Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih Bandung Jl. Padasuka Atas No. 233

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara 11 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara yang diberi ransum dengan tambahan urea yang berbeda ini telah dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober sampai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1406/MENKES/SK/XI/2002 TENTANG STANDAR PEMERIKSAAN KADAR TIMAH HITAM PADA SPESIMEN BIOMARKER MANUSIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi. tubuh. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teoritis 1. Darah Darah adalah suatu komponen esensial makhluk hidup,mulai dari binatang primitif sampai manusia. Pembuluh darah mempunyai peranan penting bagi semua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Pertemuan : Minggu ke 3 Waktu : 50 menit Pokok Bahasan : 1. Evaluasi Eritrosit dan Interpretasinya (Lanjutan) Subpokok Bahasan : a. Fase fase proses pembentukan eritrosit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. ( Evelyn C. Pearce, 2006 ) sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 56 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari hasil penelitian Pengembangan Surveilans Faktor Risiko Penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang terdapat pada makhluk hidup, yang berperan penting dalam mengangkut oksigen dan hasil metabolisme ke jaringan tubuh, berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DARAH Darah adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga mensuplai jaringan tubuh dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2012. Pemeliharaan burung merpati dilakukan di Sinar Sari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Pengamatan profil darah

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DARAH, PERLAKUAN, DAN INJEKSI PADA HEWAN COBA

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DARAH, PERLAKUAN, DAN INJEKSI PADA HEWAN COBA INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DARAH, PERLAKUAN, DAN INJEKSI PADA HEWAN COBA Laboratorium Biosains Universitas Brawijaya Malang 2012 INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DARAH, PERLAKUAN, DAN INJEKSI PADA HEWAN COBA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C

Disusun oleh : Jheniajeng Sekartaji A. NIM. G0C PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN METODE SEMI KUANTITATIF (CuSO 4 ) DAN KUANTITATIF (CYANMETHEMOGLOBIN) Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga)

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN

PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN PROTEIN URINE METODE REBUS YANG MENGGUNAKAN SAMPEL URINE SEGAR DAN SAMPEL URINE SIMPAN Oleh Faizal Prodi Analis Kesehatan AAKMAL Malang ABSTRAK Proteinuria adalah suatu kondisi

Lebih terperinci