CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

PENUNTUN PEMBELAJARAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

BAB III METODE PENELITIAN

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

Pendahuluan. Tujuan Penggunaan

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

III. METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HUBUNGAN RIWAYAT INFEKSI MALARIA DAN MALARIA PLASENTA DENGAN HASIL LUARAN MATERNAL DAN NEONATAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung

KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal PP & PL. Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Prosedur Isolasi ke Media Padat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

TIGA PEWARNAAN UNTUK MELIHAT GRANULA METAKROMATIK

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit dari genus Plasmodium.

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

OLEH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II. membran pembatas trombosit (Matulo dkk, 2015). sebagian dari sitoplasma megakariosit berbentuk cakram, tidak berinti,

AKTIVITAS DAN POTENSI ANTIMALARIA SENYAWA SANTON TEROKSIGENASI DAN TERPRENILASI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH.

III. MATERI DAN METODE

JST Kesehatan, Juli 2013, Vol.3 No.3 : ISSN KADAR HEMOGLOBIN DAN DENSITAS PARASIT PADA PENDERITA MALARIA DI LOMBOK TENGAH

Aplikasi Arduino Untuk Otomatisasi Apusan Darah Tepi Dan Pengecatan Menggunakan Pewarna Giemsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

Gejala dan Tanda Klinis Malaria di Daerah Endemis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

Teknik Pewarnaan Bakteri

Hemositometer. Gbr 1. Hemositometer

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.penelitian ini berupa

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

Transkripsi:

1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com TINGKAT KOMPETENSI Penyakit infeksi tropis dengan gejala demam harus bisa didiagnosis oleh dokter umum melalui pemeriksaan laboratorium sederhana AREA KOMPETENSI - Keterampilan prosedur klinik - Komunikasi efektif - Profesionalisme INDIKASI KLINIS Demam suspek malaria Demam suspek demam berdarah Malaise, lesu dan tinggal atau pernah tinggal didaerah endemik filaria/malaria TUJUAN Utama: Setelah selesai melaksanakan kegiatan ini, mahasiswa menjadi terampil dalam melakukan pengambilan darah tepi, membuat apusan, membuat pewarnaan Giemsa, melakukan pemeriksaan apusan darah menggunakan mikroskop, menentukan parasitemia Tambahan: Setelah melakukan latihan ini, mahasiswa akan terampil dalam : 1. Mempersiapkan bahan dan alat. 2. Melakukan komunikasi efektif: Inform consent (memberi penjelasan), meminta persetujuan, menghormati hak, empati, memberikan edukasi. 3. Bersikap professional: Melakukan kegiatan dengan mengikuti prosedur standar (good clinical/laboratory practice), termasuk bertindak asepsis. CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

2 DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi Pendahuluan 10 mnt Instruktur menjelaskan tujuan dari kegiatan ini Demonstrasi 20 mnt 1. Seorang mahasiswa bertindak sebagai pasien 2. Instruktur memperlihatkan cara melakukan komunikasi dan bersikap professional. 3. Instruktur memperlihatkan alat dan bahan beserta fungsinya 4. Instruktur memperlihatkan cara melakukan pengambilan darah tepi 5. Instruktur memperlihatkan cara membuat apusan darah tebal dan tipis 6. Instruktur memperlihatkan cara membuat pewarnaan giemsa 7. Instruktur memperlihatkan cara menggunakan mikroskop untuk identifikasi parasit dan menghitung intensitas infeksi 8. Mahasiswa diminta untuk menanyakan hal hal yang belum jelas sehubungan dengan kegiatan keterampilan ini Praktek bermain peran dengan umpan Balik 70 mnt 1. Mahasiswa melakukan kegiatan seperti yang didemonstrasikan oleh instruktur 2. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi dan mengoreksi hal hal yang belum sempurna ALAT DAN BAHAN Umum Meja kerja Tempat sampah biohazard Tempat sampah biasa Sabun cuci tangan Wastafel Sarung tangan Marker/spidol/stiker nama CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 2

3 Pengambilan darah Kapas alkohol Lancet Objek gelas 2 buah Membuat pewarnaan giemsa Rak pencuci objek gelas Air dalam botol Giemsa 3% dalam larutan phosphat buffer saline Larutan metanol Pinset Pipet Pemeriksaan mikroskop Mikroskop Minyak emersi Pembersih lensa mikroskop Alat hitung Pulpen dan kertas KEGIATAN A. Persiapan pasien dan cara mengambil sampel darah tepi Cara kerja: 1. Persiapkan semua alat dan bahan 2. Jelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan, berikan jaminan kerahasiaan, minta persetujuan, dan beritahu hak untuk menolak. 3. Bersikap empati dan profesional 4. Dengan spidol tulis identitas pasien pada objek gelas 5. Pasang sarung tangan 6. Bersihkan jari manis atau jari tengah dengan kapas alkohol, biarkan mengering. 7. Tusuk jari yang telah bersih tersebut dengan lancet steril. 8. Tekan jari tersebut dengan lembut sampai keluar darah 9. Pada objek gelas yang sudah diberi identitas, teteskan darah pertama seukuran 5 mm, kira kira 1 cm dari identitas pasien. Teteskan lagi darah yang kedua kira kira 2 cm dari darah pertama 10. Tekan jari yang luka menggunakan kapas alkohol, jika diperlukan tutup dengan plester B. Membuat apusan darah tipis dan darah tebal pada sampel darah tepi CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 3

4 1. Letakkan objek gelas berisi darah dengan posisi mendatar diatas meja/permukaan yang datar, tegak lurus terhadap badan pemeriksa. 2. Letakkan ujung jari telunjuk kiri diatas tanda identitas pasien untuk memfiksasi objek gelas diatas meja 3. Dengan tangan kanan, letakkan objek gelas pendorong diatas tetesan darah kedua, Buat sudut 45 derajat antara objek gelas yang berisi tetesan darah dan objek gelas pendorong. 4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung gelas pendorong 5. Tarik gelas pendorong ke arah pemeriksa kira kira 5 mm, kemudian dorong kearah depan dengan tetap mempertahankan sudut 45 derajat dan tidak pernah terlepas dari objek gelas yang berisi tetesan darah 6. Apusan yang baik adalah apusan berbentuk lidah, rata dan makin mengecil diujung 7. Biarkan apusan ini mengering dalam suhu kamar. 8. Apusan darah tipis dapat digunakan untuk: Identifikasi plasmodium dan menentukan spesies Melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah misalnya untuk melihat anemia mikrositik hipokrom akibat infestasi cacing tambang. Menghitung jumlah trombosit pada pasien DHF 9. Untuk apusan darah tebal, gunakan salah satu ujung gelas pendorong untuk menyebarkan darah 10. Ukuran apusan darah tebal kira kira 1.5-2 cm. 11. Apusan darah tebal dapat digunakan untuk: Identifikasi plasmodium Menghitung derajat parasitemia/ml darah Identifikasi cacing filaria C. Membuat pewarnaan giemsa 1. Letakkan objek gelas berisi apusan darah yang sudah mengering diatas rak objek gelas. 2. Celup apusan darah tipis kedalam larutan metanol untuk memfiksasi eritrosit, hati hati jangan sampai apusan darah tebal ikut terfiksasi. Biarkan mengering. 3. Teteskan air keatas apusan darah tebal untuk hemolisis eritrosit, biarkan selama 15 menit. 4. Tetesi kedua objek gelas dengan larutan giemsa 3% dan biarkan selama 30 menit. 5. Siram dengan air mengalir sampai bersih. 6. Setelah bersih letakkan dalam keadaan miring dan biarkan mengering. D. Identifikasi parasit dengan mikroskop Lihat kaca objek dengan lensa objektif 10 kali. CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 4

5 Jika sudah fokus, tetes preparat dengan satu tetes minyak emersi Ganti lensa dengan lensa objektif 100 kali dan putarlah mikrometer sampai fokus dimana akan nampak tampak latar belakang yang bersih dan Lakukan pemeriksaan pada 100 lapangan pandang dan catatlah apa yang ditemukan Untuk mencegah pemeriksaan dilakukan pada 2x pada lapangan pandang yang sama, lakukan pemeriksaa dengan metode zig zag. Untuk menyatakan negatif, pemeriksaan apusan darah dilakukan sebanyak 3 dengan rentang waktu minimal 6 jam Identitas Plasmodium pada apusan darah tipis Erithrosit normal berwarna abu-abu pucat agak ungu Neuthrophil berwarna sama tapi engan inti ungu tua dan mempunyai granula pada sitoplasmanya. Plasmodium terletak didalam erithrocyt. Plasmodium akan tampak dengan chromatin berwarna merah dan sitoplasma berwarna ungu pucat kebiruan. Erithrocyt yang mengandung plasmodium akan berbeda bentuk dan ukurannya dengan eritrosit normal. Chromatin dari Plasmodium berwarna ungu kemerahan dengan sitoplasma ungu-biru. Bintik Schiiffner's terlihat pada erythrocytes yang mengandung P. vivax atau P. Ovale Bintik Maurer terlihat pada erythrocytes yang mengandung cincin besar P. falciparum. Bintik Schuffner's ditemukan pada P.vivax dan P.ovale. Lakukan pemeriksaan pada 100 lapangan pandang dan catatlah apa yang ditemukan Identitas Plasmodium pada apusan darah tebal (Eritrosit sudah lisis sehingga sel darah merah tidak tampak lagi) Plasmodium akan tampak dengan chromatin berwarna merah dan sitoplasma berwarna ungu pucat kebiruan. Bedakan dengan lekosit (netrofil, basofil, monosit, eosinofil) Lakukan pemeriksaan pada 100 lapangan pandang dan catatlah apa yang ditemukan Catatan: Cacing filarial tampak memanjang, dengan bintik bintik berwarna biru tua (nuclear column) didalamnya. Tampak salah satu ujung filarial yang diliputi sarung (sheat). E. Menghitung intensitas infeksi (parasitemia) CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 5

6 Dilakukan hanya jika dalam darah ditemukan Plasmodium Tujuan: 1. Menentukan derajat infeksi 2. Menentukan kemajuan pengobatan 3. Menentukan resistensi obat Metode 1: Dibandingkan dengan jumlah lekosit Menggunakan apusan darah tebal Dihitung dengan cara menghitung Plasmodium/ 200 lekosit Dalam satu lapangan pandang hitung jumlah jumlah lekosit, lalu hitung jumlah Plasmodium lalu catat Pindah ke lapangan pandang beikutnya berikutnya hingga total lekosit mencapai 200 Jumlah Plasmodium kemudian dibagi 200 lalu dikali 8000 (Catatan: jumlah lekosit dalam 1 ml darah adalah 6000-10000, rata rata 8000)Nilai yang didapatkan adalah jumlah Plasmodium/ml darah Lapangan pandang Jumlah Plasmodium Jumlah lekosit 1 0 12 2 2 23 3 0 21 4 0 11 5 0 16 6 1 21 7 0 14 8 2 19 9 1 18 10 0 22 11 0 12 12 0 11 Total 6 200 Jika ditemukan 6 Plasmodium dalam 200 lekosit, maka intensitas infeksi adalah 6/200x8000=240 Plasmodium /ml darah Metode 2: Perhitungan intensitas infeksi secara semi kuantitatif Menggunakan apusan darah tebal atau tipis CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 6

7 ++++ = >10 Plasmodium/ lapangan pandang +++= < 10 Plasmodium/ lapangan pandang ++=1-10 Plasmodium/10 lapangan pandang += <1 Plasmodium/10 lapangan pandang Metode 3: Dibandingkan dengan jumlah eritrosit Menggunakan apusan darah tipis Jika menemukan area dimana terdapat eritrosit yang terinfeksi Plasmodium, identifikasi area tersebut. Hitunglah jumlah eritrosit diarea tersebut (yang terinfeksi dan yang sehat) sehingga jumlahnya menjadi 1000. Diantara 1000 eritrosit tersebut, hitung jumlah eritrosit yang terinfeksi Parasitemia dinyatakan dalam bentuk jumlah eritrosit yang terinfeksi/1000 erirosit x 100%. Contoh: Jika ada 1 eritrosit yang terinfeksi dalam 1000 eritrosit maka hasilnya dinyatakan sebagai 1/1000 x 100% =0.1% Interpretasi o < 0.2% = parasitemia ringan o 0.2-2 %= parasitemia sedang o 2%= hiperparasitemia/parasitemia berat Metode 4: Menghitung secara kuantitatif Menggunakan apusan darah tebal Ambillah sejumlah 1 ul darah menggunakan tabung kapiler Teteskan darah kapiler diatas objek gelas dan buat apusan darah tebal dengan pewarnaan Giemsa Dalam 1 ul darah periksa 100 lapangan pandang (0.25 ul). Jika dalam 100 lapangan pandang ditemukan 10 Plasmodium, maka derajat parasitemianya adalah 10 x 4 = 40 Plasmodium / 1 ul darah Interpretasi - < 10.000=Infeksi ringan - 10.000-100.000= infeksi sedang - >100.000= infeksi berat (hiperparasitemia) Kepustakaan WHO. Basic laboratory methods in medical parasitology. http://whqlibdoc.who.int/publications/9241544104_%28part2%29.pdf CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 7