BAB 2 LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis)

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGEMBANGAN SISTEM ABSENSI BERBASIS FACE RECOGNITION DENGAN METODE LDA

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN KARYAWAN MELALUI PENGENALAN CITRA WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

Pengenalan Bentuk Wajah Manusia Pada Citra Menggunakan Metode Fisherface

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA)

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE

Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

PROTOTYPE PENGENALAN WAJAH MELALUI WEBCAM DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PRICIPAL COMPONENT ALAYSIS (PCA) DAN LINIER DISCRIMINANT ANALYSIS (LDA)

PEMANFAATAN GUI DALAM PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENALAN CITRA WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN METODE EIGENFACES

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Citra, Pengolahan Citra, dan Pengenalan Pola

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

Aplikasi Kematangan Tomat Berdasarkan Warna dengan Metode Linear Discriminant Analysis (LDA)

IMPLEMENTASI ALGORITMA FRACTAL NEIGHBOUR DISTANCE UNTUK FACE RECOGNITION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

Principal Component Analysis

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

BAB 2 Landasan Teori

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

ABSTRAK. Kata kunci: Citra wajah manusia, Principal Component Analysis (PCA), Eigenfaces, Euclidean Distance. ABSTRACT

Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan

Pengenalan Wajah Menggunakan Metode Linear Discriminant Analysis dan k Nearest Neighbor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE

BAB 3. ANALISIS dan RANCANGAN. eigenfaces dan deteksi muka dengan color thresholding akan mempunyai proses

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS. Skripsi

Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR

Pengenalan Wajah Menggunakan Two Dimensional Linier Discriminant Analysis Berbasis Feature Fussion Strategy

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

ANALISIS DAN SIMULASI SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE FISHERFACE BERBASIS OUTDOORVIDEO.

PENGAMAN RUMAH DENGAN SISTEM FACE RECOGNITION SECARA REAL TIME MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN METODE PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA)

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

BAB I PENDAHULUAN. Sistem biometrik merupakan penerapan teknologi yang mempelajari

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskriptor Global Direct Fractional-Step Linear. Ringkasan Tulisan ini memaparkan simulasi ekstraksi citra wajah secara global dengan menggunakan

PENGEMBANGAN SISTEM PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION (STUDI KASUS PADA DATABASE MUG)

Pengenalan Image Wajah Dengan Menggunakan Metode Template Matching. Abstraksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.

Pengenalan Citra Wajah Sebagai Identifier Menggunakan Metode Principal Component Analysis (PCA)

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang Computer Vision. Computer Vision membuat komputer

Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

Human Face Detection by using eigenface method for various pose of human face

BAB 3 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini mengacu pada tahapan proses yang ada pada sistem

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengenalan Pola/ Pattern Recognition

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SIMULASI PENGENALAN WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN LINEAR DUA DIMENSI (2D-LDA) DENGAN JARAK MANHATTAN, CANBERRA DAN EUCLIDEAN

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

SISTEM KONTROL AKSES BERBASIS REAL TIME FACE RECOGNITION DAN GENDER INFORMATION

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE FISHERFACE UNTUK MENDUKUNG SISTEM AKADEMIK

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

EKSTRAKSI CIRI GEOMETRIS UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI WAJAH. Oleh: Kholistianingsih

BAB 2 LANDASAN TEORI

Implementasi Metode Fisherface pada Absensi Wajah Karyawan Studi Kasus PT. Illuminati Metamorphosis Makassar

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA)

PENGENALAN WAJAH DENGAN CITRA MASUKAN BERUPA CITRA SKETSA WAJAH SEBAGAI HASIL SINTESIS DENGAN TEKNIK MULTISCALE MARKOV RANDOM FIELD (MRF)

BAB III METODE PENELITIAN. dan bahan, agar mendapatkan hasil yang baik dan terstruktur. Processor Intel Core i3-350m.

ANALISA PENGUKURAN SIMILARITAS BERDASARKAN JARAK MINIMUM PADA PENGENALAN WAJAH 2D MENGGUNAKAN DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera

JURNAL TEODOLITA. VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN DAFTAR ISI

PERBAIKAN CITRA UNTUK PENGENALAN WAJAH PADA CITRA WAJAH DENGAN PENCAHAYAAN TIDAK MERATA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

Pengenalan Wajah Dengan Algoritma Canonical Correlation Analysis (CCA)

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

Pengenalan Benda di Jalan Raya dengan Metode Kalman Filter. Roslyn Yuniar Amrullah

SISTEM PELACAKAN WAJAH METODE HAAR

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Citra, Pengolahan Citra, dan Pengenalan Pola Citra dapat dijelaskan sebagai dua dimensi dari fungsi f(x,y) dimana x dan y tersebut adalah sebuah koordinat pada bidang dan amplitude dari f pada pasangan koordinat adalah intensitas atau sebuah tingkatan keabu-abuan dari suatu citra pada titik tersebut. Jika x, y, dan nilai intensitas dari f tersebut bernilai diskrit, berhingga, citra tersebut dinamakan citra digital (Gonzales and Woods, 2008:1). Pengolahan citra (image processing) merupakan bidang yang berhubungan dengan proses transformasi citra (image) yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas citra yang lebih baik (Fairhust, 1988:5). Pengenalan pola (pattern recognition) merupakan bidang ilmu yang melakukan proses analisis gambar yang inputnya adalah gambar ataupun citra digital dan menghasilkan output suatu deskripsi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang disampaikan oleh gambar atau citra, dengan kata lain meniru kemampuan manusia (otak manusia) dalam mengenali suatu objek atau pola tertentu (Fairhust, 1988:5). 8

9 2.2 Computer Vision Computer Vision merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana computer dapat mengenali obyek yang diamati (Fairhust, 1988:5). Computer Vision adalah kombinasi antara pengolahan citra dan pengenalan pola. Computer Vision bersama intelegensia semu (artificial intelligence) akan mampu menghasilkan sistem intelegen visual (visual intelligence system). 2.3 Face Recognition Identifikasi (pengenalan) wajah atau face recognition adalah sebuah tugas yang dikerjakan oleh manusia secara rutin dan mudah dalam kehidupan seharihari. Penelitian dan pengembangan ilmu pengenalan wajah berkembang secara otomatis atas dasar ketersediaan desktop kuat dan rendah biaya serta embeddedsystem yang telah menciptakan minat yang sangat besar dalam pengolahan citra digital dan video. Motivasi penelitian dan pengembangan dari pengenalan wajah termasuk dalam lingkup otentikasi biometric, pengawasan, interaksi manusiakomputer, dan manajemen multimedia (Li & Jain, 2005:1). Pengenalan wajah adalah salah satu ilmu yang terdapat di dalam computer vision, di mana sebuah komputer dapat menganalisa suatu citra wajah yang terdapat di dalam sebuah gambar dan dapat menemukan identitas atau data diri dari citra wajah tersebut dengan membandingkan terhadap data-data citra wajah yang sudah disimpan sebelumnya di dalam database. Pada umumnya face recognition dilakukan dari sisi depan dengan pencahayaan yang merata ke

seluruh wajah. Akan tetapi muncul beberapa permasalahan, seperti posisi wajah, skala atau jarak wajah, orientasi, umur, dan ekspresi wajah. 10 Sistem face recognition pada umumnya mencakup empat modul utama (Li & Jain, 2005:2), yaitu: deteksi, alignment, ekstraksi fitur dan pencocokan. Proses lokalisasi dan normalisasi (deteksi wajah dan alignment) adalah langkahlangkah sebelum proses pengenalan wajah (ekstraksi fitur wajah dan pencocokan) dilakukan. Deteksi wajah adalah langkah awal untuk melakukan identifikasi wajah atau face recognition. Sebuah pendeteksi wajah yang ideal seharusnya mampu mengidentifikasi dan menemukan lokasi dan luas semua wajah yang ada di dalam sebuah gambar tanpa memperhatikan pose, skala, orientasi, umur, dan ekspresi (Li & Jain, 2005:13). Deteksi wajah melakukan segmentasi area citra wajah dengan bagian latar (background). Proses alignment bertujuan untuk memperoleh akurasi yang lebih baik dan tinggi untuk lokalisasi dan normalisasi citra wajah sebab deteksi wajah menyediakan batas lokasi dan skala dari setiap citra wajah yang dapat terdeteksi. Setelah sebuah wajah dilakukan normalisasi, ekstraksi fitur dilakukan untuk mengambil data yang efektif yang berguna untuk memisahkan antara citracitra wajah dan orang-orang yang berbeda satu sama lain dan cukup stabil untuk bermacam-macam geometric dan fotometrik. Pencocokan wajah dilakukan dengan cara melakukan pencocokan fitur yang telah diekstraksi dari citra wajah

masukan dengan kumpulan data latihan dan uji coba citra wajah yang telah tersimpan sebagai database wajah. 11 Video Images Face Location Aligned Face Face Face Detection Size & Pose Alignment Tracking Feature Feature Aligned Face Feature Vector Face ID Extraction Regulation Face Image Database Gambar 2.1 : Proses Pengenalan Wajah Citra wajah direpresentasikan sebagai sebuah susunan pixel dengan dimensi tinggi. Face recognition, dan penelitian computer vision secara umum, telah mengamati pertumbuhan minat dalam teknik yang menerapkan aljabar dan fitur statistik untuk melakukan ekstraksi dan analisis kasus jenis ini. Analisa komputer untuk citra wajah dipengaruhi oleh sinyal visual (cahaya yang terpantul pada permukaan wajah) yang disimpan oleh sebuah sensor digital sebagai sebuah susunan dari nilai pixel. Nilai pixel ini menyimpan warna atau hanya intensitas cahaya. Array pixel dari citra wajah berukuran m x n dapat disimpan dalam bentuk sebuah trik (contoh: vektor) di dalam sebuah ruang citra

12 mendimensi dengan menulis nilai-nilai pixel-nya dalam urutan tetap. Masalah utama dari data multidimensi adalah dimensionalitasnya, jumlah koordinat yang diperlukan untuk menspesifikasikan sebuah titik data. Jumlah dimensionalitas ruang tersebut, yang dibuat dari representasi pixel m x n, adalah jumlah yang sangat tinggi bahkan untuk sebuah ukuran citra wajah yang sangat sederhana. Metode pengenalan wajah untuk mengoperasikan representasi ini mengalami beberapa kesulitan. Menurut Shakhnarovich & Moghaddam, (2005, p. 141), beberapa dari hambatan ini juga disebut curse dari dimensionalitas. - Menangani dimensionalitas yang tinggi, terutama dalam konteks pengenalan berdasarkan kecocokan memerlukan biaya yang mahal secara komputasi. - Untuk metode parametrik, jumlah parameter yang diperlukan untuk berkembang secara eksponensial berdasarkan dimensionalitasnya. Terkadang jumlah nya lebih banyak dari jumlah citra yang disediakan untuk latihan dan uji coba. - Untuk metode non-parametrik, kompleksitas dari sampel cukup tinggi. Menurut Cao (2005:7), face recognition merupakan proses penganalisa karakteristik dari bentuk muka yang tidak berubah, seperti: Bagian atas dari rongga mata Area di sekitar tulang pipi

13 Sisi kiri dan kanan dari mulut Kesulitan dalam pengenalan wajah sering ditemukan pada: Noise dan blur yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan kamera Skala: Ukuran wajah terhadap citra Perubahan bentuk: Posisi wajah, ekspresi, usia Intensitas cahaya: Pencahayaan, efek pantulan sinar Gangguan: kacamata, janggut, dan kumis Menurut Turk (2005:3), pengenalan wajah bisa dilihat sebagai suatu cara untuk secara tepat mengenali citra dari sebuah wajah, dengan menggunakan datadata dari wajah yang telah lebih dahulu dikenal. Pengenalan wajah memiliki semua hambatan dalam pengenalan yang berdasarkan pemrosesan citra. Dikarenakan citra yang digunakan dapat berubah-ubah secara drastis disebabkan beberapa faktor yang rumit dan membingungkan, seperti faktor pencahayaan, posisi kamera, pengaturan kamera, dan noise. Jadi hasil dari face recognition akan berupa informasi yang dikenal atau tidak sebagai wajah dengan sebelumnya membandingkan dengan informasi dari wajah yang diketahui. Proses face recognition ini memiliki permasalahan dari pencahayaan, posisi kamera, parameter kamera dan noise yang didapatkan pada sebuah citra. 2.4 Linear Discriminant Analysis

14 Linear Discriminant Analysis (LDA) digunakan untuk menentukan fitur dimensi rendah dari ruang dimensi tinggi yang membantu untuk foto grup dari kelas yang sama dan gambar dari kelas yang berbeda. LDA memilih fitur yang memaksimalkan rasio dari antara kelas dan menyebar ke dalam kelas. Menurut Etemad & Chellappa (1997:4), didefinisikan sebagai : (1) Dimana µ adalah mean dari semua sampel dan µ adalah mean gambar dari kelas C dengan probabilitas P sebelumnya. S b yang dimaksud adalah between class scatter matrix. Dan within class scatter matrix S w didefinisikan sebagai: (2) Dimana (3) Jika Sw non-tunggal, proyeksi optimal dipilih dari matriks dengan kolom ortonormal yang memaksimalkan rasio dari determinan between class scatter matrix dengan determinan dari within class scatter matrix. (4) Dimana Wopt adalah himpunan vektor-vektor eigen umum dari dan Sw sesuai dengan nilai eigen terbesar :

15 (5) jumlah kelas. Kebanyakan C-1 nonzero menyimpulkan nilai eigen, dimana C adalah LDA secara luas digunakan untuk menemukan kombinasi linear fitur sambil menjaga kelas keterpisahan. Tidak seperti PCA, LDA mencoba untuk memodelkan perbedaan antara kelas. LDA klasik dirancang untuk memperhitungkan hanya dua kelas. Secara khusus, memerlukan titik data untuk kelas yang berbeda untuk menjadi jauh dari satu sama lain, sementara point dari kelas yang sama dekat. Akibatnya, LDA memperoleh perbedaan vektor proyeksi untuk masing-masing kelas. Algoritma multi-kelas LDA yang dapat mengelola lebih dari dua kelas yang lebih digunakan. Misalkan kita mempunyai m sampel x 1,...,x m milik kelas c; masing-masing kelas memiliki m k elemen. Kita mengasumsikan bahwa mean telah diekstraksi dari sampel, seperti di PCA. Fungsi objektif LDA dapat didefinisikan sebagai (6) (7) (8) Dimana W mxm adalah diagonal matriks yang didefinisikan sebagai

16 (9) Dan W k adalah matriks m k x m k (10) Akhirnya, kita dapat menulis eigenproblem: (11) Berdasarkan pembahasan dari para ahli, terdapat beberapa masalah dalam pengenalan wajah. Salah satunya adalah dihadapkan pada kesulitan bahwa within class scatter matrix Sw biasanya tunggal, karena jumlah gambar pada set latihan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah pixel pada setiap gambar, yang disebut ukuran sampel masalah yang kecil. Untuk mengatasi masalah ini digunakan algoritma Chen: Memaksimalkan antar kelas dan penyebaran gambar yang diproyeksikan dikenakan batasan bahwa tersebarnya di dalam kelas adalah nol. Telah diketahui bahwa tujuan dari LDA adalah untuk memaksimalkan between class scatter matrix sekaligus miminimalkan tersebarnya di dalam kelas.

17 Ketika masalah ukuran terjadi, matriks Sw within class scatter matrix adalah tunggal, maka teori Aljabar Linear memberitahu kita adanya kemungkinan untuk menemukan beberapa vektor proyeksi w seperti w T Sww = 0 dan w T Sbw 0. Dalam hal ini kriteria Fisher bisa pasti mencapai nilai maksimum. Jika lebih lanjut memaksimalkan nilai w T Sbw, kita dapat mendapatkan proyeksi vektor dengan discriminability kelas maksimal. Oleh karena itu, metode baru ini dimulai dengan menghitung proyeksi vektor yang mengakibatkan w T Sww = 0, jika tidak ada, berarti within class scatter matrix adalah non-tunggal, LDA tradisional dapat dimanfaatkan. Jika tidak, Kriteria Fisher dapat dipenuhi dengan memilih seperti w yang memaksimalkan w T Sbw. Metode ini juga telah disebutkan dalam (2) (Bing, Lianfu & Ping, 2002) Gambar 2.2 : Variasi kekuatan diskriminasi dari segmen horisontal wajah yang berkembang di ketinggian dari atas ke bawah gambar (Etemad & Chellappa, 1997:3).

18 Gambar 2.3 : Komponen yang berbeda dari transformasi wavelet menangkap bahwa variasi mencolok dari intensitas gambar dalam arah yang berbeda dan memiliki potensi diskriminasi yang berbeda. angka-angka mewakili kekuatan relatif diskriminasi (Etemad & Chellappa, 1997:3). Analisis diskriminan linear atau metode fisherface mengatasi keterbatasan metode eigenfaces dengan menerapkan kriteria diskriminan linier Fisher. Kriteria ini mencoba untuk memaksimalkan rasio determinan dari sampel between class scatter matrix diproyeksikan sebagai determinan within class scatter matrix dari sampel yang diproyeksikan. Kelompok gambar diskriminan fisher dari kelas yang sama dan memisahkan gambar dari kelas yang berbeda. Gambar diproyeksikan dari N2- dimensi ruang ke ruang dimensi C (di mana C adalah jumlah kelas gambar). Sebagai contoh, mempertimbangkan dua set poin dalam 2-dimensi ruang yang diproyeksikan ke satu baris. Tergantung pada arah garis, titik-titik dapat dicampur bersama-sama atau terpisah. Diskriminan Fisher menemukan baris

19 yang paling memisahkan poin. Untuk mengidentifikasi gambar tes masukan, gambar tes proyeksi dibandingkan dengan setiap gambar diproyeksikan pelatihan, dan citra uji diidentifikasi sebagai citra pelatihan terdekat. Seperti dengan proyeksi eigen, gambar pelatihan diproyeksikan ke dalam sebuah subspace. Test Images diproyeksikan ke dalam subspace yang sama dan diidentifikasi menggunakan kesamaan ukuran. Yang berbeda adalah bagaimana subspace dihitung. Tidak seperti metode PCA yang mengutip fitur terbaik untuk mewakili gambar wajah, metode LDA mencoba untuk menemukan subspace yang paling membedakan kelas wajah yang berbeda seperti yang ditunjukkan. The within class scatter matrix, juga disebut intra-personal, mewakili variasi dalam tampilan dari individu yang sama karena pencahayaan yang berbeda dan ekspresi wajah, sedangkan between class scatter matrix, juga disebut extra-personal, mewakili variasi dalam tampilan karena perbedaan identitas. Dengan menerapkan metode ini, kita menemukan arah proyeksi yang di satu sisi memaksimalkan jarak antara gambar wajah kelas yang berbeda di sisi lain meminimalkan jarak antara gambar wajah dari kelas yang sama. Dengan kata lain, memaksimalkan between class scatter matrix Sb, dan meminimalkan within class scatter matrix Sw di subspace proyektif. The within class scatter matrix mewakili bagaimana gambar wajah didistribusikan erat within classes dan between class scatter matrix menjelaskan bagaimana kelas dipisahkan dari satu sama lain. Ketika citra wajah

20 diproyeksikan ke diskriminan vektor W, gambar wajah harus didistribusikan erat dalam kelas dan harus dipisahkan antara kelas, sebanyak mungkin. Dengan kata lain, vektor diskriminan ini meminimalkan penyebut dan memaksimalkan pembilang dalam rumus. W sehingga dapat dibangun oleh vektor eigen dari Sw- 1 Sb. Vektor eigen ini juga disebut sebagai fisherface. Ada berbagai metode untuk memecahkan masalah LDA seperti metode pseudo inverse, metode subspace, atau metode nullspace. Pendekatan LDA mirip dengan metode Eigenface, yang menggunakan proyeksi gambar pelatihan ke sub ruang. Test Images diproyeksikan ke dalam subspace yang sama dan diidentifikasi menggunakan ukuran kesamaan. Satusatunya perbedaan adalah metode penghitungan sub ruang mencirikan ruang wajah. Wajah yang memiliki jarak minimum dengan gambar Test Images diberi label dengan identitas citra tersebut. Jarak minimum dapat dihitung dengan menggunakan metode jarak Euclidian seperti yang diberikan sebelumnya. Gambar 2.4 menunjukkan fase pengujian pendekatan LDA menurut Eleyan & Demirel (2007:8).

21 Face Database Training Set Testing Set Projection of Test Image LDA (Feature Extraction) Feature Vector Feature Vectors Classifier (Euclidean Distance) Decision Making Gambar 2.4 Pendekatan LDA untuk pengenalan wajah 2.5 Euclidean Distance Euclidean Distance adalah metode yang sering digunakan untuk menghitung jarak antara 2 vektor. Euclidean Distance digunakan untuk mengklasifikasi data(feature vector). Euclidean distance menghitung akar dari kuadrat perbedaan 2 vektor (Teknomo, 2008). Rumus euclidean distance adalah sebagai berikut:

(12) 22