BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Ekspresi Wajah Manusia Pengenalan ekspresi wajah manusia oleh mesin dapat dideskripsikan sebagai interpretasi terhadap karakteristik ekspresi wajah manusia melalui algoritma matematis yang dilakukan dengan bantuan mesin (Raheja & Kumar, 2010). Penelitian untuk dapat mengenali ekspresi wajah manusia dengan bantuan komputer sudah dimulai sejak dua dekade lalu. Mase (1991) menggunakan teknik opticalflow untuk pengenalan ekspresi wajah. Lanitis, Taylor, dan Cootes (1995) menggunakan model bentuk fleksibel untuk mengenali identitas, jenis kelamin, dan ekspresi seseorang. Black dan Yacoob (1995) menggunakan localparametricmodelyang digunakan untuk mengikuti pergerakan wajah yang kemudian digunakan pada rulebased classifier untuk mengenali ekspresi. Kemudian Essa dan Pentland (1997) juga menggunakan opticalflow dengan pendekatan berbasis regional untuk mengenali ekspresi wajah. Otsuka dan Ohya (1997) menggunakan opticalflow dan Hidden Markov Model (HMM) untuk mengidentikasi ekspresi. Tian, Kanade, dan Cohn (2001) menggunakan action unit dan neural network, dimana action unit tersebut dapat menggambarkan pergerakan komponen wajah dalam berbagai ekspresi 7

2 8 seperti yang ditulis oleh Ekman dan Friesen (1978). Cohen etal. (2003) menggunakan Bayesian network dan multilevel HMM sebagai classifier. Di lain pihak, teknik reduksi dimensi seperti contohnya PCA jugatelah berhasil digunakan untuk merepresentasikan dan mengenali ekspresi wajah seperti yang telah berhasil dilakukan oleh Cottrell dan Metcalfe (1991) serta Calder et al. (2001).ICA yang merupakan generalisasi dari PCA juga berhasil diterapkan oleh Fasel dan Luettin (2000) untuk pengenalan ekspresi wajah. Berikutnya Lee dan Seung (1999) mengembangkan algoritma NMF yang dinyatakan dapat merepresentasikan basisimage secara lokal. Namun Li etal. (2001) menemukan bahwa NMF ternyata memiliki tingkat akurasi yang lebih buruk dibandingkan dengan PCA. Li juga menawarkan metode LNMF untuk mengatasi masalah yang ada pada NMF. Bociu dan Pitas (2004) lalu menggunakan kedua metode tersebut serta menawarkan metode DNMF yang terbukti lebih baik untuk mengenali ekspresi wajah Algoritma Reduksi Dimensi Koleksi data semakin berkembang bukan hanya ukurannya yang bertambah besar tetapi juga kompleksitas data yang digunakan. Kompleksitas data ini menentukan jumlah dimensi data. Dimensi data merupakan jumlah variabel atau fitur yang diukur pada setiap observasi. Data dengan dimensi yang tinggi dapat menyebabkan tantangan baru dalam pengolahan data tersebut. Salah satu hal yang menjadi masalah pada data berdimensi tinggi adalah biasanya tidak semua fitur yang ada

3 9 menyediakan informasi yang penting mengenai objek yang akan diamati. Tingginya jumlah dimensi pada data juga menyebabkan proses pengolahan data menjadi tidak efisien (Fodor, 2002). Untuk mereduksi jumlah dimensi dari data yang akan diolah, diperkenalkan beberapa algoritma untuk mereduksi dimensi. Algoritma yang dibuat dirancang sedemikian rupa sehingga informasi penting yang terdapat dalam data tidak hilang ketika dimensinya direduksi. Beberapa contoh algoritma reduksi dimensi yang cukup sering digunakan dan memiliki hasil yang cukup baik adalah PCA, ICA, LDA, dan NMF Principal Component Analysis Menurut Turk dan Pentland (1991), PCA melibatkan prosedur matematis yang mentransformasi beberapa variabel yang memiliki korelasi menjadi kumpulan fitur yang tidak berkolerasi yang jumlahnya lebih sedikit yang disebut principalcomponent. Proses ini akan menghasilkan beberapa eigenvector yang merupakan kombinasi seluruh variasi fitur yang terdapat dalam seluruh data. Jika objek yang digunakan berupa gambar wajah, eigenvector tersebut sering disebut juga eigenfaces. Untuk melakukan hal ini, data atau gambar yang akan direduksi dimensinya harus diubah menjadi kumpulan matriks kolom D 1, D 2,, D m dimana m merupakan jumlah dari sampel yang tersedia. Rata-rata dari setiap data dapat dihitung dengan 1

4 10 Selisih antara setiap data dengan rata-ratanya dapat direpresentasikan dengan Dari matriks N, matriks covariance dapat dihitung untuk kemudian digunakan dalam mencari eigenvector. Matriks covariance dapat dihitung dengan 1 Langkah berikutnya adalah menghitung eigenvector dan eigenvalue dari matriks covariance tersebut. Dari eigenvector dan eigenvalue yang dihasilkan, dipilih k eigenvector yang memiliki eigenvalue terbesar. Kumpulan k eigenvector tersebut merupakan eigenfaces yang dapat digunakan untuk memproyeksikan data ke dalam eigenspace. Selain digunakan untuk mereduksi dimensi, PCA juga dapat digunakan untuk melakukan pengenalan. Untuk melakukan hal tersebut, data yang memiliki dimensi tinggi harus diproyeksi ke eigenspace dengan menggunakan eigenvector yang telah dihitung sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan rumus Dimana F merupakan hasil proyeksi data ke eigenspace. Cara yang sama juga digunakan terhadap data yang ingin dikenali. Tingkat kemiripan kemudian dapat dihitung dengan Euclidean distance. Menurut Li etal. (2001), reduksi dimensi pada PCA dilakukan dengan membuang komponen-komponen yang paling tidak penting. Hal ini menyebabkan PCA memiliki sifat holistik. Oleh karena itu PCA tidak

5 11 dapat mengambil fitur yang bersifat lokal dari sebuah data. Tetapi dalam kasus tertentu, terutama dalam pengenalan objek, fitur yang bersifat lokal dapat menghasilkan akurasi pengenalan yang lebih baik. Fitur lokal dapat mengatasi masalah seperti perbedaan pencahayaan, localdeformation, dan partialocclusion yang sulit diatasi oleh metode holistik. Gambar 2.1 Eigenface dari Metode PCA Independent Component Analysis Menurut Bartlett, Movellan, dan Sejnowski (2002), ICA merupakan pengembangan selanjutnya dari PCA. Berbeda dengan PCA yang bersifat holistik, ICA dapat memisahkan sinyal yang tercampur secara acak dari koefisien PCA sehingga hasil yang dihasilkan bersifat lebih independen. Sifat independen dari ICA dapat dilihat berdasarkan minimalisasi dari Mutual Information atau dari Maksimalisasi dari non-gaussianity. Ada berbagai macam algoritma yang dapat digunakan untuk ICA, di antaranya adalah infomax dan FastICA. ICA memiliki dua jenis arsitektur yang berbeda dalam merepresentasikan gambar pada matriks X. Pada arsitektur I, setiap baris

6 12 pada matriks X merupakan representasi dari gambar yang berbeda dan setiap kolom mewakili satu pixel dari gambar-gambar tersebut. Sedangkan pada arsitektur II, matriks X merupakan transpos dari matriks X pada arsitektur I sehingga setiap kolom mewakili satu gambar dan setiap baris mewakili setiap 1 pixel pada setiap gambar. Gambar 2.2 Perbandingan Basis Image ICA Arsitektur I(kiri) dan Arsitektur II(kanan) Non-negative Matrix Factorization Menurut Lee dan Seung (1999), NMF merupakan suatu metode faktorisasi matriks seperti halnya PCA, dimana kedua memiliki bentuk faktorisasi V WH. W merupakan basisimage sedangkan H merupakan encoding atau kombinasi koefisien dari setiap basisimage. Kedua metode tersebut menghasilkan representasi basisimage yang berbeda. PCA menghasilkan eigenfaces yang merupakan representasi terdistorsi dari keseluruhan wajah sedangkan NMF menghasilkan representasi fitur-fitur

7 13 lokal dari setiap wajah. Bentuk basisimage dari NMF ini memungkinkan wajah direkonstruksi hanya dengan bagian-bagian tertentu dari wajah. Hal ini dimungkinkan dengan adanya batasan non-negatif yang diterapkan pada kedua faktor yang dihasilkan. Pada NMF, database gambar direpresentasikan dengan matriks V yang memiliki dimensi n m dimana n merupakan jumlah pixel pada setiap gambar dan m merupakan jumlah gambar wajah yang terdapat dalam database tersebut.matriks V difaktorisasi sehingga memenuhi bentuk Proses faktorisasi tersebut menghasilkan matriks W dan H yang masing-masing berdimensi n r dan r m. Nilai r dipilih sedemikian sehingga persamaan (n + m)r < nm terpenuhi. Dengan demikian maka terjadilah kompresi atau pengurangan terhadap dimensi database gambar. Untuk mendapatkan hasil faktor yang paling mendekati V WH, Kullback-Leibler (KL) divergence digunakan sebagai costfunction seperti yang disebutkan oleh Lee (2001).Nilai terendah yang dapat dihasilkan KL divergence adalah nol. log Masalah berikut yang muncul adalah bagaimana cara meminimalkan nilai dengan tetap memenuhi syarat W, H 0.Untuk mendapatkan W dan H yang tidak negatif, diterapkan multiplicativeupdaterules pada setiap iterasi. Dengan

8 14 Dengan adanya batasan non-negatif yang diberikan pada setiap faktor, setiap komponen yang berhasil dipelajari oleh NMF dapat dikombinasikan tanpa perlu melakukan pengurangan seperti yang terjadi pada ICA. Namun Li etal. (2001) menemukan bahwa bagian-bagian yang dipelajari oleh NMF ternyata tidak terlokalisasi seperti yang ditunjukkan oleh Lee dan Seung (1999). Li juga menemukan bahwa NMF bahkan menghasilkan akurasi yang lebih buruk dari PCA. NMF juga memerlukan iterasi yang lebih banyak untuk mencapai konvergensi Local Non-negative Matrix Factorization Untuk mengatasi masalah pada NMF, Li etal. (2001) mengajukan metode baru yang disebut LNMF. Metode ini ditujukan untuk memperkuat sifat lokal pada basisimage sehingga fitur yang dihasilkan lebih cocok untuk digunakan pada kasus yang membutuhkan fitur lokal. Hal ini dilakukan dengan menambahkan batasan pada costfunction yang dapat menimbulkan sifat lokal dari faktor yang terbentuk. log Dimana α, β> 0, dan. Perubahan nilai W dan H yang terjadi pada LNMF didefinisikan sebagai

9 15 Dengan menggunakan rumus tersebut, akan didapatkan hasil basisimage yang terlokalisasi dengan baik. Gambar 2.3Perbandingan Basis Image pada LNMF(kiri) dan NMF(kanan) Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Li etal. (2001), ditemukan bahwa LMNF menghasilkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan PCA maupun NMF. Namun demikian, algoritma ini umumnya membutuhkan jumlah iterasi yang lebih banyak dibandingkan dengan NMF seperti yang dikatakan oleh Zhang etal. (2005).

10 Two Dimensional Non-negative Matrix Factorization 2DNMF merupakan salah satu variasi dari metode NMF yang dibuat oleh Zhang etal. (2005). Perbedaan yang menjadi kunci utama dari metode 2DNMF adalah pada representasi gambar yang digunakan. Pada NMF tradisional, matriks gambar yang digunakan harus terlebih dahulu diubah menjadi vektor 1 dimensi. Vektor yang dihasilkan dari proses tersebut biasanya akan menghasilkan fitur dengan dimensi yang sangat tinggi, dimana dalam kondisi seperti itu akan sulit untuk mencari faktor yang baik untuk merekonstruksi gambar. Zhang etal. (2005) juga mengatakan bahwa proses pengubahan matriks ke vektor tersebut mungkin dapat mengakibatkan hilangnya informasi struktur yang tersembunyi pada gambar 2D. Proses yang terjadi pada metode 2DNMF dapat dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama, m gambar yang berukuran p q dibentuk menjadi p qm matrik X = [A 1,A 2,,A m ] dimana setiap A k mewakili sebuah gambar wajah. Metode NMF kemudian diterapkan pada matriks X sehingga L merupakan basis image yang berukuran p d, sedangkan H merupakan kombinasi koefisien yang berukuran d qm. Karena setiap kolom dari matriks X mewakili satu kolom pada gambar A k, maka matriks L berisi informasi kolom dari setiap gambar sehingga sering disebut juga columnbases.

11 17 Untuk memudahkan perhitungan, matriks H dibagi menjadi m submatriks sehingga menjadi H = [H 1, H 2,, H m ] dimana setiap H k merupakan koefisien dari gambar A k. Sehingga setiap gambar A k dapat ditulis sebagai, 1,2,, Tahap pertama dari 2DNMF ini disebut juga Column NMF. Tahap kedua atau yang disebut juga Row NMF merupakan proses untuk mendapatkan informasi baris dari matriks H yang dihasilkan dari tahap sebelumnya. Untuk melakukan hal tersebut, matriks H dibentuk menjadi matriks H = [H T 1, H T 2,, H T m ] yang berukuran q dm.metode NMF kemudian diterapkan kembali pada matriks H sehingga R merupakan basis image yang berukuran q g, sedangkan C merupakan kombinasi koefisien yang berukuran g dm. Karena setiap kolom dari matriks H mewakili informasi baris pada gambar A k, maka matriks R disebut juga sebagai rowbases. Untuk memudahkan, matriks C T juga dibagi menjadi m sub-matriks C = [C 1, C 2,, C m ] sehingga H k dapat ditulis sebagai, 1,2,, Dengan melakukan substitusi maka dihasilkan L, 1,2,, Jika diketahui bahwa L = [l 1, l 2,, l d ] dan R = [r 1, r 2,, r g ] maka 2D bases dapat dihasilkan dengan menggunakan outer product dari column base l i dan row base r j.

12 18,1,1 E ij merupakan matriks dengan ukuran yang sama dengan ukuran gambar asli. Dengan asumsi bahwa, 1,2,, maka didapatkan L Secara sederhana, algoritma 2DNMF dapat digambarkan sebagai Gambar 2.4 Ilustrasi Algoritma 2DNMF Untuk melakukan pengenalan terhadap sebuah gambar, dataset gambar harus diproyeksikan ke dalam bilinear space sehingga menjadi featurematrix., 1,2,, Cara yang sama juga dapat dilakukan terhadap gambar A yang akan dikenali

13 19 Pengenalan dapat dilakukan dengan menghitung Frobenius norm setiap F k dengan F A. Gambar yang dikenali akan diprediksi sebagai anggota dari kelompok yang anggotanya memiliki Frobenius norm paling minimal., Ukuran kemiripan antara kedua gambar juga dapat dihitung berdasarkan Frobenius norm antara koefisien gambar yang telah dilatih dengan dengan gambar yang akan dikenali. Dalam hal ini gambar yang akan dikenali tidak terdapat pada data pelatihan sehingga koefisiennya tidak diketahui. Tetapi koefisien tersebut dapat dihitung dengan Dimana merupakan pseudoinverse dari matriks L, merupakan pseudoinverse dari matriks R, dan A merupakan matriks 2D dari gambar yang akan dikenali. Gambar 2.5 Perbandingan Basis Image pada NMF(kiri) dan 2DNMF(kanan)

14 20 Dari hasil eksperimen yang dilakukan oleh Zhang etal. (2005) dapat disimpulkan bahwa 2DNMF menghasilkan akurasi pengenalan objek yang lebih tinggi dibandingkan dengan NMF dan LNMF serta dengan rasio kompresi data yang mirip dan dengan efisiensi waktu yang jauh melebihi NMF dan LNMF.

PERBANDINGAN KOEFISIEN NMF DAN PROYEKSI BILINEAR SPACE SEBAGAI FITUR PADA PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MANUSIA

PERBANDINGAN KOEFISIEN NMF DAN PROYEKSI BILINEAR SPACE SEBAGAI FITUR PADA PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MANUSIA PERBANDINGAN KOEFISIEN NMF DAN PROYEKSI BILINEAR SPACE SEBAGAI FITUR PADA PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MANUSIA William Salim Computer Science Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.

Lebih terperinci

BAB II KAJIANPUSTAKA

BAB II KAJIANPUSTAKA BAB II KAJIANPUSTAKA 2.1 Klasifikasi Klasifikasi adalah proses pengelompokan data menjadi suatu kelas berdasarkan kesamaan karakteristik pada data data yang ada. Ada 2 jenis metode yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi BAB 3 METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Pengenalan ekspresi wajah adalah salah satu bentuk representasi kecerdasan manusia yang dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi emosi seseorang. Hal inilah yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan landasan teori dari metode yang digunakan dalam proses pengenalan wajah, yaitu terdiri atas: metode Eigenface, dan metode Jarak Euclidean. Metode Eigenface digunakan

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA EIGENFACE DAN EUCLIDEAN DISTANCE Widodo Muda Saputra, Helmie Arif Wibawa, S.Si, M.Cs, dan Nurdin Bahtiar, S.Si, M.T Fakultas Sains dan Matematika, Jurusan Ilmu Komputer

Lebih terperinci

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut:

Menurut Ming-Hsuan, Kriegman dan Ahuja (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi sebuah sistem pengenalan wajah dapat digolongkan sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan berbagai landasan teori yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini dan menguraikan hasil studi literatur yang telah dilakukan penulis. Bab ini terbagi

Lebih terperinci

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis)

Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis) Pengenalan Wajah dengan Metode Subspace LDA (Linear Discriminant Analysis) Ratna Nur Azizah Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111

Lebih terperinci

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR

TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR TEKNIK PENGENALAN WAJAH DENGAN ALGORITMA PCA BERBASIS SELEKSI EIGENVECTOR DWI ACHTI NOVIATUR R. 2208100656 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wirawan, DEA (Ir. Hendra Kusuma, M.Eng) PIE Problem Representasi Citra

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES

UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES 1 Uji Kinerja Face Recognition Menggunakan Eigenfaces UJI KINERJA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EIGENFACES ABDUL AZIS ABDILLAH 1 1STKIP Surya, Tangerang, Banten, abdillah.azul@gmail.com Abstrak. Pada paper

Lebih terperinci

Principal Component Analysis

Principal Component Analysis Perbandingan Ukuran Jarak pada Proses Pengenalan Wajah Berbasis Principal Component Analysis (PCA) Pembimbing: Dr.Ir.Wirawan, DEA (Ir. Hendra Kusuma, M.Eng) Nimas Setya Yaniar 2208.100.616 POSE (posisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer sekarang sangat pesat, ini ditandai dengan hampir semua pengolahan data dan informasi telah dilakukan dengan komputer. Hal ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk pengenalan ekspresi wajah diantara metode Non Negative Matrix

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk pengenalan ekspresi wajah diantara metode Non Negative Matrix BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian akan dilakukan untuk mencari hasil yang paling optimal untuk pengenalan ekspresi wajah diantara metode Non Negative Matrix Factorization (NMF),

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA FRACTAL NEIGHBOUR DISTANCE UNTUK FACE RECOGNITION

IMPLEMENTASI ALGORITMA FRACTAL NEIGHBOUR DISTANCE UNTUK FACE RECOGNITION IMPLEMENTASI ALGORITMA FRACTAL NEIGHBOUR DISTANCE UNTUK FACE RECOGNITION Garibaldy W Mukti 13506004 Teknik Informatika ITB alamat : Srigading 29, Bandung 40132 email: subghost1802000@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN METODE FAKTORISASI MATRIKS NON-NEGATIF DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN METODE FAKTORISASI MATRIKS NON-NEGATIF DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK PENGENALAN EKSPRESI WAJAH MENGGUNAKAN METODE FAKTORISASI MATRIKS NON-NEGATIF DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Andy Putra 1 ; Monica 2 ; Vinson Yogama 3 ; Diaz D. Santika 4 Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang Computer Vision. Computer Vision membuat komputer

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang Computer Vision. Computer Vision membuat komputer BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer pada dewasa ini telah mengalami kemajuan, termasuk dalam bidang Computer Vision. Computer Vision membuat komputer dapat melihat dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS UNTUK SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email: kustiannunu@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras 3.1.1 Diagram Blok Sistem Rancangan perangkat keras dari aplikasi pengenalan wajah ini dapat dilihat pada diagram blok Gambar 3.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN METODE PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA)

PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN METODE PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA) ISSN: 1693-6930 177 PENGENALAN WAJAH MANUSIA DENGAN MEODE PRINCIPLE COMPONEN ANALYSIS (PCA) Murinto Program Studi eknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus III UAD Jl Prof Dr. Supomo,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Artificial Intelligence Artificial intelligence merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA

PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA PERBANDINGAN METODE MINIMUM DISTANCE PATTERN CLASSIFIER DAN NEURAL NETWORK BACKPROPAGATION DALAM MENGENALI WAJAH MANUSIA DENGAN EKSPRESI YANG BERBEDA Bharasaka Krisnandhika 51412445 Dr. Dewi Agushinta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jaringan saraf buatan merupakan kumpulan dari elemen-elemen pemrosesan buatan yang disebut neuron. Sebuah neuron akan mempunyai banyak nilai masukan yang berasal dari

Lebih terperinci

KOMPRESI DAN PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN PENDEKATAN NON-NEGATIVE MATRIX FACTORIZATION

KOMPRESI DAN PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN PENDEKATAN NON-NEGATIVE MATRIX FACTORIZATION KOMPRESI DAN PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN PENDEKATAN NON-NEGATIVE MATRIX FACTORIZATION Christianto Mewlando Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Fictor Benny Kurniawan Usodo Binus University,

Lebih terperinci

Implementasi Pengenalan Wajah Berbasis Algoritma Nearest Feature Midpoint

Implementasi Pengenalan Wajah Berbasis Algoritma Nearest Feature Midpoint Implementasi Pengenalan Wajah Berbasis Algoritma Nearest Feature Midpoint Diana Purwitasari, Rully Soelaiman, Mediana Aryuni dan Hanif Rahma Hakim Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Home security saat ini sudah menjadi kebutuhan setiap pemilik rumah yang menginginkan tingkat keamanan yang baik. Salah satu sistem keamanan konvensional yang masih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Citra, Pengolahan Citra, dan Pengenalan Pola Citra dapat dijelaskan sebagai dua dimensi dari fungsi f(x,y) dimana x dan y tersebut adalah sebuah koordinat pada bidang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DTCWT DAN NMF PADA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EUCLIDEAN DISTANCE

PERBANDINGAN DTCWT DAN NMF PADA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EUCLIDEAN DISTANCE PERBANDINGAN DTCWT DAN NMF PADA FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN EUCLIDEAN DISTANCE David; Ferdinand Ariandy Luwinda Computer Science Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan Tugas Akhir, Lingkup Tugas Akhir, Metodologi Tugas Akhir dan Sistematika Penulisan Tugas Akhir. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE

Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan Wajah dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Hasil Ekstraksi Algoritma Principal Component Analysis (PCA) untuk Pengenalan dengan Bahasa Pemograman Java Eclipse IDE Fiqih Ismawan Dosen Program Studi Teknik Informatika, FMIPA Universitas Indraprasta

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) PENGENALAN POLA TANDA TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) Riza Firdaus Ardiansyah NIM : A11.2009.05106 Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Fitur. Reduksi & Pengelompokan. Gambar 3.1. Alur Pengelompokan Dokumen

BAB III PERANCANGAN. Fitur. Reduksi & Pengelompokan. Gambar 3.1. Alur Pengelompokan Dokumen BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan delaskan tahapan yang dilalui dalam melakukan perancangan penelitian yang akan dilakukan dalam tugas akhir ini. Tahapan tersebut meliputi perancangan implementasi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Analisa Masalah Kemajuan teknologi di bidang multimedia, menuntut kemampuan sistem yang lebih baik dan lebih maju dari sebelumnya, sesuai dengan perkembangan teknologi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE LINEAR DISCRIMINANT ANALYSIS DAN K NEAREST NEIGHBOR 1 Fandiansyah, 2 Jayanti Yusmah Sari, 3 Ika Purwanti Ningrum Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia diciptakan dengan bentuk fisik dan rupa yang berbeda sehingga manusia tersebut dapat dibedakan satu dengan yang lainnya. Pada teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uang Kertas Rupiah Uang Rupiah Kertas adalah Uang Rupiah dalam bentuk lembaran yang terbuat dari Kertas Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, dimana penggunaannya dilindungi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DATA SPEKTROFOTOMETER DAN ANALISA DENGAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA PCA

BAB 4 IMPLEMENTASI DATA SPEKTROFOTOMETER DAN ANALISA DENGAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA PCA BAB 4 IMPLEMENTASI DATA SPEKTROFOTOMETER DAN ANALISA DENGAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA PCA 4.1 Deteksi DD dengan Dengue Duo (NS1 Ag dan IgG/IgM) Data yang diperoleh merupakan hasil pemeriksaan Dengue

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Folder Sebuah directory (folder) adalah seperti ruangan-ruangan (kamar-kamar) pada sebuah komputer yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dari berkas-berkas (file). Sedangkan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SINYAL MULTIMEDIA

PENGOLAHAN SINYAL MULTIMEDIA MAKALAH PENGOLAHAN SINYAL MULTIMEDIA Eigenvector Analysis, Principal Component Analysis and Independent Component Analysis OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN D411 10 009 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GUI DALAM PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENALAN CITRA WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN METODE EIGENFACES

PEMANFAATAN GUI DALAM PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENALAN CITRA WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN METODE EIGENFACES PEMANFAATAN GUI DALAM PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENALAN CITRA WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN METODE EIGENFACES Ni Wayan Marti Jurusan Manajemen Informatika, Fakultas Teknik dan Kejuruan,Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diagnosis kanker dapat dilakukan berdasarkan struktur morfologisnya, namun hal tersebut mengalami kesulitan karena perbedaan struktur morfologis yang sangat tipis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Eksperimen Pada penelitian ini, eksperimen dilakukan terhadap 3 metode NMF, yaitu normal NMF, Local NMF, dan nsnmf.untuk setiap metode NMF, eksperimenakan dilakukan

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

Kombinasi KPCA dan Euclidean Distance untuk Pengenalan Citra Wajah

Kombinasi KPCA dan Euclidean Distance untuk Pengenalan Citra Wajah Kombinasi KPCA dan Euclidean Distance untuk Pengenalan Citra Wajah Rima Tri Wahyuningrum 1,2 Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, PO BOX 2 Kamal, Bangkalan

Lebih terperinci

Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image

Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image Aplikasi Principle Component Analysis (PCA) Untuk Mempercepat Proses Pendeteksian Obyek Pada Sebuah Image Liliana Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra, Surabaya

Lebih terperinci

Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis

Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis Penerapan Metode Phase Congruency Image (PCI) dalam Pengenalan Citra Wajah secara Otomatis Puspita Ayu Ningsih Putri. SY, Wirawan, Hendra Kusuma Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Artificial Intelligence Artificial intelligence menurut U.S. National Library of Medicine adalah ilmu dan implementasi teknik dan metode untuk merancang sistem komputer yang dapat

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA)

Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA) Pengembangan Perangkat Lunak untuk Pengenalan Wajah dengan Filter Gabor Menggunakan Algoritma Linear Discriminant Analysis (LDA) Erma Rachmawati Jurusan Teknik Elektro- FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta

Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta Pengenalan wajah dengan algorithma Eigen Face Oleh: Hanif Al Fatta Abstraksi Pengenalan wajah (face recognition) yang merupakan salah satu penerapan image processing, kini telah dipakai untuk banyak aplikasi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Noise Pada saat melakukan pengambilan gambar, setiap gangguan pada gambar dinamakan dengan noise. Noise dipakai untuk proses training corrupt image, gambarnya diberi noise dan

Lebih terperinci

BAB 3. ANALISIS dan RANCANGAN. eigenfaces dan deteksi muka dengan color thresholding akan mempunyai proses

BAB 3. ANALISIS dan RANCANGAN. eigenfaces dan deteksi muka dengan color thresholding akan mempunyai proses BAB 3 ANALISIS dan RANCANGAN 3.1 Analisa metode Secara garis besar, tahap pada pengenalan wajah dengan metode eigenfaces dan deteksi muka dengan color thresholding akan mempunyai proses yang dilakukan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) DENGAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA APLIKASI PENGENALAN WAJAH

UNJUK KERJA METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) DENGAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA APLIKASI PENGENALAN WAJAH ISSN : 1693 1173 UNJUK KERJA METODE KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) DENGAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) PADA APLIKASI PENGENALAN WAJAH Yustina Retno Wahyu Utami 1), Teguh Susyanto 2). Abstract

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM PENGENALAN WAJAH DALAM RUANGAN PADA VIDEO MENGGUNAKAN METODE LNMF DAN NMFsc

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM PENGENALAN WAJAH DALAM RUANGAN PADA VIDEO MENGGUNAKAN METODE LNMF DAN NMFsc ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 389 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SISTEM PENGENALAN WAJAH DALAM RUANGAN PADA VIDEO MENGGUNAKAN METODE LNMF DAN NMFsc IMPLEMENTATION

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN EORI Pada bab ini akan dielaskan landasan teori yang digunakan pada pengeraan tugas akhir ini. Landasan teori meliputi penelasan mengenai pengelompokan dokumen, teknik-teknik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pengenalan manusia secara otomatis menggunakan mesin merupakan masalah yang menantang dan telah menjadi banyak perhatian selama beberapa tahun terakhir. (Jawad, Syed, dan Farrukh,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas tentang pengujian dan analisis sistem. Pada pengujian akan dijelaskan tentang kriteria pengujian serta analisis dari pengujian 4.1. Kriteria Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem biometrik merupakan penerapan teknologi yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Sistem biometrik merupakan penerapan teknologi yang mempelajari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrik merupakan penerapan teknologi yang mempelajari karakteristik biologi yang menjadi keunikan tersendiri pada manusia. Salah satu bagian sistem biometrik

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BUNGA EUPHORBIA BERDASARKAN KELOPAK DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA)

KLASIFIKASI BUNGA EUPHORBIA BERDASARKAN KELOPAK DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) KLASIFIKASI BUNGA EUPHORBIA BERDASARKAN KELOPAK DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) Pada Program

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN TEKNIK REDUKSI DIMENSI NONNEGATIVE MATRIX FACTORIZATION DAN RANDOM PROJECTION SKRIPSI

PENGELOMPOKAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN TEKNIK REDUKSI DIMENSI NONNEGATIVE MATRIX FACTORIZATION DAN RANDOM PROJECTION SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGELOMPOKAN DOKUMEN BAHASA INDONESIA DENGAN TEKNIK REDUKSI DIMENSI NONNEGATIVE MATRIX FACTORIZATION DAN RANDOM PROJECTION SKRIPSI Suryanto Ang 1205000886 FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: = BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Matriks Definisi 2.1 (Lipschutz, 2006): Matriks adalah susunan segiempat dari skalarskalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: Setiap skalar yang terdapat dalam

Lebih terperinci

PENGENALAN SESEORANG MENGGUNAKAN CITRA GARIS TANGAN

PENGENALAN SESEORANG MENGGUNAKAN CITRA GARIS TANGAN PENGENALAN SESEORANG MENGGUNAKAN CITRA GARIS TANGAN Bagus Fadzerie Robby 1), Resty Wulanningrum 2) 1), 2) Universitas Nusantara PGRI Kediri 1), 2) Jl. KH. Achmad Dahlan 76, Kediri, Jawa Timur 64112 Email

Lebih terperinci

ANALISA PENGUKURAN SIMILARITAS BERDASARKAN JARAK MINIMUM PADA PENGENALAN WAJAH 2D MENGGUNAKAN DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

ANALISA PENGUKURAN SIMILARITAS BERDASARKAN JARAK MINIMUM PADA PENGENALAN WAJAH 2D MENGGUNAKAN DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS ANALISA PENGUKURAN SIMILARITAS BERDASARKAN JARAK MINIMUM PADA PENGENALAN WAJAH 2D MENGGUNAKAN DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Fetty Tri Anggraeny, Wahyu J.S Saputra Jurusan Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SIMULASI SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE FISHERFACE BERBASIS OUTDOORVIDEO.

ANALISIS DAN SIMULASI SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE FISHERFACE BERBASIS OUTDOORVIDEO. ANALISIS DAN SIMULASI SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE FISHERFACE BERBASIS OUTDOORVIDEO Nurani Fitriyah 1),Dr. Ir. BambangHidayat 2),SuciAulia, ST,MT 3) 1 FakultasTeknikElektro, Telkom University

Lebih terperinci

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat

BAB III. Model Regresi Linear 2-Level. Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat BAB III Model Regresi Linear 2-Level Sebuah model regresi dikatakan linear jika parameter-parameternya bersifat linear. Untuk data berstruktur hirarki 2 tingkat, analisis regresi yang dapat digunakan adalah

Lebih terperinci

Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia

Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia Nusantara of Engineering/Vol. 2/ No. 1/ISSN: 2355-6684 65 Implementasi Principal Component Analysis (PCA) Untuk Pengenalan Wajah Manusia Rina Firliana, Resty Wulanningrum, Wisnu Sasongko Jurusan Teknik

Lebih terperinci

6 Sistem Persamaan Linear

6 Sistem Persamaan Linear 6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus

Lebih terperinci

Matrix Factorization. Machine Learning

Matrix Factorization. Machine Learning MMA10991 Topik Khusus - Machine Learning Matrix Factorization Dr. rer. nat. Hendri Murfi Intelligent Data Analysis (IDA) Group Departemen Matematika, Universitas Indonesia Depok 16424 05.11.13 1 Telp.

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL AKSES BERBASIS REAL TIME FACE RECOGNITION DAN GENDER INFORMATION

SISTEM KONTROL AKSES BERBASIS REAL TIME FACE RECOGNITION DAN GENDER INFORMATION SISTEM KONTROL AKSES BERBASIS REAL TIME FACE RECOGNITION DAN GENDER INFORMATION Putri Nurmala 1 ; Wikaria Gazali 2 ; Widodo Budiharto 3 1, 2 Mathematics and Statistics Department, School of Computer Science,

Lebih terperinci

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK) 2015 7 Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera Edy Winarno *), Wiwien

Lebih terperinci

JURNAL SISTEM IDENTIFIKASI CITRA TANDA TANGA MENGGUNAKAN METODE 2D-PCA (TWO DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALISYS)

JURNAL SISTEM IDENTIFIKASI CITRA TANDA TANGA MENGGUNAKAN METODE 2D-PCA (TWO DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALISYS) JURNAL SISTEM IDENTIFIKASI CITRA TANDA TANGA MENGGUNAKAN METODE 2D-PCA (TWO DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALISYS) SIGNATURE RECOGNITION USING 2D-PCA (TWO DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALISYS) Oleh:

Lebih terperinci

JURNAL TEODOLITA. VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN DAFTAR ISI

JURNAL TEODOLITA. VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN DAFTAR ISI JURNAL TEODOLITA VOL. 14 NO. 1, Juni 2013 ISSN 1411-1586 DAFTAR ISI Perpaduan Arsitektur Jawa dan Sunda Pada Permukiman Bonokeling Di Banyumas, Jawa Tengah...1-15 Wita Widyandini, Atik Suprapti, R. Siti

Lebih terperinci

SISTEM PENGAMANAN HANDPHONE MENGGUNAKAN FACE RECOGNITION BERBASIS ANDROID

SISTEM PENGAMANAN HANDPHONE MENGGUNAKAN FACE RECOGNITION BERBASIS ANDROID Jurnal... Vol. XX, No. X, Bulan 20XX, XX-XX 1 SISTEM PENGAMANAN HANDPHONE MENGGUNAKAN FACE RECOGNITION BERBASIS ANDROID Mirna Astria 1, Juni Nurma Sari 2, Mardhiah Fadhli 3 Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian sistem biometrika adalah face recognition (pengenalan wajah). Sistem

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian sistem biometrika adalah face recognition (pengenalan wajah). Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia yang memiliki keunikan. Salah satu bagian sistem biometrika

Lebih terperinci

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor PENGENALAN KADAR TOTAL PADAT TERLARUT PADA BUAH BELIMBING BERDASAR CITRA RED-GREEN-BLUE MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS (PCA) SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI DAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORHOOD (KNN)

Lebih terperinci

Pengenalan Wajah Dengan Algoritma Canonical Correlation Analysis (CCA)

Pengenalan Wajah Dengan Algoritma Canonical Correlation Analysis (CCA) JURNAL EKNIK IS ol 1, (Sept, 212) ISSN: 231-9271 A-439 Pengenalan Wajah Dengan Algoritma Canonical Correlation Analysis (CCA) Ratna Dwi Kartika Rini, Wirawan dan Hendra Kusuma Jurusan eknik Elektro-FI,

Lebih terperinci

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA)

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA) 46 Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA) Iwan Setiawan setiawanise@yahoo.com, Welly Iskand welly.iskand@gmail.com, Fauzi Nur Iman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Sistem pengawasan atau surveillance system

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Sistem pengawasan atau surveillance system BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan, dan ruang lingkup dari tugas akhir. Setelah itu dilanjutkan dengan sistematika penulisan laporan. 1.1. Latar Belakang Saat ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Pengunjung Atlantis Water Adventure. Jumlah Pengunjung

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah Pengunjung Atlantis Water Adventure. Jumlah Pengunjung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolam renang adalah suatu konstruksi buatan yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam, atau aktivitas air lainnya. Penggunaan kolam

Lebih terperinci

Teknik Pengenalan Wajah Dengan Algoritma PCA Berbasis Seleksi Eigenvector

Teknik Pengenalan Wajah Dengan Algoritma PCA Berbasis Seleksi Eigenvector eknik Pengenalan Wajah Dengan Algoritma PCA Berbasis Seleksi Eigenvector Dwi Achti Noviatur Rahmah Jurusan eknik Elektro FI, Institut eknologi Sepuluh Nopember Kampus IS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Salamun 1, Firman Wazir 2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Univbersitas Abdurrab Pekanbaru Jl. Riau Ujung

Lebih terperinci

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature Dosen Pembimbing : 1) Prof.Dr.Ir. Mauridhi Hery Purnomo M.Eng. 2) Dr. I Ketut Eddy Purnama ST., MT. Oleh : ATIK MARDIYANI (2207100529)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daun Daun adalah salah satu organ pada tumbuhan yang memiliki peranan sangat penting dalam keberlangsungan hidup tumbuhan tersebut. Hal ini dikarenakan tumbuhan merupakan organisme

Lebih terperinci

Pengenalan Wajah Menggunakan Two Dimensional Linier Discriminant Analysis Berbasis Feature Fussion Strategy

Pengenalan Wajah Menggunakan Two Dimensional Linier Discriminant Analysis Berbasis Feature Fussion Strategy Pengenalan Wajah Menggunakan Two Dimensional Linier Discriminant Analysis Berbasis Feature Fussion Strategy Benny Afandi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya b2nafandi@gmail.com Sahmanbanta Sinulingga

Lebih terperinci

Implementasi Principal Komponen Analysis untuk Sistem Balik Citra Digital

Implementasi Principal Komponen Analysis untuk Sistem Balik Citra Digital Nusantara of Engginering (NoE)/Vol. /No. /ISSN : 8 Implementasi Principal Komponen Analysis untuk Sistem Balik Citra Digital Okfan Rizal Ferdiansyah. Sistem Informasi, Fakultas Teknik Universitas Nusantara

Lebih terperinci

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) Kurnia Novita Mutu (0722029) Jurusan Teknik Elektro email: mutunia@gmail.com ABSTRAK Perkembangan biometrik pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota

BAB III ANALISIS SISTEM. Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota BAB III ANALISIS SISTEM 3.1. Sistem Absensi Berbasis Webcam Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi anggota berdasarkan input citra hasil capture webcam. Sistem akan melakukan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST)

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 15, No. 1, Januari 2012, hal 15-20 SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE EIGENFACE DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN (JST) Tri Mulyono, Kusworo Adi dan Rahmat Gernowo Jurusan

Lebih terperinci

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil

Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Teknik Reduksi Dimensi Menggunakan Komponen Utama Data Partisi Pada Pengklasifikasian Data Berdimensi Tinggi dengan Ukuran Sampel Kecil Ronny Susetyoko, Elly Purwantini Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengenalan wajah (face recognition) merupakan salah satu teknologi biometric yang sangat dibutuhkan dalam berbagai aplikasi, seperti keamanan, verifikasi (pembuktian)

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 21 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sebelum citra tanda tangan dikenali dengan menggunakan Hidden Markov Model (HMM) citra tanda tangan tersebut ditransmisikan dengan dikompresi menggunakan Run Length Encoding

Lebih terperinci