BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. (follow up) dari hasil penelitian analisis kontrastif ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti hakikat manusia menurut Aristoteles ( SM), manusia

BAB I PENDAHULUAN. maupun multilateral, sehingga banyak universitas mendirikan program studi

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

BAB V P E N U T UP. adverbia dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab berdasarkan pada tinjauan

RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah Hangeul. Hangeul dibuat pada

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi media massa berjalan dengan pesat saat ini.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).

BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

BAB V PENUTUP. ini. Pada bagian simpulan akan dipaparkan poin-poin utama yang diperoleh dari keseluruhan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Unsur sintaksis yang terkecil adalah frasa. Menurut pandangan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia dan bahasa Inggris, dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB V PENUTUP. fungsi verba frasal berpartikel off. Analisis verba frasal berpartikel off pada tesis ini

BAB VI KESIMPULAN. tetapi secara gramatikal penanda ini memiliki fungsi menandai kata yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

BAB V PENUTUP. dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut.

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemerolehan dan pembelajaran bahasa sasaran, siswa sering menghadapi

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

Jenis Verba Jenis Verba ada tiga, yaitu: Indikatif (kalimat berita) Imperatif (kalimat perintah) Interogatif (kalimat tanya) Slot (fungsi)

LANDASAN TEORI. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan

Artikel Publikasi Ilmiah KATEGORI DAN WUJUD CAMPUR KODE PADA BAHASA IKLAN LOWONGAN KERJA KE LUAR NEGERI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial mutlak akan saling

Bab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga berguna untuk membangun jaringan internasional. Seiring dengan

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menguasai suatu bahasa asing dengan baik, salah satu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. kesistematisan dari jalan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis. Menurut Chaer dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer 1. Menurut pendapat lain

I. KAJIAN PUSTAKA. Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

2. Punya pendirian, peduli sesama, berkomitmen dan bisa bertanggung jawab. Menurut aku, gentleman punya sifat yang seperti itu. Kalau punya pacar, dia

KLAUSA KONSESIF DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT BAHASA INDONESIA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain ( Kridalaksana,

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kesalahan berbahasa dalam karangan siswa kelas VI SD Al-Kautsar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. jawaban suatu permasalahan. Atau konsep adalah gambaran mental diri objek, proses, atau

Bab 1. Pendahuluan. Setiap negara memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ungkapan manusia yang dilafalkan dengan kata-kata dalam. dan tujuan dari sebuah ujaran termasuk juga teks.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pemikiran pemakai bahasa. Manusia menggunakan kata-kata dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki bahasa Indonesia sebagai identitas kebangsaannya. Bahasa Indonesia tidak

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kesalahpahaman dalam memaknai kalimat bahasa Inggris adalah

Oleh Ratna Novita Punggeti

PEMAKAIAN VERBA AKTIF TRANSITIF DALAM NOVEL GAWANG MERAH PUTIH: NOVEL REPORTASE TIMNAS U-19 KARYA RUDI GUNAWAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

Tugas Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bersifat universal. Artinya, hampir tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkonversikan tulisan / teks ke dalam bentuk ucapan dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem lambang

BAB I PENDAHULUAN. mengusung permasalahan keilmuan. Materi yang dituangkan dalam tulisan ilmiah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

Unsur Kalimat. Kenapa kalimat (SPOPK) menjadi kajian dalam penulisan ilmiah? 29/02/2012 KALIMAT?

BAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,

04/10/2016. Dengan bangga, kami mempersembahkan KALIMAT. Pertemuan 6

KLAUSA VERBAL BAHASA MENUI. Ekawati A1D

SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

RINGKASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kekuatan imaginasi. Fungsi imaginative bahasa biasanya digunakan pada

Analisis Penggunaan Kalimat Bahasa Indonesia pada Karangan Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 10 Sanur, Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki aturan gramatikal yang memuat kaidah-kaidah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dengan menggunakan bahasa tulis. Jika dibandingkan dengan

ANALISIS STRUKTUR KALIMAT PADA WACANA IKLAN BROSUR PROVIDER TELEKOMUNIKASI SKRIPSI

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dengan rujukan rumusan permasalahan yang telah dipaparkan pada bagian awal penelitian ini, maka tahap ini merupakan bagian akhir yang akan menjelaskan simpulan tentang analisis data serta saran dari peneliti sebagai bentuk tindak lanjut (follow up) dari hasil penelitian analisis kontrastif ini. 5.1 Simpulan Sebagaimana telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, bahwa bahasa Indonesia (BI) dan bahasa Korea (BK) sama-sama merupakan bahasa aglutinatif yang sepintas tampak tidak terdapat perbedaan yang sangat mendasar antar keduanya. Namun demikian, bila dirunut lebih dalam kajian antar kedua bahasa tersebut ditemukan berbagai perbedaan pada tataran struktur kalimat tunggal berdasarkan fungsi, urutan, dan kategori sintaksis unsur-unsur kalimatnya. Analisis data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya memberikan informasi secara komprehensif tentang jenis-jenis struktur kalimat tunggal BI dan BK. Deskripsi lebih lanjut terkait hal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.1.1 Struktur Kalimat Tunggal BI Analisis data yang telah dilakukan pada beberapa variasi korpus data struktur kalimat tunggal BI menghasilkan beberapa hal penting sebagai berikut: 95

96 a. Struktur kalimat tunggal BI bisa meliputi distribusi konstituen-konstituen berdasarkan fungsi sintaksisnya dengan sistematika S-P, S-P-O, S-P-Pl, S- P-Ket, dan S-P-O-Ket yang setiap unsur-unsur fungsinya tidak ditandai dengan penanda. b. Berdasarkan kategorinya, unsur-unsur yang terdapat pada kalimat tunggal BI yang berstruktur S-P, S-P-O, S-P-Pl, S-P-Ket, dan S-P-O-Ket terdiri dari kategori (1) nominal atau frase nominal, (2) adjektiva atau frase adjektival, (3) verba atau frase verbal, (4) frase depan, dan (5) frase bilangan. c. Berdasarkan urutannya, (1) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P, unsur yang menduduki fungsi S dan P dapat diubah urutannya menjadi P-S. (2) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O, unsur yang menduduki fungsi S selalu terletak di awal dan O selalu terletak di belakang P dari kata verbal transitif. Oleh karena, P terdiri dari kata verbal transitif, maka sebuah kalimat yang berstruktur S-P-O dapat dipasifkan. Apabila dipasifkan, kata atau frase yang menduduki fungsi O akan berubah menjadi fungsi S yang diletakkan di awal dan unsur yang menduduki fungsi S akan berubah menjadi fungsi Ket yang terletak di akhir kalimat, sedangkan fungsi P tetap teletak di antara S dan Ket. Unsur fungsi O selalu mengikuti fungsi P atau selalu terletak di belakang P. (3) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Pl, unsur S terletak di awal dan dapat diletakkan di belakang Pl, unsur P dapat diletakkan di awal yang diikuti unsur P. (4) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Ket, unsur yang

97 menduduki fungsi S dapat terletak di depan P, dapat terletak di antara P dan K, dan dapat terletak di belakang Ket. Unsur yang menduduki fungsi P dapat terletak di antara S dan Ket, dapat terletak di depan S, dan dapat terletak di depan Ket. unsur yang menduduki fungsi Ket dapat terletak di belakang P, dapat terletak di depan S, dan dapat terletak diantara S dan P. (5) pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O-Ket, unsur yang menduduki fungsi S dapat terletak di awal, dapat terletak di antara P dan Ket, dan dapat terletak di belakang Ket. Unsur yang menduduki fungsi P hanya terletak di belakang S yang selalu diikuti O. Unsur yang menduduki fungsi Ket, dapat terletak di akhir kalimat, dapat terletak di depan S, dan dapat terletak di antara S dan P-O. 5.1.2 Struktur Kalimat Tunggal BK Sebagaimana analisis data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, juga bisa ditarik beberapa simpulan terkait karakteristik gramatikal struktur kalimat tunggal BK sebagai berikut: a. Sistematika gramatikal konstituen pengisi fungsi-fungsi sintaksis dalam sebuah kalimat tunggal BK bisa berupa S-P, S-O-P, S-Pl-P, S-Ket-P, dan S-Ket-O-P yang ditandai dengan penanda unsur-unsur setiap fungsinya. Unsur S ditandai dengan dua penanda, yaitu penanda i / ga dan neun/ eun yang dilekatkan di belakang kata benda atau nomina. Unsur P ditandai dengan penanda akhiran bentuk formal da, -b nida, dan -seubnida dan penanda akhiran bentuk informal -ayo, -eoyo, dan haeyo. Unsur O

98 ditandai dengan dua penanda, yaitu penanda reul dan eul yang dilekatkan di belakang kata benda atau nomina. Unsur Pl ditandai dengan penanda -i/ga anida bukan dan -i/ga dweida menjadi yang dilekatkan di belakang kata benda. Unsur Ket ditandai penanda Ket yang dilekatkan di belakang fungsi Ket, seperti e yang bisa berarti pada, ke, dan di, -eseo yang bisa berarti di dan dari, -ro yang bisa berarti dengan, dan lain sebagainya. b. Berdasarkan kategorinya, unsur yang menduduki fungsi S dapat berkategori nomina atau frase nominal, unsur yang menduduki fungsi P dapat berkategori verba atau frase verbal dan adjektiva atau frase adjektival, unsur yang menduduki fungsi O dapat berkategori nomina atau frase nominal, unsur yang menduduki fungsi Pl dapat berkategori adjektiva dan nomina atau frase nominal, unsur yang menduduki fungsi K selalu berkategori frase depan. c. Berdasarkan urutannya, pada kalimat tunggal BK yang berstruktur S-P, S- O-P, S-Pl-P, tidak dapat diubah urutannya, kecuali pada kalimat tunggal yang berstruktur S-Ket-P dan S-Ket-O-P, unsur fungsi Ket saja yang dapat diubah urutannya menjadi Ket-S-P dan Ket-S-O-P. 5.1.3 Implikasi Hasil Penelitian dalam Pengajaran BI dan BK sebagai Bahasa Asing Selain karakteristik sistem gramatikal struktur kalimat tunggal BI dan BK sebagaimana disimpulkan di atas, analisis data pada bagian sebelumnya juga

99 melahirkan beberapa sisi edukasional sebagai tindak lanjut kajian kontrastif struktur kalimat tunggal BI dan BK dalam pengajarannya sebagai bahasa asing. Adapun implikasi edukasional hasil penelitian ini secara terperinci dapat disimpulkan seperti di bawah ini. 5.1.3.1 Pengajaran BI sebagai Bahasa Asing Implikasi pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa asing dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: d. Pertama, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang unsur-unsur yang menduduki fungsi pada struktur kalimat tunggal BI terdiri dari kalimat tunggal yang berstruktur S-P, S-P-O, S-P-Pl, S-P-Ket, dan S-P-O-Ket yang setiap unsur-unsur fungsinya tidak ditandai dengan penanda. e. Kedua, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang kategori-kategori yang mengisi masing-masing fungsi S, P, O, Pl, dan Ket pada kalimat tunggal yang berstrukur S-P, S-P-O, S-P-Pl, S-P-Ket, dan S- P-O-Ket, sehingga pelajar mampu memahami kategori apa saja yang dapat mengisi unsur-unsur pada masing-masing fungsi yang digunakan. f. Ketiga, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang urutan pada (1) kalimat tunggal yang berstruktur S-P, (2) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O, (3) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Pl, (4) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-Ket, dan (5) kalimat tunggal yang berstruktur S-P-O-Ket.

100 5.1.3.2 Pengajaran BK sebagai Bahasa Asing Dari hasil penelitian kontrastif kalimat tunggal BI dan BK, implikasi terhadap pengajaran BK akan memberikan solusi dalam mengatasi kendala dan kesulitan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Korea sebagai bahasa asing. Implikasi pengajaran bahasa Korea sebagai bahasa asing dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pertama, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman bahwa unsurunsur yang menduduki fungsi pada kalimat tunggal BK ditandai dengan penanda pada setiap unsurnya. b. Kedua, pelajar harus diberi penjelasan tentang macam-macam penanda fungsi S, P, O, Pl, dan Ket, serta kaidah pelekatannya pada setiap unsur yang dilekatkan dibelakang masing-masing fungsi. c. Ketiga, pelajar harus diperkenalkan dan diberi pemahaman tentang kategorikategori yang mengisi masing-masing fungsi S, P, O, Pl, dan Ket pada kalimat tunggal yang berstrukur S-P, S-O-P, S-Pl-P, S-Ket-P, dan S-Ket-O- P, sehingga pelajar mampu memahami kategori apa saja yang dapat mengisi unsur-unsur pada masing-masing fungsi yang digunakan. d. Keempat, pelajar harus diberi penjelasan tentang urutan pada struktur kalimat tunggal BK, bahwa pada kalimat tunggal yang berstruktur S-P, S-O- P, S-Pl-P tidak dapat diubah urutannya, kecuali pada kalimat tunggal yang berstruktur S-Ket-P dan S-Ket-O-P, unsur fungsi K saja yang dapat diubah urutannya menjadi Ket-S-P dan Ket-S-O-P.

101 Hasil penelitian yang tercermin dari hasil analisis data studi gramatika kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Korea ini berhasil mengumpulkan dan menyediakan beberapa solusi bagi para pengajar bahasa Korea untuk memecahkan masalah, kendala, dan kesulitan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Korea sebagai bahasa asing. Sebagaimana telah dipaparkan secara menyeluruh tentang fungsi dan kategori struktur kalimat tunggal BI dan BK pada bagian sebelumnya memiliki beberapa perbedaan dan persamaan gramatikal penyusunnya, yang kedua, bisa dijadikan media untuk memberikan penjelasan yang lebih mudah dicerna dan terasa dekat dengan pengalaman bahasa ibu para pelajar bahasa Korea, yaitu bahasa Indonesia, sehingga kendala dan kesulitan gramatikal bahasa Korea, khususnya pada struktur kalimat tunggal bisa diatasi. 5.2 Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, terdapat beberapa saran dari peneliti terkait beberapa persoalan keilmuan terkait kajian kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Korea sebagai solusi akademis dalam pengajaran keduanya sebagai bahasa asing, antara lain: a. Pengajar bahasa Indonesia dan bahasa Korea sebagai bahasa asing hendaknya lebih peduli dengan sisi-sisi linguistik terkait pelaksanaan penelitian tentang Linguistik Terapan, khususnya yang berkenaan dengan linguistik kontrastif. Hal itu berangkat dari beberapa kenyataan di lapangan bahwa pengontrasan antara bahasa ibu pelajar dengan bahasa

102 asing yang dipelajari sangat membantu proses pemahaman dan penguasaan pelajar terhadap bahasa asing. b. Penelitian tentang kajian kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Korea ini hendaknya bisa menginspirasi atau setidaknya memberikan sedikit motivasi bagi para peneliti lain untuk terus melakukan pengembangan tentang penelitian terkait, mengingat pengajaran bahasa Indonesia dan bahasa Korea sebagai bahasa asing semakin lama semakin berkembang dengan pesat.