Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR. Beberapa definisi tentang tutupan lahan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Evaluasi Indeks Urban Pada Citra Landsat Multitemporal Dalam Ekstraksi Kepadatan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN LAHAN KRITIS DI DAERAH KOKAP DAN PENGASIH KABUPATEN KULONPROGO

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

Stella Swastika Putri Projo Danoedoro Abstract

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN PERUMAHAN KELAS MENENGAH MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KOTA SURABAYA

PERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED

KAJIAN KEMAMPUAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA ALOS AVNIR-2

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Klasifikasi Berbasis Objek pada Citra Pleiades untuk Pemetaan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Purwokerto 2013

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sarono Sigit Heru Murti B.S

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KABUPATEN KLATEN MENGGUNAKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Bidang Informasi Geospasial SKKNI IG 2016 SUB-BIDANG PENGINDERAAN JAUH PROJO DANOEDORO

KESESUAIAN LAHAN TAMBAK GARAM MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

bdtbt.esdm.go.id Benefits of Remote Sensing and Land Cover

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Kartika Pratiwi Sigit Heru Murti B.S.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOTIK ISSN:

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

Fathurrofi Braharsyah Habibi R. Suharyadi

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

STUDI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA BERDASARKAN INTERPRETASI CITRA QUICKBIRD

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STATISTIK LOGISTIK BINER DALAM UPAYA PENGENDALIAN EKSPANSI LAHAN TERBANGUN KOTA YOGYAKARTA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

A.G. Ahmad. Departemen Sains Informasi Geografi, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

KAJIAN PEMROSESAN CITRA DIGITAL ASTER MULTITEMPORAL UNTUK DETEKSI TELAGA DAN TERKAIT PERMUKIMAN DI KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

EVALUASI METODE FUSI CITRA MULTI RESOLUSI MENGGUNAKAN ALGORITMA WANG BOVIK DAN OBJECT BASED IMAGE ANALYSIS (OBIA)

DISKRIMINASI TEGAKAN HTI (Hutan Tanaman Industri) MENGGUNAKAN OBJECT ORIENTED CLASSIFICATION Studi kasus PT. HTI Wira Karya Sakti, Jambi 1

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

BAB 1 PENDAHULUAN. ambang batas (thresholding), berbasis tepi (edge-base) dan berbasis region (regionbased).

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan, Penggunaan Lahan dan Perubahan Penggunaan Lahan

PEMANFAATAN CITRA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAN LAHAN DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

Nelva Permanasari 1, Totok Gunawan 2, Zuharnen 2. Geography, Universitas Gadjah Mada.

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2015

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Aplikasi Citra Satelit QuickBird Untuk Kajian Alih Fungsi Lahan Sawah di Kota Denpasar

ix

Remote Sensing KKNI 2017

PENGARUH JUMLAH DAN METODE PENGAMBILAN TITIK SAMPEL PENGUJI TERHADAP TINGKAT AKURASI KLASIFIKASI CITRA DIGITAL PENGINDERAAN JAUH

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

PENGGUNAAN CITRA GEOEYE-1 DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMETAAN KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Pasal 12 Undang-undang Kehutanan disebutkan bahwa. penyusunan rencana kehutanan. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Perhitungan Jumlah Pohon Kelapa Sawit Menggunakan Metode Klasifikasi Berbasis Obyek

PEMETAAN FAMILI MANGROVE MENGGUNAKAN METODE OBJECT BASE IMAGE ANALYSIS (OBIA) PADA CITRA WORLDVIEW-2 DI BALAI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Lely Glediswandi Barandi Sapta Widartono

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Aplikasi Object-Based Image Analysis (OBIA) untuk Deteksi Perubahan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tunjung S. Wibowo tjswibowo@gmail.com R. Suharyadi suharyadir@ugm.ac.id Abstract The sensing data availability is increasing followed by information of the extraction. One of them is Object-Based Image Analysis (OBIA). This research was conducted to find out the information extraction process with the OBIA, the accuracy, and change detection of land use using image in 2006 and 2009. The process to extract information using OBIA is through two main phases, the segmentation and the classification. Segmentation was done using region growing algorithm and the classification was done using bhattacharya algorithm. A region growing has two parameters; similarity and area threshold. The results showed the extraction process on one suburb in Yogyakarta done using OBIA and produced 5 classes of land use. Image of 2006 provides total accuracy of 80.14%, Kappa (0.78) and image of 2009 provides total accuracy of 79.45% (0.76). Significant changes occurred in the area of open land changes into settlement and build up area to 442.61 ha. Keywords: changes land use, OBIA, region growing segmentation, classification Bhattacharya. Abstrak Ketersediaan data penginderaan jauh semakin banyak, diiringi pula teknik ekstraksi informasinya. Salah satunya berupa Object-Based Image Analysis (OBIA). Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui proses ekstraksi informasi pendekatan OBIA, besar akurasi dan deteksi perubahan penggunaan lahan menggunakan citra 2006 dan 2009. Pendekatan OBIA melalui dua tahapan utama yaitu segmentasi dan klasifikasi. Segmentasi dilakukan menggunakan algoritma region growing dan algoritma klasifikasi bhattacharya. Algoritma segmentasi berupa region growing memiliki 2 parameter yaitu similarity threshold dan area threshold. Proses ekstraksi daerah pinggiran Kota Yogyakarta dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan OBIA dengan menghasilkan 5 kelas penggunaan lahan. Citra 2006 memberikan akurasi total 80,14%, Kappa (0,78) dan citra 2009 memberikan akurasi total 79,45 % (0,76). Perubahan luasan signifikan 130

adalah perubahan dari lahan terbuka menjadi permukiman dan lahan terbangun yang mengalami perubahan seluas 442,61 ha. Kata kunci : Perubahan penggunaan lahan, OBIA, segmentasi region growing, klasifikasi Bhattacharya. PENDAHULUAN Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Pemanfaatan tekonologi penginderaan jauh telah berkembang di berbagai bidang, salah satunya untuk permasalahan di daerah perkotaan. Daerah perkotaan berkembang dengan dinamis seiring dengan pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Penginderaan jauh merupakan salah satu tekonologi yang dinilai cukup efektif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada didaerah perkotaan dengan biaya yang lebih sedikit dan dalam waktu yang relatif singkat. Citra yang cukup banyak digunakan untuk kajian perkotaan adalah citra satelit dengan resolusi spasial menengah. Ekstraksi informasi dengan menggunakan citra penginderaan jauh dengan resolusi spasial menengah lebih sering dengan menggunakan ekstraksi berbasis piksel. Setiap piksel mempunyai informasi spektral suatu obyek dipermukaan bumi, namun kurang memperhatikan aspek spasial. Dewasa ini berkembang berbagai macam ekstraksi informasi citra penginderaan jauh, salah satu berupa object-based image analysis (OBIA). Hurd et al,. 131 (2006) mengungkapkan OBIA merupakan pendekatan yang proses klasifikasinya tidak hanya mempertimbangkan aspek spektral namun aspek spasial objek. Objek dibentuk melalui proses segmentasi yang merupakan proses pengelompokan piksel berdekatan dengan kualitas yang sama (kesamaan spektral). Secara umum proses klasifikasi dengan metode OBIA melalui dua tahapan utama yaitu segmentasi citra dan klasifikasi tiap segmen (Xiaoxia et al,. 2004). Pendekatan OBIA dinilai lebih unggul dari klasifikasi berbasis piksel karena tidak hanya mempertimbangkan aspek spektral tetapi juga spasial. Kenampakan penggunaan lahan pada suatu wilayah salah satunya terkait pada pertumbuhan penduduk dan aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada meningkatnya perubahan penutup lahan. Mengacu pada kondisi tersebut dibutuhkan suatu metode yang lebih representatasif untuk ekstraksi informasi penggunaan lahan. OBIA dengan spesifikasi yang proses analisisnya berdasarkan pada kenampakan spektral dan spasial dianggap mampu dalam mengadomodir citra dengan kenampakan objek pada citra resolusi spasial menengah.

METODE PENELITIAN Secara garis besar, penelitian ini dapat dibagi menjadi tiga tahapan pokok, yaitu tahap pengkoreksian data citra, tahap pemrosesan data, dan tahap pengolahan data, sebagaimana dapat digambarkan secara skematis pada Gambar 1. Tahap pengkoreksian data citra ini dilakukan dengan melakukan koreksi radiometrik dan geometrik pada citra yang akan digunakan. Tujuan dilakukannya koreksi radiometrik adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki nilai pantulan obyek yang sebenarnya, tahap koreksi ini dilakukan sampai tahapan surface at reflectance untuk mendapatkan nilai piksel yang bebas dari gangguan atmosfer. Koreksi geometrik dilakukan untuk menyamakan lokasi secara geometris, koreksi dilakukan dengan image to map dengan menggunakan acuan peta RBI. Transformasi yang digunakan adalah polynomial orde 1 berdasar kondisi daerah yang cenderung datar. Gambar 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian Tahap pemrosesan data dilakukan menggunakan perangkat lunak SPRING. Proses klasifikasi berorientasi objek diawali dengan tahapan segemetasi citra, software SPRING ini memiliki dua tipe algoritma segmentasi yaitu region growing dan bay detection/ basin 132 detection, dan tipe algoritma segmentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan algoritma region growing. Pemilihan algoritma segmentasi region growing dikarenakan penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil segmentasi yang bagus. Algortima segmentasi ini

membentuk segmen tertutup yang bersifat homogenitas pada tiap segmennya dan heterogenitas antar segmen sehingga dapat diharapkan memberikan hasil klasifikasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses pembuatan segmen dengan mempergunakan algoritma ini terdapat dua parameter yaitu similarity threshold dan area threshold, penentuan besarnya nilai kedua parameter ini akan sangat menentukan pembentukan segmen yang ada. Jika nilai similarity threhold terlalu rendah akan mengakibatkan oversegmented atau kelebihan pembentukan segmen yang ada, objek yang seharusnya dikelompokkan dalam satu segmen akan dikelompokkan dalam lebih dari satu kenampakan segmen, namun jika nilai similarity threshold terlalu besar, akan mengakibatkan adanya kekurangan segmen. Parameter area threshold merupakan nilai asumsi jumlah piksel minimal yang ada pada satu segmen, sehingga proses pemberian nilai parameter ini juga mempertimbangkan kenampakan objek terkecil yang coba untuk dikelompokkan atau disegmenkan. Hasil citra yang telah disegmenkan kemudian menjadi input proses klasifikasi. Citra segmen ini berfungsi sebagai salah satu unit klasifikasi yang berdasarkan nilai statistik segmen dan bukan berdasarkan pada nilai piksel per piksel dan pembentukan segmen ini dapat dikatakan merepresentasikan satu kesatuan objek (Wibowo,2010). Proses pengklasifikasian ini menggunakan tipe algoritma yang dipergunakan untuk klasifikasi yaitu bhattacharya. 133 Proses pengklasifikasian dengan menggunakan algoritma ini adalah dengan menghitung jarak bhattacharya antara segmen dengan training area. Diasumsinya bahwa suatu segmen yang memiliki nilai jarak bhattacarya terkecil antara segmen dengan training area. Segmen tersebut masuk dalam kelas training area tersebut. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap pengolahan data. Proses cek lapangan, penentuan sampel, uji akurasi dan perhitungan perubahan penggunaan lahan termasuk dalam kegiatan tahap terakhir ini. Metode pengambilan sampel dilakukan secara stratified random sampling, dimana setiap kelas mempunyai proporsi untuk mewakilkan sampel pada proses pengecekan. Sampel dipilih sebagai satuan pengamatan pada setiap kelas penutup lahan. Unit sampel yang digunakan berupa area dengan perhitungan matematis menurut Justice & Townshend (1981, dalam Mc Coy, 2005). A= P (1+2L) dimana; A: ukuran sampel dilapangan P: ukuran piksel citra L: perkiraan akurasi lokasi (0.5 piksel) Dari perhitungan tersebut untuk citra fusi dengan resolusi spasial 10 m, dalam pengujian dilapangan harus menggunakan ukuran sampel 20m x 20m. Penentuan luasan area tersebut juga mempertimbangkan agar segala bentuk/orientasi piksel dalam lapangan dapat tercakup.

Tahapan uji akurasi dilakukan dengan metode uji akurasi menggunakan metode koefisien Kappa, yaitu membandingkan hasil klasifikasi pada masing-masing citra dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Pemilihan koefisien ini berdasar pada konsistensi penilaian yang mempertimbangkan semua aspek yaitu producer s accuracy dan user s accuracy. Nilai koefisien Kappa mempunyai rentang 0 hingga +1, dalam proses pemetaan klasifikasi penutup/ penggunaan lahan nilai akurasi total yang bisa diterima yaitu 85%, atau 0,85 (Anderson, 1976). HASIL DAN PEMBAHASAN Proses awal OBIA yaitu proses segmentasi. Kenampakan penutup lahan di dikelompokkan ke dalam kenampakan segmen/ region. Segmentasi region growing merupakan tipe algoritma segmentasi yang mempertimbangkan bentuk, warna, dan keragaman tekstur. Dari hasil proses segmentasi masih terdapat kenampakan oversegmented dalam kenampakan penutup lahan yang sama. Oversegmented ini dapat dikarenakan kurang tepatnya dalam pemberian nilai pada tiap parameter algoritma segmentasi. Pada contoh kasus berupa tanah terbuka lembab, karena warna yang agak berbeda maka dilakukan pembentukan segmen yang berbeda pula, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Kenampakan Pada Citra ALOS Skala 1 : 7500 Kenampakan Pada Citra Segmen Skala 1 : 7500 Kenampakan Obyek di Lapangan Gambar 2. Perbandingan Citra ALOS AVNIR-2, Citra Segmen dan Kenampakan dilapangan Proses klasifikasi yang dilakukan dengan algoritma bhattacharya. Tipe algoritma klasifikasi ini merupakan tipe klasifikasi terselia yang membutuhkan training area untuk setiap jenis penutup lahan yang coba dikelaskan. Mengingat kenampakan citra segmen yang menjadi input klasifikasi nampak oversegmented terhadap perbedaan rona penutup lahan yang ada, pada contoh kelas penutup lahan yaitu lahan terbuka lembab, karena perbedaan rona dari objek ini sehingga segmennya pun terpisahkan walau sebenarnya objek tersebut sama. Melihat kenampakan tersebut, proses 134

pengambilan training area ini juga mempertimbangkan adanya perbedaan rona disetiap kelas penutup lahan yang coba untuk diklasifikasikan. Gambar 3 merupakan sebagian peta hasil klasifikasi bhattacharya pada tahun 2006 dan 2009. (a) informasinya menjadi penggunaan lahan berdasarkan Malingreau (1981 dalam Suharyadi 2001) dan dihasilakan 5 kelas penggunaan lahan untuk proses deteksi perubahan penggunaan lahan. Hal tersebut dimaksudkan untuk dapat mendapatkan informasi yang lebih informatif. Proses reklasifikasi tersebut dari informasi penutup lahan ke penggunaan lahan tercantum dalam Tabel 1. Gambar 3. Sebagian Peta Klasifikasi Bhattacharya (a) 2006 (b) 2009 (b) Proses klasifikasi dengan algoritma klasifikasi bhattacharya yang telah dilakukan dengan mengelompokkan kenampakan objek pada daerah kajian menjadi 12 jenis penutup lahan dengan mengacu pada sistem klasifikasi skema penutup lahan multiguna Danoedoro (2004). Hasil klasifikasi penutup lahan tersebut kemudian diturunkan 135 Tabel 1. Penurunan Informasi Penutup Lahan menjadi Penggunaan Lahan Penutup Lahan Tubuh Air Vegetasi Daun Lebar Berkayu Vegetasi Daun Lebar tak Berkayu 1 Vegetasi Daun Lebar tak Berkayu 2 Vegetasi Daun Lebar tak Berkayu 4 Vegetasi Daun Lebar tak Berkayu 3 Tanah Terbuka Kering Tanah Terbuka Basah Aspal Atap genteng warna oranye Atap genteng abu-abu dan oranye gelap Atap asbes dan seng Penggunaan Lahan Tubuh Air Kebun Campuran Lahan Pertanian Lahan Terbuka Permukiman dan Lahan Terbangun Sumber : Pengolahan Citra, (2012) Penentuan tingkat akurasi klasifikasi dapat dinilai dari nilai akurasi produser, akurasi user, akurasi total, dan indeks kappa. Nilai akurasi produser berfungsi sebagai penilaian secara tematik, yaitu menunjukkan tingkat kebenaran hasil klasifikasi terhadap kondisi di lapangan. Akurasi user menjelaskan mengenai ketelitian hasil klasifikasi terhadap seluruh obyek yang dapat diidentifikasi.

Akurasi total menggambarkan nilai akurasi total kenampakan objek yang benar di peta klasifikasi dengan lapangan. Nilai indeks kappa mempertimbangkan faktor kesalahan proses klasifikasi, sehingga nilai indeks kappa lebih rendah dari nilai akurasi total dimana hanya mempertimbangkan data yang benar antara hasil klasifikasi dan kondisi dilapangan. Nilai akurasi total dan Kappa dapat dilihat padatabel 2. Tabel 2. Perbandingan Tingkat Akurasi Klasifikasi Citra Overall Accuracy (%) Indeks Kappa 2006 80,14 0,78 2009 79,45 0,76 Sumber : Pengolahan Citra, (2012) Menurut Landis dan Koch (1977, dalam Congalton dan Green, 2008) nilai koofisien Kappa antara 0,4 0,8 termasuk dalam kategori sedang, hal ini berarti uji akurasi pada hasil klasifikasi bhattacharya yang telah dilakukan tidak dapat dalam akurasi yang sangat dipercaya, dalam menggunakan citra hasil klasifikasi perlu kecermatan yang lebih dan kewaspadaan, hasil klasifikasi tidak dapat dipercaya sepenuhnya karena melihat nilai koefisien Kappa yang tergolong dalam kategori sedang tersebut. Nilai akurasi yang kurang baik ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu proses pembentukan segmen yang oversegmented. Kemampuan seseorang dalam mengolah data dengan suatu pendekatan tidaklah sama, sehingga 136 faktor pengguna/ pengolah data sangat berperan penting dalam mengekstrasi informasi. Selain hal tersebut kurang baiknya akurasi dapat pula disebabkan pada proses pengambilan sampel area/ training area dalam perangkat lunak SPRING belum tersedianya tools perangkat yang menguji secara statistik area sampel sudah terpisahkan secara benar dengan objek lain atau belum, sehingga proses pengambilan sampel area dalam perangkat ini didasarkan pada local knowlagde dan pengamatan secara visual. Proses ekstraksi luas penggunaan lahan yang telah direklasifikasi, terdiri dari objek pemukiman dan lahan terbangun, kebun campuran, lahan pertanian, lahan terbuka dan tubuh air dapat diketahui bahwa objek dengan kenampakan terluas pada kedua tahun tersebut adalah permukiman dan lahan terbangun dan objek dengan kenampakan dengan luas terkecil adalah objek tubuh air. Tabel perubahan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perubahan Penggunaan Lahan tahun 2006 dan 2009 Jenis Perubahan Penggunaan Lahan Luas Perubahan (Ha) Terbangun - Kebun Campuran 99,75 Terbangun - Lahan Pertanian 237,04 Terbangun - Lahan Terbuka 214,26 Terbangun - Tubuh Air 1,65 Kebun Campuran - Lahan Pertanian 250,82 Kebun Campuran - Lahan Terbuka 88,25 Kebun Campuran - Terbangun 230,27 Kebun Campuran - Tubuh Air 4,15 Lahan Pertanian - Kebun Campuran 104,98 Lahan Pertanian - Lahan Terbuka 137,83 Lahan Pertanian - Terbangun 121,47 Lahan Pertanian - Tubuh Air 1,11 Lahan Terbuka - Kebun Campuran 142,66 Lahan Terbuka - Lahan Pertanian 670,82 Lahan Terbuka - Terbangun 442,61 Lahan Terbuka - Tubuh Air 2,00 Tubuh Air - Kebun Campuran 4,56 Tubuh Air - Lahan Pertanian 1,85 Tubuh Air - Lahan Terbuka 2,23 Tubuh Air - Permukiman dan Lahan Terbangun 1,98 Total Luas 2760,29 Sumber : Pengolahan Citra, (2012) Terdapatnya kesalahan pada proses segmentasi dan klasifikasi yang dilakukan sebelumnya dan terakumulasi pada proses ekstraksi perubahan penggunaan lahan. Salah satu kasus yang menyimpang yaitu 137 perubahan dari permukiman dan lahan terbangun menjadi lahan terbuka yang mempunyai luasan perubahan diatas 200 Ha. Berdasarkan survei lapangan kondisi tersebut sangat memungkinkan, dimana pada tahun 2006 terjadi gempa bumi. Kejadian tersebut memicu perubahan penggunaan lahan dari permukiman dan lahan terbangun menjadi lahan terbuka. Perubahan penggunaan lahan kebun campuran menjadi permukiman dan lahan terbangun mencapai 230,27 ha. Kenampakan perubahan penggunaan lahan yang cukup besar pula, terdapat pada perubahan pengguaan lahan dari lahan terbuka menjadi permukiman dan lahan terbangun yang mencapai luas perubahan 442,61 ha. Objek lahan pertanian menjadi permukiman dan lahan terbangun menunjukkan luasan perubahan yang cukup besar yaitu sebesar 121,47 ha. Perubahan lahan terbuka menjadi lahan pertanian mengalami luasan perubahan luas sebesar 670,82 ha. Perubahan tersebut terjadi pada area yang sama yang dikarenakan adanya rotasi tanaman. KESIMPULAN 1. Proses ekstraksi informasi penutup lahan pada citra ALOS pada tahun 2006 dan 2009 dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan object-based image analysis (OBIA), proses klasifikasi penutup lahan menghasilkan 12 kelas penutup lahan dan diturunkan informasinya menjadi 5 kelas penggunaan lahan.

2. Pendekatan object-based image analysis (OBIA) untuk mengekstraksi penutup lahan pada daerah pinggiran kota dengan menggunakan citra ALOS AVNIR-2 dengan nilai similarity threshold 28 dan nilai area threshold 9. Menghasilkan nilai akurasi (akurasi semantik) pada citra tahun perekaman 2006 memberikan akurasi keseluruhan sebesar 80,14 % dan kooefisien Kappa sebesar 0,78 dan citra tahun perekaman 2009 memberikan akurasi keseluruhan sebesar 79,45 % dan kooefisien Kappa sebesar 0,76. 3. Deteksi perubahan penggunaan lahan dengan pendekatan objectbased image analysis (OBIA) diketahui bahwa secara keseluruhan setiap kelas penggunaan lahan mengalami perubahan. Perubahan luasan yang signifikan terjadi pada perubahan dari lahan terbuka menjadi permukiman dan lahan terbangun mengalami perubahan seluas 442,61 ha. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J. H., E., Roach J.T., & R. Wittmer,. (1976). A Land Use And Land Cover Classification System For Use With Remote Sensor Data.Geological Survey Professional Paper 964. Washington : United States Government Printing Office. Congalton, R.G. dan Green, Kaas, 2008. Assessing The Accuracy of Remotely Sensed Data: Principles and Practices (2 nd 138 Edition), Boca Raton: CRC Press, Taylor and Francis Group. Danoedoro, P. 2004. Sains Informasi Geografis: Dari Perolehan dan Analisis Citra Hingga Pemetaan dan Permodelan Spasial. Fakultas Geografi UGM: Yogyakarta. Mallingreau dan Rosalia, 1981. Land use/ Land Cover Classification in Indonesia, Fakultas Geografi UGM Yogyakarta McCoy, Roger. (2005). Field Methods in Remote Sensing. New York: The Gildford Press. Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Xiaoxia, S., Jixian, Z., dan Zhengjun, L., 2004. A Comparison of Object-Oriented and Pixel- Based Classification Approachs Using Quickbird Imagery.Chinese Academy of Surveiing and Mapping,Beijing, China. Wibowo, W.T., 2010. Studi Komparasi Klasifikasi Multispektral dengan Klasifikasi Berorientasi Objek untuk Ekstraksi Penutup lahan: Menggunakan Citra Alos Avnir-2 dan Citra Alos Pan-Sharpened. Skripsi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.