Pengaruh Penggunaan Media Kartu Limbah Rumah Tangga Bungkus Plastik Bermerk Terhadap Kemampuan Membaca Kata Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas DII SLB C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 SKRIPSI Oleh : UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K 5106039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 1
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia adalah suatu proses berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai perkembangan akan menentukan pada langkah berikutnya. Apabila ditemukan hambatan dalam perkembangan tersebut, maka untuk selanjutnya tidak ada perkembangan yang optimal. Tidak semua anak mengalami perkembangan yang normal. Banyak dari mereka yang dalam perkembangannya, baik dari fisik, kognitif, perilaku sosial, komunikasi, emosi dan sosial. Mereka yang memiliki gangguan atau hambatan yang menjadikan mereka sebagai anak berkebutuhan khusus ini memerlukan penanganan yang khusus. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik. Pendidikan untuk anak dengan berkebutuhan khusus membutuhkan suatu pola layanan tersendiri khususnya bagi anak-anak tunagrahita sesuai dengan tingkat kemampuan intelektualnya di bawah rata rata. Kelainan khusus terhadap fisik atau mental pada anak tunagrahita menghendaki layanan pendidikan khusus sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 dalam pasal 32 ayat (2). dinyatakan bahwa : Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, sosial dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Dalam tulisan, Pande Udayana (2009: http://vantheyologi.wordpress.com), termasuk dalam kelompok ini adalah mereka yang mempunyai gangguan perkembangan atau Tunagrahita. Menurut T. Sutjihati Somantri, (2007: 86), klasifikasi anak Tunagrahita pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensinya, yang terdiri dari: (1). tunagrahita ringan, (2). tungrahita sedang, dan (3) tunagrahita berat. Tunagrahita ringan disebut juga
3 moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak tunagrahita ringan pada saatnya akan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik karena mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Pendidikan Luar Biasa, sebagai bentuk pendidikan yang khusus menangani anak-anak yang berkelainan sebagai objek formal dan materialnya dari berbagai jenis kelainan termasuk anak tunagrahita, terus berupaya untuk meningkatkan pelayanan dengan sebaikbaiknya. Ilmu yang paling penting pada tahap awal pendidikan formal ada tiga yaitu: membaca, menulis dan berhitung. Keberhasilan dari pembelajaran tersebut sangatlah ditentukan oleh guru, sebab guru yang baik adalah guru yang mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam memahami teori dan kemampuan dalam menyampaikan pembelajaran maupun kemampuan dalam memilih media pembelajaran yang tepat. Pembelajaran membaca permulaan erat hubungannya dengan pembelajaran menulis permulaan karena sebelum mengajarkan menulis, guru harus terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan beserta bunyi melalui pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran membaca permulaan merupakan pembelajaran membaca tahap awal dan kemampuan yang diperoleh siswa akan menjadi dasar pembelajaran membaca lanjut yang dilaksanakan di kelas-kelas yang lebih tinggi. Membaca permulaan diberikan secara bertahap, yakni pra membaca, dan membaca. Pada tahap pra membaca, kepada siswa diajarkan sikap duduk yang baik pada waktu membaca, cara meletakkan buku di atas meja, cara memegang buku, cara membuka dan membalik halaman buku, dan melihat dan memperhatikan tulisan. Pembelajaran membaca permulaan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat teknis seperti ketepatan menyuarakan tulisan, lafal dan intonasi yang wajar, kelancaran dan kejelasan suara. Kemampuan membaca yang diperoleh
4 pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat maka pada tahap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai seperti yang diharapkan oleh kita semua. Membaca merupakan bagian dari membaca permulaan. Membaca merupakan salah satu komponen dari sistem komunikasi. Membaca adalah merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak. Karena dengan membaca anak bisa belajar banyak tentang berbagai bidang studi. Membaca merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, begitupun dengan anak tunagrahita sebagai bekal mereka untuk hidup dan berkembang dalam lingkungan. Dalam proses pembelajaran, baik bagi peserta didik pada Sekolah Dasar umum maupun pada Sekolah Khusus tidak dapat dihindari penggunaan media pembelajaran sebagai bagian yang integral. Salah satu media pembelajaran adalah buku ajar sebagai media konvensional yang sampai saat ini masih dipergunakan, namun penyajian yang ditulis dalam buku ajar ini umumnya berisi materi yang membutuhkan pemahaman yang tinggi karena bentuknya yang baku dan ilmiah, sehingga diperlukan media pembelajaran alternatif yang dapat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Anjuran agar menggunakan media dalam pembelajaran terkadang sulit dilaksanakan, disebabkan dana yang terbatas untuk membelinya. Menyadari hal itu, disarankan agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi cukup membuat media pembelajaran yang sederhana selama menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya, asalkan guru pandai menggunakannya serta mampu memanipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang disampaikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain media, yang dibutuhkan lagi adalah keaktraktifan guru untuk memacu para muridnya agar aktif dan tidak malu bertanya bila tidak tahu. Disini
5 guru lebih dituntut agar selalu memberi motivasi dan inovasi dalam setiap mata pelajaran bagi anak, apalagi untuk anak berkebutuhan khusus yang memerlukan perhatian lebih dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Pembelajaran yang baru dan semakin baru sangat diharapkan dalam dunia pendidikan karena dunia yang akan dihadapi juga lebih menantang sekarang ini. Memang butuh waktu dan kerja keras kita semua untuk melatih murid, tetapi dengan kemauan yang tinggi dan kesabaran yang tinggi, kemungkinan yang masih mungkin pasti bisa tercapai. Asal tidak membuat menjadi beban anak dan menjadikan anak malah semakin memburuk. Untuk anak tuna grahita biasanya dilakukan model belajar drilling, yaitu memaksa peserta didiknya untuk terus menerus belajar. Dalam mengajar membaca, guru-guru di SLB-C YSSD Surakarta belum menggunakan metode membaca yang disertai dengan media gambar sehingga prestasi belajar membaca permulaan anak cenderung rendah. Hal yang terlihat oleh peneliti di SLB-C YSSD Surakarta adalah cukup banyak anak Tunagrahita yang belum bisa membaca, bahkan untuk sekedar mengeja. Hal itu dikarenakan tingkat intelgensi anak dibawah rata-rata yang berbeda-beda dan kurangnya sarana yang menunjang pembelajaran. Sedang bila sedang jajan atau ke kantin, mereka bisa dengan mudah melafalkan merk produk meskipun mereka belum bisa membacanya. Dengan berbekal itu, peneliti ingin meneliti penggunaan merk tersebut bila dipakai dalam pembelajaran. Setelah anak mengetahui merk yang di pakai, anak bisa melafalkannya, kemudian bila dipisah apakah anak juga bisa membaca kata yang terbentuk. Media pembelajaran kartu yang memanfaatkan plastik bekas rumah tangga ini merupakan salah satu media pembelajaran visual yang sederhana untuk mempermudah cara belajar peserta didik, media ini dibuat dengan biaya yang relatif murah, mudah dipahami dan dimengerti, namun sangat diperlukan sebagai alat bantu yang dapat merangsang motivasi belajar dalam membaca permulaan. Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa pengetahuan tentang media pembelajaran untuk anak tunagrahita yang didapat masih minim. Selanjutnya peneliti ingin lebih mengembangkan sesuai dengan apa yang ada
6 disekitar, sehingga bahan bekas yang adapun bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran juga. Untuk itu penulis menjadikan ini sebagai bahan penelitian yang berjudul : PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU LIMBAH RUMAH TANGGA BUNGKUS PLASTIK BERMERK TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA KATA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS DII SLB C YSSD SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata dibandingkan dengan anak normal pada umumnya sehingga mengakibatkan mereka kurang mampu menerima pelajaran dengan maksimal seperti halnya pada anak normal. 2. Kemampuan membaca anak tunagrahita cenderung rendah, karena anak tunagrahita memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata. Hal ini disebabkan karena kurangnya daya abstraksi anak tunagrahita, yang mampu menghambat anak dalam memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru, terutama pada mata pelajaran membaca. 3. Anak tunagrahita memiliki penguasaan kosakata yang terbatas, sehingga mereka kurang mampu memahami arti suatu kata. Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu mengatasi permasalahannya tersebut 4. Media pembelajaran yang dipakai, kurang menarik minat siswa dan kurang mendukung untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Maka dibutuhkan suatu media untuk mendukung pembelajaran.
7 C. Pembatasan Masalah Kenyataan di lapangan pada beberapa Sekolah Luar Biasa, masih banyak ditemukan siswa-siswa baik yang masih sekolah maupun yang telah lulus, namun tetap belum dapat membaca dengan baik dan benar, meskipun hanya membaca kata-kata sederhana. Hal mengeja kata merupakan awal dari membaca permulaan, batasan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas Sekolah Dasar kelas DII di SLB-C YSSD Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. 2. Materi yang diajukan pada penelitian adalah pokok bahasan membaca kata. 3. Media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah kartu limbah rumah tangga bungkus plastik bermerk yang dibuat oleh peneliti. 4. Tempat penelitian dilakukan di SLB-C YSSD Surakarta. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Apakah penggunaan media kartu limbah rumah tangga bungkus plastik bermerk berpengaruh terhadap kemampuan membaca kata anak tunagrahita ringan kelas DII SLB-C YSSD Surakarta tahun ajaran 2009/2010? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media kartu limbah rumah tangga bungkus plastik bermerk terhadap kemampuan membaca kata pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas DII SLB-C YSSD Surakarta.
8 F. Manfaat Penelitian Beberapa hal yang dapat diambil manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperkaya media pembelajaran untuk menangani anak tunagrahita. 2. Menambah kekayaan media untuk anak tunagrahita. 3. Menemukan solisi untuk mengajar anak tunagrahita yang disesuaikan karakteristik anak tunagrahita dengan menggunakan media kartu limbah rumah tangga bungkus plastik bermerk.