Anak yang Bekerja dan Pekerja Anak

dokumen-dokumen yang mirip
Beberapa Isu-terkait Kemiskinan: Analisis Awal Data Survei Sosial Ekonomi Nasional

LEMBAR FAKTA TENTANG EKSPLOITASI SEKS KOMERSIL DAN PERDAGANGAN ANAK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Potret Ketenagakerjaan Indonesia: Komposisi Penduduk Usia Kerja. uzairsuhaimi.wordpress.com

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

Situasi Global dan Nasional

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang masih berada dalam kandungan. Pada UU RI no.23 Tahun 2002 Bab III

BAB I PENDAHULUAN. persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

TARGET PENYERAPAN TENAGA KERJA DALAM UNDANG-UNDANG APBN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak, terutama yang

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

: PT. Sigma Sarana : Sub Direktorat Statistik Ketenagakerjaan, Badan Pusat Statistik

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG

PERLINDUNGAN HAK ANAK

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

Deklarasi Dhaka tentang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya menjamin dan melindungi hak-hak anak, baik sipil, sosial, politik,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

MDGs dan Beberapa Isu Ketenagakerjaan: Beberapa Catatan Awal[1] Uzair Suhaimi uzairsuhaimi.wordpress.com

ILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEKERJA ANAK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Shinta Maulida

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

Masih sedikit penelitian yang menelaah kaitan antara penyandang

HAK ANAK DALAM KETENAGAKERJAAN

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

Migrasi Orang Tua dan Kejadian Anak yang Bekerja: Bukti dari Indonesia. Niken Kusumawardhani dan Nila Warda SMERU Research Institute

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

Jurnal GEA Jurusan Pendidikan Geografi Vol. 6, No.2, Oktoner 2006

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang

Oleh : Amin Budiamin

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

60 menit tahun. Misi: Kesetaraan Gender. Subjek. Hasil Belajar. Persiapan. Total waktu:

INDEKS KEBAHAGIAAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

INDEKS KEBAHAGIAAN DKI JAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatannya sewaktu

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

Indeks Kebahagiaan Kalimantan Tengah Tahun 2014

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK

Pemerintah Harus Berhenti Mengabaikan atau Menyangkal Adanya Eksploitasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Asesmen Gender Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 1

Tingkat Kemakmuran dan Keadilan Masyarakat: Perbandingan Antar Propinsi

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pekerja rumah tangga atau yang lebih dikenal sebagai pembantu

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

Transkripsi:

Anak yang Bekerja dan Pekerja Anak Uzair Suhaimi i uzairshuhaimi.wordpress.com Judul artikel ini agak membingungkan sehingga menuntut penjelasan segera. Kebingungan ini wajar karena istilah anak yang bekerja dan pekerja anak dalam bahasa sehari-hari tampak sama saja artinya. Bahasa sehari-hari tidak selalu sama dengan istilah teknis (technical term) yang diperlukan untuk kajian yang bersifat analisis-ilmiah. Istilah teknis yang baik tentunya tidak mengundang kebingungan tetapi hal ini tidak selamanya mudah dilakukan seperti untuk topik yang kita bicarakan dalam artikel ini. Tetapi apa peduli kita? Sebagai warga negara yang baik kita harus peduli mengenai aset negara yang mungkin paling berharga dan menentukan nasib masa depan bangsa yaitu anak. Itulah sebabnya negara memberikan perlindungan hukum yang cukup bahkan dalam standar internasional kepada aset negara yang tak ternilai ini. Secara hukum anak-anak Indonesia terlindungi hak-hak azasinya (seperti orang dewasa yang juga memiliki hak azasi). Selain itu, orang tua maupun negara pada prinsipnya berkeinginan dan berupaya agar anak-anak dapat tumbuh-berkembang secara optimal baik dari sisi fisiologis, emosional, mental maupun spiritual, serta memberikan perlindungan agar hak-hak mereka tidak terlanggar dan agar mereka terlindung dari faktor yang dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan meraka. Tetapi perlindungan semacam itu sulit dilakukan jika anak berada dalam pasar kerja baik sebagai anak yang bekerja maupun pekerja anak. Artikel ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan dasar mengenai anak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti berapa jumlah anak yang bekerja dan berapa diantaranya yang tergolong pekerja anak. Data yang disajikan dalam artikel ini dikutip dari buku yang baru saja didiseminasikan oleh BPS bekerja sama dengan ILO pada 11 Februari 2010. Walaupun demikian, penulis bertangung jawab sepenuhnya terhadap artikel ini. Anak yang bekerja dan Pekerja Anak : Apa bedanya? Kembali ke judul yang membingungkan. Secara teknis kedua istilah itu berbeda denotasi maupun konotasinya. Perbedaannya secara singkat dapat dirumuskan:

tidak semua anak yang bekerja adalah pekerja anak tetapi pekerja anak pasti anak yang bekerja. Dinyatakan secara berbeda, pekerja anak merupakan bagian atau subset dari anak yang berkerja. Istilah pekerja anak merupakan terjemahan dari istilah teknis yang digunakan ILO yaitu child labour sedangkan anak yang bekerja dari istilah teknis ILO lainnya yaitu children in employment. Walaupun mungkin sudah jelas bagi sebagian pembaca yang budiman, agar tuntas, istilah bekerja dalam konteks ini perlu diperjelas dulu. Istilah bekerja merujuk pada suatu kegiatan yang memberikan nilai tambah (value added) sehingga diperhitungkan dalam sistem neraca nasional. Memasak, misalnya, dianggap bekerja bagi penjual warteg yang outputnya diniatkan untuk dijual tetapi tidak bekerja bagi ibu rumahtangga yang melakukannya untuk konsumsi anggota keluarga. Pendekatan serupa berlaku bagi anak. Seorang anak yang mengumpulkan kayu bakar di hutan dapat dianggap bekerja atau tidak bekerja sesuai dengan motivasinya. Jika kayu bakar yang dikumpukan dimaksudkan sekedar untuk keperluan masak keluarga maka dia dianggap tidak bekerja tetapi jika kayu bakarnya dimaksudkan untuk dijual maka anak itu dianggap bekerja dan anak itu termasuk anak yang bekerja (children in employment). Jelasnya, anak yang bekerja adalah anak yang melakukan kegiatan yang memberikan nilai tambah dalam perspektif sistem neraca nasional. Apakah anak yang mengumpulkan kayu bakar untuk dijual itu juga termasuk pekerja anak? Jawabannya tergantung apakah pekerjaan itu dianggap membahayakan atau tidak bagi anak. Jika pekerjaan itu dianggap membahayakan (hazardous work) maka anak itu dianggap sebagai pekerja anak (child labour). Seorang anak juga dikategorikan pekerja anak jika ia melakukan pekerjaan bentuk terburuk (worst form) seperti pekerjaan PSK atau sangat berisiko bagi kesehatan apalagi keselamatan jiwa ii. Jelasnya, pekerja anak adalah anak yang bekerja dan pekerjaannya dianggap membahayakan atau terburuk. Definisi Operasional Pekerja Anak Metodologi pengumpulan data untuk menangkap pekerja anak yang melakukan pekerjaan terburuk (worst form) yang datanya secara makro serta dapat dipercaya (reliable) sejauh ini belum tersedia. Oleh karena kita tidak perlu berharap memperoleh data mengenai jumlah PSK anak-anak, misalnya. Memperoleh data

pekerja anak yang melakukan pekerjaan yang membahayakan (hazardous work) masih mungkin tetapi ini pun masih bersifat pendekatan; pendekatan, karena istilah membahayakan bersfat subyektif yang sangat sukar (jika mungkin) dioperasionalkan dalam kegiatan statistik untuk memperoleh data makro. Kementrian Nakertrans-ILO-BPS tampaknya sepakat untuk puas bahwa data mengenai sifat membahayakan dari pekerja anak cukup didekati dari variabel jam kerja setelah mempertimbangkan umur anak. Rincian dari kesepakatan itu mendefinisikan pekerja anak sebagai anak yang bekerja yang mencakup tiga unsur: (1) semua anak umur 5-12 tahun yang bekerja (tanpa mempertimbangkan jam kerja), (2) semua anak umur 13-14 yang bekerja di atas 15 jam per minggu, dan (3) semua anak 15-17 yang bekerja di atas 40 jam ke atas. Dalam definisi ini anak memiliki rentang antara umur 5 tahun sampai 17 tahun yang konon sudah mempertimbangkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan fisibilitas pengumpulan data di lapangan. Kegiatan Anak 5-17 Pada pertengahan tahun 2009 total anak pada kelompok umur 5-17 tahun diperkirakan mencapai 58.8 juta jiwa atau hampir sekitar 25% dari total penduduk. Sebagian besar mereka terlibat dalam kegiatan bekerja, sekolah atau mengurus rumah tangga. Tabel 1 menunjukkan sekitar 4.1 juta anak atau 6.9% dari total anak pada usia itu dianggap bekerja. Proporsi itu konon dianggap lebih rendah dibandingkan dengan proporsi yang ditemukan di negara-negara berkembang tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara-negara transisional atau negara-negara maju. Dari total anak yang bekerja itu, sekitar 1.7 juta jiwa adalah perempuan. Dinyatakan secara berbeda, rasio jenis kelamin anak yang bekerja adalah 144 dan ini berarti, secara rata-rata, ada 144 laki-laki untuk setiap 100 perempuan anak yang bekerja. Data SPA (tidak disajikan) menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara status sekolah dan status bekerja; artinya, kemungkinan anak yang bekerja lebih besar bagi mereka yang tidak bersekolah. Data yang sama juga menunjukkan hubungan positif antara jenis kegiatan dan jam kerja. Artinya, anak yang bekerja tetapi tidak sekolah pada umumnya memiliki jam kerja yang lebih panjang dari pada jam kerja mereka yang bekerja tetapi masih sekolah.

Seperti ditunjukkan oleh Tabel 1 sebagian besar anak memiliki kegiatan ganda. Mereka yang bekerja secara eksklusif, bekerja saja, hanya berjumlah sekitar 687 000 jiwa, jauh lebih rendah dari total anak yang bekerja tetapi juga sekolah yang angkanya mencapai 2.1 juta jiwa. Bahwa anak pada umumya memiliki kegiatan ganda ditunjukkan pula oleh Gambar 1 (Sumber: BPS-ILO, 2010). Pada gambar itu terlihat ada sekitar 1.6 juta anak yang selain bekerja juga sekolah dan mengurus rumahtangga (irisan dari ketiga macam kegiatan). Yang mungkin menarik untuk dicatat pada gambar itu adalah relatif besarnya jumlah anak yang tidak melakukan kegiatan apapun baik sekolah, bekerja maupun mengurus rumahtangga yang jumlahnya mencapai angka 6.7 juta jiwa. Analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar mereka adalah anak berumur 5-6 tahun yang memang belum waktunya memasuki sekolah formal sekaligus belum mampu melakukan kegiatan lain (data tidak disajikan). Tabel 1: Anak Berumur 5-17 Tahun menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin (dalam ribuan), 2009 Jenis Kegiatan Laki-laki Perempuan Total Bekerja 2 391,3 1 661,5 4 052,8 Mencari Kerja 221,4 254,2 475,6 Tidak bekerja maupun mencari pekerjaan 27 517,7 26 791,1 54 308,9 Total Anak 5-17 30 130,3 28 706,9 58 837,2 Bekerja saja 585,0 101,6 686,6 Bekerja dan sekolah 1 147,4 988,1 2 135,5 Bekerja dan mengurus rumah tangga 1 433,1 1 423,6 2 856,8 Bekerja, sekolah dan mengurus rumah tangga 774,3 851,8 1 626,1 Sekolah saja 16 159,9 10 491,5 26 651,4 Sekolah dan mengurus rumah tangga 7 941,4 13 014,8 20 956,2 Mengurus rumah tangga saja 651,6 1 417,6 2 069,2 Tidak memiliki kegiatan (idle) 3 760,5 2 973,2 6 733,7 Sumber: BPS-ILO (2010), Survei Pekerja Anak 2009 Seperti ditunjukkan oleh Tabel 1, sekitar 2.1 juta anak yang bekerja sekaligus sekolah. Gambar 2 menunjukkan bahwa anak dengan kategori ini sebagian besar memiliki jam kerja kurang dari 30 jam per minggu. Ini berlaku baik bagi anak lakilaki maupun perempuan (BPS-ILO, Survei Pekerja Anak 2009).

Gambar 1: Anak Berumur 5-17 menurut Kegiatan (dalam 000), 2009 Gambar 2: % Anak yang Bekerja dan Masih Sekolah menurut Jenis Kelamin dan Jam Kerja, 2009,60 Persen,40,20,0 0-15 16-30 31-40 > 40 Laki-laki Perempuan Jam Kerja Pekerja Anak Yang menjadi fokus keperhatinan global, regional maupun nasional adalah pekerja anak, bukan anak yang bekerja secara keseluruhan. Alasan utamanya jelas: anak-anak yang tergolong pekerja anak sangat berisiko menemukan hambatan untuk tumbuh-berkembang secara wajar serta rawan untuk dieksploitasi secara ekonomi maupun secara seksual. Atas dasar ini di dalam lingkungan ILO ada unit khusus yang memiliki misi antara lain mengadvokasi warga dunia untuk menghapuskan pekerja anak. Yang menjadi ironi adalah bahwa sekalipun pekerja anak sudah merupakan keprihatinann global sejak lama, statistik dasar mengenai mereka pada umumnya sangat tidak memadai termasuk yang sangat dasar seperti jumlah mereka.

Bagi Indonesia SPA merupakan satu-satunya sumber data untuk memperoleh data statistik dasar seperti itu. Menurut SPA, total pekerja anak, dengan definsi operasional sebagaimana dibahas sebelumnya, mencapai angka sekitar 1.8 juta jiwa, setara dengan 3.0 % dari total anak 5-17 tahun atau 43.3% dari total anak yang bekerja (lihat Tabel 2). Total pekerja anak itu merupakan perjumlahan dari semua anak 5-12 yang bekerja, 52% anak 13-14 yang bekerja di atas 15 jam per minggu dan 28% anak 15-17 yang bekerja di atas 40 jam. Tabel 2: Jumlah Pekerja Anak (dalam 000), 2009 Laki-laki Perempuan Total Semua anak 5-12 yang bekerja 320,1 354,2 674,3 Anak 13-14 yang bekerja di atas 15 jam seminggu Anak 15-17 yang bekerja di atas 40 jam seminggu 193,4 127,8 321,2 463,6 296,3 759,8 Total Pekerja Anak 977,1 778,2 1 755,3 % terhadap total anak 5-17 3,2 2,7 3,0 % terhadap anak 5-17 yang bekerja 40,9 46,8 43,3 Proporsi pekerja anak terhadap total anak pada masing-masing kelompok umur (%) Umur 5-12 100,0 100,0 100,0 Umur 13-14 52,3 51,3 51,9 Umur 15-17 27,3 28,0 27,5 Penutup Pekerja anak di Indonesia merupakan fakta yang mustahil dapat dipungkiri. Negara telah memberikan perlindungan hukum yang memadai untuk melindungi kepentingan anak serta mengupayakan agar mereka tidak memasuki dunia kerja terlalu dini. Tantangannya terletak pada law enforcement, bagaimana peraturan dan perundang-undangan itu efektif. Ini jelas tidak mudah karena fenomena pekerja anak konon terkait erat dengan dua faktor yang saling terkait: kemiskinan dan persepsi orang tua. Orang tua yang tergolong miskin akan cenderung melihat anak lebih sebagai aset ekonomis dan melihat pendidikan mereka lebih sebagai beban ekonomis. Dalam situasi semacam ini intervensi negara merupakan

tuntutan moral. Jika, misalnya, negara menginvestasikan Rp 1.2 juta per tahun per anak untuk 1.8 juta pekerja anak di Indonesia maka investasi yang diperlukan sekitar Rp 2.16 trilyun. Angka itu jelas besar tetapi tidak sebesar aliran dana untuk Bank Century yang bermasalah itu. Setuju!.@ Referensi Badan Pusat Statistik dan International Labour Organization 2010 Working Children in Indonesia 2009, BPS Catalogue: 2306003 International Labour Office 2004 Child Labour Statistics: manual on methodologies for data collection through survey, Geneva (March) i Penulis berterimakasih kepada Saudara Buyung Rimeto Wicaksono yang telah memeriksa angka dan mengedit draft awal artikel ini. ii Mengenai hazardous work ILO mendefiniskan agak longgar yang pada dasarnya terkait dengan minimum usia kerja, remunerasi dan proteksi. Mengenai the worst forms ILO (2004:39) agak lebih spesifik dan mencakup 4 komponen (berikut ini dikutip redaksi aslinya): all forms of slavery or practices similar to slavery, such as the sale and trafficking of children, debt bondage and serfdom and forced or compulsory labour, including forced or compulsory recruitment of children for use in armed conflict; the use, procuring or offering of a child for prostitution, for the production of pornography or for pornographic performances; the use, procuring or offering of a child for illicit activities, in particular for the production and trafficking of drugs as defined in the relevant international treaties; work which, by its nature or the circumstances in which it is carried out, is likely to harm the health, safety or morals of children.