TINJAUAN KEBIJAKAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PERPINDAHAN BARANG DARI CABANG KE PUSAT DAN DARI PUSAT KE CABANG PADA PT.

dokumen-dokumen yang mirip
Prosedur Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) 23 Atas Sewa dan Jasa Pada PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Tanjung Priok

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidaklah sedikit dan tidak mungkin untuk ditanggung oleh pemerintah sendiri.

Judul : Tata Cara Pengukuhan Wajib Pajak menjadi Pengusaha Kena Pajak ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. baik perdagangan besar maupun perdagangan eceran. Sektor perdagangan

ANALISIS PENERAPAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT LARIS MEDIA SELARAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu mewujudkan. sangat besar untuk pembiayaan pembangunan.

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perekonomian di Indonesia mengalami perubahan ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. besarnya pajak terutang yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Pemberlakuan self

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT. MUSICA STUDIO S

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini status Indonesia masih menjadi negara berkembang, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber utama penerimaan negara, sedangkan negara-negara miskin dan negara

BAB I PENDAHULUAN. keperluannya pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk mencapai tujuan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan pembangunan dibutuhkan segala potensi yang. Sumber pendapatan keuangan Pemerintah dalam upaya untuk

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dukungan dari masyarakat. (Waluyo: 2000). menyelenggarakan pemerintahan.(r. Santoso Brotodihardjo:2003).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kewajiban perpajakannya, khususnya atas Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat Penelitian dan Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

BAB I PENDAHULUAN. Wajib Pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak dapat prestasi

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah)

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Nama : Farah Fadhilah NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Prijanto, SE., MM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka laba ini sangat penting bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan. keputusan sehingga harus dihitung secara tepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam peningkatan pembangunan,indonesia merupakan salah satu Negara

Evaluasi Kewajiban Perpajakan PPh Badan Final Pada Perusahaan Jasa Konstruksi Pada PT. Andica Parsaktian Abadi

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang pribadi atau badan yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A.

BAB I PENDAHULUAN. (Yusdianto 2004). Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. sumber yang pasti dalam memberikan kontribusi dana kepada negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor yang sangat penting bagi sumber penerimaan negara,

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk

BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat bertahan dari dampak krisis tersebut. Hal ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Kegiatan Perusahaan Serta Perubahan Peraturan yang Terjadi Pada Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi dalam membenahi administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN TANGERANG SELATAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak yang menjiwai Undang-Undang Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang melanda Indonesia berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. Daftar Pajak Penghasilan Pasal 23 yang Dipotong PT.PLN (Persero) Area Garut Periode Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pembagunan Negara,

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

PROSEDUR PEMBUATAN SECARA MANUAL MAUPUN MELALUI E-REGRISTRATION SERTA MENGETAHUI HAK, KEWAJIBAN, DAN SANKSI PEMILIK NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 4 ayat (4) Undang undang No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PER - 50/PJ/2009 TATA CARA PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

PT SULUH PRIMA TARGET. Resume Peraturan Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri berupa pajak. Untuk itu dibutuhkan peran serta masyarakat dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

Transkripsi:

TINJAUAN KEBIJAKAN PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PERPINDAHAN BARANG DARI CABANG KE PUSAT DAN DARI PUSAT KE CABANG PADA PT.ADHI KARYA Nama : Fathi Mulkiyah NPM : 43213285 Dosen Pembimbing : Dr. Budi Prijanto, SE, MM.

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perusahaan dalam usaha bisnis apapun mengharapkan produk yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar dan menghasilkan keuntungan yang optimal. Penjualan produk yang menguntungkan merupakan sumber kehidupan jangka menengah dan panjang bagi setiap perusahaan. Pembentukan kantor cabang yaitu dalam rangka membangun pangsa pasar, dengan dibangunnya pangsa pasar perusahaan berharap dapat meningkatkan penjualan produknya lebih banyak lagi dan penyebaran produk keseluruh daerah pemasaran meningkat.

Semakin banyak kantor cabang yang dibentuk, maka diharapkan jasa kontruksi yang ditawarkan perusahaan dapat meningkat. Dengan meningkatnya jasa kontruksi yang dihasilkan, maka diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa keuntungan bagi perusahaan. Namun, pilihan untuk menambah cabang ternyata harus disikapi secara bijak. Pasalnya adanya perpindahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya ternyata memiliki unsur kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN). MATERI KERJA PRAKTIK Bagaimana penerapan konsep penyerahan Barang Kena Pajak dalam PPN atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya sebagai objek PPN?

TUJUAN TUJUAN DAN MANFAAT menjelaskan prosedur pembayaran pajak dari transaksi atas perpindahan barang yang dilakukan oleh PT.Adhi Karya.Tbk yang di lakukan antar cabang di internal PT.Adhi Karya Tbk itu. MANFAAT Bagi Penulis : Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan pengelolaan dana kas kecil. penulis Bagi Penulis Berikutnya : dapat memperluas wawasan bagi ilmu perpajakan, terutama kebijakan perpajakan yang menyangkut pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas transaksi penyerahan barang kena pajak dari kantor pusat ke kantor cabang atau sebaliknya.

TEMPAT KERJA PRAKTIK GAMBARAN UMUM INSTANSI Status ADHI berubah menjadi sebuah Perseroan Terbatas pada tanggal 1 Juni 1974 dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman. ADHI mengelompokkan proyek-proyek Jasa Konstruksi menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Proyek Infrastruktur Terdiri dari proyek-proyek infrastruktur seperti jalan dan jembatan, pengairan, pembangkit listrik, pelabuhan, dan lain-lain. 2. Proyek Bangunan Terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan gedung bertingkat seperti hotel dan perkantoran

METODE KERJA PRAKTIK TEMPAT DAN PERIODE KERJA PRAKTIK Pelaksanaan kerja praktik dilakukan pada PT.Adhi Karya Tbk yang beralamat di Jl.RayaPasar Minggu Km.18 Jakarta Selatan 12510, selama satu bulan terhitung sejak tanggal 14 Agustus 2015 s/d tanggal 14 september 2015. METODE KERJA PRAKTIK - Penelitian Kepustakaan (Library Research) - Observasi (Pengamatan) - Wawancara (Interview)

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTIK Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi yang bersifat umum. Maksudnya, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas konsumsi barang dan atau jasa. Sebagai pajak atas konsumsi, tujuan akhir Pajak Pertambahan Nilai adalah mengenakan pajak atas pengeluaran untuk konsumsi baik yang dilakukan oleh perorangan maupun oleh badan baik swasta dan pemerintah. Dengan kata lain, Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak atas konsumsi yang dibebankan kepada konsumen akhir.

PEMBAHASAN Dari hasil Tinjauan Kebijakan Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Perpindahan Barang dari Cabang ke Pusat dan dari Pusat ke Cabang pada PT. Adhi Karya menggunakan 2 analisis yaitu Analisis Menurut Teori Konsep PPN dan Analisis menurut Key Informant. Analisis Menurut Teori Konsep PPN pembahasan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke kantor cabang atau sebaliknya, teori dan konsep tersebut mempunyai kedudukan yang begitu penting.

Teori dan konsep tersebut menjadi salah satu alat uji untuk menilai apakah pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke kantor cabang atau sebaliknya telah sesuai dengan praktek perpajakan pada umumnya. Dengan demikian dapat dipahami, untuk kepentingan pemajakan, penyerahan barang yang diikuti oleh adanya perpindahan kepemilikan dikenakan pajak. Dalam kasus penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya adalah transaksi yang bersifat internal yang terjadi dalam satu perusahaan. Dalam transaksi tersebut sama sekali tidak terjadi perpindahan kepemilikan atas suatu barang, melainkan hanya sebatas perpindahan lokasi atau tempat saja. Pengenaan PPN atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke cabang secara jelas tidak mengikuti teori dan konsep PPN yang ada.

Analisis Menurut Key Informant Menurut Bapak Ujang (hasil wawancara pada hari Selasa, 21-08-2015 di kantor pusat PT. Adhi Karya Tbk, Pasar Minggu) sebagai konsultan pajak PT. Adhi Karya, Tbk, sesuatu dianggap sebagai penyerahan terutang Pajak Pertambahan Nilai, jika memenuhi beberapa syarat, yang pertama memang ada pengalihan kepemilikan. Kalau dikaitkan dengan pusat-cabang, dimana-mana, inventorinya adalah satu, bukan punya cabang atau punya pusat tetapi merupakan satu kesatuan. Inilah yang kemudian dari satu sisi saja kurang tepat. Kedua dari segi konsep yang lainnya seperti akuntansi pun, bahwa pemungutan Pajak Pertambahan Nilai harus sedekat mungkin mengikuti metode akuntansi yang digunakan.

Hal tersebut dapat terjadi, oleh karena adanya invoice system. Supaya balance, maka penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya, dijadikan sebagai penyerahan yang kena pajak, sehingga semua cabang harus terdaftar sebagai di KPP masing-masing. Namun kalau dihubungkan dengan beberapa literatur yang ada, dari sistemnya sendiri tidak cocok dianggap sebagai peristiwa penyerahan. Istilah penyerahan harus dimaknai secara lebih jelas. Dalam transaksi penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya tidak ada perpindahan milik atas suatu barang, melainkan hanya perpindahan lokasi barang saja. Jadi dapat dikatakan bahwa penyerahan Barang Kena Pajak dalam transaksi penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya, tidak cocok dianggap sebagai penyerahan kena pajak.

PENUTUP Kesimpulan Penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya yang oleh UU PPN dijadikan sebagai objek PPN ternyata bertentangan dengan teori dan konsep PPN yang ada. Tidak adanya teori dan konsep dasar yang digunakan untuk menentukan penyerahan Barang Kena Pajak sebagai objek pajak dalam transaksi penyerahan antar cabang menyebabkan penyerahan antar cabang tidak layak dijadikan sebagai objek PPN.

Saran Kebijakan pengenaan PPN atas penyerahan Barang Kena Pajak dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya ditinjau kembali atau dihapuskan saja, mengingat disamping tidak sesuai dengan teori dan konsep yang ada, juga dapat menimbulkan beban perpajakan, baik bagi PKP maupun bisa fiskus. Jika memang langkah ini yang dipilih, maka dapat dicari alternatif lain yang lebih efektif guna mengawasi perpindahan barang dari pusat ke cabang atau sebaliknya. Kalau memang tetap dipertahankan, maka pemberian izin pemusatan tempat PPN dipermudah, misalnya PKP hanya cukup memberitahu lokasi-lokasi usahanya, tanpa harus meminta izin.