Tatanan Stratigrafi Daerah Cilangkap dan Sekitarnya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB VI SEJARAH GEOLOGI

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH BANTARGADUNG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Foto 3.21 Singkapan Batupasir Sisipan Batulempung Karbonan pada Lokasi GD-4 di Daerah Gandasoli

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Gambar 3.6 Model progradasi kipas laut dalam (Walker, R. G., 1978).

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bab II Geologi Regional

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Raden Ario Wicaksono/

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Batupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan

Foto 3.6 Singkapan perselingan breksi dan batupasir. (Foto diambil di Csp-11, mengarah kehilir).

BAB V SINTESIS GEOLOGI

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI DAERAH KLABANG

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

Tatanan Stratigrafi Daerah Cilangkap dan Sekitarnya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi Annisa Sylvani Andyastiya 1, Gilang Anugrah Pribadi 2, Samsul Rizal 3, M. Arif Syarifudin 4, Gabriel R Purba 5, Edy Sunardi 6 dan Adi Hardiyono 7 Jalan Raya Bandung-Sumedang Km.21, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat Email : syl.andyastiya@gmail.com Abstrak Berbagai batuan sedimen Tersier yang dikenal sebagai Formasi Jampang, Anggota Cikarang, Formasi Lengkong)dan endapan permukaan undak tua yang kompleks menyusun zona Pegunungan Selatan di daerah Lengkong dan sekitarnya. Tahapan penelitian meliputi: tahap persiapan, penganbilan data lapangan dan analisis stratigrafi. Morfologi daerah Cilangkap dan sekitarnya membentuk perbukitan berelief sangat landai hingga sangat curam, yang sebagian mencerminkan morfologi terstrukturkan dari batuan sedimen dan vulkanik. Tatanan stratigrafi tersusun oleh satuan breksi vulkanik, satuan batupasir, satuan tuf dan satuan breksi sedimen. Satuan breksi volkanik terutama tersusun oleh breksi vulkanik. Secara menjemari terbentuk satuan batupasir yang didominasi batupasir, breksi polimik berkomponen batugamping, batuan beku dan batuan sedimen, serta batulanau. Satuan tuf tersusun oleh tuf, tuf lapili, tuf batuapung berselang-seling dengan batupasir karbonatan, batulempung karbonatan, batugamping, lava dan breksi. Satuan breksi sedimen terutama tersusun oleh breksi dengan sisipan batupasir. Satuan-satuan batuan tersebut umumnya sudah terstrukturkan kuat, dengan diindikasikan oleh kekar, lipatan dan sesar. Kata Kunci : geologi, stratigrafi, Cilangkap, satuan batuan Latar Belakang Daerah penelitian berada pada koordinat 106 0 39 15 BT - 106 0 41 45 BT dan 7 0 01 15 LS - 7 0 03 45 LS yang termasuk Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Daerah Cilangkap termasuk sebagian lembar Peta Rupabumi Cigenca (1208-434) yang diterbitkan oleh Bakosurtanal. Berbagai batuan sedimen Tersier (Formasi Jampang, Anggota Cikarang, Formasi Lengkong) dan endapan permukaan (endapan permukaan undak tua) yang kompleks merupakan batuan pembentuk daerah ini. Kajian stratigrafi di daerah ini menjadi menarik karena batuan sedimen tersebut telah dikenai struktur yang kuat sehingga memerlukan pengamatan lapangan yang cukup detil dalam menempatkan posisi satu terhadap lainnya. Secara geografis daerah pemetaan terletak pada koordinat Luas daerah pemetaan kurang lebih 25 km 2 yang secara administratif terletak di Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. peta dibuat dengan skala 1 : 12.500 dari sebagian Perbedaan interpretasi mengenai kedudukan batuan-batuan penyusun yang kemudian dikelompokkan menjadi Formasi

dan Anggota menjadikan penelitian tatanan stratigrafi di daerah penelitian menjadi menarik untuk dikaji. Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian di Cilangkap dan Sekitarnya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi Penelitian Terdahulu Berdasarkan pembagian fisiografi menurut van Bemmelen (1949), daerah Cilangkap dan sekitarnya berada di daerah Zona Pegunungan Selatan. Zona yang terbentang mulai dari teluk Pelabuhanratu sampai Pulau Nusakambangan selebar ±50 km dan menyempit hingga beberapa km ke arah timur ini tersusun oleh batuan yang mengalami perlipatan dan pengangkatan pada zaman Miosen. Batuan ini membentuk suatu plateau dengan dataran erosi yang letaknya lebih rendah, seperti di dataran Lengkong yang terletak di bagian barat dan sepanjang hulu sungai Cikaso. Di beberapa tempat dataran Lengkong terangkat lebih tinggi, yang mengindikasikan kuatnya kontrol aktifitas tektonik. Berdasarkan pembagian mandala sedimentasi Jawa Barat menurut Martodjojo (2003), daerah Lengkong termasuk ke dalam Mandala Cekungan Bogor yang dicirikan oleh endapan aliran gravitasi dengan ketebalan sedimen diperkirakan lebih dari 7000 m. Lebih lanjut dikemukakan bahwa posisi tektonik Cekungan Bogor pada Zaman Tersier hingga Kuarter terus mengalami perubahan. Pada Kala Eosen Tengah- Oligosen, cekungan ini merupakan cekungan depan busur magmatik (fore arch basin), yang kemudian pada Kala Miosen Awal Pliosen berubah statusnya menjadi cekungan belakang busur magmatik (back arc basin). Pada rentang waktu Miosen Awal Miosen Akhir, di Cekungan Bogor terjadi sedimentasi yang dipengaruhi mekanisme aliran gravitasi. Pada Kala Pliosen sebagian dari Cekungan Bogor terangkat menjadi daratan dan merupakan jalur magmatis. Aktivitas volkanisme yang terjadi membentuk endapan-endapan gunungapi. Martodjojo (2003) membahas Cekungan Bogor dan mengemukakan bahwa pada Miosen awal, di bagian selatan cekungan diendapkan Formasi Jampang yang terdiri dari breksi dan tuf dalam satu sistem kipas laut dalam. Berdasarkan peta geologi regional Lembar Jampang dan Balekambang yang disusun oleh Sukamto (1975), batuan yang terdapat di daerah penelitian termasuk Formasi Jampang (Tmjv), Anggota Cikarang (Tmjc), Formasi Lengkong (TmL) dan Endapan permukaan Undak Tua (Qpot). Menurut Martodjojo (2003), bagian terbawah dari Formasi Jampang ditemukan di dua tempat. Tempat yang paling baik menunjukkan ciri bawah formasi ini adalah di sekeliling amphitheater Ciletuh. Daerah lain terdapat di Cinyomplong, baratlaut Kota Lengkong. Di kedua tempat ini, bagian bawah Formasi Jampang menunjukkan ciri yang berbeda. Di daerah Ciletuh dicirikan oleh lapisan tipis tufa asam yang banyak mengandung fragmen lempung dan gamping (maksimum 20 cm), sedangkan di daerah Cinyomplong mempunyai breksi, kebanyakan bersifat basa, yang diperkirakan merupakan bagian atas. Satuan yang berlapis baik serta didominer oleh pasir dinamakan Anggota Cikarang oleh Soekamto (1975). Anggota

Cikarang di Sungai Cibeber menunjukan urutan sedimentasi: breksi, graywacke yang keras kompak berketebalan sampai 5 meter. Di bagian atasnya berbutir lebih halus dan berlapis baik, tebal satu meter, beberapa menunjukan lapisan silang siur kecil. Makin ke atas berubah menjadi batupasir halus berwarna abu-abu, sangat kompak, beberapa menunjukkan ciri gelembur gelombang kecil dan teratas dicirikan oleh lanau yang berlapis tipis sampai laminasi. Satuan breksi di daerah utara ini sulit untuk dipetakan berdasarkan hukum kesinambungan lateral. Gejala ini digambarkan sebagai suatu perubahan fasies yang cepat antara breksi dan endapan pasir (Soekamto 1975 dalam Martodjojo, 2003). Anggota Anggota Cikarang di bagian utara pada umumnya berlapis baik dan kadangkadang kaya akan foraminifera tetapi pada umumnya tidak menunjukan semen gamping. Martodjojo (2003) manamai Formasi Lengkong sebagai Anggota Lengkong yang pada umumnya memiliki ciri berbeda dari Anggota Cikarang. Pasir berfragmen bersisipan lempung tebal dengan fragmen batugmping dan andesit. Struktur sedimen sering membentuk urutan Bouma (interval A banyak mengandung fragmen gamping dan breksi, interval B membentuk perlapisan graywacke, C didominer lanau hitam, dengan struktur silang siur, laminasi, E lempung) Stratigrafi satuan batuan penyusun dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Penampang Stratigrafi Terpulihkan Utara Selatan di Jawa Barat (Martodjojo, 1984) Persoalan yang menarik dari Anggota Lengkong adalah kedudukannya pada peta yakni terdapat di antara Anggota Cikarang yang terdiri dari pasir graywacke dan breksi. Tetapi secara stratigrafi Anggota Lengkong ini berada diatas fasises Cikarang, karena kedudukannya pada inti sinklin Lengkong. Dari ciri litologinya, Anggota Lengkong ini lebih menyerupai Formasi Citarum yang korelatif terhadap Formasi Jampang. Bagian teratas dari Formasi Jampang ditemukan di tengah dari Pegunungan Selatan Jawa Barat ini. Satuan ini terdiri dari breksi, kadangkadang dijumpai lava massif, yang sulit untuk diteliti lebih lanjut, karena berbatas langsung dengan breksi dan berkomponen sama, sehingga tanda-tanda pembakaran sulit ditentukan. Metode Penelitian Tahapan penelitian meliputi: 1. Tahap persiapan, yaitu penggambaran peta dasar dan studi kepustakaan. 2. Pengambilan data lapangan dilakukan menggunakan metode lintasan kompas dan pita ukur. Pada setiap singkapan batuan dideskripsi secara megaskopis (mencakup unsur tekstur, komposisi, struktur, dan ciri khusus) serta pengamatan terhadap perubahan batuan, bidang batas, arah jurus dan kemiringan lapisan batuan. Pengamatan dan pencatatan terhadap indikasi struktur geologi, pengambilan sampel batuan, pemotretan juga pembuatan sketsa dari objek-objek batuan dan bentang alam yang ada dilakukan untuk melengkapi data lapangan. 3. Analisis stratigrafi untuk mengelompokkan batuan menjadi satuan dengan didasarkan pada ciri fisik yang dapat diamati, meliputi jenis batuan, keseragaman gejala litologi dan posisi stratigrafinya (Sandi Stratigrafi Indonesia, Pasal 6 Tahun 1996). Analisis stratigrafi terutama ditujukan untuk mengelompokkan

satuan batuan serta menempatkannya dalam kerangka ruang dan waktu. Satuan-satuan batuan dinamai berdasarkan dominasi batuannya. Dari kontak antara satuan batuan dengan batuan lain, apabila dapat ditemukan di lapangan, diinterpretasikan tatanan stratigrafi daerah penelitian. Umur relatif juga ditentukan dengan mengikuti azas stratigrafi hukum superposisi, lateral continuity dan azas pemotongan serta penggambaran penampang geologi. normal, dengan tingkat kekompakan yang agak keras sampai lunak. Sebagian batupasir ini mengandung kerikil dan kerakal. Berbagai batuan ini dikelompokkan sebagai satuan breksi vulkanik. Satuan ini tersingkap + 10 m di daerah tinggian Gunung Porang sekitar Desa Cilangkap. Satuan breksi vulkanik dapat disebandingkan dengan Formasi Jampang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975), yang terbentuk pada Miosen Awal dalam lingkungan pengendapan laut. Hasil Penelitian Morfologi daerah penelitian membentuk perbukitan tinggi dengan relief curam hingga sangat curam dari batuan sedimen yang terstrukturkan, perbukitan tinggi dengan relief sangat curam dari batuan vulkanik yang terstrukturkan, serta perbukitan tinggi dengan relief sangat landai, landai hingga curam dari batuan vulkanik. Tatanan stratigrafi dapat dibedakan menjadi: 1. Satuan Breksi Vulkanik 2. Satuan Batupasir 3. Satuan Tuf, dan 4. Satuan Breksi Sedimen. Breksi vulkanik berwarna lapuk abu kehitaman dan warna segar coklat muda, Permilahannya sedang-buruk, permeabilitas baik sampai sedang, porositasnya baik sampai sedang. Fragmen yang tertanam pada batuan tersebut berupa batuan beku dan batuan sedimen. berukuran kerikil hingga kerakal, berbentuk menyudut-menyudut tanggung dengan matriks tuf ash. Tingkat kekompakan yang keras. Breksi tampak dominan dan mencapai ketebalan hingga beberapa meter (Gambar 3). Sisipan batupasir berlapis baik, berwarna lapuk abu kecoklatan, berukuran besar butir pasir sedang hingga kasar dengan bentuk butir yang membundar tanggung sampai menyudut tanggung. Pemilahannya dan porositasnya sedang sampai baik. Terdapat struktur gradasi Gambar 3. Singkapan Breksi Vulkanik Menjemari terhadap satuan breksi vulkanik, terbentuk perlapisan batupasir dengan sisipan breksi polimik dan batulanau. Perlapisan batupasir, bersifat karbonatan, umumnya tebal dan dominan. Breksi polimik memiliki komponen berupa batugamping, batuan beku dan batuan sedimen (terutama batupasir). Batuan ini dikelompokkan dalam satuan batupasir (Gambar 4). Pada lokasi yang tersingkap baik, dapat diukur jurus perlapisan N 294 o E/ 12 o;, dengan bagian bawah singkapan ini merupakan batupasir sedang dengan ketebalan + 6 m kemudian diatasnya diendapkan sisipan batu lanau dengan tebal + 15 cm dengan kontak tegas kemudian diatasnya secara erosional diendapkan breksi polimik setebal + 8 m. Satuan batuan ini tersebar di daerah Cimanggu, Cicadas, Cijeruk dan Desa Cilangkap.

Gambar 4. Satuan batupasir yang tersusun oleh batupasir, batupasir dan breksi polimik Satuan batupasir dapat disebandingkan dengan Formasi Jampang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975), memiliki beberapa satuan anggota batupasir yakni batupasir berbatuapung, batupasir gampingan, napal tufaan globigerina, batugamping membreksi, kelabu, hijau, cokelat, dan hitam, mengeras baik, klastika dan karbonat bertambah kelimpahannya di bagian selatan. Formasi ini berumur Miosen Awal, yang terbentuk dalam lingkungan pengendapan laut dangkal (neritik). Berhubungan menjemari dengan satuan batupasir, terbentuk tuf dengan perselingan batupasir tufaan. Tuf, sebagai penyusun utama, memperlihatkan struktur masif dan berlaminasi. Tuf tampak telah mengalami pelapukan tingkat tinggi. Dilihat dari strukturnya, tuf merupakan endapan piroklastik jatuhan. Perubahan ukuran butir dapat diamati dengan jelas pada satuan ini, mulai yang berukuran halus hingga berbatuapung, dan sebagian bersifat karbonatan (Gambar 5). Dijumpai sisipan batuan sedimen klastik karbonatan berukuran lempung dan pasir; juga batugamping, lava dan breksi berkomponen batuan beku. Lapisan-lapisan batuan ini terletak saling menindih satu sama lain dengan posisi yang tidak sama. Kelompok batuan ini membentuk satuan tuf, yang tersingkap di daerah Cikaso, Cikasap, Cikuda dan Cicadas. Gambar 5. Satuan tuf berbutir halus yang tampak telah sangat lapuk Satuan tuf dapat disebandingkan dengan Formasi Jampang Anggota Cikarang, yang tersusun oleh tuf dan tuf lapilli, berselang seling dengan tuf batuapung, batupasir berbatuapung, tuf karbonatan, batulempung tufan, batupasir karbonatan, napal tufan, atau lapisan endapan karbonat, perselingan antara lava dan breksi, sebagian besar terpropilitisasi (Sukamto, 1975). Formasi ini berumur Miosen Awal, yang terbentuk pada lingkungan pengendapan sebagian di laut dan sebagian di darat. Breksi dengan komponen batuan sedimen berukuran kerakal sampai bongkah, sebagian batugamping, tertanam pada matriks berupa batupasir yang bersifat karbonatan (Gambar 6). Di antara breksi dijumpai batupasir berlapis baik. Lapisan batuan ini dikelompokkan sebagai satuan breksi sedimen, yang terletak menjemari terhadap satuan batupasir dan satuan tuf. Satuan ini tersingkap di daerah Cicadas, Cijeruk,dan Cimanggu. Gambar 6. Singkapan breksi sedimen

Satuan breksi sedimen dapat disebandingkan dengan Formasi Jampang Anggota Cikarang (Sukamto, 1975); dideskripsikan sebagai batupasir yang mengandung kerikil maupun kerakal, dengan selingan breksi ukuran maksimum 3-5 m. Satuan yang berlapis baik serta didominer oleh pasir. Unit batuan ini berumur Miosen Awal, yang terbentuk pada lingkungan pengendapan laut. Satuan-satuan batuan tersebut umumnya sudah terstrukturkan, yang dapat diamati dari kelurusan-kelurusan pada DEM dan Google Earth, serta kelurusan topografi (berupa lembahan dan punggungan). Indikasi struktur yang teramati di lapangan berupa kekar, lipatan dan sesar. Kekar tarik dan kekar gerus menunjukkan gerakan strike-slip. Struktur lipatan berupa sinklin berarah barattimur dan antiklin berarah tenggara-baratlaut teramati di sekitar Porang. Sesar mendatar melalui daerah Porang. Gejala geologi terjadi oleh proses yang berlangsung sejak Oligosen, ditandai oleh terbentuknya endapan material vulkanik (breksi vulkanik dan tuf) dalam lingkungan laut hingga darat. Bersamaan dengan itu terjadi pengendapan tuf, terbentuk batupasir dan breksi sedimen di lingkungan laut dangkal (zona neritik) hingga laut dalam (slope) yang berlangsung sampai Miosen. Fase tektonik selanjutnya melipat dan menggeserkan batuan-batuan yang telah terbentuk sebelumnya. Fase ini diperkirakan berlangsung pada kala Miosen yang berlanjut pada Plio-Plistosen. Gambar 6. Satuan-satuan batuan penyusun daerah Cilangkap, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi yang dikenai struktur geologi Kesimpulan Satuan breksi sedimen Satuan tuf Satuan batupasir Satuan breksi vulkanik 1. Morfologi daerah Cilangkap dan sekitarnya membentuk perbukitan berelief sangat landai hingga sangat curam, yang sebagian mencerminkan morfologi terstrukturkan dari batuan sedimen dan vulkanik. 2. Tatanan stratigrafi tersusun oleh satuan breksi vulkanik, satuan batupasir, satuan tuf dan satuan breksi sedimen. Satuan breksi volkanik terutama tersusun oleh breksi vulkanik. Secara menjemari terbentuk satuan batupasir yang didominasi batupasir, breksi polimik berkomponen batugamping, batuan beku

dan batuan sedimen, serta batulanau. Satuan tuf tersusun oleh tuf, tuf lapili, tuf batuapung berselang-seling dengan batupasir karbonatan, batulempung karbonatan, batugamping, lava dan breksi. Satuan breksi sedimen terutama tersusun oleh breksi dengan sisipan batupasir. 3. Satuan-satuan batuan tersebut umumnya sudah terstrukturkan kuat, dengan diindikasikan oleh kekar, lipatan dan sesar. Pustaka Martodjojo, S., 2003, Evolusi Cekungan Bogor, Penerbit ITB Sulamto, 1975, Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung