KETERTIBAN UMUM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA INTERNASIONAL. Oleh : Imelda Onibala 1

dokumen-dokumen yang mirip
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Hukum Perdata. Rahmad Hendra

HUKUM PERDATA ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

PENGANTAR ILMU HUKUM. Henry Anggoro Djohan

RANCANGAN ACARA PERKULIAHAN

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA

Kualifikasi. All images:internet s Archives. Hukum Perdata Internasional Kelas D

Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Hukum Internasional Lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

Hukum Perdata, Hukum Pidana Dan Hukum Administrasi Negara

BAB III ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM JUAL BELI PASAL 1493 KUH PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

SILABUS NAMA MATA KULIAH : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KEPERDATAAN KODE MATA KULIAH : HKI4004

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

II. Istilah Hukum Perdata

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

SILABUS PENGANTAR HUKUM INDONESIA By CEKLI SETYA PRATIWI, SH. LITERATURE

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB. VI PEMBIDANGAN HUKUM

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional

1. Perbedaan PIH dan PHI 2. Hukum dalam masyarakat 3. Pengetian dasar sistem hukum 4. Sumber Hukum 5. Klasifikasi/Pembedaan Hukum 6.

BAB I PENDAHULUAN. karena ini memusatkan perhatian pada kewajiban individu dalam berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

Muhammad Risnain, S.H.,M.H. 1

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan mencapai puncaknya dengan di Proklamasikan Kemerdekaan. kita mampu untuk mengatur diri sendiri. 1

CHOICE OF LAW DALAM HUKUM KEWARISAN. Oleh: Agus S. Primasta, SH* 1. Abstraksi. Secara umum Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD/Wetboek van Koophandel/WvK)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

A.Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Advendi Simangunsong, Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, PT Gramedia Widiasrana Indonesia. halaman 2.

PENDAHULUAN ABSTRAK. Pengadilan Negeri Gorontalo. Hasil penelitian yang diperoleh adalah terhadap penerapan Pasal 56 KUHAP tentang

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya agar berjalan tertib dan lancar, selain itu untuk menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide. merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. 1

BAB I PENGANTAR PERBANDINGAN SISTEM HUKUM. Tulisan ini akan membedah buku yang berjudul Pengantar Perbandingan Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. benua dan lautan yang sangat luas, maka penyebaran agama-agama yang dibawa. melaksanakan kemurnian dari peraturan-peraturannya.

BAB III HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

Lex Crimen Vol. VI/No. 10/Des/201. HAK-HAK KEBENDAAN YANG BERSIFAT JAMINAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA 1 Oleh: Andhika Mopeng 2

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA

PERBANDINGAN HUKUM PERDATA 4 SISTEM HUKUM DI DUNIA. Oleh : Diah Pawestri Maharani, SH MH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PILIHAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS I.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan terhadap. korban kejahatan dengan perlindungan terhadap pelaku, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang didalamnya

DALAM PRESPEKTIF HUKUM ACARA PERDATA INDONESIA. Efa Laela Fakhriah. Hukum sebagai sarana pembaruan masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembatalan akta..., Rony Fauzi, FH UI, Aditya Bakti, 2001), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan dan dilansir media massa di seluruh dunia saat ini. Definisi terorisme

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

PERAN HAKIM DALAM PENEMUAN HUKUM DAN PENCIPTAAN HUKUM DALAM MENYELESAIKAN PERKARA DI PENGADILAN. Drs. ARPANI, S.H., M.H. (Hakim PA Bontang- Kaltim)

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

D A F T A R R E F E R E N S I

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2

I. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

I. PENDAHULUAN. dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prajurit TNI adalah warga

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

KEWENANGAN KEJAKSAAN SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA KORUPSI

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara 2. Tidak hanya di

Transkripsi:

Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. KETERTIBAN UMUM DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Oleh : Imelda Onibala 1 A. PENDAHULUAN Persoalan ketertiban umum (public order), pemberlakuan kaidahkaidah hukum yang bersifat memaksa (mandatory laws), dan persoalan pengakuan atas hak-hak yang diperoleh (vested rights) adalah beberapa dari persoalan pokok HPI, khususnya yang berkaitan dengan pertanyaan tentang sejauh mana suatu forum harus mengakui atau dapat mengesampingkan sistem hukum, atau kaidah hukum asing, atau hak-hak dan kewajibankewajiban hukum asing. Artinya, ketiga masalah itu dapat dianggap sebagai pendekatan-pendekatan yang berbeda terhadap persoalan yang sama dalam HPI, yaitu persoalan sejauh mana sebuah pengadilan berkewajiban untuk memperhatikan, menaati, dan mengakui keberlakuan hukum asing sebagai akibat dari adanya unsur-unsur asing dalam suatu perkara. Perbedaan di antara ketiga masalah tersebut sebenarnya hanya terletak pada tujuan yang hendak dicapai karena teori tentang ketertiban umum berupaya membentuk landas pijak bagi hakim untuk mengesampingkan berlakunya hukum/kaidah hukum asing di dalam perkara HPI yang seharusnya tunduk pada suatu sistem hukum asing. Sementara asas-asas dalam pemberlakuan mandatory laws dimaksudkan untuk membatasi hukum asing yang tetap akan diberlakukan. Sedangkan teori tentang hak-hak yang diperoleh hendak memberikan landas pijak bagi forum untuk mengakui berlakunya kaidah-kaidah atau hak-hak yang terbit berdasarkan hukum asing. 2 B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat oleh kelompok adalah: 1. Bagaimana Konsep Ketertiban Umum (Public Order)? 2. Bagaimana Hubungan Antara Ketertiban Umum dan Hak-Hak Yang Telah Diperoleh? C. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penulisan yuridis normatif, yakni berbentuk studi kepustakaan (Library Research), yaitu suatu metode penulisan yang digunakan dengan jalan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan. 1 Dosen Pada Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado 2 Hardjowahono Bayu, 2006, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional Buku Kesatu, (hal.121-122). 123

Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus Penulisan ini menggunakan metode yang sistematik dan terarah dengan menggunakan undang-undang sebagai dasar hukum sekaligus pedoman untuk analisis. Keseluruhan rangkaian kegiatan penulisan pada dasarnya ditujukan pada pengumpulan bahan hukum, kemudian bahan tersebut diolah dan dikaitkan dengan konsep-konsep hukum, dan hasil yang diperoleh dituangkan dalam bentuk pemikiran yuridis. Data untuk penulisan ini diperoleh melalui bahan hukum primer peraturan perundang-undangan, dan bahan hukum sekunder, yaitu berupa buku teks karya para ahli hukum. 3 D. PEMBAHASAN Ketertiban umum memiliki makna luas dan bisa dianggap mengandung arti mendua (ambiguity). Dalam praktik telah timbul berbagai penafsiran tentang arti dan makna ketertiban umum antara lain Penafsiran Sempit yaitu dengan demikian yang dimaksud dengan pelanggar/bertentangan dengan ketertiban umum hanya terbatas pada pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan saja oleh karena itu, putusan arbitrase yang bertentangan/melanggar ketertiban umum, ialah putusan yang melanggar/bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia. Sedangkan Penafsiran Luas adalah Penafsiran luas tidak membatasi lingkup dan makna ketertiban umum pada ketentuan hukum positif saja, Tetapi meliputi segala nilai-nilai dan prinsip-prinsip hukum yang hidup dan tumbuh dalam kesadaran masyarakat, Termasuk ke dalamnya nilai-nilai kepatutan dan prinsip keadilan umum (general justice principle), Oleh karena itu, putusan arbitrase asing yang melanggar/bertentangan dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang hidup dalam kesadaran dan pergaulan lalu lintas masyarakat atau yang melanggar kepatutan dan keadilan, tidak dapat dilaksanakan di Indonesia. Berpedoman kepada Buku Kedua Bab V KUHP (Pasal 154 Pasal 181) bahwa Dalam Buku Kedua Bab V KUHP yang terdiri dari Pasal 154 Pasal 181 4 diatur berbagai bentuk tindakan kejahatan terhadap ketertiban umum, Namun, tanpa mengurangi berbagai bentuk kejahatan terhadap ketertiban umum yang diatur dalam Buku Kedua Bab V KUHP tersebut, tidak seluruhnya bahkan kurang relevan diterapkan dalam domain hukum perdagangan. Dari uraian di atas, oleh karena UU No. 30/1999 sendiri tidak memberi definisi maupun tidak mendeskripsikan apa saja yang termasuk 3 MAKALAH, Cindy Poluan. 2012. Hukum Pajak Tentang Penerapan Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Jasa Konstruksi. Manado. (di ambil: 6-April-2013, 07:00PM), (hal.4) 4 A.Hamzah, 2007. KUHP&KUHAP. Ed.Revisi, Jakarta: Rineka Cipta. (hal. 62) 124

Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. ketertiban umum, mengakibatkan penerapannya dalam konkrit sering menimbulkan permasalahan. 5 Dalam Pengertian Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara individu-individu dalam masyarakat. Dalam tradisi hukum di daratan Eropa (civil law) dikenal pembagian hukum menjadi dua yakni hukum publik dan hukum privat atau hukum perdata. Dalam sistem Anglo Sakson (common law) tidak dikenal pembagian semacam ini. 6 Ketentuan mengenai hukum perdata ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) atau lebih dikenal dengan BW (Burgelijke Wetboek). Sistematika Hukum Perdata menurut BW terdiri atas 4 buku: BUKU I : Tentang Orang (van personen), yaitu memuat hukum tentang diri seseorang dan hukum keluarga. BUKU II : Tentang Benda (van zaken), yaitu memuat hukum kebendaan serta hukum waris. BUKU III : Tentang perikatan (van verbintenissen), yaitu memuat hukum kekayaan yang mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berlaku terhadap orang-orang atau pihak-pihak tertentu. BUKU IV: Tentang pembuktian dan daluarsa (van bewijs en verjaring), yaitu memuat ketentuan alat-alat bukti dan akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan hukum. Hukum perdata merupakan hukum yang meliputi semua hukum Privat materil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. 7 HPI adalah Keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hukum dan peristiwa-peristiwa antara warga (warga) negara pada satu waktu tertentu memperlihatkan titik-titik pertalian dengan stelsel-stesel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan- kuasa-tempat, (-pribadi), dan -soalsoal. 8 1. Konsep Ketertiban Umum (Public Order). Pemikiran tentang ketertiban umum (public order) dalam HPI pada dasarnya bertitik tolak dari anggapan dasar bahwa sebuah pengadilan adalah bagian dari struktur kenegaraan yang berdaulat dan karena itu pengadilan berwenang untuk memberlakukan hukumnya sendiri dalam perkara-perkara 5 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4e3e380e0157a/apa-definisi-ketertibanumum (download: 8April2013, 06:00PM) 6 http://yanhasiholan.wordpress.com /2012/05/08/ hukum-perdata-di-indonesia/ (download: 8April2013, 07:00PM) 7 http://wonkdermayu.wordpress.com/ kuliah-hukum /hukum -perdata/ (download: 8April2013, 07:10PM) 8 Gautama, Sudargo, 2008. Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid I, Buku ke- 1, Bandung: Penerbit Alumni. (hal.81) 125

Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus yang diajukan kepadanya. Masalahnya, apakah dalam perkara-perkara yang mengandung unsur asing, sejalan dengan kaidah di dalam sistem HPI-nya, pengadilan ini harus selalu memberlakukan hukum asing yang seharusnya menjadi lex causae di dalam wilayah yurisdiksinya? Jawabannya adalah tidak selalu harus demikian, akan berhadapan dengan hal-hal yang dapat menjadi dasar untuk mengesampingkan pemberlakuan hukum asing di wilayah lex fori. Salah satu alasan untuk itu adalah ketertiban umum. Prinsip yang digunakan untuk menetapkan hal itu adalah yang masih menjadi persoalan dalam penegakan prinsip di atas adalah sejauh mana orang dapat menggunakan dasar demi ketertiban umum itu untuk mengesampingkan kaidah-kaidah hukum asing yang seharusnya berlaku, atau apa ukuran-ukuran yang dapat digunakan sebagai landasan pemberlakuan asas ketertiban umum ini. 9 Mengenai apa yang merupakan ketertiban umum sangat sukar dikemukakan suatu perumusan; Eropa Kontinental, konsep ketertiban umum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa: Semua kaidah hukum setempat yang dibuat untuk melindungi kesejahteraan umum (public welfare) harus didahulukan dari ketentuan-ketentuan hukum asing yang isinya dianggap bertentangan dengan kaidah hukum tersebut. Kollewijn, yang menjadikan soal ketertiban umum ini pokok dissertasinya, berpendapat bahwa kita dapat secara a priori menentukan apakah yang termasuk ketertiban umum itu. Ahli-ahli dan teori tidak dapat menemukan kriteriumnya; hanya sang hakim saja yang dalam kasus dan perkara yang tertentu dapat menentukan apa yang bertentangan dengan kepentingan umum atau ketertiban hukum. Hal disebabkan karena faktor-faktor waktu dan tempat, filsafah kenegaraan yang dianut oleh masyarakat hukum yang bersangkutan, sistem perekonomian dan pola kebudayaan dan politiknya, semuanya mempengaruhi pendapat mengenai ketertiban umum. Sebab itu apa yang merupakan ketertiban umum dalam masa penjajahan, berbeda dengan ketertiban umum dalam alam kemerdekaan; dan pengertian ketertiban semasa Orde Lama berbeda pula dengan pengertiannya dalam masa Orde Pembangunan sekarang ini. Kagel, mit dem Ausdruck order public (English public policy ) bezeichnet man den unantastbaren Teil der eigenen Rechtsordnung. 10 Kegel, berpendapat bahwa konsep ketertiban umum pada dasarnya berkenaan dengan bagian yang tidak dapat disentuh dari sistem hukum setempat. Karena itu, hukum asing (yang seharusnya berlaku) dapat 9 Hardjowahono Bayu, 2006, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional Buku Kesatu, (hal. 122). 10 Hartono, Sunaryati, 1995, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Cet. 4, (hal. 117-118). 126

Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. dikesampingkan jika dianggap bertentangan dengan the untouchable part dari lex fori itu. 11 Wolff, dapat dianggap sebagai ahli yang berpendapat bahwa soal ordre public merupakan suatu pengecualian terhadap berlakunya hukum asing (exception to the application of foreign law). Ehrenzweig mengatakan, We have analyzed public policy as supporting the basic rule of the forum against overgeneralized rules of choice. Menurut Ehrenzweig masalah overgeneralization of the choice of rule terutama terjadi dalam sistim hukum Eropa Kontinental, yang berdasarkan hukum tertulis. Di Inggris dan Amerika (negara-negara Common Law) overgeneralization ini tidak begitu mudah terjadi, oleh karena dalam sistimsistim hukum ini hakim dan yurisprudensi memegang peranan yang lebih penting daripada (kitab) undang-undang. Yang menyebabkan soal-soal yang dianggap sebagai public policy dijadikan matters of procedure, sehingga diatur oleh lex fori. Memang metode yang dipergunakan oleh pelaksana dan pembentuk hukum dalam sistim Common Law sejak semula merupakan metode yang induktif dan pragmatis. Karena segala kasus-kasus dan soal yang berhubungan dengan peristiwa hukum yang bersangkutan selalu diperhatikan secara konkrit dan khusus. 12 Secara tradisional, doktrin-doktrin HPI membedakan dua fungsi lembaga Ketertiban Umum, yaitu: a. Fungsi Positif Yaitu menjamin agar aturan-aturan tertentu dari lex fori tetap diberlakukan (tidak dikesampingkan) sebagai akibat dari pemberlakuan hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI atau melalui proses pendekatan HPI, terlepas dari persoalan hukum mana yang seharusnya berlaku, atau apa pun isi kaidah/aturan lex fori yang bersangkutan. b. Fungsi Negatif Yaitu untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah-kaidah hukum asing jika pemberlakuan itu akan menyebabkan pelanggaran terhadap konsepkonsep dasar lex fori. 2. Hubungan Antara Ketertiban Umum Dan Hak-Hak Yang Telah Diperoleh. Persoalan hak-hak yang telah diperoleh mempunyai hubungan erat dengan masalah ketertiban umum. Menurut pandangan berbagai sarjana hukum, tujuan daripada hak-hak yang diperoleh ini justru adalah sebaliknya daripada tujuan ketertiban umum dalam HPI. Telah kita saksikan bahwa ketertiban umum internasional merupakan dasar kuat untuk melakukan 11 Hardjowahono Bayu, 2006, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional Buku Kesatu, (hal. 123). 12 Hartono, Sunaryati, 1995, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Cet. 4, (hal. 118) 127

Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus hukum perdata nasional sang hakim, padahal menurut kaidah-kaidah HPI sang hakim sendiri, kaidah-kaidah hukum perdata asing yang harus dipergunakan. 13 a. Asas ketertiban umum. Hukum asing yang seharusnya berlaku tidak diberlakukan. Hukum yang asing dikesampingkan, demi kedilan rakyat lex fori. Penggunaan yang terlalu sering akan menyebabkan pergaulan internasional menjadi terhambat (karena pengagung-agungan hukum sendiri). Asas ketertiban umum menyangkut banyak hal; tidak hanya menyangkut soal milik dan status. Asas ketertiban umum bertitik tolak pada faham, bahwa kepentingan nasional harus didahulukan, berdasarkan kedaulatan Negara. Diadakan demi kepastian hukum dalam masyarakat sendiri. Ketertiban umum sama sekali menyampingkan kwalifikasi. Orang lebih condong perlakukan asas ketertiban umum, jika soalnya menyangkut kepentingan sendiri. Ketertiban umum sering merupakan penyampingan dari hak-hak yang diperoleh. b. Azas Hak-Hak Yang Diperoleh Hukum sendiri yang seharusnya berlaku dikesampingkan karena adanya hak-hak yang diperoleh, berdasarkan sistem hukum asing. Hukum sendiri dikesampingkan, demi rasa keadilan pada pihak yang bersangkutan. Penggunaan secara resiproritas akan melancarkan pergaulan internasional tetapi penggunaan tanpa batas akan melemahkan kekuatan hukum nasional. Asas hak-hak yang diperoleh menyangkut soal milik dan status, yang me nyebabkan serangkaian hak, seperti kewarga negaraan, perkawinan, kedudukan sebagai anak yang sah, dan sebagainya. Mengakui, bahwa kita tidak dapat menutup mata terhadap kepenti ngan dunia internasional (orang asing); tidak hanya demi keadilan, tetapi juga kepentingan nasional kita sendiri (supaya tidak di pencilkan oleh dunia internasional). Di akui demi kepastian hukum, baik bagi pihak yang bersangkutan, maupun bagi masyarakat dunia internasional. Hak-hak yang diperoleh justru memperhatikan perbedaan kualifikasi dalam sistem hukum yang berbeda. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai soal kwalifikasi dan interprestasi belaka (Ehrenzweig). Orang lebih condong mempertahankannya, apabila soalnya menyangkut kepentingan sendiri. Hak-hak yang diperoleh dapat di terobos oleh azas ketertiban umum. 14 13 Gautama, Sudargo, 1998, Hukum Perdata Internasional Indonesia, buku kelima, jilid kedua (bagian keempat), (hal. 267-268). 14 Hartono, Sunaryati, 1995, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Cet. 4, (hal. 120-121). 128

Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. E. PENUTUP Dalam pasal 23 A.B. ketertiban umum dipakai sebagai batas seseorang boleh mengadakan pilihan hukum. Sebab pasal itu mengatakan Door geene handelingen of overeenkomstern kan aan de wetten, die op de publieke orde of de goede zeden betrekking hebben, hare kracht ontonomen worden. Seringkali pula ketertiban umum dipakai dalam arti ketertiban dan kesejahteraan atau keamanan. Kadang-kadang ketertiban umum juga dipakai dalam arti ketertiban umum. Jika perkara yang bersangkutan menyangkut pengertian keadilan, maka lex feri juga akan mempergunakan konsepsinya sendiri mengenai keadilan itu dsn bukan konsepsi yang berdasarkan suatu hukum asing yang bersangkutan. Inipun merupakan suatu akibat dari ketertiban umum pula. Ketertban umum yang menyangkut Hukum Pidana berarti, bahwa Hukum Pidana asing tidak pernah dianggap berlaku oleh lex fori. Demikian pula Hukum Pajak asing tak dianggap berlaku. 15 Dari apa yang telah dikemukakan tentang hubungan antar ketertiban umum dan hak-hak yang telah diperoleh: Azas hak-hak yang diperoleh dan azas ketertiban umum merupakan dua segi dari soal yang sama; yaitu penggunaan hukum asing. Demi kelancaran pergaulan internasional, hukum asing diakui sejauh mungkin, asal saja tidak melanggar kepentingan hukum nasional. Antara azas hak-hak yang diperoleh dan azas ketertiban umum terjadi pengaruh timbal-balik (Wisselwerking). Ketertiban umum merupakan pengecualian dari kaedah hukum asing yang seharusnya berlaku berdasarkan kaedah Hukum Perdata Internasional. Dengan demikian azas ketertiban umum merupakan pengecualian pula dari azas pilihan hukum (choice of law, khususnya choice of rule). Hak-hak yang diperoleh sebenarnya merupakan pengakuan terhadap berlakunya suatu kaedah hukum asing (choice of law), karena terjadinya suatu peristiwa hukum (peristiwa yang mempunyai akibat hukum) atau hubungan hukum (rechtsverhouding) yang perlu diakui oleh lex fori untuk dapat menyelesaikan kasus (perkara) yang bersangkutan secara seadiladilnya; dan agar kepastian hukum dalam masyarakat internasional jangan sampai menjadi kacau. Dengan lain perkataan, hak-hak yang diperoleh di luar negeri itu (atau berlakunya kaedah hukum asing itu), perlu diakui oleh lex fori, supaya terbentuk suatu pergaulan yang lancar antara anggota masyarakat sedunia. Dengan makin kecilnya dunia ini, dan semakin terasanya interdependensi antar manusia sedunia sebagai akibat bertambah majunya teknik dan teknologi (alat-alat komunikasi), maka kebutuhan akan pengakuan hak-hak yang diperoleh di luar negeri menjadi bertambah urgent pula. Suatu dan lain dengan syarat bahwa azas ini hanya berlaku selama tidak melanggar ketertiban umum, jadi tidak melanggar kepentingan masyarakat lex fori. 15 Hartono, Sunaryati, 1995, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Cet. 4, (hal. 119) 129

Onibala I: Ketertiban Umum Dalam. Vol.I/No.2/April-Juni /2013 Edisi Khusus Berarti bahwa faham Perancis mengenai ketertiban umum dan hak-hak yang diperoleh sudah patut kita tinggalkan. Dari kedua azas tersebut dapat kita lihat interdependensi antara kepentingan berbagai masyarakat/nasional dan kaedah-kaedah hukum masyarakat yang bersangkutan. Interdependensi ini membawa keharusan akan pengakuan azas timbal-balik (reciprocity). Hukum (i.c the law of reciprocity) yang diperlukan untuk melindungi atau menciptakan suatu kepentingan masyarakat, atau lebih. Inilah yang merupakan pendekatan fungsionil daripada hukum. Bahwa pendekatan fungsionil ini tidak dapat dicapai secara deduktif dan teoritis a priori, melainkan dari hasil penyelidikan yang induktif, kiranya sudah jelas. DAFTAR PUSTAKA Hardjowahono, Bayu. 2006. Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional Buku Kesatu, Edisi ke-4, Bandung: Citra Aditya. Hartono, Sunaryati, 1995. Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Cetakan ke-4, Bandung: Anggota IKAPI, Penerbit Binacipta. Gautama, Sudargo, 1998. Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku Kelima, Jilid Kedua (bagian Keempat), Bandung: Penerbit Alumni. Gautama, Sudargo, 1992. Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid I, Buku Kesatu 1, Bandung: Penerbit Alumni. Gautama, Sudargo, 2008. Hukum Perdata Internasional Indonesia, Buku Kesatu, Jilid I, Bandung: Penerbit Alumni. M.Kusumaatmadja, E.Agoes, 2003. Pengantar Hukum Internasional, Cetakan ke-1, Bandung: Penerbit Alumni. A.Hamzah, 2007. KUHP&KUHAP. Edisi Revisi 2008, Cet. k-15, Jakarta: Rineka Cipta. MAKALAH, Cindy Poluan. 2012. Hukum Pajak Tentang Penerapan Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Jasa Konstruksi. Manado. 130