Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi

dokumen-dokumen yang mirip
Gaya. Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam.

2 Mekanika Rekayasa 1

MODUL 1 STATIKA I PENGERTIAN DASAR STATIKA. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

Pertemuan I,II I. Struktur Statis Tertentu dan Struktur Statis Tak Tentu

Mata Kuliah: Statika Struktur Satuan Acara Pengajaran:

TUGAS MAHASISWA TENTANG

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Kuliah kedua STATIKA. Ilmu Gaya : Pengenalan Ilmu Gaya Konsep dasar analisa gaya secara analitis dan grafis Kesimbangan Gaya Superposisi gaya

1.1. Mekanika benda tegar : Statika : mempelajari benda dalam keadaan diam. Dinamika : mempelajari benda dalam keadaan bergerak.

MODUL ILMU STATIKA DAN TEGANGAN (MEKANIKA TEKNIK)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Ilmu Gaya : 1.Kesimbangan gaya 2.Superposisi gaya / resultante gaya

Jenis Jenis Beban. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

MEKANIKA REKAYASA III

BAB II PELENGKUNG TIGA SENDI

Mekanika Rekayasa/Teknik I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I STRUKTUR STATIS TAK TENTU

STATIKA. Dan lain-lain. Ilmu pengetahuan terapan yang berhubungan dengan GAYA dan GERAK

Struktur Statis Tertentu : Rangka Batang

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika gaya gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya ekvivalen dengan nol.

MODUL PERKULIAHAN. Gaya Dalam Struktur Statis Tertentu Pada Portal Sederhana

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

Golongan struktur Balok ( beam Kerangka kaku ( rigid frame Rangka batang ( truss

ANALISA STATIS TERTENTU WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

BESARAN VEKTOR B A B B A B

PRINSIP DASAR MEKANIKA STRUKTUR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

STRUKTUR STATIS TAK TENTU

M E K A N I K A R E K A Y A S A I KODE MK : SEMESTER : I / 3 SKS

HUKUM NEWTON B A B B A B

Kuliah keempat. Ilmu Gaya. Reaksi Perletakan pada balok di atas dua tumpuan

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Struktur Rangka Batang Statis Tertentu

Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

14/12/2012. Metoda penyelesaian :

FISIKA XI SMA 3

BAB IV KONSTRUKSI RANGKA BATANG. Konstruksi rangka batang adalah suatu konstruksi yg tersusun atas batangbatang

BAB 2 GAYA 2.1 Sifat-sifat Gaya

KULIAH MEKANIKA TEKNIK GAYA DAN BEBAN

MEKANIKA TEKNIK 02. Oleh: Faqih Ma arif, M.Eng

STRUKTUR STATIS TERTENTU PORTAL DAN PELENGKUNG

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

BAB III PENGURAIAN GAYA

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

TM. V : Metode RITTER. TKS 4008 Analisis Struktur I

II. KAJIAN PUSTAKA. gaya-gaya yang bekerja secara transversal terhadap sumbunya. Apabila

Persamaan Tiga Momen

KONSTRUKSI BALOK DENGAN BEBAN TERPUSAT DAN MERATA

Pertemuan VI,VII III. Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method)

MEKANIKA REKAYASA. Bagian 1. Pendahuluan

5- Persamaan Tiga Momen

VEKTOR A. Vektor Vektor B. Penjumlahan Vektor R = A + B

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

HUKUM - HUKUM NEWTON TENTANG GERAK.

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

DINAMIKA. Rudi Susanto, M.Si

Gambar solusi 28

Hukum Newton dan Penerapannya 1

Metode Kekakuan Langsung (Direct Stiffness Method)

BALOK SEDERHANA BALOK SEDERHANA DAN BALOK SENDI BANYAK

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Modul 4 PRINSIP DASAR

METODA CONSISTENT DEFORMATION

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

Metode Defleksi Kemiringan (The Slope Deflection Method)

GAYA GESER, MOMEN LENTUR, DAN TEGANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB I PENDAHULUAN. Konsep dasar definisi berikut merupakan dasar untuk mempelajari mekanika,

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

II. GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

Struktur Rangka Batang (Truss)

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

PUNTIRAN. A. pengertian

PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

MEKANIKA TEKNIK. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir. Disusun Oleh: Andri Firardi Utama L0G

Ditinjau sebuah batang AB yang berada bebas dalam bidang x-y:

Rencana Pelaksanaan Pemelajaran (RPP) KURIKULUM /2017

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

Statika. Pusat Massa Dan Titik Berat

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

PORTAL DAN PELENGKUNG TIGA SENDI

STRUKTUR STATIS TERTENTU

Bab 6 Defleksi Elastik Balok

RINGKASAN BAB 2 GAYA, MASSA, DAN BERAT BENDA

BESARAN VEKTOR. Gb. 1.1 Vektor dan vektor

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

Transkripsi:

Pertemuan I, II I. Gaya dan Konstruksi I.1 Pendahuluan Gaya adalah suatu sebab yang mengubah sesuatu benda dari keadaan diam menjadi bergerak atau dari keadaan bergerak menjadi diam. Dalam mekanika teknik, gaya dapat diartikan sebagai muatan yang bekerja pada struktur. Ketika kita melihat sebuah pesawat terbang melayang di udara, maka dapat dipahami adanya pengaruh gaya-gaya yang mengangkat dan mendorong pesawat tersebut. Lain halnya apabila ada sebuah benda tergantung pada sebuah kawat dan tetap diam tidak bergerak, maka sukar dipahami adanya pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada benda tersebut, kecuali apabila kawat tersebut putus. Apabila kawat tempat benda bergantung itu putus, maka segera dapat dipahami pengaruh gaya-gaya di dalam sistem itu, yaitu pengaruh gaya berat pada benda yang mengakibatkan benda jatuh jika kawat putus dan pengaruh suatu gaya yang menyebabkan kawat tegang selama benda bergantung pada kawat tersebut. Gaya yang digambarkan tersebut di atas disebut Gaya Tersembunyi, yaitu gaya yang tersembunyi di dalam konstruksi. Gaya-gaya semacam inilah yang akan kita bahas lebih lanjut dalam bidang ilmu gaya Mekanika Teknik. I.2 Sifat Gaya Gaya merupakan salah satu besaran vektor yang dapat ditentukan besaran/nilai dan arahnya. Pada suatu struktur bekerja gaya atau muatan dengan sifat-sifatnya sebagai berikut: 1. Mempunyai besaran. 2. Mempunyai arah. 3. Mempunyai titik tangkap. I 1

Jika pada sebuah benda bekerja gaya yang dapat mengimbangi berat sendiri bendanya, maka benda akan berubah keadaan. Selanjutnya kita amati sebuah benda yang jatuh ke bawah, disebabkan karena ada gaya yang menarik ke bawah. Gaya itu adalah berat sendiri dari benda tersebut akibat pengaruh gravitasi. Gaya berat tersebut mempunyai arah ke bawah dan bekerja melalui titik berat benda. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah gaya mempunyai besaran atau nilai, arah, dan titik tangkap. Untuk menggambarkan gaya, lazim digunakan anak panah. Besarnya suatu gaya dapat digambarkan berupa panjang anak panah, makin panjang anak panah, makin besar pula gayanya. Gaya dinyatakan dalam satuan berat yaitu Newton. Arahnya ditunjukkan dengan arah mata panah. Titik tangkap sebuah gaya ditunjukkan oleh sebuah garis melalui sumbu batang panah. Sebagai contoh sebuah gaya P = 50 kn bekerja tegak lurus ke bawah, dan titik tangkap melalui sumbu batang panah, diperlihatkan pada Gambar 1.1. P = 50 kn 5 cm Skala 1 cm = 10 kn Gambar 1.1 Sifat Gaya I.2.1 Komposisi Gaya Pada suatu struktur mungkin bekerja lebih dari satu gaya dan susunannya juga bermacam-macam, berbagai kemungkinan komposisi gaya antara lain : 1. Gaya-gaya kolinear, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya terletak pada satu garis lurus. 2. Gaya-gaya konkuren, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya berpotongan melalui suatu titik. I 2

3. Gaya-gaya nonkonkuren, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya berpotongan dengan yang lain tidak pada satu titik. 4. Gaya-gaya sejajar, adalah gaya-gaya yang garis kerjanya sejajar satu sama lain. P 1 P 1 P 2 P 3 P 2 Gaya kolinear P 3 Gaya konkuren P 1 P 2 P 3 P 1 P 2 P 3 Gaya non konkuren Gaya sejajar Gambar 1.2 Komposisi Gaya I.2.2 Kesetimbangan Gaya dan Resultan Gaya Bila ada sejumlah gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka kesetimbangan gaya-gayanya ditentukan dengan rusultan gaya. Untuk menghitung berbagai gaya ini digunakan salib-sumbu ortogonal XY, dan semua gaya dilukiskan di dalam bidang ini agar dapat dihitung secara aljabar, disamping itu juga dapat digunakan cara grafis. Untuk penyelesaian secara aljabar ditetapkan tanda sebagai lazimnya digunakan di dalam salib-sumbu, yaitu : Gaya Positif, suatu proyeksi gaya pada suatu sumbu akan positif, bila arah gaya tersebut ke kanan, atau ke atas. Gaya negatif, suatu proyeksi gaya pada suatu sumbu akan negatif, bila arah gaya tersebut ke kiri, atau ke bawah. Dua gaya dikatakan setimbang, jika besarnya sama, arahnya berlawanan dan segaris kerja, diperlihatkan pada Gambar 1.3. Untuk tiga gaya dikatakan setimbang, apabila gaya yang satu dengan resultan dua gaya lainnya I 3

mempunyai besaran yang sama, segaris kerja dan arahnya berlawanan, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.4. P 1 P 2 Gambar 1.3 Kesetimbangan Dua Gaya P 1 R P 2 P 3 Gambar 1.4 Kesetimbangan Tiga Gaya Gaya-gaya yang mempunyai titik tangkap yang sama, resultan dari gaya-gaya tersebut dapat ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya ke dalam sumbu x dan y. y y 1 P 1 P 4 y 2 y 4 P 2 x x 3 x 4 0 x 1 x 2 x y 3 P 3 y Gambar 1.5 Menguraikan Gaya I 4

Tabel 1.1 Uraian gaya P Px Py P 1 Px 1 = P 1 cos α Py 1 = P 1 sin α P 2 Px 2 = P 2 cos α Py 2 = P 2 sin α P 3 Px 3 = P 3 cos α Py 3 = - P 3 sin α P 4 -Px 3 = P 4 cos α Py 4 = P 4 sin α Px Py α adalah sudut antara gaya dengan sumbu x Besarnya resultan gaya adalah : ( Px) ( ) 2 R = 2 + Py Py Dengan arah : tgα = dan menangkap pada titik 0. Px I.3 Perletakan Suatu struktur direncanakan untuk suatu keperluan tertentu. Tugas utama suatu struktur adalah mengumpulkan gaya akibat muatan yang bekerja padanya dan meneruskannya ke bumi. Untuk melaksanakan tugasnya dengan baik, struktur harus berdiri dengan kokoh. Untuk mendapatkan struktur yang kokoh harus dipertimbangkan stabilitas struktur. Suatu struktur akan stabil nila struktur diletakkan di atas pondasi yang baik. Pondasi ini akan melawan gaya aksi yang diakibatkan oleh muatan yang diteruskan oleh struktur kepada pondasi. Gaya lawan yang timbul pada pondasi disebut reaksi. Dalam hal ini pondasi yang dimaksud digambarkan sebagai perletakan. Untuk menjamin stabilitas suatu struktur harus dipenuhi syarat aksi sama dengan reaksi. Reaksi sebagai gaya yang bekerja pada pondasi dapat berupa gaya atau momen, ataupun kombinasi gaya dan momen. Oleh karena itu perlu diciptakan perletakan yang dapat menahan gaya vertikal, gaya horisontal, dan momen. I 5

Adapun jenis-jenis perletakan yang umum digunakan didalam mekanika ada empat, yaitu : 1. Perletakan Rol (geser), mempunyai titik tangkap reaksi melalui pusat porosnya. Apabila porosnya licin sempurna maka poros ini hanya dapat meneruskan gaya yang tegak lurus bidang singgung dimana poros ini diletakkan. Jadi suatu perletakan rol akan menyumbangkan satu gaya reaksi yang tegak lurus bidang dimana poros itu diletakkan, dan garis kerja gaya reaksi akan melalui pusat porosnya, akan tetapi besarnya reaksi masih belum diketahui. Jika ada gaya yang bekerja pada struktur, maka akan hanya ada satu reaksi vertikal yang dapat disumbangkan oleh perletakkan ini. Perletakan rol digambarkan sebagai, bentuknya dapat dilihat pada Gambar 1.6. Gambar 1.6 Perletakan Rol (geser) 2. Perletakan sendi, garis kerja reaksinya melalui pusat poros dan titik sentuh bidang singgung, adapun besar dan arah reaksi tidak diketahui, tergantung pada gaya yang mempengaruhinya. Kedua elemen reaksi dapat digambarkan melalui komponen V dan H, sebagai notasi dari reaksi vertikal dan horisontal di perletakan. Perletakan sendi digambarkan dengan tanda, bentuk lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.7. I 6

Gambar 1.7 Perletakan Sendi 3. Perletakan jepit, mampu menahan gaya-gaya dan momen bahkan dapat menahan torsi. Dengan demikian dapat memberikan reaksi mendatar, tegak, momen, dan torsi, tetapi besarnya tidak diketahui, hanya diketahui titik tangkap reaksi saja, yaitu diperletakan jepitnya. Perletakan jepit digambar dengan, bentuknya dinyatakan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.8. Gambar 1.8 Perletakan Jepit 4. Perletakan pendel, mempunyai sifat sama dengan perletakan rol (geser), yaitu suatu perletakan yang titik tangkap dan garis kerjanya diketahui. I 7

Perletakan ini dapat meneruskan gaya melalui sumbu tiang yang bekerja melalui pusat kedua poros pada kedua ujungnya, hanya dapat memberikan satu reaksi yang menangkap pada titik tertentu, dan mempunyai satu arah tertentu pula, bentuknya dapat diperlihatkan pada Gambar 1.9. Gambar 1.9 Perletakan Pendel 1.4 Jenis-Jenis Konstruksi Konstruksi merupakan suatu elemen bangunan (free body) yang menahan keseimbangan antara muatan (aksi) dan reaksi, dimana gaya-gaya muatan bekerja di luar konstruksi yang disebut sebagai gaya luar (muatan dan reaksi), sehingganya timbul gaya yang merambat dari muatan kepada reaksi perletakan yang disebut sebagai gaya dalam (gaya normal, gaya lintang/geser, dan gaya momen). Sebagian besar konstruksi/struktur dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga golongan, yaitu balok, portal, dan rangka batang. Balok memikul beban tegak saja, persoalan balok akan dapat diselesaikan secara lengkap apabila diagram gaya geser dan momennya telah diperoleh. Portal tersusun dari batang-batang yang dihubungkan dengan sambungan kaku, suatu portal akan teranalisa secara lengkap apabila telah diperoleh variasi gaya geser, gaya aksial momennya di seluruh bagian anggotanya. Rangka batang dipandang sebagai bagian-bagian yang dihubungkan dengan sendi, I 8

sehingga gaya geser dan momen pada seluruh batangnya terhapus, suatu rangka batang teranalisa secara lengkap apabila gaya aksial disetiap batangnya telah diperoleh. Diagram gaya geser dan momen suatu elemen struktur akan dapat digambarkan apabila semua reaksi luarnya telah diperoleh. Dalam keseimbangan system gaya-gaya sejajar yang sebidang, telah dibuktikan bahwa jumlah gaya-gaya yang tidak diketahui pada sembarang elemen bangunan yang dapat dhitung dengan menggunakan prinsip statika tidak bisa lebih dari dua buah, disebut juga sebagai struktur statis tertentu. Suatu elemen struktur akan bersifat statis tertentu jika reaksi-reaksi hanya tiga, karena statika hanya menyediakan tiga kondisi keseimbangan, yaitu keseimbangan gaya-gaya vertikal, keseimbangan gaya-gaya horisontal, dan keseimbangan momen, yang dapat ditunjukkan dengan persamaan V = 0, H = 0, dan M = 0. Dalam kasus-kasus balok sederhana (simple beam), balok gantung (overhanging beam), dan balok kantilever (cantilever, balok terjepit sebelah) bersifat statis tertentu, karena reaksi luarnya hanya tiga, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.10. Balok Sederhana Balok Kantilever Balok Gantung Gambar 1.10 Balok-Balok Statis Tertentu I 9

Suatu portal bertingkat satu (single story) akan bersifat statis tertentu jika reaksi-reaksi luarnya hanya tiga, dan sesuai dengan jumlah persamaan keseimbangan yang tersedia untuk sistem gaya sebidang umumnya, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1.11. Gambar 1.11 Struktur Portal Statis Tertentu Kondisi perlu agar suatu rangka batang bersifat statis tertentu adalah bahwa jumlah gaya yang tak diketahui sekurang-kurangnya ada tiga dan jumlah batang di dalam rangka batang tersebut adalah 2j r, dimana j sama dengan jumlah titik hubungnya dan r sama dengan jumlah reaksinya. Bentuk rangaka batang statis tertentu dapat dilihat pada Gambar 1.12. Gambar 1.12 Konstruksi Rangka Batang Statis Tertentu I 10

1.5 Contoh-Contoh Soal dan Pembahasan Soal 1. Tentukan resultan dari komposisi gaya-gaya dan arahnya pada gambar di bawah ini. y P 1 = 6 kn P 3 = 5 kn x 30 o 60 o 45 o x P 2 = 8 kn Penyelesaian : Gambar 1.13 Contoh Soal 1. Menguraikan Gaya Tabel 1.2 Uraian gaya contoh soal 1 P (kn) Px (kn) Py (kn) P 1 = 6 Px 1 = 6 cos 60 Py 1 = 6 sin 60 P 2 = 8 Px 2 = 8 cos 45 Py 2 = -8 sin 45 P 3 = 5 Px 3 = -5 cos 30 Py 3 = 5 sin 30 y Px = 4,33 Py = 2,04 Besarnya resultan gaya adalah : R = 2 2 ( 4,33) + ( 2,04) = 4, 79 kn Dengan arah : 2,04 tgα = 4,33 α = 25 o 2'3" ke kanan atas, dan menangkap pada titik 0. I 11

Soal 2. Tentukan resultan dari komposisi gaya-gaya dan arahnya pada gambar di bawah ini. y P 1 = 60 kn P 5 = 30 kn 45 o 30 o P 4 = 50 kn P 2 = 110 kn P 3 = 80 kn Penyelesaian : Gambar 1.14 Contoh Soal 2. Menguraikan Gaya Tabel 1.3 Uraian gaya contoh soal 2 P (kn) Px (kn) Py (kn) P 1 = 60 Px 1 = 60 cos 45 Py 1 = 60 sin 45 P 2 = 110 Px 2 = 110 cos 0 Py 2 = 110 sin 0 P 3 = 80 Px 3 = 80 cos 30 Py 3 = -80 sin 30 P 4 = 50 Px 4 = 50 cos 90 Py 4 = -50 sin 90 P 5 = 30 Px 5 = -30 cos 0 Py 5 = 30 sin 0 Px = 191,71 Py = -47,57 Besarnya resultan gaya adalah : R = 2 2 ( 191,71) + ( 47,57) = 197, 52 kn Dengan arah : 47,57 tgα = 191,71 α = 13 o 9'4" Ke kanan bawah, dan menangkap pada titik 0. I 12