Dari Inovasi hingga Praktik Teladan

dokumen-dokumen yang mirip
Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

JAVA RECONSTRUCTION FUND LAPORAN PERKEMBANGAN Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana

Terus Membangun dari Kesuksesan: Secara Efektif Menanggapi Beragam Bencana. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

Latar Belakang. Dalam rentang waktu antara 2004 dan 2010, beberapa bencana alam yang cukup parah melanda Indonesia:

Catatan untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

I. Permasalahan yang Dihadapi

Catatan Untuk Pengetahuan MDF - JRF Pelajaran dari Rekonstruksi Pasca Bencana di Indonesia

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kerusakan dan Kerugian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN 1. LATAR BELAKANG PROYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB

BAB III LANDASAN TEORI

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PENDANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

Kemitraan untuk Mencapai Keberlanjutan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

Bab 1 Operasi MDF Lima Tahun setelah Tsunami: Menggapai Hasil dan Menghadapi Tantangan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LAPORAN PERKEMBANGAN 2010 MENINGKATKAN KETANGGUHAN MASYARAKAT DEMI TERWUJUDNYA MASA DEPAN YANG MANDIRI. Public Disclosure Authorized

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

Dari Pemulihan Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

SIARAN PERS 1/6. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan

KERANGKA ACUAN. Front Line Responder Training PENDIDIKAN DALAM SITUASI DARURAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

Transkripsi:

Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Tanggapan & Kesiapsiagaan Terhadap Bencana: Dari Inovasi hingga Praktik Teladan 1

Tanggapan & Kesiapsiagaan Terhadap Bencana: Dari Inovasi sampai Praktik Teladan Foto Sampul: Para pembangun perempuan menunjukkan sebuah maket perumahan mereka dari lokasi desa baru mereka di Batur, Yogyakarta. Para penduduk desa ini telah direlokasi jauh dari zona merah Gunung Merapi. Rosaleen Cunningham untuk Sekretariat JRF Laporan ini disusun oleh Sekretariat JRF (Java Reconstruction Fund) dengan kontribusi dari Bank Dunia sebaga Badan Mitra serta tim proyek. Sekretariat JRF dipimpin oleh JRF Manager, Shamima Khan, dengan anggota tim: David Lawrence, Anita Kendrick, Inayat Bhagawati, Lina Lo, Puni Ayu Indrayanto, Shaun Parker, dan Heri Wahyudi Tim ini didukung oleh Amenah Smith, Inge Susilo, dan Olga Lambey. Penulis Kontributor: Rosaleen Cunningham Fotografer: Fauzan Ijazah Penyunting Bahasa: Ivan Lanin Penerjemah: Hindra Cahyadi Rancangan & Tata Letak: Studio Rancang Imaji Percetakan: PT Mardi Mulyo

daftar isi Daftar Isi Mengenai JRF Sambutan Ketua Bersama JRF Perjalanan JRF Ringkasan Eksekutif Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Portofolio JRF: Mencapai Hasil yang Signifikan Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat Pemulihan Mata Pencaharian Pembiayaan JRF: Pengelolaan Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas Penutupan JRF Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Jawa: Wilayah Rawan Bencana Struktur dan Tata Kelola JRF Peningkatan Kemitraan dan Transparansi melalui Komunikasi Model yang Strategis dan Efektif untuk Rekonstruksi Pascabencana Peristiwa Penting dalam Operasi JRF Kisah JRF 1: Perempuan Bertekad: Kekuatan Semangat Kisah JRF 2: Relokasi Bantul: Menuju Tempat yang Lebih Aman 2 4 6 8 10 11 12 12 13 14 15 16 17 19 20 22 24 26 28 Bab 2 - Portofolio JRF: Beradaptasi dengan Perubahan Kebutuhan, Mencapai Hasil Menyesuaikan Tanggapan JRF dengan Kebutuhan Rekonstruksi Hasil Portofolio: Mencapai Hasil yang Permanen Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat Pemulihan Mata Pencaharian Kisah JRF 3: Penguatan Mata Pencaharian: Bukan Sekadar Uang Kisah JRF 4: Lebih dari Pemulihan: JRF Menciptakan Peluang Baru bagi Masyarakat yang Telah Pulih 30 31 32 34 39 44 46 Bab 3 - Pembiayaan JRF: Pengelolaan Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas Alokasi dan Pencairan kepada Proyek Biaya Proyek Pembiayaan JRF Kesimpulan Kisah JRF 5: Masyarakat Merapi: Kehidupan Baru di luar Zona Merah Bab 4 - Penutupan JRF: Pembelajaran yang Didapatkan untuk Hasil Berkesinambungan Kisah JRF 6: Pangandaran Enam Tahun Kemudian: Mempersiapkan Diri Menghadapi yang Terburuk untuk Mencegah yang Terburuk 48 51 54 54 56 58 64 Lampiran Lembar Fakta Lembar Fakta 1: Proyek Perumahan Sementara Lembar Fakta 2: Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) Lembar Fakta 3: Pemulihan Mata Pencaharian di DIY dan Jawa Tengah (Pemulihan Mata Pencaharian JRF GIZ) Lembar Fakta 4: Akses terhadap Pembiayaan dan Pembangunan Kapasitas untuk Usaha Mikro dan Kecil yang Terdampak Gempa (Pemulihan Mata Pencaharian JRF IOM) Daftar Akronim dan Singkatan 66 66 68 72 80 86 92

4 5 Mengenai JRF Mengenai JRF Dibentuk pada tahun 2006, Java Reconstruction Fund (JRF) merupakan kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan para donor dengan mandat untuk mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat menyusul terjadinya gempa dan tsunami. Uni Eropa, pemerintah Belanda, Inggris, Kanada, Denmark, dan Finlandia, serta Asian Development Bank (ADB) memberikan komitmen lebih dari US$90 juta untuk membantu pembangunan kembali daerah terkena gempa dan tsunami di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Komitmen para donor ini diresmikan melalui penandatanganan perjanjian kontribusi bersama Bank Dunia, yang bertindak sebagai Wali Amanat JRF. JRF membina hubungan kerja erat dengan Pemerintah Indonesia di semua tingkatan. Tim Teknis Nasional (TTN) dan Tim Koordinasi Nasional (National Coordinating Team, NCT) Pemerintah membantu memastikan konsolidasi upaya dalam rekonstruksi Jawa dengan berkoordinasi erat dengan JRF. Setelah mandat NCT dan TTN berakhir pada kuartal ketiga 2008, JRF bekerja bersama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam koordinasi rekonstruksi secara keseluruhan. Pemerintah daerah menyediakan pengawasan pelaksanaan proyek dan panduan umum. Lokasi Kegiatan JRF Peta Indonesia Jawa Barat Jawa Tengah DIY Lokasi Kegiatan JRF Keberadaan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) menyediakan model positif dan struktur administratif yang memungkinkan pembentukan cepat JRF. Hal ini mencakup kemampuan untuk dengan cepat mengembangkan, membiayai, dan melaksanakan proyek; mengoordinasikan sumber daya internasional untuk tujuan bersama; menghindari duplikasi kerja; menciptakan sinergi; dan mengurangi biaya transaksi untuk donor maupun penerima manfaat. Pemerintah Indonesia menghargai kelenturan dari pendekatan ini. Pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan dana ini untuk menambah sumber dayanya dan membiayai rekonstruksi dan pembangunan dengan melaksanakan proyek melalui badan pemerintah dan mitra lain.

6 7 Sambutan Ketua Bersama JRF Sambutan Ketua Bersama JRF Dengan gembira kami mempersembahkan laporan terakhir Java Reconstruction Fund (JRF) yang menandai penutupan program rekonstruksi pascabencana yang sangat sukses. Dalam enam tahun terakhir, JRF telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap pemulihan dan rekonstruksi Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. JRF berhasil memberikan dampak yang besar, khususnya dalam membantu masyarakat membangun kembali rumah dan mata pencaharian mereka menyusul terjadinya beragam bencana, yaitu gempa bumi Mei 2006, tsunami Juli 2006 di Jawa Barat, dan letusan Gunung Merapi di tahun 2010. Keberhasilan ini tercapai melalui kepemimpinan Pemerintah Indonesia yang kuat, kemitraan yang luas, dan pengelolaan yang baik atas sumber daya JRF. Koordinasi pemerintah pusat dan tingkat provinsi atas JRF memastikan keselarasan program ini dengan agenda rekonstruksi Pemerintah Indonesia secara keseluruhan. Sumber daya berlimpah yang berasal dari kontribusi para donor dan pengelolaan yang baik atas sumber daya juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan program ini. Selain itu, hal yang tak kalah pentingnya adalah komunikasi strategis yang memungkinkan JRF untuk terus mempertahankan transparansi dan pertanggungjawaban pada seluruh portofolionya. Dalam kilas balik JRF ini kami juga sangat menghargai pendekatan inovatif yang sekarang menjadi model yang diterima untuk kesiapsiagaan dan rekonstruksi bencana. Dengan memanfaatkan pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan dari program rekonstruksi tsunami di Aceh dan Nias, pemerintah dan JRF telah mengadaptasi program dan pendekatan yang pertama kali digunakan di Aceh untuk menanggapi kebutuhan daerah yang unik dan terus berubah di Jawa. Adopsi pendekatan perumahan berbasis masyarakat telah menghasilkan salah satu program rekonstruksi perumahan terbesar yang dilaksanakan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Gabungan peningkatan keterampilan dan akses terhadap pembiayaan telah menghasilkan inovasi dalam pemulihan mata pencaharian. Kegiatan kesiapsiagaan terhadap bencana yang terintegrasi ke dalam semua proyek JRF telah membangun keterampilan dan infrastruktur untuk memberikan posisi yang lebih kuat kepada masyarakat dalam menghadapi bencana pada masa depan. Sebagai penutup, kami menyatakan kekaguman kami terhadap kekuatan dan daya tahan yang ditunjukkan oleh masyarakat Jawa sepanjang proses rekonstruksi. Kami juga berterima kasih kepada seluruh mitra JRF, termasuk donor, pemerintah pusat, pemerintah tingkat provinsi dan daerah, IOM dan GIZ, serta Sekretariat JRF atas upaya mereka dalam memastikan keberhasilan program rekonstruksi. Terlebih penting lagi, kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat atas rasa kepemilikan yang tinggi terhadap program JRF. Kami bangga karena telah bermitra dengan mereka dalam perjalanan pembangunan kembali yang luar biasa ini. Armida S. Alisjahbana Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional Stefan Koeberle Kepala Perwakilan Bank Dunia Julian Wilson Kepala Delegasi Uni Eropa Kami gembira karena pengalaman JRF akan terus memberi kontribusi terhadap upaya rekonstruksi, jauh melampaui wilayah operasinya dan lama setelah program berakhir pada bulan Desember 2012. Pembelajaran yang didapatkan dari inovasi JRF memberi kontribusi terhadap upaya pemulihan dan rekonstruksi di seluruh Indonesia dan seluruh dunia. Dengan luas dan dalamnya pengalaman yang didapatkan melalui upaya pemulihan di Jawa dan rekonstruksi lain di seluruh Indonesia pada dekade terakhir, Indonesia mulai mengemuka sebagai salah satu pemimpin dunia dalam upaya tanggap bencana dan rekonstruksi. Kemitraan dan keterlibatan masyarakat telah menjadi salah satu kunci keberhasilan JRF. Anak-anak ini melintasi jalan konblok yang dibangun oleh masyarakat melalui proyek Rekompak. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

Perjalanan JRF: 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Mei: Gempa bumi Jawa Juli: Tsunami Jawa Barat Oktober: Program JRF dibentuk Desember: Proyek Perumahan Sementara IOM & CHF serta permukiman tetap Rekompak dimulai Juni: Proyek Perumahan Sementara IOM selesai Agustus: Proyek Perumahan Sementara CHF selesai Oktober: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM dan GIZ didukung oleh Komite Pengarah JRF Maret: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM dimulai Juni: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Juni 2009 ke Desember 2010 Maret-April: Kajian Paruh Waktu dan penelaahan hasil serta status sementara JRF diselesaikan Mei: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ dimulai Januari: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2010 ke Desember 2011 Oktober-November: Gunung Merapi meletus Juni: Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2011 ke Desember 2012 Juni: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM selesai September: Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ selesai Mei: Pertemuan akhir Komite Pengarah JRF Juni: Tanggal penutupan Rekompak Desember: Tanggal penutupan program JRF

10 11 Ringkasan Eksekutif - Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Ringkasan Eksekutif Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Dukungan Java Reconstruction Fund terhadap pemulihan pascabencana di Jawa berada pada tahun terakhirnya, setelah berhasil memberikan tanggapan terhadap berbagai bencana sesuai dengan kondisi dan perubahan yang ada. JRF didirikan pada tahun 2006 berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia untuk mendukung upaya pemulihan Pemerintah dalam menanggapi bencana yang menimpa Jawa pada bulan Mei dan Juli tahun itu. Sekitar US$94 juta dalam bentuk hibah disediakan oleh tujuh donor. JRF dijadwalkan akan ditutup pada bulan Desember 2011, tapi diperpanjang berdasarkan permintaan Pemerintah untuk menanggapi letusan Gunung Merapi pada akhir 2010 yang memengaruhi banyak wilayah yang sama yang telah tercakup dalam JRF. Dukungan JRF terhadap rekonstruksi setelah terjadinya bencana 2006 selesai pada tahun 2011, dan pelaksanaan kegiatan rekonstruksi pasca- Merapi yang didanai oleh JRF akan selesai pada bulan Juni 2012. Program JRF secara keseluruhan akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2012. Pemerintah Indonesia dikenal luas dengan pengelolaan rekonstruksi pascabencana di Jawa yang efisien dan efektif. Pemerintah Indonesia terutama dikenal karena keberhasilannya menyelesaikan program ekstensif rekonstruksi perumahan dengan sangat cepat. Lebih dari 200.000 rumah berhasil dibangun dalam waktu kurang dari dua tahun suatu prestasi yang luar biasa dengan menggunakan pendekatan berbasis masyarakat yang diadaptasi dari program perumahan inovatif yang diperkenalkan di bawah Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF). Pendekatan strategis JRF terhadap rekonstruksi pascabencana memberi kontribusi kepada keberhasilan ini dan telah membuahkan hasil positif di bidang rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat serta pemulihan mata pencaharian, yang menekankan pengurangan risiko bencana serta pengelolaan dan pembangunan kapasitas daerah untuk dapat menanggapi terjadinya bencana masa depan dengan lebih baik. Hasil akhirnya adalah masyarakat yang lebih kuat dan lebih tangguh, yang lebih siap menghadapi kejadian masa depan. Dukungan teknis yang diberikan melalui proyek pemulihan mata pencaharian yang dilaksanakan oleh IOM telah mendorong perkembangan pertanian organik dan menyediakan akses yang lebih baik kepada pasar. Koleksi IOM Laporan ini adalah laporan tahunan terakhir mengenai program rekonstruksi pascabencana JRF di Jawa yang sangat berhasil. Laporan ini menyajikan kilas balik riwayat dan prestasi program JRF. Judul laporan ini, Tanggapan dan Kesiapsiagaan terhadap Bencana: Dari Inovasi hingga Praktik Teladan, menyoroti kenyataan bahwa JRF sebagai instrumen untuk koordinasi donor atas bantuan bencana dibangun di atas model perintisan Multi Donor Fund untuk

12 13 Ringkasan Eksekutif - Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Beragam inovasi dalam hal perbaikan perumahan, infrastruktur masyarakat, dan mata pencaharian berdampak secara signifikan dan positif terhadap kehidupan para penerima manfaat. Aceh dan Nias (MDF). Di bawah JRF, model ini diadaptasi dan disempurnakan, baik untuk program secara keseluruhan maupun portofolio proyeknya. Pembelajaran dan pendekatan yang diambil dari pengalaman JRF dalam rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat, pemulihan mata pencaharian, serta pengurangan risiko bencana sekarang diterapkan ke dalam program pemerintah di seluruh Indonesia. Pengalaman ini juga dianggap sebagai model praktik teladan untuk program pascabencana dalam konteks lain di seluruh dunia. Portofolio JRF: Mencapai Hasil yang Signifikan Hasil signifikan telah tercapai di bawah JRF dalam rekonstruksi masyarakat dan rehabilitasi mata pencaharian. Portofolio ini terdiri dari tiga proyek di bidang perumahan dan infrastruktur masyarakat, serta dua proyek pemulihan mata pencaharian. Berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia, strategi JRF mengikuti pendekatan bertahap yang mengatasi kebutuhan perumahan dan mata pencaharian berdasarkan prioritas dan sensitivitas terhadap waktu. Dukungan awal difokuskan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan pemulihan masyarakat, sedangkan dukungan selanjutnya difokuskan untuk mengatasi pemulihan ekonomi. JRF telah memastikan adanya faktor pengurangan risiko bencana pada semua aspek programnya. Pemulihan Perumahan dan Infrastruktur Masyarakat JRF mengikuti pendekatan multitahap untuk rekonstruksi perumahan dan infrastruktur masyarakat yang menghasilkan rekonstruksi yang efisien dan tepat waktu. Tempat penampungan sementara yang aman dan tahan lama, yang jumlahnya mencapai hampir 7.300 unit, disediakan pada tahap awal rekonstruksi. Pergeseran ke pembangunan hunian tetap terjadi relatif cepat. Kegiatan ini usai dilaksanakan pada Maret 2008. Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak) menyediakan mekanisme siap pakai dalam membantu masyarakat yang terkena dampak letusan Gunung Merapi 2010, dan dukungan JRF terhadap proyek diperpanjang dengan pemberian tambahan. Secara keseluruhan, JRF akan menyelesaikan sekitar 15.400 struktur rumah inti tahan gempa saat program berakhir. Intervensi pengurangan risiko bencana dalam proyek JRF telah menciptakan masyarakat yang tangguh dan dapat menghadapi bencana masa depan dengan lebih baik. JRF telah membantu 310 desa dalam mengembangkan Rencana Pembangunan Permukiman (RPP) yang menekankan pengurangan risiko bencana melalui proyek Rekompak. Proses RPP telah mendorong keterlibatan kelompok marginal yang lebih besar dalam rekonstruksi rumah dan infrastruktur masyarakat serta perencanaan terhadap bencana masa depan. Infrastruktur masyarakat, seperti jembatan, jalan, dinding penahan, jalur evakuasi, serta saluran irigasi dan drainase diidentifikasi dan dibangun melalui proses RPP. Pemerintah daerah memperluas perencanaan permukiman masyarakat dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri dalam tahap replikasi. Keterlibatan masyarakat yang lebih besar menghasilkan kepuasan penerima manfaat yang tinggi atas aset infrastruktur yang disediakan. Pemulihan Mata Pencaharian JRF menyelesaikan program pemulihan mata pencahariannya yang inovatif pada tahun 2011 untuk pendekatan komprehensif dan terintegrasi terhadap revitalisasi ekonomi. Dua Proyek Pemulihan Mata Pencaharian JRF yang dilaksanakan oleh International Organization for Migration (IOM) serta Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) dari Jerman adalah sarana utama pemerintah untuk memulihkan ekonomi setelah terjadinya gempa bumi dan tsunami 2006. Bekerja sama dengan pemerintah daerah, proyekproyek ini membuahkan hasil signifikan dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Proyek-proyek mata pencaharian JRF telah mengembangkan pendekatan inovatif dalam mengatasi kebutuhan pemulihan ekonomi dalam konteks rekonstruksi pascabencana. Kegiatan proyek berfokus pada penggantian aset, penyediaan bantuan teknis dan peningkatan keterampilan usaha, serta peningkatan akses terhadap pembiayaan kepada lebih dari 15.000 UMKM di daerah bencana. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ telah meningkatkan akses terhadap pembiayaan untuk UMK yang terkena dampak bencana dengan menyediakan US$5 juta dalam bentuk pinjaman kepada lebih dari 10.000 penerima manfaat, yang sebagian besar sebelumnya dianggap tidak dapat menerima pinjaman bank. Dana pinjaman bergulir yang disediakan dengan pembiayaan JRF akan terus mendukung UMKM yang terkena dampak bencana selama sekurangnya sepuluh tahun setelah proyek ditutup, dan akan diawasi oleh lembaga keuangan pemerintah Permodalan Nasional Madani (PNM). Proyek GIZ juga membangun kapasitas di sektor perbankan daerah untuk menangani pinjaman bermasalah, dan mengembangkan bahan pelatihan yang akan melanjutkan dampak melampaui masa proyek. Pembangunan kapasitas untuk meningkatkan kesinambungan hasil dan memasyarakatkan Lebih dari 15.000 rumah dibangun melalui program Rekompak. Masyarakat adalah pemeran utama dalam proses pembangunan seperti bapak ini di Desa Batur, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF

14 15 Ringkasan Eksekutif - Dukungan JRF terhadap Proses Pemulihan Pascabencana di Jawa Mitra pelaksana JRF, GIZ dan IOM, merancang proyek-proyek mata pencaharian yang inovatif di berbagai kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta Koleksi Sekretariat JRF kegiatan pengurangan risiko bencana merupakan fokus penting di kedua proyek ini. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian berhasil memulihkan banyak UMKM ke tingkat operasi sebelum gempa atau lebih baik dan memberikan dampak signifikan kepada pendapatan penerima manfaat, terutama bagi perempuan. Proyek-proyek ini melampaui targetnya dan membuahkan hasil positif, setelah meningkatkan pendapatan penerima manfaat sekurangnya 70%. Perempuan yang bekerja di industri rumah tangga sangat merasakan dampak gempa, dan dukungan JRF menyediakan sumber daya dan keterampilan kepada wirausaha perempuan ini untuk tidak saja melanjutkan kembali kegiatan mata pencaharian mereka sebelumnya, tapi juga meningkatkan usaha dan pendapatan mereka. Lebih dari 40% penerima manfaat proyek IOM dan GIZ adalah perempuan, sebuah angka yang melampaui target. Pengalaman ini dapat memberi kontribusi pembelajaran penting untuk upaya merehabilitasi mata pencaharian dalam konteks pascabencana lain. Pembiayaan JRF: Pengelolaan Sumber Daya untuk Hasil Berkualitas Penggunaan sumber daya keuangan sepenuhnya diperkirakan tercapai pada tanggal penutupan JRF bulan Desember 2012. Tujuh donor telah memberikan kontribusi sebesar US$94,1 juta kepada JRF, dengan tambahan US$4,5 juta diperkirakan berasal dari pendapatan yang dihasilkan investasi dana JRF selama masa pendanaan. Bagian terbesar portofolio JRF telah dialokasikan untuk pemulihan perumahan dan infrastruktur masyarakat yang mencapai US$77,4 juta atau 82% dari dana JRF. Delapan belas persen (US$17,2 juta) dialokasikan untuk proyek yang berfokus pada pemulihan mata pencaharian. Semua dana proyek telah sepenuhnya disalurkan dan digunakan. Penggunaan lebih dari 99% dana yang tersedia merupakan prestasi keuangan luar biasa untuk program yang memiliki lingkup seluas dan karakteristik sekompleks ini. Dana JRF telah dikelola dengan baik oleh Wali Amanat, Badan Mitra, dan Badan Pelaksana, menghasilkan penggunaan dana yang transparan dan berkualitas tinggi, serta diperkirakan tidak ada dana yang tersisa. Peran pemerintah, baik pusat maupun daerah, dalam mempercepat arus dana, mengelola pembiayaan proyek secara efisien, dan mengambil keputusan pengelolaan keuangan dengan cepat telah memberi kontribusi signifikan kepada status keuangan portofolio JRF yang mengesankan. Penutupan JRF Secara keseluruhan, hasil luar biasa telah tercapai melalui JRF dan prospek kesinambungannya tampak positif. JRF dianggap sebagai model yang sangat efektif bagi rekonstruksi pascabencana. Masyarakat yang terkena dampak bencana 2006 menunjukkan bahwa mereka sekarang lebih siap menghadapi bencana yang sering terjadi di Jawa. Inovasi yang dikembangkan melalui JRF menyajikan pembelajaran untuk situasi pascabencana masa depan di Indonesia dan di seluruh dunia. Pengalaman JRF menyediakan pembelajaran untuk menghadapi berbagai jenis bencana gempa bumi, tsunami, longsor, dan letusan gunung berapi. Dengan mengambil pembelajaran dari pengalaman di Aceh dan Jawa, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Indonesia Multi Donor Fund Facilty for Disaster Recovery (IMDFF-DR) sebagai dana siaga untuk kegiatan tanggapan dan pencegahan bencana. Model rekonstruksi perumahan Rekompak digunakan dalam program pemerintah yang ada agar siap menghadapi bencana masa depan, dan Sekretariat MDF dan JRF menerbitkan buku mengenai model Rekompak untuk berbagi pengalaman dengan khalayak internasional. Pembelajaran mengenai pencegahan dan pengurangan risiko serta tanggapan diterapkan di seluruh Indonesia, dan praktik teladan ini dapat memberikan informasi mengenai dukungan pascabencana secara global sekaligus menjadi sumber berharga untuk pertukaran pengetahuan Selatan-Selatan. Produk yang menyoroti pengalaman utama dan praktik teladan dari pengalaman JRF dan MDF sedang dikembangkan agar pembelajaran dari keberhasilan Indonesia yang luar biasa dalam rekonstruksi pascabencana dapat dibagikan ke seluruh dunia. Inovasi yang dikembangkan melalui JRF menyajikan pembelajaran untuk situasi pascabencana masa depan di Indonesia dan di seluruh dunia.

16 17 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Bab 1 JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Seorang fasilitator Rekompak memaparkan beberapa opsi rumah dalam sebuah pertemuan masyarakat bagi para warga desa yang terdampak letusan Merapi di Cangkringan. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Jawa: Wilayah Rawan Bencana Pada dini hari tanggal 27 Mei 2006, gempa berukuran 5,9 skala Richter mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan beberapa bagian provinsi Jawa Tengah. Gempa bumi yang menimpa salah satu wilayah terpadat di Asia ini menelan lebih dari 5.700 korban jiwa dan menghancurkan lebih dari 280.000 rumah. Bencana ini berdampak besar terhadap perumahan, bangunan sektor swasta, dan perekonomian. Kerusakan dan kerugian total akibat gempa ini diperkirakan mencapai sekitar Rp. 29,1 triliun, atau US$3,1 miliar. Skala bencana ini setara dengan gempa yang menimpa Gujarat, India tahun 2001 dan Pakistan tahun 2005. Tim gabungan yang dipimpin Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Pemerintah Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah, serta masyarakat internasional, termasuk Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) 1, Japan Bank for International Cooperation (JBIC), United Nations Development Programme (UNDP), UN Habitat, dan lainnya, mempersiapkan penilaian awal kerusakan dan kerugian (Damage and Loss Assessment, DaLA) yang menentukan kebutuhan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi secara keseluruhan. Kerusakan terbesar terkonsentrasi pada tiga sektor: perumahan, usaha kecil dan menengah (UKM), dan sektor sosial. Kabupaten Bantul dan Klaten terkena dampak terparah gempa. Kerusakan terhadap rumah perorangan mencapai lebih dari 60% dari total kerusakan dan kerugian sejumlah US$1.6 miliar. Usaha kecil dan menengah, yang sebagian besar berbasis rumah tangga di sektor kerajinan yang penting di wilayah ini, juga sangat terpengaruh dampak bencana. Aset produktif dan bangunan sektor swasta terkena dampak parah dengan perkiraan kerusakan mencapai US$1 miliar, selain kerugian dalam pendapatan. Kerusakan pada sektor sosial, terutama kesehatan dan pendidikan, diperkirakan mencapai US$425 juta. Semua sektor lain, termasuk infrastruktur, menderita kerugian yang relatif lebih kecil. Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2, bersama dengan pemerintah daerah tingkat provinsi dan kabupaten, memimpin tanggapan darurat. Keputusan Presiden No. 6/2006 membentuk Tim Koordinasi Nasional setelah terjadi 1 GTZ saat ini dikenal sebagai GIZ (Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit). 2 Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BNPB), atau Bakornas PB. Bakornas PB dibentuk tahun 1979 dan menjadi BNPB tahun 2008.

18 19 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Gunung Merapi mengeluarkan asap dan abu melatari pemandangan Candi Prambanan, Yogyakarta. Lebih dari 350.000 orang diungsikan selama letusan Merapi 2010. JRF mendukung upaya tanggap rekonstruksi awal terhadap letusan dengan memperpanjang masa proyek Rekompak. Kantor Berita Antara untuk Sekretariat JRF gempa bumi di Jawa untuk mengoordinasikan dan melaksanakan upaya rekonstruksi. Tim Teknis Nasional (TTN), yang beranggotakan badan pemerintah terkait, dibentuk untuk mendukung peran dan fungsi Tim Koordinasi Nasional. Pemerintah Indonesia meminta bantuan lembaga donor untuk upaya rekonstruksi. Pada pertemuan Consultative Group on Indonesia (CGI) ke-15 yang diselenggarakan tanggal 14 Juni 2006, DaLA awal disajikan, dan Menteri Keuangan meminta para donor untuk memobilisasi dukungan melalui dana perwalian multidonor, serupa dengan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF). Para donor menggalang dana sebagai tanggapan terhadap gempa dan permintaan Pemerintah, dan Java Reconstruction Fund (JRF), yang dikelola Bank Dunia, dibentuk pada bulan Oktober 2006. Kemudian, pada tanggal 17 Juli 2006, gempa bumi dasar laut besar kedua melanda pantai selatan Jawa. Gempa yang mencapai 7,7 skala Richter ini memicu tsunami yang menyebabkan kerusakan luas. Tsunami menimpa pantai selatan Jawa Barat, menelan lebih dari 650 korban jiwa dan menyebabkan lebih dari 28.000 orang mengungsi. Kerusakan dan kerugian mencapai sekitar US$110.3 juta. Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merupakan wilayah yang terkena dampak terparah, menderita kerusakan dan kerugian sekitar US$95 juta. Di sepanjang pantai Ciamis saja, hampir 6.000 keluarga mengungsi. Berdasarkan permintaan pemerintah, pemulihan Jawa Barat juga disertakan dalam mandat JRF. Pada tanggal 26 Oktober 2010, bencana kembali melanda wilayah ini saat Gunung Merapi, gunung berapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah, meletus. Letusan ini diikuti oleh tujuh letusan besar lain, dengan yang terakhir terjadi tanggal 11 November 2010. Bersama kerusakan besar atas perumahan dan infrastruktur setempat, letusan ini dilaporkan menimbulkan 260 korban jiwa dan lebih dari 500 korban luka. Sekitar 367.000 orang mengungsi ke lebih dari 640 lokasi berbeda. Penilaian Kebutuhan Pascabencana (Post Disaster Needs Assessment, PDNA) dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dan didukung oleh Bank Dunia, dan temuan awal disajikan pada pertemuan Komite Peninjau Teknis (Technical Review Committee, TRC) JRF pada tanggal 25 November 2010. Berdasarkan penilaian dan PDNA awal oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan pemerintah daerah, Pemerintah Indonesia mengidentifikasi perumahan sementara dan permanen, infrastruktur darurat (termasuk air dan sanitasi), serta rehabilitasi mata pencaharian sebagai prioritas kebutuhan. Berdasarkan permintaan Pemerintah Indonesia, donor JRF setuju untuk memperpanjang tanggal penutupan dan cakupan JRF untuk menanggapi letusan Merapi. Struktur dan Tata Kelola JRF JRF diatur oleh Komite Pengarah yang beranggotakan perwakilan dari pemerintah dan donor. Komite Pengarah bertanggung jawab untuk (i) menetapkan prioritas strategis; (ii) menyetujui proposal pembiayaan proyek; (iii) meninjau kemajuan penggunaan dana; (iv) memastikan koherensi dan kolaborasi dengan rencana aksi pemerintah; serta (v) memantau kemajuan berdasarkan kerangka kerja hasil JRF. Komite Pengarah juga berfungsi sebagai forum untuk dialog kebijakan bersama pemerintah mengenai hal terkait dengan upaya rekonstruksi dan pembangunan. Bappenas memimpin Komite Pengarah, bersama dengan Uni Eropa sebagai donor terbesar, dan Bank Dunia sebagai Wali Amanat. Bank Dunia memainkan peran pengawasan atas semua proyek JRF. Komite Pengarah didukung oleh Komite Peninjau Teknis (Technical Review Committee, TRC). TRC, bersama perwakilan pemerintah daerah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, menyediakan tinjauan teknis atas proposal proyek dan kegiatan program, mengawasi kemajuan pelaksanaan, dan memberikan rekomendasi kepada Komite Pengarah.

20 21 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi JRF adalah contoh keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam mengelola rekonstruksi pascabencana secara efektif dan efisien. Operasi harian JRF dikelola oleh Sekretariat bersama dengan MDF untuk Aceh dan Nias. Melalui keahlian dan staf bersama dengan MDF untuk Aceh dan Nias, skala efisiensi berhasil dicapai sehingga menghasilkan penurunan biaya administrasi program. Tugas khusus Sekretariat mencakup pengawasan dan evaluasi portofolio JRF, koordinasi kegiatan JRF, serta pengelolaan dananya. Kualitas portofolio JRF terus ditingkatkan melalui peningkatan kegiatan pengawasan dan evaluasi rutin. Peningkatan Kemitraan dan Transparansi melalui Komunikasi Komunikasi yang baik merupakan hal penting dalam keberhasilan JRF. Pendekatan komunikasi strategis yang kuat memungkinkan JRF menerapkan tata kelola yang baik melalui peningkatan transparansi dan pertanggungjawaban, sekaligus memperkuat partisipasi dan rasa memiliki masyarakat terhadap proyek. Kegiatan seperti pembangunan jaringan koordinasi, pelaksanaan kegiatan penjangkauan masyarakat, peningkatan hubungan dengan media, serta pengelolaan umpan balik telah memperkuat kemitraan yang merupakan landasan keberhasilan program JRF. Pada tahap awal JRF, pembentukan berbagai jaringan komunikasi untuk meningkatkan koordinasi dijadikan prioritas. JRF memainkan peran penting dalam mengoordinasikan berbagai sumber daya internasional untuk mendukung agenda pemulihan pascabencana pemerintah. Dengan menggunakan struktur tata kelola serupa dengan Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF) serta dipimpin oleh Pemerintah Indonesia, Komite Pengarah tidak hanya berfungsi sebagai badan pengambil keputusan, tapi juga berfungsi sebagai forum untuk dialog kebijakan mengenai hal-hal terkait upaya rekonstruksi dan pembangunan. Sekretariat JRF menggunakan komunikasi strategis untuk pengelolaan kegiatan dan pelaporan kepada pemangku kepentingan Pemangku kepentingan ini mencakup donor, Pemerintah Indonesia (pemerintah pusat dan provinsi), penerima manfaat, mitra dan badan pelaksana, serta media. Berbagai platform komunikasi strategis dibentuk untuk terus menyampaikan informasi kepada pemangku kepentingan dan untuk memberikan kesempatan mendiskusikan kemajuan dan tantangan dalam mendukung pengambilan keputusan. Platform ini mencakup format pelaporan rutin, fasilitasi pertemuan, dan kunjungan lokasi langsung. Acara khusus juga diadakan untuk menandai tonggak atau memperingati kejadian penting. Bersamaan dengan masa pelaksanaan penuh kegiatan proyek JRF, permintaan terhadap transparansi dan pertanggungjawaban meningkat. Kegiatan penjangkauan masyarakat berfungsi tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman atas proyek, tapi juga meningkatkan partisipasi dan rasa memiliki. Kerangka komuni- kasi di tingkat proyek mencakup serangkaian kegiatan, mulai dari diskusi interaktif sampai penyebaran informasi satu arah. Contohnya mencakup situs web proyek, nawala, selebaran, brosur dan poster, serta lokakarya dan dialog yang terintegrasi ke dalam kegiatan pembangunan kapasitas atau forum diskusi masyarakat. Mekanisme penanganan keluhan yang efektif mendorong transparansi di tingkat proyek. Setiap proyek bertanggung jawab membentuk sistem penanganan keluhannya sendiri untuk pencatatan dan tindak lanjut atas pertanyaan, keluhan, dan umpan balik. Sistem ini dipublikasikan melalui papan pengumuman, poster, dan alat komunikasi lain. Sebagian besar pertanyaan yang diterima terkait dengan penargetan dan kelayakan manfaat program, pengelolaan dan alokasi hibah, serta kerangka waktu pelaksanaan. Keluhan yang diterima relatif sedikit, dan keluhan biasanya ditangani dan diatasi melalui diskusi dan komunikasi langsung dengan pihak terkait. Media merupakan mitra penting JRF. Sejak JRF dimulai, media telah memainkan peran penting dalam memberi informasi kepada masyarakat mengenai program dan prestasinya, serta menyediakan media interaksi dan partisipasi di antara pemangku kepentingannya. Media umum, seperti televisi, radio, dan surat kabar, Kemitraan antara pemerintah daerah dan nasional serta masyarakat internasional membantu memperkuat upaya pemerintah dalam membangun kembali rumah serta memulihkan mata pencaharian di Jawa. Koleksi Sekretariat JRF

22 23 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi JRF mengadopsi pendekatan bertahap terhadap rekonstruksi. Dukungan awal berfokus pada pemberian rumah dan fasilitas lingkungan. Rumah ini dibangun sebagai bagian dari tanggapan erupsi Merapi. Fauzan Ijazah untuk Sekretariat JRF telah mendukung program dan proyek secara keseluruhan melalui lebih dari 450 pemberitaan yang positif. Media sosial baru, seperti Facebook dan YouTube, juga memainkan peran dalam mempromosikan JRF sekaligus meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan. sesuai untuk skala, lingkup, dan sifat bencana. Menggunakan pembelajaran dari rekonstruksi Aceh, Pemerintah Indonesia menetapkan strategi yang jelas untuk rekonstruksi, khususnya untuk perumahan, serta menetapkan agenda dan pendekatan umum untuk diikuti oleh semua mitra. rakat, sementara dukungan selanjutnya berfokus untuk mengatasi pemulihan ekonomi di wilayah yang terkena dampak bencana. Pengambilan keputusan yang ramping dan efisien menghasilkan keseimbangan yang mengesankan antara kecepatan dan kualitas yang dicapai oleh Pemerintah Indonesia dan mitra pembangunan dalam rekonstruksi Jawa. Komitmen kuat pemerintah menghasilkan upaya rekonstruksi cepat yang terkoordinasi dengan baik. Pemerintah nasional mendelegasikan pelaksanaan rekonstruksi kepada dua gubernur untuk memastikan adanya rasa memiliki di tingkat daerah. Hal ini juga memungkinkan provinsi untuk merancang strategi yang sesuai dengan masyarakatnya masing-masing. Dukungan yang diberikan oleh TTN kepada Tim Koordinasi Nasional untuk mengoordinasikan rekonstruksi sangat penting bagi kecepatan dan efektivitas proses rekonstruksi. TTN menyatukan berbagai pe-mangku kepentingan dalam pertemuan koordinasi bulanan sampai penutupannya di tahun 2008. Masyarakat internasional juga memainkan peran penting dalam memperkuat upaya pemerintah dan organisasi masyarakat sipil nasional dalam tanggap darurat. Bauran seimbang mitra pelaksana memberi kontribusi terhadap kinerja JRF yang mantap. Dengan menciptakan kemitraan yang kuat bersama pemerintah, masyarakat, dan LSM yang melaksanakan proyek, JRF dapat memanfaatkan keunggulan komparatif dan bauran keterampilan yang diberikan oleh setiap mitra, tergantung pada lingkungan dan kebutuhan pelaksanaan. Keunggulan ini mencakup fleksibilitas dalam arus dana, rasa memiliki yang kuat di berbagai tingkatan berbeda, dan penyelesaian masalah yang efektif hingga ke akarnya. Kemitraan yang diciptakan melalui JRF akan terus memperkuat kesiapan dan tanggapan bencana di Jawa sampai program berakhir pada bulan Desember 2012. Rekonstruksi terus diuntungkan dari kepemimpinan pemerintah nasional dan daerah yang kuat. Pendekatan JRF terhadap rekonstruksi memiliki efek penggandaaan yang besar dengan pembelajaran untuk program pemulihan pascabencana pada masa depan. Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan JRF sedang didokumentasikan bersama dengan pembelajaran dari MDF untuk Aceh dan Nias, dan semua ini akan dipublikasikan bersamaan dengan acara penutupan bersama untuk JRF dan MDF untuk Aceh dan Nias. Model yang Strategis dan Efektif untuk Rekonstruksi Pascabencana JRF adalah contoh keberhasilan Pemerintah Indonesia dalam mengelola rekonstruksi pascabencana secara efektif dan efisien. Dukungan rekonstruksi ini dipimpin oleh Pemerintah Indonesia dan berkoordinasi erat dengan pemerintah daerah dari sejak awal. Pemerintah Indonesia bekerja melalui kementerian terkait dalam mengoordinasikan dan melaksanakan program rekonstruksi, pendekatan yang terbukti JRF mengadopsi pendekatan bertahap terhadap rekonstruksi sejalan dengan strategi Pemerintah Indonesia. Strategi dan portofolio Java Reconstruction Fund selaras dengan Rencana Aksi Nasional untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang berfokus pada pemulihan perumahan dan infrastruktur umum, serta revitalisasi masyarakat dan perekonomian regional. Dukungan awal berfokus untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, perumahan, dan pemulihan masya- Komunikasi yang baik memperkuat kemitraan. Hal ini adalah salah satu kunci keberhasilan program JRF.

24 25 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Peristiwa Penting dalam Operasi JRF 2006 Oktober : Desember Tanggal mulai proyek : 2007 JRF dibentuk. Tiga proyek perumahan dan pemulihan masyarakat telah disetujui oleh Komite Pengarah. Proyek Perumahan Sementara IOM: Desember 2006. Proyek Perumahan Sementara CHF: Desember 2006. Rekompak: Desember 2006. Antara 2009 : dan 2011 Komite Pengarah menyetujui pembiayaan tambahan untuk tiga proyek JRF: Pada tahun 2009, US$11,6 juta dialokasikan kepada Rekompak untuk melaksanakan kegiatan terkait PRB melalui perencanaan tata ruang masyarakat. Pada awal 2011, US$3,5 juta dialokasikan kepada Rekompak untuk kegiatan yang memenuhi kebutuhan korban Merapi. Pada tahun 2011, total US$2 juta dialokasikan kepada dua proyek pemulihan mata pencaharian untuk meningkatkan skala dalam mencapai lebih banyak penerima manfaat dan melaksanakan strategi penutupan. Oktober : Tanggal penutupan : proyek 2008 Juni : Tanggal mulai proyek : 2009 Komite Pengarah menyetujui nota konsep untuk dua proyek pemulihan mata pencaharian. Proyek Perumahan Sementara IOM: 30 Juni 2007. Proyek Perumahan Sementara CHF: 31 Agustus 2007. Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Juni 2009 menjadi Desember 2010. Proyek pemulihan mata pencaharian yang baru disetujui memerlukan masa pelaksanaan yang lebih lama daripada yang tersedia untuk memaksimalkan dampak. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM: Maret 2008. 2010 & 2011 Januari 2010 : Juni 2011 : Tanggal penutupan JRF diperpanjang dari Desember 2010 menjadi Desember 2011. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu yang memadai untuk (1) menyelesaikan pelaksanaan dan memenuhi kebutuhan rekonstruksi yang tersisa seperti yang diidentifikasi oleh Pemerintah Indonesia dan prioritas Pemerintah Daerah; (ii) memperkuat kapasitas pemerintah daerah; dan (iii) memastikan adanya strategi penutupan untuk keberlanjutan dan transfer aset JRF. Menyusul terjadinya letusan Gunung Merapi, tanggal penutupan JRF diperpanjang ke Desember 2012. Hal ini merupakan tanggapan permintaan Pemerintah untuk membantu dengan rekonstruksi masyarakat yang terkena dampak bencana berupa abu vulkanis dan aliran lahar. Maret - April : Tanggal mulai proyek : Kajian Paruh Waktu dan Pelaksanaan Inventarisasi selesai. Temuan dan rekomendasi utama: Proyek sangat relevan dan dibutuhkan, serta sepenuhnya sejalan dengan tujuan Pemerintah Indonesia atas upaya rehabilitasi dan pemulihan. Sejalan dengan Deklarasi Paris, harmonisasi donor ditingkatkan melalui penggunaan model dana perwalian multidonor. Penggunaan Pengurangan Risiko Bencana akan semakin meningkatkan keberlanjutan upaya rekonstruksi. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ: Mei 2009. Tanggal : Penutupan Proyek 2012 Tanggal : Penutupan Proyek 31 Desember : Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM : 30 Juni 2011. Proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ: 30 September 2011. Rekompak: 30 Juni 2012. Program JRF akan berakhir.

Kisah JRF 1 26 27 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi 1 2 Perempuan Bertekad: Kekuatan Semangat Sedikit demi sedikit, saya membangun kembali toko saya. Setiap minggu saya pergi ke BUKP (Badan Usaha Kredit Pedesaan) membawa sedikit tabungan saya sebesar Rp. 150.000 per minggu (sekitar US$15). BUKP dapat melihat kemajuan saya mulai dari nol sampai memiliki catatan kredit yang baik sehingga dua tahun lalu, saat saya memerlukan tambahan modal untuk membeli lebih banyak persediaan untuk toko saya, mereka menawarkan pinjaman kepada saya. Sekarang saya menjual kasur dan menambah jumlah barang yang saya simpan, seperti minyak dan gula. Berikutnya, saya berencana untuk menjual kompor dan lemari. Saya belum pernah meminjam uang sebelumnya, tapi saya tidak takut karena bunga pinjamannya rendah. Jika tidak ada BUKP, saya tidak akan bisa mendapatkan persediaan ini. Walaupun Ibu Eny memiliki naluri berbisnis yang baik, peluangnya mendapatkan pinjaman dari tempat lain sangat kecil. Ia dianggap tidak bisa mendapatkan pinjaman oleh lembaga keuangan formal karena tidak 1. Ibu Eny menyiapkan ikan asin untuk dijual di tokonya. 2. Kelompok pengusaha kecil perempuan di Bokoharjo. Pada saat usaha lele mereka hancur karena gempa, para perempuan ini bangkit dengan memanfaatkan kredit mikro yang disediakan melalui proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ Rosaleen Cunningham untuk Sekretariat JRF Eny Herianti adalah pemilik toko kelontong di desa Sumberharjo, kabupaten Sleman, dekat Yogyakarta. Saat terjadi gempa 2006, sebagian besar rumah di desanya hancur, termasuk rumah dan toko yang ia jalankan bersama orang tuanya. Perlahan tapi pasti, Ibu Eny mulai membangun kembali usahanya dengan bantuan dari proyek Pemulihan Mata Pencaharian JRF yang dilaksanakan oleh GIZ. memiliki jaminan dan catatan pembayaran pinjaman. JRF menyalurkan dana kepada usaha mikro yang terkena gempa, seperti Ibu Eny, melalui lembaga keuangan mikro dan koperasi, termasuk BUKP. Pada bulan Juni 2011, proyek Pemulihan Mata Pencaharian GIZ telah memberikan pinjaman kepada lebih dari 10.000 penerima manfaat, yang sebagian besar seperti Ibu Eny, sebelumnya dianggap tidak dapat menerima pinjaman bank. Dana untuk pinjaman ini berasal dari dana pinjaman bergulir yang dibentuk melalui hibah dari Java Reconstruction Fund. Ibu Eny menambahkan sambil berbisik, Dalam enam bulan terakhir, banyak lintah darat yang mendekati saya, tapi mereka tidak akan berhasil karena sekarang saya adalah agen BUKP masyarakat dapat meminta bantuan saya; saya membantu mereka mengisi formulir pendaftaran dan mereka pun dapat menyimpan tabungan di BUKP melalui saya. Pak Udin, petugas bagian kredit BUKP Prambanan mengatakan, Sebagian besar orang yang meminjam dari kami memiliki visi atau impian mereka sendiri. Tanpa fasilitas kredit kami, mereka tidak akan memiliki kesempatan untuk mewujudkannya. Pak Udin menjadi petugas bagian kredit tidak lama setelah terjadi gempa. Ia mengatakan bahwa efek terburuk gempa adalah hilangnya modal bagi usaha kecil. Namun setelah masyarakat berhasil melepaskan diri dari trauma awal, mereka kembali mandiri dan mulai mengajukan permohonan pinjaman kepada kami. Ia menyatakan hal serupa dengan Ibu Eny mengenai lintah darat, Kami sangat berhasil menekan keberadaan rentenir atau lintah darat yang datang saat masyarakat membutuhkan dana. Hal yang paling menyenangkan dari pekerjaan ini adalah dapat dengan tulus membantu masyarakat dan menyediakan modal untuk membantu mereka memulai usaha dan kehidupan yang lebih baik. Proyek GIZ secara aktif mencari LKM (lembaga keuangan mikro) yang berpengalaman dalam pemberian pinjaman kelompok, seperti BUKP. Pinjaman dari dana bergulir JRF juga tersedia di cabang-cabang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan koperasi. Di desa Bokoharjo, (dusun Marangan), BPR Danagung telah membantu kelompok koperasi perempuan setempat sejak 2003. Kelompok ini didirikan 30 tahun lalu dan memiliki 69 anggota. Mereka memiliki ikatan kuat sebagai kelompok, dan menyatakan bahwa semangat merekalah yang membuat mereka istimewa. Selama bertahun-tahun, 20 anggota mereka berhasil menjalankan usaha peternakan ikan beternak ikan lele. Ibu Pujiati, ketua kelompok, menjelaskan bagaimana keadaan berubah setelah terjadi gempa: Usaha ternak lele kami sangat terpengaruh gempa. Sebagian besar dari 12 dasar kolam retak dan airnya keluar, sehingga tentunya semua ikan dan telurnya mati. Saat kami mencoba memperbaikinya, jamur telah menginfeksi kolam, sehingga semua ikan baru mati. Kami mencobanya selama setahun, tapi setelah tiga kali gagal panen, kami menyadari bahwa ini adalah waktunya untuk mencoba usaha baru. Hal yang dikagumi Pak Harso, petugas bagian kredit BPR Danagung dari mereka adalah kemauan dan kemampuan mereka untuk mencoba hal baru: Ibu Puji adalah contoh baik dari semangat yang mereka bicarakan. Setelah usaha ikan lele berakhir, ia memulai penggilingan padi. Ia lalu menyadari bahwa mesin giling bergerak lebih berguna karena dapat mengambil beras dari pelanggan. Ia pun membeli mesin ini dan semakin mengembangkan usahanya. Saat orang lain mulai menirunya, ia merasa bahwa persaingan sudah terlalu banyak, jadi ia beralih ke perkebunan cabai. Perempuan lain pun sama mereka beralih saat melihat peluang baru, saat mereka melihat pasar berubah. Mereka tidak diam saja jika usaha tersebut tidak berjalan. Pak Harso telah mengenal para perempuan ini sejak 2003, saat mereka mendapatkan pinjaman pertama dari BPR Danagung. Kami membangun hubungan yang sangat baik dengan mereka selama ini. Inilah mengapa pinjaman terakhir kami melalui GIZ dan JRF mencapai Rp. 48 juta (sekitar US$5.300). Mereka tidak pernah tidak membayar cicilan, bahkan saat terjadi gempa. Catatan pembayaran pinjaman mereka selalu baik. Tingkat bunga pinjaman rendah yang ditetapkan GIZ di bawah proyek JRF setelah gempa sangat berguna bagi para peminjam, ujar Pak Harso. Tingkat bunga ini bahkan lebih rendah daripada tingkat bunga BPR sendiri, dan memungkinkan para perempuan memiliki cadangan modal. Dukungan kepada lembaga keuangan ini akan berlanjut melalui dana pinjaman bergulir yang ditetapkan oleh JRF. PNM (Permodalan Nasional Mandiri), lembaga keuangan milik negara, telah bermitra dengan GIZ dalam proyek Pemulihan Mata Pencaharian di bawah JRF dan akan terus mengelola dana bergulir untuk sekurangnya sepuluh tahun setelah proyek berakhir. Pak Harso menyatakan, Sebagai petugas bagian kredit, saya merasakan kepuasan yang sangat besar saat bekerja dengan kelompok ini. Orang lain datang dan pergi, tapi kelompok ini memiliki arti khusus buat saya. Tingkat bunga pinjaman yang rendah semakin memberdayakan mereka. Semangat mereka pun semakin kuat.

28 s 29 Bab 1 - JRF: Model Tanggapan Bencana yang Dapat Diadaptasi Kisah JRF 2 1 2 1. Kampung Baru memiliki jalur evakuasi dengan penanda yang jelas, serta akses yang lebih baik kepada air bersih, pasar, serta layanan-layanan publik seperti sekolah. 2. Ibu Tukijem terus memelihara tanamannya di desanya yang lama, namun kini tinggal di Kampung Baru yang berjarak aman dari kawasan rawan longsor. Heri Wahyudi untuk Sekretariat JRF Relokasi Bantul: Menuju Tempat yang Lebih Aman Ibu Tukijem adalah salah satu warga sepuh dusun Jatirejo, di desa Wukirsari, kabupaten Bantul, dan seingatnya, desanya selalu terkena longsor. Dia dan para perempuan sepuh lain di desanya telah mengalami sekurangnya enam longsor besar dalam hidup mereka, saat lumpur sungai yang menyeret rumah dan pepohonan. Gempa 2006 juga mengakibatkan longsor. Namun, longsor kecil semakin sering terjadi setiap tahun saat musim hujan. Longsor terbaru terjadi pada awal tahun ini, bulan Januari 2012. Penyebabnya bukanlah penggundulan hutan, melainkan hujan dan kualitas tanah, serta tebing terjal yang mengelilingi desa tersebut. Ibu Tukijem masih suka mengunjungi rumah lamanya pada siang hari untuk memelihara tanaman cabai, walaupun sekarang ia tinggal di kampung baru bersama dengan 35 keluarga lain. Seperti halnya warga lain yang mengungsi, Ibu Tukijem sepakat dengan petugas desa untuk tidak kembali ke tempat tinggalnya, kecuali untuk menggarap lahannya. Berbeda dengan masyarakat lain yang tinggal di wilayah berbahaya yang berisiko tinggi, warga Jatirejo tidak perlu diminta untuk pindah. Sejak 2004, mereka telah mengajukan petisi kepada pemerintah daerah untuk mendukung relokasi. Bayu Bintoro adalah kepala desa, atau Pak Lurah, Wukirsari, dan ia menjelaskan sejarah panjang relokasi, Setiap musim hujan saya mengkhawatirkan nasib dusun-dusun di Wukirsari, sampai saya tidak bisa tidur. Sya tahu para kepala desa akan berjaga malam selama musim hujan, meningkatkan kewaspadaan, dan menenangkan masyarakat. Pada tahun 2004, masyarakat meminta tanah desa dialokasikan untuk relokasi. Selama beberapa tahun berikutnya, warga dan Pak Lurah mendatangi semua saluran resmi sampai ke tingkat kabupaten untuk mendapatkan dokumen dan otorisasi yang tepat untuk transfer lahan yang sah. Lahan harus dinilai dan survei geologis pun dilakukan. Pada tahun 2008, JRF mulai mendukung proyek ini melalui proses Rencana Pembangunan Permukiman (RPP) yang dilaksanakan oleh Proyek Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas, atau Rekompak. Pembangunan rumah dimulai pada tahun 2010. Pak Sogiman, seorang pembuat wayang, adalah salah seorang pengungsi yang telah menjalani relokasi. Setiap musim hujan, kami tidak bisa tidur pada malam hari karena takut terjadi longsor. Namun, di musim kemarau, kami kekurangan air, ujarnya menjelaskan. Pada suatu malam setahun lalu, saat terjadi hujan lebat, sebatang pohon yang tumbuh di atas bukit di belakang rumahnya tumbang, meluncurkan bebatuan dan tanah. Longsor menimpa rumah dan menghantam kamar tidurnya. Keluarganya menyelamatkan diri, dan ia berbisik, Kami tidak punya keberanian lagi. Ia, istri, dan anakanak mereka lega karena sekarang tinggal di tempat yang aman dan ia pun menyebutkan kelebihan lainnya. Ia menyatakan bahwa usahanya meningkat karena sekarang para pembeli lebih mudah menghubunginya, sehingga pendapatannya sedikit meningkat. Akses untuk mendapatkan air tidak lagi menjadi masalah, dan anak-anak lebih mudah pergi ke sekolah. Beberapa anggota masyarakat pun berpartisipasi dalam pelatihan kesiapsiagaan dan perencanaan terhadap bencana, walaupun hal ini masih perlu disampaikan kepada seluruh anggota masyarakat. Rambu-rambu evakuasi secara jelas terlihat di kampung baru, dan beberapa latihan simulasi telah dilakukan, misalnya latihan menghadapi longsor dan gempa bumi. Pelatihan diperluas hingga pengajaran cara untuk membantu evakuasi orang yang paling berisiko, misalnya orang yang memiliki masalah mobilitas ( cabut pintu dari kosen dan simpan sehingga dapat digunakan untuk menggotong orang, ) ujar Pak Sogiman menjelaskan. Lebih banyak lagi keluarga yang harus direlokasi pada tahun-tahun mendatang. Sementara itu, dengan dukungan JRF melalui Rekompak, tindakan mitigasi bagi masyarakat yang masih menghadapi ancaman longsor telah dilakukan - dinding penahan dibangun, sebagian jembatan diperkokoh, dan tepi sungai diperkuat. Setelah melewati banyak malam penuh kegelisahan, Pak Lurah yakin bahwa setelah melihat hasil positif dari relokasi yang dibantu oleh Rekompak, pemerintah daerah dan provinsi akan berkomitmen dalam merelokasi keluarga yang paling berisiko ke tempat yang lebih aman.