BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

PROSES UMUM PENERAPAN PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL. SP6102 March 2007 itb ac id

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATEGORI PROGRAM KKN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang harus diberikan sejak dini untuk

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

Panduan Wawancara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. alam, ledakan penduduk, pengangguran dan lain-lain. Permasalahanpermasalahan

LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penulis mengemukakan kesimpulan dan saran pada bab ini berdasarkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

Participatory Rural Appraisal. Asep Muhamad Samsudin Pembekalan KKN Tim II Undip

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. pertanian nasional yang sangat penting. Salah satu tujuan pembangunan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

Brief no. 03. Policy Analysis Unit. Latar Belakang. Desember 2010

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap proses penelitian ilmiah sudah selayaknya didasarkan pada

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

BAB. 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. a. Sikap partisipasi aktif berpengaruh signifikan terhadap intensi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 28

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sudah terkumpul pada bab kesimpulan.

BAB III METODE PENELITIAN

Monday, October 24, Berbagai Macam Program PAUD

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Alang-alang dan Manusia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

Hasil Pelatihan pada Pelatihan Guru Pamong SLTP Terbuka di BPG Bandung dapat

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SECARA PARTISIPATIF

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

PRINSIP PARTISIPASI

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAAN Hal ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

DAFTAR ISI Siti Aminah, 2013

PENYUSUNAN PSETK (PROFIL SOSIAL EKONOMI DAN TEKNIK KELEMBAGAAN) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN HIPPA DI KABUPATEN PROBOLINGGO PENDAHULUAN

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA: PENDEKATAN COMMUNITY LEARNING AND PARTICIPATORY PROCESS (CLAPP) Oleh Utami Dewi 1

a. Programa Penyuluhan Desa/Kelurahan atau unit kerja lapangan;

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

pendidikan dari segi tujuan perkembangan kepribadian saja kurang lagi

PENGELOLAAN EKONOMI RUMAH TANGGA. NGO services dalam ETESP di NAD dan Nias

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Pada Bab ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan penyusunan RKS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

BAB III HASIL PENELITIAN. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk melakukan

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.Sinar Niaga Sejahtera depo. Bandung 3 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

PERAN KELUARGA, PEMERINTAH DAN MASYARAKAT DALAM PENDIDIKAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

Pokok-Pokok Pikiran Robert Chambers

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 4

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Oleh Maria Chatarina Adharti Sri Susriyamtini ; Suci Paresti ; Maria Listiyanti ; Sapto Aji Wirantho ; Budi Santosa

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Pelaksanaan Supervisi Klinis oleh Kepala Sekolah yang dilaksanakan di SMK

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

Transkripsi:

123 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah dilakukan kepada masyarakat yang terlibat dan dianggap mempunyai kontribusi baik langsung maupun tidak langsung serta berpartisipasi dalam program PPAUD di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan sebagai dampak Participatory Rural Appraisal (PRA) terhadap partisipasi masyarakat, Peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Gambaran Penerapan PRA Dalam Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) di Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan Berikut ini beberapa alur atau tahapan pelaksanaan fasilitasi yang ditempuh dengan menerapkan metode PRA dalam penyelenggaraan program PPAUD di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan. a. Proses pemetaan masalah dan potensi. b. Musyawarah desa pembahasan hasil pemetaan masalah dan potensi. c. Identifikasi dan penetapan tempat kegiatan program PPAUD. d. Identifikasi dan pemilihan tim pengelola kegiatan, calon pendidik, dan tenaga PPAUD. e. Identifikasi dan perencanaan kegiatan. 123

124 f. Musyawarah desa pembahasan draft rencana kegiatan masyarakat. Adapun teknik-teknik PRA yang digunakan dalam fasilitasi antara lain: a. teknik pembuatan peta sosial, b. teknik penelusuran lokasi/ desa (Transek), dan c. teknik pembuatan bagan hubungan kelembagaan (diagram Vendan). 2. Keunggulan dan Kelemahan Penerapan PRA Dalam Penyelenggaraan Program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) di Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan 1) Keunggulan Penerapan PRA Berikut ini adalah beberapa keunggulan dari penerapan metode PRA. a) Melibatkan seluruh kelompok masyarakat. Dalam penerapannya, PRA melibatkan semua lapisan masyarakat. Begitu juga dengan program PPAUD, hal yang utama dalam perencanaan dan pelaksanaannya adalah melibatkan semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, semua program yang dijalankan merupakan hasil penelusuran kebutuhan masyarakat penerima program. b) Keikutsertaan masyarakat miskin Masyarakat dari semua kalangan dilibatkan dalam program ini termasuk masyarakat miskin yang merupakan sasaran utama program PPAUD. Keterlibatan masyarakat tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Masyarakat miskin berkesempatan untuk melibatkan diri di dalamnya sehingga sasaran program akan lebih terarah sesuai tujuan yang diharapkan.

125 c) Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan program lebih besar. Masyarakat yang menjadi pengurus program PPAUD adalah warga desa setempat yang dipilih oleh warga desa tersebut agar lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan masyarakat merasa memiliki program karena masyarakat ikut merancang dan melaksanakan program PPAUD. d) Melibatkan gender pada program Prinsip yang mendasar dari sebuah program yang mengedepankan gender adalah bahwa yang memperoleh manfaat dari program tersebut haruslah mempunyai tanggung jawab atas prioritas-prioritas dalam pengambilan keputusannya. Begitupun pada program PPAUD, gender diperhatikan. Artinya, laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam pengambilan keputusan dan bekerjasama dalam menentukan apa yang ingin mereka capai. Di sebagian daerah, laki-laki biasanya memegang peranan paling banyak dalam pengambilan keputusan, tetapi pada program ini laki-laki dan perempuan duduk bersama dan berkesempatan untuk sama-sama merancang program. e) Cocok diterapkan di mana saja. Pendekatan PRA bisa digunakan pada program di daerah mana pun baik dipegunungan, pesisir pantai, pedesaan, maupun perkotaan selama program tersebut menuntut adanya peran serta/keterlibatan masyarakat di dalamnya. Begitu juga di wilayah kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan yang notabene masyarakatnya tinggal di daerah pedesaan dan pantai.

126 2) Kelemahan penerapan PRA Selain keunggulan, metode PRA ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut. 1) Tidak semua fasilitator program memiliki kemampuan yang baik dalam memfasilitasi masyarakat. Hal ini tentu saja akan mengganggu proses penerapan PRA. Komunikasi yang kurang baik dari fasilitator akan menghambat partisipasi masyarakat yang semestinya menjadi hal pokok dalam suatu program pemberdayaan. 2) Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, dan musyawarah-musyawarah yang sifatnya umum. Masyarakat dengan latar belakang berbeda tentunya memiliki karakter yang berbeda pula. Sebagian masyarakat takut atau malu untuk berbicara dalam pertemuan kelompok sehingga aspirasi dan keinginan-keinginan yang dimiliki tidak dapat tersampaikan dalam kegiatan fasilitasi/musyawarah. 3) Sebagian fasilitator belum terampil dalam memfasilitasi pengolahan dan analisis informasi. Hal ini merupakan kesatuan utuh yang menggambarkan kondisi desa/kampung serta masih adanya fasilitator yang belum terampil dalam memfasilitasi masyarakat supaya turut menentukan informasi kajian selanjutnya yang penting untuk didiskusikan. 4) Pada program PPPAUD, sebagian besar fasilitator adalah orang di luar lingkungan masyarakat setempat. Hal ini setidaknya akan menimbulkan kendala

127 selama proses fasilitasi. Kepercayaan masyarakat akan sedikit sulit menerima pihak luar dibanding dengan pihak dalam. 3. Dampak penerapan metode Participatory Rural Appraisal PRA terhadap partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) di Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, hasil skor jawaban responden untuk variabel Participatory Rural Appraisal menunjukkan sebesar 82,18% dan hasilnya terletak pada daerah kontinum yang sangat tinggi. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa 82,18% responden mempunyai partisipasi yang tinggi terhadap Participatory Rural Appraisal sedangkan 18.18% responden belum berpartisipasi sesuai harapan sehingga perlu ditingkatkan lagi. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Participatory Rural Appraisal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap partisipasi masyarakat, yaitu sebesar 0,73 atau sebesar 73,01%, artinya jika Participatory Rural Appraisal tinggi, partisipasi masyarakat pun akan tinggi dan sebaliknya jika Participatory Rural Appraisal rendah, partisipasi masyarakat pun akan rendah. Selain itu, hasil skor jawaban responden untuk variabel partisipasi masyarakat sebesar 83,50% dan hasilnya terletak pada daerah kontinum yang sangat tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa 83,50% responden mempunyai partisipasi yang tinggi

128 dan sekitar 16,50% responden mempunyai partisipasi masih belum optimal. Hal ini memperlihatkan bahwa partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan lagi. Dampak Participatory Rural Apprasisal terhadap partisipasi masyarakat, berdasarkan uji regresi diperoleh persamaan regresi, yaitu ^ Y = 7,74 + 0,97X. Persamaan ini memperlihatkan bahwa setiap kenaikan satu unit pada Participatory Rural Appraisal, akan terjadi peningkatan terhadap partisipasi masyarakat sebesar 0,97. Koefisien determinasi yang menunjukkan berapa besar sumbangan atau konstribusi variabel Participatory Rural Appraisal terhadap variabel partisipasi masyarakat diperoleh sebesar 73,03%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat sebesar 26.99% yang dalam hal ini tidak diteliti oleh penulis. Setelah dilakukan uji signifikansi, ternyata diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel atau 7,74 > 1,62. Dengan demikian, hipotesis yang yang diajukan Peneliti dapat diterima. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan kesimpulan yang diperoleh, ada beberapa saran yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat di Kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut. 1. Upaya perbaikan dan peningkatan partisipasi masyarakat harus terus dilakukan. Terlebih lagi, pada indikator evaluasi. Lemahnya evaluasi harus dapat diperbaiki

129 dan diatasi dengan cara mengoptimalisasikan berbagai penyebabnya seperti lemahnya kontrol dari pihak-pihak terkait, koordinasi dengan pihak pemerintah daerah, belum adaynya kebijakan yang mengatur secara sistematis dalam bentuk rencana strategis pemerintah daerah terkait dengan program PAUD sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap tingkat pencapaian program. 2. Pihak pemerintah daerah harus segera membuat kebijakan yang mengatur mengenai penyelenggaraan PAUD. 3. Optimalisasi dan aksebilitas program PAUD pada setiap lapisan masyarakat khususnya kalangan masyarakat kurang mampu. 4. Perlu adanya diklat tentang mangemen pengelolaan dan pengembangan untuk para praktisi pada lembaga profesi PAUD. 5. Perlu menjalin kemitran yang lebih banyak dengan lembaga-lembaga yang memiliki perhatian terhadap pengembangan untuk pendidikan anak usia dini. 6. Membangun sinergitas dengan pihak-pihak yang memiliki keterlibatan kuat dengan dinamisasi kehidupan masyarakat, di antaranya tokoh masyarakat, tokoh agama, para praktisi pendidikan, seni dan budaya.