STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT PENRAJIN KECIL GERABAH TRADISIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN KEMISKINANNYA DI DESA BAYAT KABUPATEN KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasar pada paparan hasil dan temuan penelitian, makna perubahan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tedi Fedriansah, 2015 SENI KERAJINAN GERABAH BUMIJAYA SERANG BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.

Inka Dwi Fitriana Sari. Pendidikan Sosiologi Antropologi. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

KRIYA BAMBU KARYA ALI SUBANA

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. Wulan Ayodya,,Mau Kemana Setelah SMK?, Erlangga, Jakarta, 2013, hlm. 64

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia mengenal adanya keramik sudah sejak dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pengrajin yang kreatif mampu mengubah produk yang semula berfungsi

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

diberikan, bempa peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengrajin.

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

Pengrajin Batik di Era Modernisasi (Studi Industri Kecil Batik Dewi Brotojoyo di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen)


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

TUGAS AKHIR. Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( DP3A )

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Makanan modern yang beredar tersebut menarik minat para generasi muda

BAB 1 PENDAHULUAN. dan digunakan sebagai benda pragmatis, yaitu benda keramik yang berorientasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

Bab VI Analisa Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Kerajinan Fungsi Hias

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK DALAM PENINGKATAN BELAJAR UKIR KAYU (Studi Kasus: Pada Sanggar Ukir Di Jepara)

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

PERSEPSI MASYARAKAT DAN PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL JARAN KEPANG MUDO LANGEN BUDOYO DI DESA KEDUNG PUCANG KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan untuk pengusaha guna mempertahankan kontinuitas

BAB I PENDAHULUAN. Seni merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga bentuk kesenian

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

PKM Perajin Tedung Desa Mengwi Di Kabupaten Badung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

STRATIFIKASI SOSIAL fitri dwi lestari

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

Transkripsi:

Zaini Rohmad, Strategi Adaptasi Masyarakat Pengrajin Kecil Gerabah Tradisional Dalam Mempertahankan Kemiskinannya Di Desa Bayat kabupaten Klaten STRATEGI ADAPTASI MASYARAKAT PENRAJIN KECIL GERABAH TRADISIONAL DALAM MEMPERTAHANKAN KEMISKINANNYA DI DESA BAYAT KABUPATEN KLATEN Oleh : Dr. Zaini Rohmad, M.Pd Drs. Hendro Saputro, M.Si Dr. Slamet Subiyantoro, M.Si Drs. Wakino, M.S Dra. Dewi Kusumawardani, M.Si ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah ingin menjelaskan strategi adaptasi masyarakat pengrajin gerabah di Bayat-Klaten dalam mempertahankan kemiskinannya. Penelitian dilakukan dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, pengamatan dan dokumentasi/arsip. Teknik sampling menggunakan purposive dengan teknik keabsahan data dengan cara peerdebriefing, recheck data dan triangulasi sumber. Teknik analisis dengan menggunakan model interaktif yang komponennya terdiri dari pengumpulan data, reduksi, sajian dan verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa masyarakat pengrajin gerabah Dukuh Bolon, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten merupakan pengrajin gerabah dimana kemampuan mengikuti zaman relative mengalami kesulitan selain dikarenakan rendahnya sumber daya manusia juga disebabkan oleh faktor alam, sosial budaya yang mengungkung pola pikir pengrajin masih terbelakang, sehingga secara tidak langsung para pengrajin tersebut sedang melestarikan kemiskinannya. Selain itu, biaya produksi yang boros, waktu kerja dan pemasaran yang tidak efektif, menjadi suatu pola yang bersifat kebiasaan. Hal tersebut tidak disadari oleh para pengrajin bahwa keadaan tersebut merupakan budaya dalam melestarikan kemiskinan. Kata Kunci : Strategi adaptasi, gerabah tradisional, kemiskinan PENDAHULUAN Merujuk aspek historis, seni gerabah yang tergolong sebagai seni kerajinan pada dasarnya merupakan benda seni yang bernilai guna. Pada dekade terakhir ini seni kerajinan sangat terasa fungsinya sebagai kegiatan ekonomi. Karya seni (rupa) dan proses kegiatannya telah dikelola sebagai industri yang bernilai sosial ekonomi. Secara social, bahwa seni rupa yang di dalamnya adalah seni kerajinan, dalam proses produksinya mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Dengan demikian proses produksi seni kerajinan merupakan sarana menyalurkan kemampuan ketrampilan, bagi proses mekanisme pembuatan suatu karya seni yang tidak hanya dikerjakan seorang diri. Pada sisi lain secara ekonomi dampak dari keberadaan seni kerajinan sekarang ini, telah mendorong para JKB. Nomor 7 Th. IV Januari 2010 47

pengrajin sebagai mata pencaharian itulah sebabnya bahwa seni kerajinan diciptakan atas dasar tujuan ekonomi. Sehingga bentuk atau desain-desain yang berkembang da nada, menyesuaikan permintaan konsumen (pasar) yang cenderung komersial dan tidak bersifat ritual-magis (Heskett, 1980). Temuantemuan yang menguatkan pernyataan tersebut telah dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian dari berbagai jenis kerajinan yang ada. Hasil penelitian ukir di daerah Jepara, menunjukkan bahwa seni kerajinan ukir sudah menjadi komoditas eksport yang memberikan dampak ekonomi pada masyarakat pengrajin ukir. Deain dan motof hiasan ukir tradisi-klasik khas daerah setempat tidak lagi muncul atau diproduksi para pengrajin. Hal ini disebabkan para buyer market (pembeli) pada umumnya adalah investor asing, seperti halnya orangorang dari Negara Amerika, Jepang, Korea, Australia, Jerman, Belanda, dan Negara lainnya, yang mempunyai kepentingan ekonomi bagi konsumen sasaran di negerinya. Maka kemudian motif hias yang dipesankan adalah khas di negerinya masing-masing, bukan khas dari daerah pengrajinnya. Sehingga konsep penciptaan pengrajin bukan lagi atas dasar kepentingan pelestarian budaya setempat, melainkan karena tujuan ekonomi. akibatntya konsep pengrajin dan perilaku serta bentuk kerajinan ukir yang semula hanya sebagai pekerjaan sambilan di waktu luang, sekarang sudah bergeser ke arah pemenuhan selera pemesan, dan sekaligus sebagai sumber penghasilan dalam aspek peningkatan ekonomi (materialisme) masyarakat setempat telah mengakui adanya banyak kemajuan. Sedangkan penelitian seni kerajinan yang dibuat dari bahan baku selongsongan peluru yang dikaji di wilayah Bali, pada dasarnya diperoleh hasil yang sama, bahwa aspek ekonomi lebih merupakan tujuan atau motivasi utama para pengrajin. Sehingga desain kerajinan yang diciptakan pengrajin di Bali didasarkan pada pemikiran ekonomi. Karenanya perilaku keseniannya amat dipengaruhi oleh tujuan komersial dan dengan sendirinya bentuk yang diciptakan juga disesuaikan dengan selera pasar. Hasil penelitian kerajinan jenis anyaman di daerah Yogyakarta, pada mulanya hanya bersifat sebagai kebutuhan sendiri, sekarang gagasan 48

Zaini Rohmad, Strategi Adaptasi Masyarakat Pengrajin Kecil Gerabah Tradisional Dalam Mempertahankan Kemiskinannya Di Desa Bayat kabupaten Klaten (konsep) dan perilaku pengrajin dalam menciptakan karya kerajinan anyaman talah dilandasi oleh motif ekonomi. Dalam hal ini anyaman dilihat sebagai sumber mata pencaharian. Sehingga bentuk anyaman yang dihasilkan menjadi beragam karena memang dipersiapkan untuk memenuhi selera para pembeli, bukan lagi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri (Salamun, 1992). Dari temuan-temuan tersebut di atas pada dasarnya para pengrajin telah sadar akan nilai ekonomi yang cukup menjanjikan dan seni kerajinan itu sendiri. Meskipun memang seperti banyak pula generasi pengrajin tua, masih bersikukuh dan sulit untuk mencoba-coba mengubah desain tradisi menjadi desain yang kontemporer yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Perlu dan tidaknya seni kerajinan tradisi seperti halnya desain gerabah, teknik pengerjaan dikembangkan atau tidak, telah mengundang perdebatan para pemerhati dan praktisi seni kerajinan tradisi. Di satu sisi ingin berharap apa adanya. Pada sisi lain justru ingin mengubah apa yang ada untuk disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan masyarakat pendukungnya. Kontroversi ini sebetulnya telah ditengahi dengan kegiatan penelitian yang dilakuakan Sutiyono (1194: 60-61). Dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa sikap para seniman pengrajin terhadap seni tradisional termasuk di dalamnya seni kerajinan, pada dasarnya menyetujui perlunya pengambangan lebih lanjut. Pengembangan ini pada intinya menginginkan bahwa seni tradisi harus disajikan dengan bentuk kreasi baru, tetapi tetap difungsikan sebagaiseni yang bernilai social-kemasyarakatan. Dari hasil studi awal yang dilakukan penulis di Dukuh Kebundalem yang merupakan salah satu dari 21 Dukuh yang ada di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, ditemukan masih banyak hasil seni kerajinan gerabah tradisi. Bahkan para pengrajin semuanya sudah tua yang sebagian besar pelakunya adalah wanita. Sedangkan para generasi muda, baik laki-laki maupun wanita telah memilih meninggalkan seni warisan tersebut dan menjadi buruh pabrik atau berdagang. Gejala ini menunjukkan kemungkinan bergesernya profesi dan pengrajin kea rah profesi lain. Didesa Paseban, penduduk yang tergolong miskin, berjumlah 5.219 jiwa dengan 1.339 Kepala Keluarga (KK), sekitar 66% tempat tinggal mereka belum permanen, hanya 34% saja yang sudah permanen. JKB. Nomor 7 Th. IV Januari 2010 49

Sedangkan dari luas wilayah desa sekitas 214.525 ha, 22.9% adalah berupa hutan yang terletak di perbukitan. Ditinjau dari pekerjaan penduduk yang berprofesi sebagai petani hanya 2,6%, buruh tani 6,9%, tukang 2,5%, jasa 15,4% dan pensiunan 3,5%. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai karyawan kerajinan 54,1%, sedangkan kedua terbesar sebagai wiraswasta yaitu sebesar 14,9 %. Ditinjau dari keberadaan kerajinan gerabah yang ada masih menunjukkan tingkat kesederhanaan dan belum banyak mengalami perkembangan yang berarti baik dari segi bentuk, proses pengerjaan maupun fungsi kerajinan yang dihasilkan. Kenyataan yang dialami para pengrajin gerabah ini perlu dikaji keterpaduan antara aspek manusia nya sebagai pengrajin, tidak hanya dilihat bahwa seni kerajinan gerabah sebagai bentuk visual structural semata, yang memisahkan aspek manusai sebagai pengrajin. Sehingga nantinya dapat dipahami secara obyektif tentang bagaimana sebenarnya pemikiran atau konsep-konsep yang melekat pada pengrajin gerabah tradisi, berkenaan dengan perilaku budaya dan berkesenian yang selama ini diidentikkan dengan keterbatasan dan kemiskinan. TUJUAN PENELITIAN 1. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara umum situasi dan kondisi social budaya masyarakat setempat kaitannya dengan aktivitas usaha kerajinan gerabah tradisional di Desa Bolon, Kecamatan Bayat, kabupaten Klaten 2. Untuk mengetahui strategi adaptasi masyarakat pengrajin gerabah tradisional di Bolo, Bayat, Klaten dalam mempertahankan kemiskinannya (usahanya). Penelitian ini untuk memaparkan secara empiric seni kerajian gerabah tradisi di Kecamatan Bayat dalam memelihara kemiskinannya karena keterbatasan pengetahuan kebudayaannya dalam memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan primer, social, dan integrative. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritik a. Temuan penelitian dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi kajian lebih lanjut mengenai masalah serupa, untuk menguji atau memperkokoh temuan yang 50