KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi

1 BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian dalam bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa secara historis perubahan yang terjadi secara umum di desa ini adalah sebagai berikt: telah 1) Perubahan dari sistew pertanian subsisten ke sistem pertanian komersial, terjadi sekitar tahun 1960-an dengan masuknya tanaman sayur-sayuran. Perubahan tersebut mempunyai arti penting bagi perkembangan ekonomi masyarakat setempat karena sebelumnya hasil produksi tanaman pangan hanya dikomsumsi sendiri dan sekarang hasil produksi sayur-mayur diperdagangkan, tidak hanya menjangkau pasar tradisional melainkan juga dikomsumsi oleh hotel dan rumah makan yang ada di kota kabupaten maupun propinsi.. 2) Pergeseran mata pencaharian pokok dari pertanian ke non pertanian. Gejala ini telah dimulai sejak tahun 1980-an dengan munculnya berbagai peluang usaha dan kerja di luar pertanian. Pergeseran ini terjadi terutama pada generasi muda yang lebih suka memilih lapangan usaha dan kerja di luar pertanian, dengan alasan bahwa hasil pertanian kurang memadai dibanding- kan hasil usaha dan bekerja di luar pertanian yang sakan relatif lebih besar dan lebih cepat dapat dinik-

2 mati. Hal tersebut menimbulkan akibat bahwa tanah pertanian ditinggalkan atau dikerjakan sebagai sambilan dengan penanganan yang tidak intensif. Tidak intensifnya penanganan usaha tani tersebut, juga disebabkan karena lahan pertanian merupakan lahan kering, dan kekurangan air. Selain itu, setelah bergesernya generasi muda ke lapangan pekerjaan non pertanian, usahatani cenderung dikerjakan oleh generasi tua. 3) Sekitar tahun 1980-an di desa penelitian telah muncul berbagai perkumpulan baru, antara lain, perkumpulan buruh pasar, perkupulan para sopir dan perkumpulan petani. Perkumpulan-perkumpulan tersebut mempunyai tuntutan-tuntutan baru yang tidak dapat dipenuhi dalam kehidupan masyarakat tradisional. Aktifitas perkumpulan tersebut antara lain, melakukan kegiatan tolong menolong antara anggota dalam ha1 terjadi musibah kematian anggota. Kegiatan semacam itu sebenarnya telah dilakukan secara tradisional oleh banjar yang telah ada sejak dahulu. Dilaksanakannya kegiatan tersebut intern kelompok masing-masing, berarti ada fungsi yang sama dilaksanakan oleh berbagai kelompok. Hal ini menandakan bahwa di desa ini telah terjadi perubahan struktur dan pergeseran fungsi dalam lembaga kemasyarakatan. 4) Sejak dilaksanakannya program Keluarga Berencana, tahun 1970-an, besarnya keluarga telah berubah menja-

3 di kecil, ha1 mana tampak jelas pada generasi yang telah mengikuti program KB. Ini berarti bahwa pelaksanaan program KB berhasil. 5) Faktor-faktor penunjang keberhasilan program KB di Bali, khususnya di desa penelitian, antara lain: 5.1 Konsep keluarga kecil telah dikenal dalam agama Hindu dan masyarakat Bali sebelum. program KB diperkenalkan. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya konsep suputra (putra utama), yang berarti bahwa agama Hindu lebih mementingkan kualitas anak dibandingkan jumlah anak. Di dalam kehidupan masyarakat Bali dikenal sistem penamaan anak berdasarkan urutan kelahiran yang idealnya terdiri dari tiga orang (Uayan, Made dan Nyoman) dan Ketut sebagai nama anak keempat yang sebenarnya tidak diharapkan) Masyarakat Bali sebelumnya juga telah mengenal cara-cara pencegahan kehamilan dengan netoda tradisional. 5.3 Masyarakat Bali mengenal adanya lembaga pengangkatan anak (adopsi) dan sentana rajeg, yang diatur secara agama dan hukum adat. Lembaga tersebut aerupakan upaya untuk memperoleh keturunan laki-laki tanpa perlu melahirkan anak laki-laki dalam perkawinan sendiri. Dengan demikian lembaga tersebut munjang pembentukan keluarga kecil.

4 5.4 Anggota masyarakat mempunyai orientasi ke masa depan, ha1 mana dapat diketahui dari adanya as- pirasi suami istri untuk meningkatkan pen- didikan anak Pergeseran mata pencaharian dari pertanian ke non pertanian menyebabkan suami istri tidak lagi memerlukan anak banyak sebagai tenaga kerja keluarga. 5.6 Peranan wanita yang cukup tinggi dalam bekerja di luar rumahtangga telah mendorong mereka untuk memilih punya anak sedikit supaya lebih leluasa beker j a. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pelaksanaan program KB di Bali, khususnya di desa penelitian, disebabkan karena anggota masyarakat telah siap mental menerima gagasan keluarga kecil yang dianjurkan dalam program KB. 6) Tidak ada bukti-bukti bahwa dengan diterimanya nilai keluarga kecil yang dianjurkan dalam program KB telah aenggeser peranan anak secara tradisional dalam hubungan orang tua-anak sebagaimana diatur dalam hukum adat yang dijiwai oleh agama Hindu. Ini berarti, bahwa penerimaan inovasi KB oleh anggota masyarakat tidak mengganggu eksistensi hukum adat.

5 Selain kesimpulan tersebut, beberapa kesimpulan khusus yang didasarkan pada kasus-kasus yang diteliti, dapat dikemukakan sebagai berikut: 7) Keinginan suami istri (sebagai orang tua) mempunyai anak laki-laki dalam keluarga lebih kuat dibandingkan keinginannya untuk mempunyai anak perempuan. Keinginan suami istri mempunyai anak laki-laki, dipengaruhi oleh pertimbangan atas dasar adanya peranan penting anak laki-laki menurut agama dan hukum adat. 8) Keinginan suami istri (sebagai orang tua) mempunyai anak sedikit (keluarga kecil) dalam keluarga lebih kuat dibandingkan keinginannya mempunyai anak banyak. Keinginan suami istri mempunyai anak sedikit, dipengaruhi oleh pertimbangan atas dasar program KB. 9) Ada petunjuk yang cukup kuat bahwa keinginan mempunyai anak sedikit juga dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi. lo) Ada petunjuk yang kuat bahwa gagasan keluarga kecil dapat diterima oleh generasi tua maupun muda. Dalam menerapkan gagasan keluarga kecil, suami istri yang mengikuti program KB cenderung mempunyai anak dua dengan alternatif anak tiga. Alternatif anak tiga cenderung dipilih oleh suami istri yang belum mempunyai anak laki-laki. Penerapan keluarga kecil dengan anak dua, lebih mantap dilakukan oleh keluarga yang sudah mempunyai anak laki-laki.

6 11) Ada petunjuk bahwa gagasan "anak laki-laki perempuan samaw sulit diterima oleh generasi tua maupun muda khususnya dalam aspek kehidupan yang diatur oleh agama dan hukum adat, tetapi tidak dipersoalkan jika ha1 tersebut menyangkut aspek kehidupan yang tidak diatur oleh agama dan hukum adat. 12) Ada petunjuk yang jelas bahwa pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan oleh suami, istri dan anak yang sudah dewasa. Pengambilan keputusan mengenai aspek-aspek kehidupan yang diatur oleh agama dan hukum adat (sepertti perjodohan dan penentuan tempat tinggal setelah menikah), tampak adanya dominasi orang tua terhadap anak dan dominasi suami terhadap istri. Adanya dominasi tersebut berkaitan dengan wewenang atau kekuasaan yang dirniliki oleh orang tua (dalam kaitan dengan anak) dan suami (dalam kaitannya dengan istri) berdasarkan budaya patrilineal di Bali. Pengambilan keputusan oleh anak dan istri, dalam ha1 ini, lebih banyak didasarkan pada adanya sumberdaya pribadi yang dirniliki (berupa pengalaman bekerja, pendidikan, pengetahuan ritual, ide-ide baru dan uang) oleh masing-masing yang dapat disumbangkan ke dalam keluarga. 13. Akhirnya, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pengaruh hukum adat dan program KB serta faktor-faktor lain terhadap nilai anak, dapat digambarkan dalam paradigma sebagai berikut:

7 JI <... saan - Perkawinan - Pola menetap - Pewarisan - Pengangkatan anak Dalam masyarakat BanjarIDesa Adat -Pewarkan ayahan Kewang- Program KB Faktor-faktor lain Y keluarga - Mempertahankan pola perilaku lama - Meciptakan pola perilaku baru Nilai anak ~ilai anak Model 10. Pengaruh Hukum Adat dan Program KB terhadap Nilai Anak pada Masyarakat Bali

8 11.2 saran 1. Hukum adat dan awig-awig sebagai suatu alat kontrol sosial di Bali dan mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan alat tersebut melalui lembaga banjar, desa adat dan kerabat, perlu dipertahankan dalam rangka penerimaan gagasan-gagasan baru, karena mekanisme ini efektif untuk mengatur perilaku anggota masyarakat sehingga generimaan nilai-nilai baru dalam keluarga dan masyarakat tidak akan mengganggu kelestarian nilai-nilai tradisional yang merupakan inti kebudayaan dalam masyarakat. Di sisi lain, pelaksanaan hukum adat dan awig-awig, khususnya yang tidak bersumber pada agama, perlu pula dilonggarkan supaya anggota masyarakat aempunyai peluang untuk menerima inovasi yang berguna bagi pembangunan. Melalui cara ini diharapkan akan terjadi keserasian antara tradisi dan modernisasi. 2. Pemerintah Daerah perlu menjaga keserasian antara tradisi dan modernisasi dan menjadikannya sebagai suatu strategi dala upaya menyukseskan pembangunan di suatu daerah dan ti&k merugikan masyarakat setempat. Melalui strategi tersebut dapat diharapkan penerimaan unsur-unsur modern akan menunjang kelestarian tradisi dan pelaksanaan tradisi dapat disesuaikan dengan alam modern.

9 3. Perlu dilakukan penelitian sejenis dan lanjutan dalam lingkup yang lebih luas untuk memperoleh perbandingan mengenai nilai anak dan perubahannya dalam kehidupan orang tua.