1. 4A 2. 3A 3. 3B. : Mengetahui masalah gizi dan penatalaksanaannya pada sistem respirasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah pembedahan tergantung pada jenis pembedahan dan jenis. dilupakan, padahal pasien memerlukan penambahan kalori akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB 1 PENDAHULUAN. Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

CATATAN PERKEMBANGAN. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

SKRINING DAN PENILAIAN NUTRISI

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akibat kanker setiap tahunnya antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut,

PENATALAKSANAAN DIIT PADA HIV/AIDS. Susilowati, SKM, MKM.

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

CRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

SIROSIS HEPATIS R E J O

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Oleh : Fery Lusviana Widiany

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Malnutrisi semakin diketahui sebagai faktor. prosnosis penting yang dapat mempengaruhi keluaran

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

Kesetimbangan asam basa tubuh

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. sel tubuh normal mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian. Penyakit kanker saat ini sudah merupakan masalah kesehatan di

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) INSTALASI GIZI RSU HAJI SURABAYA

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

Rita Patriasih, S.Pd., M.Si Prodi Pendidikan Tata Boga PKK FPTK UPI

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.Latar Belakang. Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada macam pembedahan dan jenis penyakit penyerta.

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai

Perbedaan Kecepatan Kesembuhan Anak Gizi Buruk yang Diberi Modisco Susu Formula dan Modisco Susu Formula Elemental Di RSU dr.

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

Saat. penyakit paling. atau. COPD/ Indonesia 1

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Data Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan klinis

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Komplikasi infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) terhadap

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TENTANG KATEGORI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. (PGK) tahap akhir yang menjalani dialisis masih sangat tinggi, kira-kira 15 -

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

menunjukkan 19,7% diderita oleh perempuan dewasa perkotaan, 13,1% lakilaki dewasa, dan 9,8% anak-anak. Anemia pada perempuan masih banyak ditemukan

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

Metode Pemecahan Masalah Farmasi Klinik Pendekatan berorientasi problem

Transkripsi:

1 Judul mata kuliah Blok : Gizi pada penyakit sistem respirasi : Sistem respirasi Waktu penyajian : Kompetensi : 1. Area landasan ilmiah ilmu kedokteran 2. Area pengelolaan masalah kesehatan Nama penyakit Kompetensi 1. Tuberkulosis tanpa komplikasi 2. Tuberkulosis dengan HIV 3. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) eksaserbasi akut 1. 4A 2. 3A 3. 3B TIU : Mengetahui masalah gizi dan penatalaksanaannya pada sistem respirasi TIK : 1. Menjelaskan hubungan gizi dan sistem respirasi 2. Menjelaskan mekanisme hubungan malnutrisi dengan penyakit sistem respirasi 3. Menjelaskan penatalaksanaan gizi pada penyakit sistem respirasi Narasi 1. Dampak Malnutrisi Terhadap Sistem Pulmonal Hubungan antara malnutrisi dan penyakit pada sistem respirasi teah diketahui sejak lama (Gaultier et al, 1999). Malnutrisi memberi efek negatif terhadap struktur, elastisitas dan fungsi paru; massa otot, kekuatan dan daya tahan respirasi; mekanisme imunitas paru dan pengnotrolan pernapasan. Sebagai contoh, defisiensi protein dan zat besi menyebabkan menurunnya kadar hemoglobin sehingga kapasitas darah untuk menganglut oksigen menjadi 1

2 terganggu. Rendahnya kadar mikronutrien lainnya seperti kalsium, magnesium, fosfor dan potasium menurunkan fungsi otot pernapasan pada tingkat seluler. Hipoproteinemia mengakibatkan edema pulmonal dengan menurunkan tekanan osmotik koloid sehingga terjadi perpindahan cairan tubuh ke dalam ruang interstisiel. Penurunan kadar surfaktan menyebabkan alveoli kolaps sehingga memperberat pengambilan napas. Jaringan konektif paru-paru terdiri dari kolagen, yang membutuhkan vitamin C untuk sintesis. Mukus jalan napas yang nrmal merupakan sebah substans yang terdiri dari air, glikoprotein dan elektrolit. Penurunan berat badan akibat asupan yang tidak adekuat berkorelasi secara signifikan dengan prognosis yang jelek pada mereka dengan penyakit pulmonal. Malnutrisi mengganggu sistem imunitas sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan dan meningkatkan lama rawat inap perawatan di rumah sakit. 2. Dampak Sistem Pulmonal terhadap Status Gizi Penyakit pulmonal meningkatkan kebutuhan energi. Hal ini menjelaskan perlunya komposisi tubuh dan parameter berat badan dimasukkan dalam data medis, pembedahan, farmakologi dan penelitian nutrisi dengan penyakit sistem respirasi. Komplikasi penyakit pulmonal atau pengobatannya menyebabkan asupan yang adekuat dan proses penyerapan menjadi sulit dan mengganggu proses penyerapan, sirkulasi dan penggunaan sel, penyimpanan dan ekskresi nutrien. Berbagai penyakit respirasi menyebabkan perubahan metabolisme gizi. Komplikasi penyakit respirasi mempengaruhi intake, digesti, absorpsi, sirkulasi, cadangan, dan eksresi zat gizi. Hal lain berupa interaksi antara obat yang banyak digunakan pada penyakit sistem respirasi seperti bronkodilator, antibiotik, steroid, dan diuretik juga memberikan dampak tertentu. Gejala klinik yang berkaitan dengan masalah gizi antara lain batuk, rasa cepat kenyang, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, sesak, dan kelelahan. Selain itu beberapa keluhan pada penyakit respirasi dapat mempengaruhi asupan makan dan status gizi secara menyeluruh seperti banyaknya lendir, batuk darah, nyeri dada, dan polifarmaka. 2

3 Gambar 1. Efek Penyakit Pulmonal terhadap Status Gizi 3. Penatalaksanaan gizi pada penyakit sistem respirasi Beberapa penyakit respirasi yang perlu memperhatikan aspek gizi antara lain bronkitis, pneumonia, bronkopneumonia, tuberkulosis, tuberkulosis dengan HIV, dan penyakit paru obstruksi kronis. Penatalaksanaan gizi pada penyakit respirasi memerlukan penilaian status gizi secara individu berkaitan dengan riwayat makan, gejala klinis yang mempengaruhi asupan makan, pola makan, status gastrointestinal, obat-obatan yang dikonsumsi. Untuk menilai status pulmonal, para klinisi menggunakan berbagai hasil diagnostik dan monitoring (prosedur radiologi, analisa gas darah, kultur sputum dan biopsi). Pemeriksaan yang penting juga termasuk tes fungsi pulmonal yang digunakan untuk menilai kemampuan sistem respirasi untuk menukar oksien dan karbondioksida. Penilaian sistem kardiovaskuler, ginjal, neurologi dan hematologi juga penting karena penyakit sistem-sistem tersebut menyebabkan komplikasi yang berkaitan dengan anatomi, fisiologi dan kimiawi paru. Gejala-gejala yang berkaitan dengan nutrisi termasuk, batuk, rasa cepat kenyang, anoreksia, penurunan berat badan, dispnea dan fatigue. Seiring dengan perkembangan penyakitnya, kondisi lain yang terkait juga bisa mengganggu asupan makan atau status gizi, terutama produksi sputum yang berlebihan, muntah, takipnea, hemoptisis, nyeri dada, polip nasal, anemia, depresi dan gangguan pengecapan akibat pengobatan. Prinsip dukungan nutrisi pada pasien dengan penyakit respirasi antara lain melakukan penilaian status gizi, menghitung kebutuhan energi yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan 3

4 pasien (tidak overfeed ataupun underfeed), pemberian protein yang adekuat, kebutuhan cairan yang sesuai, kebutuhan akan fosfat terpenuhi, pemberian formula tinggi lemak, rendah karbohidrat pada hiperkapnia persisten. a. Makronutrien Pemberian makronutrien memperhatikan keadaan hiperkapnia pada pasien. Pemberian energi yang berlebihan pada pasien dengan penyakit pernapasan dapat meningkatkan metabolik rate sehingga meningkatkan pula konsumsi oksigen dan karbondioksida. Sintesis lemak dari asupan karbohidrat yang berlebihan juga dikaitkan dengan produksi karbondioksida yang berlebih. Pada pasien dengan cadangan paru yang terbatas, hal ini akan mempercepat kegagalan respirasi akibat retensi karbondioksida. Oksidasi dari karbohidrat, lemak dan protein untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan menghasilkan karbondioksida dan air ada dalam proporsi yang unik untuk masingmasing substrat. Rasio antara karbondioksida yang dihasilkan dan oksigen oksigen yang digunakan yaitu Respiratory Quotient (RQ). RQ berguna karena volume karbondioksida yang diproduksi dan oksigen yang dikonsumsi tergantung pada sumber energi yang dimetabolisme (lemak, karbohidrat atau protein. Hal ini penting dalam penentuan regimen nutrisi pada pasien sesak karena penyakit paru kronik atau pasien yang membutuhkan ventilator. Pola asupan makronutrien dapat secara langsung mempengaruhi pertukaran gas secara adekuat akibat produksi CO2. Setiap molekul karbohidrat yang dimakan akan memproduksi satu molekul CO2,sehingga respiratory quotient untuk karbohidrat adalah 1. Respiratory quotient untuk protein adalah 0,8 dan untuk lemak adalah 0,7. Pada pasien dengan hiperkapnia diberikan komposisi karbohidrat 25-30% dan lemak 50-55%, sedangkan pada pasien tanpa hiperkapnia diberikan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30%, dan protein 15-20%. Pemberian mikronutrien yang terkait dengan fungsi otot pernapasan seperti fosfor harus diperhatikan karena akan mengakibatkan gangguan kontraktilitas otot diafragma. 4. Penatalaksanaan gizi pada beberapa penyakit Pada penyakit paru obstruksi kronis pemberian manajemen gizi harus memperhatikan usia pasien, kemampuan menyiapkan makanan, status gizi, dan keadaan hiperkapnia. Pemberian small feeding dan high dense oral nutritional supplement perlu diperhatikan. 4

5 Penyakit tuberkulosis baik dengan komplikasi maupun tanpa komplikasi memerlukan perhatian khusus pada pemberian energi yang ditingkatkan untuk melawan infeksi dan menaikkan status gizi. Pemberian polifarmaka pada pasien dengan tuberkulosis juga mempengaruhi interaksi obat-makanan. Beberapa obat tuberkulosis menurunkan absorpsi vitamin sehingga diperlukan pemberian suplementasi. 5. Evaluasi soal 1. Ny, M, 54 tahun, dengan keluhan sesak napas, dikonsulkan ke poli gizi dengan diagnosis TB relaps. Hal yang mengindikasikan perlunya konselling gizi pada pasien ini adalah a. Pasien ini sesak napas b. Pasien ini memiliki IMT 18 kg/m2 c. Pasien ini mengeluhkan nafsu makan turun d. Pasien ini batuk darah e. Pasien ini merasakan turun berat badan 2. Tn. J, 58 tahun, dengan diagnosis PPOK, mengunjungi poli gizi untuk mendapat terapi gizi. Prinsip terapi gizi pada pasien dengan masalah pernapasan. a. Berikan kalori untuk meningkatkan berat badan b. Jangan overfeeding c. Cegah underfeeding d. Protein 0.8 gr/kgbb/hari e. Diet tinggi lemak rendah karbohidrat 3. Tn.M, 32 tahun, masuk UGD dengan keluhan batuk disertai sesak napas. Pasien ini terpasang oksigen dengan RR 32x/i. Pentingnya memperhatikan respiratory quotient pada pasien ini disebabkan a. RQ karbohidrat 0.8 sehingga akan menurunkan konsumsi karbon dioksida b. RQ lemak 0.7 sehingga menurunkan konsumsi karbon dioksida 5

6 c. RQ Karbohidrat 0.7 sehingga meningkatkan produksi oksigen d. RQ lemak 1 sehingga meningkatkan produksi karbon dioksida e. RQ karbohidrat 1 sehingga meningkatkan produksi karbon dioksida 4. Ny. Y, 70 thn, dengan diagnosis PPOK. Saat ini mengeluhkan batuk kadang-kadang namun sesak dirasakan terus-menerus. Salah satu manajemen gizi pada pasien ini berupa pencegahan overfeeding dengan alasan... a. Menurunkan sesak b. Mencegah terbentuknya CO 2 c. Mengatasi batuk d. A dan B benar e. A dan C benar 5. Tn. K, 67 thn, dengan diagnosis PPOK, dengan keluhan saat ini sesak dan hasil AGD PCO 2 melebihi nilai normal, diberikan komposisi diet berupa karbohidrat 45%, lemak 40%, protein 15% dengan pertimbangan respiratory quotient (RQ) KH. Berapakah nilai RQ karbohidrat? a. 1 b. 0.9 c. 0.8 d. 0.7 e. 0.6 6. Ny, J, 55 thn, dengan distress pernapasan dan penggunaan ventilator, diberikan diet tinggi protein. Tujuan pemberian diet tinggi protein adalah... a. memperbaiki otot-otot pernapasan b. mencegah kenaikan respiratory quotient c. memberikan energi tinggi d. mencegah overfeeding e. memenuhi total kalori Referensi 6

7 1. Mahlan LK, Escott-Stump S. 2008. Krause s Food and Nutrition Therapy. Saunders Elsevier. 899-918 2. Heimburger DC, James D. 2006. Handbook of Clinical Nutrition. Fourth Edition. Mosby Elsevier. p.503-508. 7