PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kembali ke alam (back to nature), kini menjadi semboyan masyarakat modern. Segala sesuatu yang selaras, seimbang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

Good Agricultural Practices

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KISI-KISI DAN SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHU 2012

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengolahan simplisia di Klaster Biofarmaka Kabupaten Karanganyar I-1

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

TOPIK: PERTANIAN NON PANGAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman bawang merah (Allium ascolanum L.) termasuk salah satu tanaman sayuran umbi multiguna.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

UJI KOMPETENSI 2013 PROGRAM STUDI KEAHLIAN AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI BAHAN BAKU OBAT. Penerbit IPB Press IPB Science Park Taman Kencana, Kota Bogor - Indonesia. Sandra Arifin Aziz Taopik Ridwan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) Oleh Jippi Andalusia A

LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA PAKCOY (Brassica rapa L.) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK DAUN

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dan

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

Pengen SUKSES?? Budidaya Buah naga!!

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Dosen Pengampu: R. SOEDRADJAD, Ir., M.Sc. Jurusan Budidaya Pertanian Pertanian. Prof.Dr. Ir. SOETRIONO, M.P.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Cara Menanam Cabe di Polybag

Teknik Budidaya Tanaman Durian

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

Tahun Bawang

EKOLOGI MANUSIA : PERTANIAN DAN PANGAN MANUSIA. Nini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

E.12. Penetapan harga pokok produksi (HPP) produk rimpang temulawak...

Transkripsi:

PERENCANAAN AGRIBISNIS, PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN TANAMAN OBAT 1) Sandra Arifin Aziz 2) Tanaman obat adalah tanaman hasil budidaya yang dikonsumsi langsung yang disebut sebagai herbal atau sebagai bahan baku yang menyediakan bahan bioaktif untuk suatu produk pharmaceutical. Tanaman obat ini merupakan bagian dari biofarmaka. Biofarmaka sendiri didefinisikan sebagai tumbuhan, hewan dan mikroba yang memiliki potensi sebagai obat makanan kesehatan, pangan fungsional dan nutrasetika untuk manusia, hewan dan tanaman. Untuk tanaman obat maka pengelompokannya adalah tanaman temu-temuan, herba, semak, dan pohon. Untuk panen dan pasca panen pengelompokan berdasar bagian tanaman yang dipanen. Bahan baku obat alami, dapat berasal dari sumber daya alam biotik maupun abiotik. Sumber daya biotik meliputi jasad renik, flora dan fauna serta biota laut, sedangkan sumber daya abiotik meliputi sumber daya daratan, perairan dan angkasa dan mencakup kekayaan/ potensi yang ada di dalamnya. Lebih dari seratus jenis tanaman yang memiliki khasiat obat telah dipergunakan sebagai bahan baku industri obat tradisional dan kosmetika alami. Sebagian besar bahan baku obat tersebut diperoleh tanpa dibudidayakan atau sebagai tanaman liar, tetapi pada saat ini sudah saatnya kita mempersiapkan diri membudidayakan tanaman obat yang tadinya hanya dikumpulkan dari alam saja. Era globalisasi dalam lingkup perdagangan bebas antar negara membawa dampak ganda, pada satu sisi era globalisasi ini membuka kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar negara, namun di sisi lain akan membawa persaingan yang 1) disampaikan pada Seminar Bisnis Tanaman Obat, Agrifarma, Badan Eksekutif Mahasiswa Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 23 September 2006 2) Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor

2 semakin tajam dan ketat. Globalisasi akan memberikan perbaikan ekonomi kepada negara yang efisien dan kompetitif di pasar internasional. Berdasarkan pertimbangan dampak positif yang akan diperoleh dengan globalisasi, maka berbagai komitmen internasional telah banyak dibangun antara lain GATT, AFTA dan APEC. AFTA telah dilaksanakan sejak tahun 2003 dan APEC akan mulai diterapkan pada tahun 2020. Dengan demikian, Indonesia sebagai salah satu negara yang potensial dalam perekonomian dunia juga harus segera mempersiapkan segala sesuatunya menuju globalisasi ekonomi. Tantangan utama di masa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan SDM, teknologi dan manajemen. Pengusahaan tanaman dalam hal ini tanaman obat, memerlukan perencanaan dari sejak awal sampai dengan akhir dari kegiatan budidaya, yaitu penjualan dan distribusinya. Pendekatan yang dipakai bisa dua arah, yaitu: 1. pencarian informasi harga dari setiap jenis tanaman obat yang akan diusahakan, input-input yang diperlukan dan kaitan dengan bidangbidang lain diluar agroekosistem tanaman obat ini, misalnya industriindustri yang berkaitan dengan tanaman obat, sehingga dapat diketahui bentuk produk yang dapat dihasilkan dari setiap jenis tanaman obat, atau kombinasi-kombinasinya. 2. pengetahuan budidaya satu jenis tanaman obat yang dimulai dari pengetahuan mengenai setiap individu tanaman, populasi dan kombinasi dengan jenis tanaman obat lainnya. Tidaklah masuk di akal kalau akan mengusahakan suatu agroekosistem tanpa didahului dengan informasi harga input, output dan proses produksi yang akan dilakukan dan kemungkinan untuk mendapatkan investasi di awalnya. Pengetahuan budidaya yang dipunyai merupakan aspek teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan agroekosistem ini sehingga mungkin didapatkan keuntungan. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai budidaya tanaman obat, mulai dari persiapan alat dan alat-alat pertanian, penyiapan dan pengadaan bibit dan obat-obatan (misalnya pestisida), budidaya, usahatani, panen dan penangan pasca panen, pemasaran produk dan distribusinya.

3 Tanaman obat tidak dapat hanya dipandang sebagai obyek produksi yang memiliki nilai ekonomi, tetapi tanaman obat memiliki nilai lebih yang mengharuskan kita menggembangkannya. Berdasarkan data dari PROSEA ( ) diketahui bahwa untuk Indonesia industri yang menggunakan bahan baku tanaman obat merupakan salah satu industri yang terbesar, terutama yang digunakan sebagai bahan baku jamu. Belum lagi simplisia (produk tanaman obat yang dikeringkan) yang diekspor ke luar negeri. Secara umum, neraca perdagangan tanaman obat Indonesia masih surplus. Nilai ekspor tanaman obat masih di atas nilai impornya. Pada tahun 1999, nilai ekspor sebesar US$ 18.575.407 sedangkan impornya hanya US$ 710.514. Kesemua produk budidaya tanaman obat ini harus mengikuti standar baku mutu budidaya, misalnya: GAP WHO 2003, dan standar baku mutu produk tanaman obat yang berlaku seperti: GACP WHO 2003, Materia medika Indonesia dan SNI. Resesi ekonomi di akhir abad XX, yang berpengaruh nyata terhadap meningkatnya harga obat-obatan dan kosmetika impor, telah mendorong masyarakat melirik kembali pada obat-obatan dan kosmetika yang berbahan baku tumbuhtumbuhan dan resep-resep yang diwariskan oleh nenek moyang kita. Di pihak lain kekhawatiran masyarakat dunia terhadap pengaruh negatif penggunaan obat-obatan dan kosmetika modern telah mendorong terjadinya budaya back to nature khususnya di negara maju. Kini banyak masyarakat yang mulai menggemari obat-obatan dan kosmetika alami yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme. Berkembangnya isu pelestarian alam pun turut memberikan kontribusi terhadap meningkatnya pendayagunaan sumberdaya alam. Dari 940 spesies tanaman obat yang diketahui di Indonesia, Departemen Kesehatan RI telah menetapkan 13 tanaman obat unggulan, yang terdiri dari sambiloto, pegagan, jati belanda, tempuyung, temulawak, daun ungu, cabe jawa, sanrego, pasak bumi, kencur, pace, daun jinten dan pala. Sedangkan Departemen Pertanian menetapkan tanaman obat unggulan berdasarkan pendekatan agribisnis, yakni tanaman obat yang banyak dibutuhkan, mudah dipasarkan, dan telah dibudidayakan oleh petani. Tanaman tersebut adalah jahe, kencur, kunyit dan lengkuas. Pada umumnya masyarakat telah mengenal tanaman ini dan menggunakannya sebagai bahan baku obat tradisional, bumbu dapur dan makanan/minuman kesehatan.

4 Prospek pengembangan agribisnis tanaman obat sangat potensial dan menjanjikan. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya antara lain : nilai ekonominya relatif tinggi, efisien dalam penggunaan lahan, pilihan komoditasnya beranekaragam, dapat dipilih satu jenis atau lebih tanaman obat yang sesuai pada setiap agroekologi, teknik budidayanya beragam (monokultur atau tumpangsari), pasar masih terbuka, kebutuhannya cenderung meningkat, biaya produksi relatif murah dan teknologi produksinya mudah dikuasai. Penentuan definisi tanaman obat perlu dilakukan, untuk memudahkan dalam melakukan budidayanya, karena kesamaan cara pemeliharaan didalam kelompok. Tanaman temu-temuan didefinisikan sebagai kelompok tanaman Zingiberaceae yang dipanen rimpangnya. Tanaman herba didefinisikan sebagai kelompok tanaman tidak berkayu. Tanaman semak didefinisikan sebagai kelompok tanaman berkayu dengan percabangan dekat permukaan tanah. Tanaman berbentuk pohon didefinisikan sebagai kelompok tanaman berkayu dengan batang yang menyebabkan percabangan jauh dari permukaan tanah. Penyiapan Lahan dan Alat-alat Pertanian Penyiapan lahan dilakukan untuk dua (2) tujuan yang berbeda: 1. pembibitan, dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu: a. kultur jaringan, teknik, peralatan dan penyediaan fasilitas dibicarakan secara khusus dan tidak dibahas di tulisan ini b. persemaian benih dan pembibitan bahan vegetatif tanaman di lapang yang dapat dilakukan dalam polibag atau bedeng-bedeng 2. penanaman di lapang untuk tanaman dewasa adakalanya penanaman langsung dilakukan di lapang, bila jenis yang diusahakan tidak memerlukan pembibitan sebelumnya atau bibit dibeli. Tahap awal penyiapan lahan adalah memilih tempat budidaya dengan mengumpulkan informasi pengorganisasian tapak, yaitu: a. Kesiapan dan kelengkapan alat, bahan dan metoda diperiksa, dipelajari secara cermat dan teliti

5 b. Kegiatan pengumpulan dan pengorganisasian informasi dan data tapak pembibitan dan lapang dilakukan sesuai teknik dan kriteria yang telah ditetapkan c. Informasi yang dikumpulkan berupa informasi tentang status lahan, luas lahan, sifat tanah, kemiringan lahan, sumber air, keadaan cuaca, arah dan intensitas cahaya matahari, arah dan kecepatan angin, kedekatan dengan penduduk, jalur saluran pembuangan air, jaringan listrik, arah dan kemudahan pencapaian ke tapak pembibitan d. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja Tahap ke-dua adalah mengidentifikasi jenis dan sifat lingkungan tumbuh tanaman obat yang akan dibudidayakan a. Prosedur pelaksanaan kegiatan dan kelengkapan alat serta bahan untuk penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dikuasai sesuai dengan pedoman baku budidaya tanaman obat b. Informasi dan data yang dibutuhkan meliputi sifat fisik dan kimia lingkungan tumbuh, dan tipe lingkungan tumbuh (tipe tanah dan batuan) c. Informasi dan data tapak dianalisis untuk menentukan jenis tanaman yang akan diusahakan d. Kegiatan penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dilakukan sesuai teknik dan rencana yang telah ditetapkan e. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dipatuhi sesuai prosedur Tahap ke-tiga adalah menentukan jenis tanaman yang akan dibudidayakan a. Prosedur pelaksanaan kegiatan dan kelengkapan alat serta bahan untuk penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dikuasai sesuai dengan pedoman baku budidaya tanaman obat b. Informasi dan data jenis tanaman yang akan diusahakan sesuai dengan lingkungan tumbuh tanaman dibutuhkan

6 c. Informasi dan data teknologi penanganan jenis tanaman komersial yang kurang sesuai dengan lingkungan tumbuh setempat yang akan dibudidayakan d. Kegiatan penentuan jenis tanaman yang akan dibudidayakan dilakukan sesuai teknik (misalnya untuk tanaman obat temutemuan diperlukan penyiapan bedengan penanaman di lapang termasuk untuk drainasenya) dan rencana yang telah ditetapkan e. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dipatuhi sesuai prosedur Tahap ke-empat adalah menentukan fasilitas yang diperlukan a. Prosedur pelaksanaan kegiatan dan kelengkapan alat serta bahan untuk menentukan fasilitas pembibitan yang diperlukan dikuasai sesuai dengan pedoman baku budidaya tanaman obat b. Informasi dan data tapak dianalisis untuk menentukan fasilitas yang dibutuhkan c. Jenis dan rencana penggunaan fasilitas ditentukan secara teliti d. Kegiatan menentukan fasilitas pembibitan dilakukan sesuai sumberdaya teknik, sumberdaya manusia, dan sumberdaya finansial serta rencana yang telah ditetapkan berdasarkan GAP e. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dipatuhi sesuai prosedur Tahap ke-lima adalah menyusun program kerja dan target pencapaian usaha pembibitan dan penyiapan lahan di lapang untuk tanaman obat a. Prosedur identifikasi, metoda analisa dan perumusan rencana yang digunakan untuk menyusun program kerja dan target pencapaian, dikuasai sesuai dengan pedoman perencanaan kegiatan b. Tahap penyusunan program kerja dan target pencapaian usaha dilakukan sesuai standar baku usaha pengembangan pembibitan dan penyiapan lahan di lapang untuk budidaya tanaman obat

7 c. Prosedur penyusunan dan aktualisasi progran kerja dan target pencapaian dikuasai sesuai dengan pedoman usaha pengembangan pembibitan dan budidaya tanaman obat d. Kegiatan perencanaan pembibitan dan budidaya tanaman obat yang telah dilakukan terdokumentasi dengan baik, benar dan tepat waktu e. Faktor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja dipatuhi sesuai prosedur Penyiapan dan Pengadaan Bibit Tanaman Obat dan Obat-obatan Bahan tanaman berupa benih atau bibit dipilih sesuai spesies dan varietasnya (kalau ada) dan diperiksa agar didapatkan bahan tanaman yang sehat dan bermutu. Bahan tanaman yang bermutu, diketahui kandungan bahan bioaktif yang tinggi dan berproduksi tinggi akan memberikan nilai jual yang tinggi, sehingga juga akan menjamin penghasilan yang didapat. Tempat pembelian yang diketahui mempunyai kredibilitas yang tinggi, memahami tujuan budidaya tanaman obat, apalagi yang dapat memberikan sertifikasi sangat dibutuhkan. Standar baku budidaya tanaman obat (misal GAP WHO) menghendaki, budidaya tanaman obat dilakukan secara organik, sehingga pestisida, maupun pupuk yang digunakan diusahakan yang ramah lingkungan atau organik. Ada dua pendapat mengenai hal ini, kelompok pertama menginginkan budidaya yang 100% organik, sedangkan kelompok kedua masih mengijinkan pemakaian pupuk buatan, tetapi tidak menggunakan pestisida anorganik. Jenis tanaman obat temu-temuan dan sebagian herba merupakan tanaman setahun, sehingga penyiapan dan pengadaan bibitnya dilakukan setiap tahun, sedangkan tanaman obat semak dan tahunan, hanya memerlukan penyiapan dan pengadaan bibit pada saat awal penanamannya saja, atau kalau daur hidupnya yang tahunan sudah selesai atau masa produksi dianggap selesai.

8 Budidaya Tanaman Obat Urut-urutan budidaya adalah sama untuk setiap jenis tanaman obat, hanya ada beberapa pengecualian, yaitu: penanaman di lapang dan penyiraman, pembumbunan dan pemupukan (organik), pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang ramah lingkungan atau secara manual. Untuk tanaman obat semak kadang-kadang diperlukan pemangkasan di lapangan, menyeleksi cabang yang perlu dipangkas atau dijarangkan. Usahatani Tanaman Obat Usahatani tanaman obat berdasarkan jenis tanaman yang diusahakan. Pada tulisan ini akan disampaikan usahatani tanaman obat herba pegagan dan jati belanda yang merupakan jenis pohon. Pegagan biasanya dikumpulkan dari alam, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan yang berlandaskan pemikiran organik, sehingga budidaya yang dilakukan adalah: penyediaan bibit, penyiapan lahan berupa bedengan, penyiapan naungan di atas bedeng, penanaman dan pemberian pupuk kandang, penyiraman dan pemanenan. Pada penanaman 10 m 2 lahan setelah 4 bulan penanaman di lapang akan dihasilkan 1. bobot basah biomass seberat 20 kg a Rp 3 000/kg Rp 60 000,- atau 2. bobot kering biomass seberat 4 kg a Rp 30 000/kg Rp 120 000,- atau 3. bobot basah daun seberat + 10 kg a Rp 30 000/kg Rp 300 000,- atau 4. bobot kering daun seberat + 4 kg a Rp 90 000/kg Rp 360 000,- dengan kebutuhan tenaga kerja 2 HOK a' Rp 15 000,- Rp 30 000,- bibit seharga Rp 2 000,- pupuk kandang ayam petelur 2 kg a Rp 4 000 Rp 8 000,- paranet Rp 8 000,- Jumlah Rp 48 000,- Jati Belanda berupa pohon yang budidayanya dilakukan di lapang dengan jarak tanam 2.5 m x 2.5 m sehingga didapatkan populasi/ha 1600 tanaman. Budidaya dilakukan dengan menanam benih di pembibitan, setelah bibit berumur 1.5 tahun, maka dipindahkan ke lapang. Pada saat penanaman dilakukan

9 pemberian pupuk kandang sapi dan kapur, pemanenan dilakukan 4 kali dalam satu tahun dengan cara perontokan daun, pemupukan dilakukan 2 kali/tahun. Setelah 6 bulan di lapang, maka akan didapatkan panen 1.5 kg daun basah atau 0.5 kg daun kering/tanaman. Pendapatan dalam 1 tahun untuk 1 ha, adalah 1600 tanaman x 4 kali panen x 0.5 kg x Rp 3000/0.05kg Rp 192 000 000,- Kebutuhan tenaga kerja Pembuatan lubang dan pemasukan pukan dan kapur Rp 1 600 000- Penanaman Rp 240 000- Pemeliharaan Rp 180 000- Pemupukan Rp 15 000- Pemanenan Rp 240 000- Bibit dan input lain Bibit 1600 tanaman a Rp 10 000 Rp16 000 000,- Kapur 2 ton a Rp 200/kg Rp 400 000,- Pukan sapi 20 ton a Rp 200/kg Rp 4 000 000,- Jumlah Rp22 675 000,- Panen dan Penanganan Pascapanen Tanaman Obat Bagian yang dipanen pada tanaman obat bergantung jenis tanamannya, tujuan pemanenan yaitu dipanen segar atau kering, harga, dan kualitas. Kebanyakan tujuan pemanenan lebih kepada panen bahan kering dan telah dipotong-potong menurut standar untuk setiap jeni tanaman obat yang biasa disebut simplisia. Bentuk ini mempunyai harga yang lebih tinggi dan relatif tahan lama dibandingkan kalau bentuk segar. Standar baku mutu produk pertanian mengikuti standar yang berlaku, misalnya: GACP WHO 2003, Materia medika Indonesia dan SNI. Bentuk segar akan mempunyai permasalahan yang sama seperti sayuran lainnya, yaitu masa pajang (shelf life) yang terbatas. Pada tulisan ini bentuk simplisia yang akan ditelusuri lebih lanjut. Untuk hal ini secara umum hal-hal yang perlu dilakukan adalah: a. teknik, waktu dan alat panen yang tepat b. pemilihan bagian yang dipanen yang segar dan memenuhi mutu yang diinginkan

10 c. pemotongan d. pencucian e. pengeringan, sampai disini disebut sebagai pengolahan hasil primer f. pengemasan dan penyimpanan dengan teknik, bahan dan tempat pengemas dan penyimpanan yang sesuai Bagian tanaman yang dipanen mulai dari rimpang pada temu-temuan; umbi, akar, buah atau biji dan tajuk pada tanaman obat herba; akar, daun, bunga, korteks dan buah atau biji pada tanaman obat semak; dan akar, korteks, daun, bunga dan buah atau biji pada tanaman obat pohon. Pemasaran Produk Usahatani dan Distribusinya Produk usahatani tanaman obat berupa simplisia dipasarkan bisa secara langsung ke konsumen, misalnya perorangan, atau melewati toko obat, pabrik jamu atau industri pharmaceutical dan distributornya, baru ke konsumen akhir. KESIMPULAN Bisnis tanaman obat mempunyai prospek yang baik untuk masa mendatang, akibat berkurangnya kemungkinan mengumpulkan bahan alami dari alam, kebutuhan obat yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah manusia dan ditemukannya jenis-jenis penyakit yang baru, ditambah dengan beralihnya konsumen dari obat-obatan barat ke tradisional dan harga yang akan terus meningkat. Hal ini menyebabkan penguasaan dan pemahaman teknik budidaya dan pengolahan primer yang memenuhi baku mutu standar harus dipunyai. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Standar Kompetensi Nasional Bidang keahlian Budidaya Tanaman Perkebunan Semusim dan Tanaman Obatobatan. Materia Medika Indonesia