ATLAS POTENSI ENERGI LAUT. Harkins Prabowo. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan S A R I

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI ENERGI LAUT INDONESIA. Mira Yosi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan S A R I

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS LAUT BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRACT...

STUDI PEMANFAATAN ENERGI PANAS LAUT DAN GELOMBANG LAUT UNTUK SISTEM KELISTRIKAN DI KABUPATEN KARANGASEM BALI

OCEAN ENERGY (ENERGI SAMUDERA)

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

Perhitungan Potensi Energi Angin di Kalimantan Barat Irine Rahmani Utami Ar a), Muh. Ishak Jumarang a*, Apriansyah b

RANCANGAN EVAPORATOR DAN KONDENSOR PADA PROTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS AIR LAUT (OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION/ OTEC)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Energi angin (Wind Energy) Hasbullah, S.Pd., MT

Pengembangan Energi terbarukan dengan identifikasi kecepatan Arus Lintas Indonesia di wilayah Timur Indonesia

Lampiran 1. Draft Jurnal MODEL OWC SEBAGAI SEAWALL VERTIKAL UNTUK BANGUNAN PENAHAN EROSI PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

OCEAN ENERGY ENERGI LAUT/SAMUDRA. Dr. Donny Achiruddin M.Eng. Universitas Darma Persada (UNSADA) Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI)

KAJIAN POTENSI SUHU AIR LAUT PERAIRAN PULAU TARAKAN DAN BUNYU SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN. Sugeng Riyanto

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

Studi Distribusi Panas di Laut untuk Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN KONVERSI ENERGI PANAS LAUT DEVELOPMENT OF OCEAN THERMAL ENERGY CONVERSION. Calvin E. J. Mamahit

Kajian Pemanfaatan Potensi Suhu Air Laut Sebagai Sumber Energi Terbarukan Menghasilkan Energi Listrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembaharuan energi, memanfaatkan energi alam yang melimpah luas menjadi sebuah energi alternatif yang akan dipakai di masa mendatang.

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu menyatakan banyaknya bahang (heat) yang terkandung dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. l.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PASANG SURUT

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik juga semakin meningkat. Hal ini menciptakan peluang dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1 BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sumber energi utama yang dikonversi menjadi energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

POKOK BAHASAN : ANGIN

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik dibangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

PRINSIP KERJA TENAGA ANGIN TURBIN SAVOUNIUS DI DEKAT PANTAI KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Indonesia

Pengantar Teknologi Energi PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

Estimasi Arus Laut Permukaan Yang Dibangkitkan Oleh Angin Di Perairan Indonesia Yollanda Pratama Octavia a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Perjalanan Dinas Chief BRKP-DKP Bagus Hendrajana, Chief FIO Mr Jianjun Liu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potesi energi terbarukan saat ini semakin banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN

TURBIN ANGIN POROS VERTIKAL UNTUK PENGGERAK POMPA AIR

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

MODUL V-C PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP (PLTGU)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi masyarakat. Salah satu manfaatnya adalah untuk. penerangan. Keadaan kelistrikan di Indonesia sekarang ini sangat

Studi Kelayakan Teknis Penempatan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTGL-SB) di Kepulauan Riau

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

Generation Of Electricity

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

ANALISIS POTENSI ENERGI ANGIN DALAM MENDUKUNG KELISTRIKAN KAWASAN PERBATASAN STUDI KASUS : DESA TEMAJUK KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

Harkins Prabowo Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan sebuah usaha seperti foto kopi, rental komputer dan. warnet. Kebutuhan energi lisrik yang terus meningkat membuat

Transkripsi:

ATLAS POTENSI ENERGI LAUT Harkins Prabowo Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan harkinz@yahoo.com S A R I Meskipun luas wilayah laut Indonesia tiga kali lebih besar dibandingkan luas daratannya, namun kegiatan pemanfaatan energi laut untuk pembangkit listrik belum berkembang. Sampai dengan tahun 2012, telah dilakukan kegiatan inventarisasi beberapa jenis sumber energi laut yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik. Energi laut tersebut yang terdiri dari tenaga gelombang laut, tenaga arus laut, dan tenaga panas laut. Kegiatan inventarisasi tersebut juga telah memetakan potensi energi laut baik secara teoritis, secara praktis, maupun dari aspek ketersediaan teknologi pembangkit listrik. Kata kunci: atlas energi, potensi energi kelautan 1. PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah negara kepulauan "Archipelago State" yang mempunyai 13.667 pulau dengan 5 pulau besar, berbatasan dengan laut Andawan, China Selatan, Malaysia, Phillipina dan Samudera Pasifik, Hindia dan Australia. Indonesia memiliki luas daratannya mencapai 1.919.443 km², luas laut 3.257.357 km².jumlah seluruhnya adalah 5.176.800 km². Meskipun luas wilayah laut Indonesia tiga kali lebih besar dari luas daratannya, namun kegiatan pemanfaatan energi laut untuk pembangkit listrik belum berkembang. Pijakan pengembangan energi laut sebenarnya telah tersedia dalam UU No. 30/2007 tentang Energi maupun UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Namun kenyataannya, peta jalan (road map) pengembangan energi laut dan Rencana Umum Kelistrikan Nasional (RUKN) belum mengakomodasi pemanfaatan energi laut.keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya belum tersedianya informasi potensi energi laut yang secara ekonomis dapat dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik (Mukhtasor, 2012). Kegiatan inventarisasi beberapa jenis sumber energi laut yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dilakukan sejak tahun 2006 sampai dengan 2012. Energi laut tersebut adalah tenaga gelombang laut, tenaga arus laut dan tenaga panas laut. Kegiatan tersebut telah memetakan potensi energi laut baik secara teoritis maupun secara praktis, setelah mempertimbangkan kebutuhan untuk pelayaran dan kondisi dasar laut. Aspek teknologi yang tersedia secara komersial di pasar internasional juga dipertimbangkan di dalam penentuan potensi energi tersebut. Para profesional dan ahli di bidang energi kelautan yang tergabung dalam Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) telah meratifikasi metodologi perhitungan dan besaran potensi energi laut nasional. Data tersebut dapat dijadikan masukan untuk pemerintah dan dunia usaha dan diharapkan menjadi acuan angka 65

potensi energi laut yang telah disepakati secara nasional sebagai basis penyusunan Kebijakan Energi Nasional. 2. SUMBER DAYA ENERGI KELAUTAN Definisi sumber daya energi laut adalah sumber daya yang memanfaatkan karakteristik alamiah dari laut (arus, gelombang, pasang surut, temperatur) yang dapat diolah oleh manusia sehingga dapat digunakan bagi pemenuhan kebutuhan energi. Sedangkan ketersediaan sumber daya energi laut yang dimaksud adalah kemampuan manusia untuk mendapatkan sumber daya energi tersebut berdasarkan teknologi yang telah dikembangkan serta dengan cara yang menurut pertimbangan keekonomian dapat diterima. Oleh karena itu sumberdaya energi kelautan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Cumarsaids dkk., 2005): 1) Sumber Daya Teoritis (Theoritical resources): merupakan potensi energi laut dengan kapasitas bruto, yang ditentukan dari pemodelan di suatu wilayah laut berupa nilai maksimum daya listrik yang dihasilkan dari satu lokasi. 2) Sumber Daya Teknis (Technical resources): merupakan potensi energi laut dengan kapasitas yang dibatasi/ditentukan oleh teknologi yang tersedia, efisiensi dari alat yang sudah tersedia. 3) Sumber Daya Praktis (Practical resources): merupakan potensi energi laut teknis dengan kapasitas yang memperhatikan kondisi dasar laut, jalur lalu lintas kapal dan lain-lain. 4) Sumber Daya Aksesibel (Accessible resources): merupakan potensi energi laut praktis dengan kapasitas yang mempertimbangkan isu lingkungan, konservasi, tata ruang, dan lain-lain. 5) Sumber Daya Viabel (Viable resources): merupakan potensi energi laut aksesibel dengan kapasitas yang mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur keekonomian. Secara teoritis, total sumberdaya energi laut nasional sangat melimpah, meliputi energi dari jenis arus laut, gelombang laut dan panas laut, yaitu mencapai 727.000 MW. Namun demikian, potensi energi laut yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi yang ada pada saat ini dan secara praktis memungkinkan untuk dikembangkan, berkisar antara 49.000 MW. Diantara potensi sedemikian besar tersebut, industri energi laut yang paling siap adalah industri berbasis teknologi gelombang dan teknologi arus pasang surut, dengan potensi praktis sebesar 6.000 MW (ASELI, 2011). Besarnya potensi tersebut berdasarkan hasil perhitungan dan survei lapangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Badan Litbang ESDM dalam kaitannya dengan eksplorasi sumberdaya energi laut telah aktif melakukan penelitian dan pengembangan energi laut di beberapa selatselat potensial di Indonesia. Kegiatan ini dilakukan baik secara mandiri dilingkungan ESDM maupun bekerjasama dengan lembaga terkait lain. Hasil-hasil survei lapangan telah dipakai untuk memvalidasi perkiraan-perkiraan teoritis yang dikembangkan oleh para ahli. Sampai saat ini secara nasional baru dikembangkan perhitungan potensi energi laut hingga tahap ke-3, yaitu perhitungan sampai potensi praktis. Rincian potensi sumber daya energi laut nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil perhitungan secara teoritis yang kemudian divalidasi dengan data-data hasil survei dituangkan dalam atlas/peta energi laut sebagai berikut: a. Potensi Energi Arus Laut Indonesia Arus laut merupakan sumber energi yang sebagian ditimbulkan oleh adanya pasang surut air laut dan tergolong sumber energi yang ramah lingkungan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri banyak pulau dan selat, kondisi geografis inilah yang menjadi salah satu faktor yang menimbulkan arus laut. Salah satu penyebab terjadinya arus laut karena adanya pasang surut yang diakibat- 66 M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012

Tabel 1. Sumber daya dan potensi energi laut SUMBER DAYA ENERGI LAUT POTENSI TEORITIS POTENSI TEKNIS POTENSI PRAKTIS Panas Laut 57 GW 52 GW 43 GW Gelombang Laut 510 GW 2 GW 1,2 GW Arus Pasang Surut 160 GW 22,5 GW 4,8 GW Total 727 GW 76,5 GW 49 GW Sumber: Raker ke-2 ASELI, Lembang 18-19 Juli 2011 kan oleh interaksi bumi, bulan, dan matahari. Selain itu juga disebabkan oleh arus geostropik karena gaya Coriolis akibat rotasi bumi serta perbedaan salinitas, suhu, dan densitas. Di Indonesia, terjadinya arus laut lebih dominan diakibatkan oleh pasang surut. Aliran arus laut (karena pasang surut) seperti halnya arus sungai yang menyimpan energi hidro-kinetik, energi tersebut dapat dikonversi menjadi daya listrik. Besarnya daya listrik tergantung pada densitas fluida, penampang aliran, dan kecepatan alirannya. Atlas Potensi Arus Laut (Gambar 1) menunjukkan 20 (dua puluh) lokasi selat-selat di Indonesia yang diperkirakan memiliki arus laut cukup kuat berdasarkan pemodelan/pemetaan secara digital. Daerah-daerah tersebut cukup potensial berdasarkan pengukuran secara langsung di lapangan. Pada lokasi-lokasi yang mempunyai potensi arus laut tersebut direkomendasikan dapat diimplementasikan pemasangan turbin (generator) untuk membangkitkan energi listrik. Selat-selat yang berpotensi energi arus laut tersebut sesuai dengan penomoran di dalam atlas (Gambar 1) adalah sebagai berikut: (1) Selat Dempo, (2) Selat Pengelap, (3) Selat Sugi, (4) Selat Riau, (5) Selat Toyopakeh, (6) Selat Lombok, (7) Selat Alas, (8) Selat Sape, (9) Selat Linta, (10) Selat Molo, (11) Selat Flores, (12) Selat Lamakera, (13) Selat Larantuka, (14) Selat Boleng, (15) Selat Alor, (16) Selat Pantar, (17) Selat Capalulu, (18) Selat Dampir, (19) Selat Dombo, dan (20) Selat Kurudu. Tabel 2 merupakan hasil pengukuran secara langsung di lapangan yang telah dilakukan oleh Puslitbang Geologi Kelautan dari tahun 2006-2012. Tabel tersebut menunjukkan potensi arus laut di suatu selat yang sudah dikonversikan menjadi potensi energi listrik per lokasi pembangkit. b. Potensi Energi Gelombang Laut Indonesia Energi gelombang laut adalah energi yang dihasilkan dari pergerakan gelombang laut menuju daratan dan sebaliknya. Pada dasarnya pergerakan laut yang menghasilkan gelombang laut terjadi akibat dorongan pergerakan angin. Angin timbul akibat perbedaan tekanan pada dua titik yang diakibatkan oleh respons pemanasan udara oleh matahari yang berbeda di kedua titik tersebut. Mengingat sifat tersebut maka energi gelombang laut dapat dikategorikan sebagai energi terbarukan. Gelombang laut secara ideal dapat dipandang berbentuk gelombang yang memiliki ketinggian puncak maksimum dan lembah minimum. Pada selang waktu tertentu, ketinggian puncak yang dicapai serangkaian gelombang laut berbedabeda, bahkan ketinggian puncak ini nilainya bisa berbeda untuk lokasi yang sama, jika diukur pada hari yang berbeda. Meskipun demikian secara statistik dapat ditentukan ketinggian rata-rata gelombang laut pada satu titik lokasi tertentu. Apabila waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut dihitung dari data jumlah gelombang laut yang teramati pada selang waktu tertentu, maka dapat diketahui potensi energi gelombang laut di lokasi tersebut. Potensi energi 67

Gambar 1. Atlas Peta Potensi Energi Arus Laut (P3GL - ASELI, 2011) Tabel 2.. Hasil litbang penelitian potensi energi arus Laut PPPGL 2006-2012 No. Lokasi Survei Potensi Energi Listrik Tahun 1 Selat Lombok 70-150 kw 2006 2 Selat Alas 40-260 kw 2006 3 Selat Toyopakeh 150-350 kw 2007 4 Selat Larantuka 200-400 kw 2009 5 Selat Pantar 50-250 kw 2010 6 Selat Molo 100-400 kw 2011 7 Selat Boleng 82-277 kw 2012 Sumber: Puslitbang Geologi Kelautan, 2012 68 M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012

gelombang laut pada satu titik pengamatan dalam satuan kw per meter berbanding lurus dengan setengah dari kuadrat ketinggian signifikan dikali waktu yang diperlukan untuk terjadi sebuah gelombang laut. Berdasarkan perhitungan ini dapat diprediksikan berbagai potensi energi dari gelombang laut di berbagai tempat di dunia. Perhitungan potensi sumberdaya gelombang laut teoritis dibatasi hanya pada wilayah dengan gelombang lebih besar 2 meter saja (Gambar 2). c. Potensi Konversi Energi Termal Laut Indonesia Konversi energi termal laut (Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC) merupakan metode untuk menghasilkan energi listrik menggunakan perbedaan temperatur yang berada di antara laut dalam dan perairan dekat permukaan untuk menjalankan mesin kalor. Efisiensi dan energi terbesar mesin kalor dihasilkan oleh perbedaan temperatur yang paling besar. Perbedaan temperatur antara laut dalam dan perairan permukaan umumnya semakin besar jika semakin dekat ke ekuator. Tantangan perancangan OTEC adalah bagaimana menghasilkan energi yang sebesarbesarnya secara efisien dengan perbedaan temperatur yang sekecil-kecilnya. Prinsip kerja OTEC adalah memanfaatkan energi matahari yang diserap oleh lautan sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan, mengingat lautan meliputi dua per tiga permukaan bumi. Lautan berfungsi sebagai suatu penampungan energi surya yang cukup besar yang mencapai bumi. Kira-kira seperempat dari daya surya sebesar 1,7 x 10 17 watt yang mencapai atmosfer diserap oleh lautan. Selain itu, air laut juga menerima energi panas yang berasal dari panas bumi, yaitu magma yang berasal dari bawah laut. Pemanasan dari permukaan air di daerah tropikal mengakibatkan permukaaan air laut memiliki suhu kira-kira 27-30 o C. Bilamana air permukaan yang hangat ini dipakai dalam kombinasi dengan air yang lebih dingin (5-7 o C) pada kedalaman 500-600 meter, maka suatu sumber energi panas yang relatif besar akan tersedia. Gambar 2. Atlas Potensi Energi Gelombang Laut Wilayah Indonesia dengan tinggi gelombang lebih besar 2 meter (Firdaus dkk., 2011) 69

Sumber energi panas yang berasal dari air hangat di permukaan laut akan bertukar dengan air dingin di laut dalam yang menyebabkan air laut bersirkulasi dari dasar ke permukaan. Sirkulasi air laut inilah yang dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan energi listrik sesuai dengan Siklus Rankine. Syarat konversi energi panas laut memerlukan perbedaan temperatur antara permukaan yang hangat dengan air laut dalam yang dingin, minimal sebesar 77 derajat Fahrenheit (25 C) agar bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.jika potensi OTEC dapat diimplementasikan dan dimanfaatkan dengan cost effective dan dalam skala yang besar, maka OTEC dapat digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Pada atlas (Gambar 3) menunjukkan lokasi potensi OTEC di Indonesia pada jarak 12 mil laut dari garis pantai dengan kedalaman laut efektif sekitar 1.000 meter. Lokasi potensi OTEC di Indonesia diperkirakan sepanjang kurang lebih 17.000 km. 3. KESIMPULAN a. Potensi energi laut yang dapat dikembangkan di Indonesia adalah arus laut, gelombang laut, dan termal laut (OTEC), khusus untuk energi arus laut telah dilakukan validasi oleh Puslitbang Geologi Kelautan, Badan Litbang ESDM terhadap hasil pemodelan potensi energi arus laut. b. Perhitungan potensi energi laut yang telah dikembangkan adalah potensi secara teoritis, teknis, dan praktis. Hasil perhitungan menunjukkan total potensi energi laut nasional secara teoritis sebesar 727GW, secara teknis sebesar 76,5 GW, dan secara praktis sebesar 49 GW. Hasil perhitungan tersebut perlu pengkajian yang lebih komprehensif untuk validitas metodologi yang digunakan. c. Untuk perencanaan dalam rangka percepatan, pengembangan, dan pemanfaatan energi laut perlu dibuat suatu road map pengembangan energi laut nasional lintas sektoral. Road map tersebut diharapkan menjadi acuan siapa melakukan apa. Gambar 3. Atlas Potensi Energi Konversi Termal Laut/OTEC (Puslitbang Geologi Kelautan - Asosiasi Energi Laut Indonesia, 2011) 70 M&E, Vol. 10, No. 4, Desember 2012

DAFTAR PUSTAKA Erwandi dan D.Y. Nugroho, 2011, Data Pemodelan Arus, Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI), Jakarta Firdaus, A. M., Suratno, E. Prasetyo, 2011, Data Pemodelan Gelombang Laut, Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI), Jakarta http://www.esdm.go.id/news-archives/323- energi-baru-dan-terbarukan/4755-potensienergi-laut-nasional-telah-diratifikasi.html Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL), 2006-20012. Data Survei Penelitian Arus Laut di: Selat Lombok & Selat Alas (2006), Selat Toyopakeh (2007), Selat Larantuka (2008), Selat Nusapenida (2009), Selat Pantar (2010), Selat Molo (2011), dan Selat Boleng (2012), Bandung Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) - Asosiasi Energi laut Indonesia (ASELI), 2011, Peta Potensi Energi Arus Laut Indonesia, Bandung Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) - Asosiasi Energi laut Indonesia (ASELI), 2011, Peta Potensi Energi Gelombang Laut Indonesia, Bandung Puslitbang Geologi Kelautan (PPPGL) - Asosiasi Energi laut Indonesia (ASELI), 2011, Peta Potensi Konversi Energi Termal Laut Indonesia, Bandung Roinn Cumarsaids, Mara agus Acmhainni Nadura, 2005, Ocean Energy in Ireland, Department of Communications, Marine and Natural Resources 71