BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 lembaga konservasi lingkungan hidup Ocean of Life

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Langit, Grojokan Kedung Kayang, Pemandian Air Hangat Candi Umbul,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

LAPORAN EXECUTIVE KAJIAN MODEL PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA DAERAH KOTA BANDUNG (Kerjasama Kantor Litbang dengan PT. BELAPUTERA INTERPLAN) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan kekayaan alam. Era globalisasi ini ada dua hal yang dianggap signifikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

2014 PENGARUH KUALITAS PRODUK WISATA TERHADAP KEPUTUSAN PENGUNJUNG UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM SENI RUPA DAN KERAMIK DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

PENGEMBANGAN KAWASAN GUA SUNYARAGI SEBAGAI TAMAN WISATA BUDAYA DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi wisata alam berupa pantai-pantai. Objek wisata pantai yang ada

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN & SARAN. Jawa Barat. Kampung Adat Pulo memilki karakteristik yang unik yang

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Grobogan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Jawa

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta adalah salah satu kota yang menarik untuk dikunjungi para. wilayah yang berpotensi dalam bidang kepariwisataan.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa Negara, diharapkan. pekerjaan baru juga untuk mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Projek Gagasan awal. Projek akhir arsitektur berjudul Pusat Rekreasi dan Interaksi

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pariwisata merupakan sektor terpenting dalam suatu negara karena dapat

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan penyumbang devisa negara terbesar ke lima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelangi Depok, Pantai Samas, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru Pandansimo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

BAB I PENDAHULUAN. panorama alam, keberadaan seniman, kebudayaan, adat-istiadat dan sifat religius

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu menunjukkan kekayaan Indonesia sebagai negara yang multikultural, tetapi dapat juga untuk menguatkan pandangan bahwa Indonesia memang layak menjadi destinasi wisata baik nasional maupun internasional. Budaya yang beraneka ragam (kesenian, tradisi, ritual) dan unik memiliki potensi sebagai daya tarik bagi wisatawan. Hal ini terbukti dengan hasil survey dari BPS pada tahun 2009 yang menunjukkan tingginya kunjungan wisata ke Bali yang kaya akan keunikan budaya dan menjadikan Bali sebagai tujuan utama kunjungan wisata di Indonesia (Damanik, 2013). Demikian pula DIY yang tidak lepas dari pesona budaya masyarakat yang kuat sebagai salah satu magnet bagi wisatawan. Kebijakan pariwisata nasional dengan jelas telah menetapkan keragaman budaya sebagai salah satu fokus pengembangan. Dalam UU Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 disebutkan bahwa budaya merupakan salah satu sumber daya pengembangan pariwisata nasional. Hal ini tentu saja menempatkan budaya nasional sebagai salah satu potensi wisata yang strategis untuk dikembangkan. McIntosh dan Murphy (via Pitana dan Gayatri, 2005) mengelompokkan motivasi wisatawan menjadi empat kelompok besar, salah satunya adalah cultural 1

2 motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah). Hal tersebut merupakan peluang bagi berkembangnya daya tarik wisata alternatif yang menawarkan aktivitas-aktivitas wisata yang spesifik, unik, original, serta kental nuansa sosial budaya. Salah satu daya tarik wisata yang dapat dikembangkan adalah budaya daerah yang dapat dikemas dalam sebuah desa wisata. Kabupaten Magelang berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan kota pariwisata kedua di Indonesia sehingga wisatawan dapat mudah mengakses objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Magelang. Selain Candi Borobudur dan Ketep Pass yang menjadi andalan pariwisata Kabupaten Magelang, saat ini juga bermunculan desa wisata yang dikembangkan sebagai alternatif tujuan wisata bagi wisatawan. Sebagian besar desa wisata yang ada di Kabupaten Magelang terletak di sekitar Candi Borobudur dan terfokus menawarkan daya tarik alam. Di lereng Gunung Merapi terdapat sebuah padepokan seni yang sudah ada sejak tahun 1937 yaitu Padepokan Seni Tjipta Boedaja yang didirikan oleh Yoso Sudarmo atau yang dikenal dengan Romo Yoso 1. Padepokan ini terletak di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Padepokan Seni Tjipta Boedaja memiliki sebuah pendopo yang khusus untuk pentas pertunjukan kesenian tradisional yang dilaksanakan secara rutin. Kearifan 1 http://tjiptaboedaja.blogspot.com/2011/08/profil-padepokan.html diakses pada Rabu, 18 Desember 2013 pukul 12.22 WIB.

3 lokal masyarakat Dusun Tutup Ngisor juga masih terjaga dengan suasana pedesaan yang sangat kental 2. Potensi yang dimiliki Dusun Tutup Ngisor ini tidak kalah jika dibandingkan dengan desa wisata yang sudah ada di Kabupaten Magelang. Apalagi letaknya cukup strategis karena berada di antara objek wisata Candi Borodudur dan Ketep Pass. Hingga saat ini banyak wisatawan yang berdatangan ke Dusun Tutup Ngisor terutama saat pentas diselenggarakan. Namun sayangnya potensi wisata yang ada belum dikembangkan secara maksimal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: a. Apa potensi wisata yang ada di Dusun Tutup Ngisor? b. Apakah Dusun Tutup Ngisor layak dijadikan sebagai destinasi wisata budaya yang berkelanjutan? 1.3 Tujuan Penelitian a. Mengetahui potensi wisata Dusun Tutup Ngisor b. Mengetahui kelayakan Dusun Tutup Ngisor sebagai destinasi wisata budaya yang berkelanjutan 2 www.magelangkab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1093%3adepokanseni-tjipta-boedaja diakses pada Jum at, 13 Desember 2013 pukul 14.41 WIB.

4 1.4 Kegunaan Hasil yang diperoleh dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Untuk akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis secara langsung terhadap studi pariwisata khususnya tentang analisis kelayakan destinasi wisata budaya yang berkelanjutan. b. Manfaat Praktis Dalam hal praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan di bidang pengembangan kepariwisataan yang berkelanjutan serta acuan bagi masyarakat Dusun Tutup Ngisor agar dapat berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan pengelolaan Dusun Tutup Ngisor sebagai destinasi wisata budaya. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian-penelitian tentang studi kelayakan sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Pariwisata UGM yang berjudul Studi Kelayakan Dempo Park pada tahun 2009. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan menggambarkan kondisi eksisting kawasan dalam pengembangan dan perwujudannya sebagai sebuah objek wisata Dempo Park, melakukan analisis kelayakan pengembangan dan memberikan rekomendasi pengembangan berdasarkan analisis kelayakan. Aspek-aspek yang dianalisis dalam penelitian ini

5 meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek organisasi dan manajemen, aspek ekonomi dan keuangan serta aspek eksternal. Anandito, Sarono, dan Saputri (2011) dalam penelitian Uji Kelayakan Daerah Gumuk Pasir Sebagai Destinasi Wisata Geologi di Kecamatan Kretek, Bantul, Yogyakarta mencoba memaparkan potensi wisata yang ada di kawasan Gumuk Pasir. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dianalisis adalah dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial-budaya. Jika dilihat dari perspektif pariwisata, kawasan Gumuk Pasir yang merupakan fenomena geologi yang langka di negara tropis sehingga memiliki potensi sebagai daerah tujuan wisata. Namun dari segi keilmuan Gumuk Pasir di Bantul merupakan fenomena geologi yang harus dilestarikan. Dua pernyataan tersebut memiliki perspektif yang berbeda sehingga dalam penelitian ini peneliti mencoba memadukan agar kegiatan pariwisata dapat memberi kontribusi yang positif bagi kondisi lingkungan di Gumuk Pasir. Dari segi ekonomi kegiatan wisata yang terjadi di Gumuk Pasir memperlihatkan secara jelas dampak bagi masyarakat sekitar. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan perekonomian masyarakat setempat serta membuka kesempatan kerja baik sebagai pedagang maupun penyedia homestay atau penginapan. Penelitian yang berkaitan dengan Dusun Tutup Ngisor pernah dilakukan oleh Novarini Roh Hanard pada tahun 2011 dengan judul Revitalisasi Seni Tradisional Wayang Bocah di Padepokan Tjipta Boedaja Dusun Tutup Ngisor, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan revitalisasi seni tradisional Wayang Bocah, mendeskripsikan hasil revitalisasi seni tradisional Wayang Bocah dan mendeskripsikan harapan

6 Padepokan Tjipta Boedaja dan masyarakat. Objek penelitian adalah seni tradisional Wayang Bocah dengan para informan yang terdiri dari pemimpin padepokan, pelatih, penari, pengrawit, tokoh masyarakat dan seniman setempat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif. Pengumpulan data ditempuh melalui studi kepustakaan, observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Data dianalisis secara kualitatif deskriptif dengan reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada fokus pembahasan dan lokasi penelitian. Pada penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti, pembahasan terfokus pada analisis kelayakan yang dihubungkan dengan konsep pariwisata yang berkelanjutan. Sedangkan objek penelitian yaitu Dusun Tutup Ngisor pernah dijadikan sebagai objek penelitian dalam penelitian-penelitian sebelumnya tetapi dengan pembahasan yang berbeda. 1.6 Landasan Teori Menurut UU No. 10 Tahun 2009 pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah

7 administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Dengan berkembangnya minat wisatawan dalam menikmati dan memilih atraksi wisata yang diinginkan, maka secara sederhana atraksi dan daya tarik wisata diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya tarik wisata minat khusus. Sunaryo (2013) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang dikembangkan berdasarkan pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik berupa peninggalan budaya (situs/heritage) maupun berupa nilai budaya yang masih hidup (the living culture) dalam kehidupan di suatu masyarakat. Setiap produk budaya secara potensial dapat dikemas untuk kebutuhan pengembangan pariwisata budaya yang dapat berlanjut jika nilai ekonomi yang diperhitungkan cukup signifikan dan nilai konservasi yang menjamin keunikan dan orisinalitasnya tidak memudar (Damanik, 2013). Bagi wisatawan, keinginan untuk melakukan perjalanan pada dasarnya bertujuan untuk meninggikan derajat, mencari pengalaman, serta mempelajari kebudayaan asing yang telah dikemas menjadi atraksi wisata menarik. Wisata budaya merupakan sebuah sajian perayaan yang unik dan indah yang melambangkan warisan yang berharga yang telah lama ada (NWHO, 1999). Wisata budaya berpeluang untuk dikembangkan menjadi sebuah wisata yang berkelanjutan, tentunya dengan didukung aspek-aspek yang saling berkaitan. Pengembangan pariwisata berkelanjutan menurut Suwena dan Widyatmaja (2010)

8 adalah sebuah konsep alternatif yang ada pada kutub yang berlawanan dengan konsep pembangunan konvensional karena pembangunan berkelanjutan mencakup usaha untuk mempertahankan integritas dan diversifikasi ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi generasi mendatang dan peningkatan penentuan nasib sendiri bagi masyarakat setempat. Konsep pariwisata berkelanjutan telah berkembang sehingga muncul berbagai definisi yang berbeda. Definisi konsep pariwisata berkelanjutan yang cukup terkenal pernah dikemukakan oleh World Commission on Environment and Development pada tahun 1986 yang menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mempertemukan atau memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengancam kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka (NWHO, 1999). Konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan dapat diaplikasikan pada seluruh jenis destinasi pariwisata, baik mass tourism maupun berbagai segmen lainnya. Prinsip pariwisata berkelanjutan mengacu kepada tiga dimensi pariwisata berkelanjutan yaitu aspek lingkungan, ekonomi dan sosial (Swarbrooke, 1999). Ketiga aspek tersebut harus mampu bersinergi secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pengembangan pariwisata. Oleh karena itu ketiga aspek tersebut harus: a. Mengoptimalkan manfaat dari lingkungan yang merupakan elemen dasar dalam pembangunan pariwisata, mempertahankan proses ekologi dan membantu dalam menjaga alam dan keragaman hewan serta tumbuhan

9 b. Bertanggung jawab terhadap keaslian budaya dari komunitas yang dikembangkan, menjaga cagar budaya dan nilai-nilai budaya, dan berkontribusi dalam pemahaman lintas budaya serta meningkatkan toleransi tanpa mengubah kebudayaan masyarakat yang sebenarnya c. Menjamin keberlangsungan ekonomi dengan memberikan keuntungan kepada seluruh pelaku wisata yang terlibat (WTO, 2004). Dalam konteks lain diperlukan adanya analisis kelayakan dalam membangun sebuah wisata yang berkelanjutan. Studi kelayakan adalah analisis tentang masalah yang mungkin terjadi jika suatu proyek akan dijalankan dan kemungkinan untuk mengatasinya secara efektif (Warnell, 1986). Definisi lain dikemukakan oleh Pusat Studi Pariwisata UGM (2012) yang menjelaskan bahwa studi kelayakan adalah suatu rangkaian penelitian yang dilakukan dengan kriteria dan metode tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran penelitian atas usulan kegiatan. Studi kelayakan merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia. Dalam studi kelayakan dilakukan kajian dan analisis terhadap manfaat dan resiko yang diusulkan akan diperhitungkan dengan rinci dari berbagai aspek pelaksanaan kegiatan. Kajian dan analisis akan dilakukan dengan cara mengidentifikasi secara kuantitatif dan kualitatif manfaat dan resiko yang akan dan mungkin terjadi akibat pelaksanaan, termasuk langkah-langkah antisipasi mengatasi resiko tersebut.

10 Dalam penyusunan sebuah studi kelayakan harus meliputi sekurangkurangnya aspek-aspek sebagai berikut: 1. Aspek teknis 2. Aspek pasar dan pemasaran 3. Aspek organisasi dan manajemen 4. Aspek ekonomi 5. Aspek eksternal Analisis kelayakan akan menentukan destinasi ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Destinasi sangat layak dikembangkan 2. Destinasi layak dikembangkan 3. Destinasi cukup layak dikembangkan dengan syarat tertentu 4. Destinasi tidak layak dikembangkan Untuk menentukan kelayakan Dusun Tutup Ngisor sebagai destinasi wisata budaya dalam perspektif pariwisata berkelanjutan, aspek-aspek kelayakan harus disinkronkan dengan tiga parameter pariwisata berkelanjutan. 1.7 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan model penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif baik tertulis maupun lisan dari orangorang maupun prilaku yang dapat diamati. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi empat tahap, yaitu studi pustaka, observasi, wawancara dan survey.

11 a. Studi Pustaka Pada tahap ini peneliti melakukan pencarian data yang berhubungan dengan objek penelitian. Penggunaan studi pustaka dilakukan sebagai acuan dalam proses penelitian yang didapat dari perpustakaan, internet dan jurnal ilmiah. b. Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan observasi lapangan yang menjadi objek kajian penelitian yaitu Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Observasi lapangan dilakukan dengan mengamati dan menganalisis lokasi penelitian baik dari segi morfologi, maupun kenampakan sosial yang ada. c. Wawancara Pada tahap ini, peneliti terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan wawancara secara langsung. Wawancara dilakukan dalam dua metode, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur (Herdiansyah, 2010). Wawancara terstruktur bertujuan menggali informasi dari masyarakat yang berdomisili di Dusun Tutup Ngisor dan juga wisatawan yang berkunjung ke Dusun Tutup Ngisor. Wawancara tidak terstruktur dilakukan dengan cara menggali informasi secara mendalam dari narasumber yang kompeten di bidang ilmu kepariwisataan. d. Survey Survey merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data primer dengan tujuan untuk mengetahui aspek-aspek yang diteliti dalam analisis kelayakan.

12 Survey dilakukan dengan kuesioner yang akan diberikan kepada wisatawan untuk menguji aspek pasar dan pandangan wisatawan terhadap Dusun Tutup Ngisor. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun menjadi empat bab dengan fokus pembahasan yang berbeda. Setiap bab diharapkan dapat menjadi satu kesatuan sehingga dapat menjelaskan secara menyeluruh mengenai penelitian yang dilakukan. Bab satu adalah pendahuluan, berisi deskripsi alasan pengambilan tema dan lokasi penelitian. Bab dua adalah gambaran umum Dusun Tutup Ngisor dalam Kabupaten Magelang yang mendeskripsikan kondisi lokasi serta tinjauan kepariwisataan di Kabupaten Magelang. Bab tiga adalah analisis kelayakan pengembangan dan pengaplikasiannya di Dusun Tutup Ngisor dalam perspektif pariwisata berkelanjutan. Bab empat merupakan simpulan dan saran dari keseluruhan penelitian sehingga diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Magelang khususnya di Dusun Tutup Ngisor.