PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto *

dokumen-dokumen yang mirip
CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto *

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Weiten & Lloyd (2006) menyebutkan bahwa personal adjustment adalah

LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus dan Folkman (dalam Morgan, 1986) menyebutkan bahwa kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap perkembangannya akan mengalami masa berhentinya haid yang dibagi

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

DAFTAR PUSTAKA. American Psychological Association, C.J Patterson (1992, 1995a, 1995b)

BAB I PENDAHULUAN. sendirian. Manusia sebagai mahkluk sosial membutuhkan interaksi dengan. sendiri dan orang lain sepanjang rentang kehidupannya.

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Abstrak. Kata kunci:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM FACEBOOK DENGAN KECEMBURUAN PADA PASANGAN NASKAH PUBLIKASI

CEMBURU, AGRESI DAN PENANGGULANGANNYA: Study Kasus Pada 3 Pasangan Suami lstri

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode try out terpakai, sehingga data

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

DAFTAR PUST AKA. Folkman, S. Richard, S. L. Christine, D.S., Anita. D, dan Rand. J. G. (1986).

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TERHADAP PENYAKIT DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA BANDUNG CANCER SOCIETY RIO HATTU ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TINGKAT YEARNING SETELAH MENGALAMI BERAKHIRNYA INTIMATE RELATIONSHIP PADA DEWASA AWAL USIA TAHUN ZSASKIA SHABRINA

Lecture 6 Response to Illness

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI COPING PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI JURUSAN BK ANGKATAN 2008 FIP UNJ

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STUDI MENGENAI DERAJAT STRES DAN COPING STRATEGY PADA KOAS FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ANGKATAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang didirikan untuk

HUBUNGAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP STRATEGI COPING STRES PADA WANITA SINGLE PARENT DEWASA AWAL (STUDI DI KECAMATAN PERAK JOMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dari variabel-variabel yang terkait

MASALAH KELUARGA DAN MEKANISME PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB I PENDAHULUAN. Gaya hidup masyarakat dewasa ini semakin modern mengikuti

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress/Coping Stress MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Adaptational Outcomes pada Remaja di SMA X Ciamis yang Mengalami Stres Pasca Aborsi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB II LANDASAN TEORI. Kata kecemburuan (jealousy) berasal dari bahasa Yunani yaitu zelos yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

dalam suatu hubungan yaitu pernikahan. Pada kenyataannya tidak semua pasangan pernikahan berasal dari latar belakang yang sama, salah satunya adalah p

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

Turner, J. S., & Helms, D. B. (1995). Lifespan development (5 th ed.). New York: Harcourt Brace. Waldrop, A. E., Resick, P. A. (2004).

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan sampai merinding serta menggetarkan bahu ketika mendengarkan kata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan. pembangunan pada berbagai bidang. Dalam melaksanakan pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang untuk dapat beraktivitas dengan baik. Dengan memiliki tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, kedaulatan Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

LAMPIRAN 1 VERBATIM. Universitas Sumatera Utara

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat menginjak masa dewasa, individu telah menyelesaikan masa

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

Transkripsi:

Running Head : PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 14 PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN Oleh: Aries Yulianto * Cemburu, yang dalam hubungan percintaan disebut romantic jealousy (Bringle, 1991), merupakan suatu yang relatif biasa (de Silva, 2004). Cemburu adalah emotions, cognitions, and behavior assosiated with the appraisal of the threat arising from the potential, actual, or imagined involvement of one s loved one or mate in a relationship with an interloper (Hupka, Buunk, Falus, Fulgosi, Ortega, Swain, & Tarabrina, 1985:425). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa cemburu berkaitan dengan reaksi emosional, kognisi, dan 1. Primary appraisal Pada tahap pertama ini individu mempersepsikan adanya ancaman terhadap hubungan (Brehm, 1992). Misalnya, seorang lakilaki melihat pasangannya berjalan mesra dengan laki-laki lain. Dalam contoh ini ancamannya adalah bahwa laki-laki tersebut berpikir akan kehilangan pasangannya karena berpaling pada laki-laki lain. Namun, bagi orang lain mungkin hal ini tidak menjadi ancaman. Hal ini dikarenakan terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi, yaitu : tingkah laku. Tahap Cemburu Terjadinya cemburu tidak muncul begitu saja, melainkan melalui sebuah proses. White dan Mullen (dalam Brehm, 1992) mengungkapkan ada lima tahap cemburu, dimana dua tahap pertama menggunakan pendekatan cognitive appraisal. Kelima tahap cemburu tersebut adalah: (a) Kualitas hubungan. Kualitas hubungan tertentu mempengaruhi individu dalam mempersepsikan adanya ancaman terhadap hubungan. Kualitas hubungan ini dipengaruhi oleh perasaan tergantung (dependency) dan perasaan tidak aman (insecure). Individu yang menganggap dirinya lebih tergantung secara emosional dalam hubungan yang dijalaninya (misalnya, saya tidak dapat membayangkan hidup saya tanpa pacar saya ), akan lebih mudah merasa cemburu apabila Metamorfosis: Buletin Ilmiah Psikologi, Fakultas Psikologi UKRIDA, Vol. 4, No. 18, Bulan September, Tahun 2010

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 15 pasangannya tertarik pada orang lain (Buunk, dikutip oleh Brehm, 1992). Sebaliknya, individu yang lebih bebas dalam hubungan yang dijalaninya, cenderung untuk tidak cemburu (Buunk, Mathes & Severa, dikutip oleh Bringle, 1995). Perasaan tidak aman terjadi apabila individu merasa hubungannya sering terancam. Sangat mungkin bagi individu yang merasa tidak aman untuk mempersepsikan adanya ancaman pada hubungannya, walaupun sebenarnya ancaman tersebut tidak ada. (d) ancaman emosional (individu mempersepsi pasangan memiiki hubungan emosional dengan orang lain). Dengan kata lain, ancaman seksual lebih menyebabkan terjadinya cemburu dibandingkan ancaman emosional. Pengalaman sebelumnya. Individu yang pernah memiliki pengalaman cemburu baik dengan pasangan yang sekarang atau sebelumnya, cenderung untuk mempersepsikan adanya ancaman. Misalnya seorang perempuan berkata, saya tahu suami saya setia terhadap saya, tetapi mantan (b) Beratnya ancaman. Persepsi terhadap ancaman dalam hubungan akan lebih besar apabila orang lain lebih menarik secara suami saya tidak. Dan sulit bagi saya untuk dapat mempercayai pria lagi. (Pines & Aronson, dalam Knox, 1988). fisik, dibandingkan bila orang tersebut tidak menarik. Karakteristik ancaman juga dipengaruhi oleh gaya sosial (social style), kecerdasan, dan prestise dari lawan (Brehm, 1992). (c) Jenis ancaman. Menurut Brehm (1992), ambang batas terhadap ancaman seksual (individu mempersepsikan pasangannya berminat dalam hubungan seksual dengan orang lain) lebih rendah dibandingkan (e) (f) Budaya. Cemburu lebih sering terjadi pada budaya yang menganggap penting hak milik pribadi, pemuasan seksual hanya melalui pernikahan, dan mempersepsikan pernikahan dan keluarga sebagai lembaga yang penting (Hupka, dalam Salovey & Rodin, 1991). Belief terhadap monogami. Individu yang sangat percaya pada monogami lebih jarang mengalami cemburu (Pines & Aronson, dalam Brehm, 1992). Hal ini

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 16 disebabkan individu yang percaya terhadap monogami cenderung untuk memilih pasangan yang memiliki belief yang sama. Sehingga secara umum, kedua pasangan tersebut memiliki sedikit alasan untuk merasa cemburu (Brehm, 1992). 2. Secondary Appraisal Setelah individu mempersepsikan adanya ancaman (primary appraisal), individu mencoba untuk memahami dengan lebih baik situasi yang terjadi dan mulai memikirkan cara untuk mengatasinya. Individu dapat melihat kembali bukti-bukti yang merupakan ancaman (misalnya, mungkin ia memang bekerja lembur ) dan melihat kembali kelekatan pasangannya dengan dirinya (misalnya, kemarin kami baru saja mengalami saat-saat yang menyenangkan bersama ). Secondary appraisal sebenarnya dapat juga melibatkan catastrophic thinking, yaitu apabila individu terburu-buru mencapai ekstrim. Hal ini baru diketahui individu setelah mengalami cemburu. 3. Reaksi Emosional Saat cemburu keadaan emosional dan intensitas respons emosional sangat beragam. Perasaan saat mengalami cemburu antara lain takut kehilangan, cemas, sakit, kemarahan terhadap pengkhianatan, mudah terluka, kecurigaan, dan putus asa (Knox, 1988; Parrrot & Smith, 1993). Selain melibatkan emosi yang negatif, seperti kemarahan pada pasangan atau pihak ketiga, stres emosional, stres fisik, dan depresi, perasaan positif juga dapat muncul sebagai akibat dari cemburu, seperti kegembiraan, cinta, dan merasa hidup (Pines & Aronson, dalam Brehm, 1992). Meskipun reaksi emosional negatif lebih sering dialami saat cemburu, tidak semua perasaan yang berhubungan dengan cemburu merupakan perasaan yang tidak menyenangkan. kesimpulan yang jauh dari bukti-bukti yang ada (Brehm, 1992). Individu yang mengalami cemburu biasanya tidak menyadari bahwa pikirannya tidak rasional sehingga ia menganggap pikiran merupakan bagian dari realitas dan menyebabkan reaksi emosional yang 4. Coping Coping adalah segala usaha kognitif dan perilaku untuk menguasai, mengurangi, atau mentolerir tuntutan (Folkman & Lazarus, dikutip oleh Rice, 1999). Dalam hal ini tuntutannya

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 17 adalah adanya ancaman dalam hubungan. Bagaimana individu melakukan coping dipengaruhi oleh tiga tahap sebelumnya. Individu telah mengembangkan sejumlah cara untuk coping dengan situasi cemburu dan beberapa strategi coping tersebut efektif (Salovey & Rodin, 1988). Walaupun orang menggunakan coping yang berbeda -beda, individu yang mengalami emosi negatif berusaha untuk mengontrol karena mereka percaya bahwa cemburu dapat menjadi destruktif (Fitness & Flecther, 1993). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Knox, Breed, dan Zusman (2007) pada mahasiswa di Amerika, responden pria cenderung untuk mabuk-mabukan dan percaya bahwa semakin cemburu menunjukkan semakin cinta. Hal ini dilakukan untuk mengurangi perasaan tidak menyenangkan. Sedangkan wanita pada saat cemburu cenderung akan menangis saat sedang sendirian, mencoba membuat dirinya lebih menarik bagi pasangannya, dan mencoba membuat yang dipersepsikan? Apakah ancaman tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan? Kedua, bagaiman dampak coping tersebut terhadap pihak -pihak yang terlibat (individu, pasangan, dan pihak ketiga). Terakhir, bagaimana dampak coping terhadap hubungan; apakah tetap bertahan, berubah, atau berakhir? Kesimpulan Walaupun sering sekali baru terlihat dari reaksi yang muncul, cemburu sebenarnya melalui sejumlah tahap. Pada seseorang mungkin saja tahapan cemburu berlangsung dalam beberapa detik, sedangkan pada orang lain dapat berlangsung dalam beberapa hari. Pada suatu situasi tertentu mungkin saja dapat menyebabkan seseorang cemburu, namun pada waktu yang lain situasi yang sama tidak menimbulkan cemburu pada orang tersebut. Hal-hal tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor yang terlibat dalam setiap tahapan cemburu yang telah dipaparkan di atas. pasangannya merasa ia tidak peduli (Brehm, 1992). 5. Hasil coping Tahap terakhir ini adalah hasil dari respons coping individu. Hasil coping ini harus mempertimbangkan tiga tingkat yang berbeda. Pertama, apa dampak coping terhadap ancaman

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 18 Gambar 1. Proses cemburu menurut White dan Mullen Bringle, R. G. (1995). Romantic Jealousy. Social Perspective on Emotion. 3, 225-251. Primary Appraisal Secondary Appraisal Reaksi Emosional Coping Hasil Coping Sumber : Brehm, S. S. (1992) - kualitas hubungan - beratnya ancaman - jenis ancaman - pengalaman Da Silva, p. (2004). Jealousy in Couple Relatioships. Behavior Change. Proquest Psychology Journal, vol. 21, no. 1, 1-13. Fitness, J., & Fletcher, G. J. O. (1993). Love, hate, anger, and jealousy in close relationships: A prototype and cognitive appraisal analysis. Journal of Personality and Social Psychology. Vol 65(5), Nov 1993, 942-958. Hupka, R.B., Buunk, B., Falus, G., Fulgosi, A., Ortega, E., Swain, R., & Tarabrina, N.V. (1985). Romantic Jelaousy and Romantic Envy: A Seven-Nation Study. Journal of Cross-Cultural Psychology. 16, 423-446. Knox, D. (1988). Choice in Relationships: An Introduction to Marriage and the Family. DAFTAR PUSTAKA Brehm, S. S. (1992). Intimate Relationships. 2 nd ed. New York City, New York: McGraw - Hill, Inc. Bringle, R. G. (1991). Psychosocial Aspects of Jealousy: A Transactional Model. Dalam Peter Salovey (ed.), The Pscyhology of Jealousy and Envy. New York City, New York: Guilford press. St. Paul, Minnesota: West Publishing Company. Knox, D., R., Breed, & Zusman, M. (2007). College Men and Jealousy. College Student Jurnal. 41, 494-498. Parrott, W.G., & Smith, R.H. (1993). Distinguishing the Experiences of Envy and Jealousy. Journal of Personality and Social Psychology, 64, 906-920.

PROSES CEMBURU DALAM HUBUNGAN PERCINTAAN 19 Rice, P.L. (1999). Stress and Health. Pasific Groove, California: Brooks/Cole Publishing Company. Salovey, P., & Rodin, J. (1991). Envy and Jealousy: Self and Society. Dalam Peter Salovey. The Psychology of Jealousy and Envy. New York City, New York: Guilford Press. * Penulis adalah staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.