PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pemeriksaan cacing parasit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pemeriksaan cacing parasit

pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara keberadaan Soil Transmitted Helminths pada tanah halaman. Karangawen, Kabupaten Demak. Sampel diperiksa di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian bersifat analitik karena akan membandingkan jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Januari 2015 di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (potong lintang), dimana pengukuran variabel hanya dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan. hygiene dan status gizi (Notoatmodjo, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari pada bulan

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan di Pusat Konservasi Gajah (PKG), Taman

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN METODE FLOTASI MENGGUNAKAN LARUTAN ZnSO 4 DENGAN METODE KATO-KATZ UNTUK PEMERIKSAAN KUANTITATIF TINJA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis panelitian yang digunakan adalah analitik, karena akan membahas

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

LABORATORIUM PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

IDENTIFIKASI TELUR NEMATODA USUS (Soil Transmitted Helmints) PADA ANAK DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) PUUWATU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

Undang Ruhimat. Herdiyana. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Sampel Feses Sapi Potong segar dan sludge (100 gram/sampel) 2. Batu bara jenis Subbitumminus dan Bituminus

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

PREVALENSI KECACINGAN Ascaris lumbricoides PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DESA NELAYAN INDAH KECAMATAN MEDAN LABUHAN. Riwayati *) ABSTRACT

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang Soil

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

Efektifitas Dosis Tunggal Berulang Mebendazol500 mg Terhadap Trikuriasis pada Anak-Anak Sekolah Dasar Cigadung dan Cicadas, Bandung Timur

STUDI EFISIENST BAHAN UNTUK PEMERIKSAAN TNFEKSI KECACINGAN METODE FLOTASI NACI JENUH MENGGUNAKAN NACI MURNI DAN GARAM DAPUR.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

PREVALENSI KECACINGAN SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) PADA SISWA SDN I KROMENGAN KABUPATEN MALANG

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM FISIOLOGI (BLOK BS 1)

Prevalensi dan Intensitas Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi (Bos Sp.) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pontianak Kalimantan Barat

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

PERBANDINGAN HASILTERAPI TABLET EKSTRAK BIJI PINANG (Areca cathecu L) PADA INVESTASI CACING USUS DI KECAMATAN MUMBULSARI- JEMBER

Jenis-Jenis Cacing Parasit Saluran Pencernaan pada Hamster Syria Mesocricetus auratus (Waterhause, 1839) di Kota Padang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda disebut juga Eelworms (cacing seperti akar berkulit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN 2. JENIS PENYAKIT CACINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

SOP PEMERIKSAAN MALARIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PREVALENSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR NEGERI DI DESA CIHANJUANG RAHAYU PARONGPONG BANDUNG BARAT

Transkripsi:

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA Disusun Oleh: Mochamad Iqbal G1B011045 Kelompok : VII (Tujuh) LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PURWOKERTO 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu tentang parasit telah lama menunjukan peran pentingnya dalam bidang kedokteran hewan dan manusia namun masih banyak penyakit baik pada hewan dan manusia yang merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan terjadinya urbanisasi yang tidak diimbangi sarana dan prasarana, telah menambah banyaknya dearah kumuh di perkotaan. Makin berkurangnya air bersih, pencemaran air dan tanah menciptakan kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan perkembangan vektor dan sumber infeksi termasuk oleh penyakit parasitik. Identifikasi parasit yang tepat yaitu dengan cara membedakan sifat berbagai spesies parasit, kista, telur, larva dan juga pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Teknik pemeriksaan secara laboratoris beberapa penyakit parasit yang lazim digunakan dalam praktikum yakni pemeriksaan kualitatif dan pemeriksaan kuantitatif. Pemeriksaan yang digunakan pada praktikum ini adalah dengan menggunakan metode apung (pemeriksaan kualitatif). Kelompok cacing parasit mempunyai distribusi geografis paling luas dan memiliki prevalensi paling tinggi dibandingkan dengan cacing lain. Distribusinya terutama tergantung beberapa faktor yaitu kebiasaan penduduk pada saat membuang feses, gaya hidup dan sanitasi lingkungan yang kurang diperhatikan. Dalam diagnosis infeksi cacing usus secara parasitologis, bahan yang diperiksa adalah tinja penderita. Kepekaan suatu metoda diagnosis sangat penting tidak hanya untuk menentukan ada tidaknya infeksi, namun juga untuk menguji keberhasilan penggunaan obat cacing yang dipakai dalam pengobatan.

B. Tujuan 1. Mengetahui pemeriksaan feses kualitatif dengan metode apung 2. Mengetahui adanya telur parasit dalam sampel feses 3. Mendiagnosa infeksi cacing parasit dalam tubuh hospes

BAB II MATERI DAN METODE A. Materi Peralatan yang digunakan adalah tabung reaksi, penyaring teh, lidi, gelas obyek dan gelas penutup. Sedangkan bahan yang digunakan ialah NaCl jenuh, feses anak-anak. B. Metode 1. Diambil ± 1 g tinja dan dicampur dengan 20 ml larutan NaCl jenuh kemudian diaduk sehingga larut. Bila terdapat serat-serat selulosa disaring terlebih dahulu dengan penyaring teh. 2. Tuangkan kedalam tabung reaksi sampai penuh, yaitu rata dengan permukaan tabung. Diamkan selama 5-10 menit. Letakan/tutupkan gelas obyek dan segera angkat. Selanjutnya letakan di atas gelas preparat dengan cairan berada diantara gelas preparat dan gelas penutup. Kemudian diperiksa dibawah mikroskop.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dengan metode apung, diketahui bahwa sampel feses dari: Nama : Nikmah Tri Rahmawati Umur : 9 tahun Alamat : Desa Ciberem, Rt 08/Rw 01, Kecamatan Sumbang tidak ditemukan adanya telur parasit atau dapat dinyatakan negatif terinfeksi parasit. B. Pembahasan Pemeriksaan parasit dengan sampel feses pada manusia atau hospes dapat dilakukan dengan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan feces secara kualitatif, yaitu pemeriksaan yang didasarkan pada ditemukkan telur pada masing-masing metode pemeriksaan tanpa dihitung jumlahnya. Metode pemeriksaan yang termasuk dalam pemeriksaan kualitatif adalah pemeriksaan secara natif (direct slide), pemeriksaan Metode Apung (floating methode), Metode Selotip, Metode Konsentrasi, Metode Sediaan Tebal, dan Metode Sedimentasi Formol Ether. Pemeriksaan feces secara kuantitatif yaitu pemeriksaan feces yang didasarkan pada penemuan telur pada tiap gram feces. Metode pemeriksaan yang termasuk pemeriksaan kuantitatif adalah Metode Kato Katz, Metode Stoll. Pada praktikum kali ini metode pemeriksaan yang digunakan adalah pemeeiksaan dengan metode apung. Pada metode ini menggunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula jenuh dan terutama dipakai untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis telur yang lebih ringan dari pada berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung di permukaan dan juga untuk memisahkan partikelpartikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil untuk telur-telur Nematoda, Schistosoma, Dibothriocephalus, telur yang

berpori-pori dari famili Tainidae, telur-telur Acanthocephala ataupun telur Ascaris yang infertil. Metode Apung terbagi menjadi dua yaitu Metode Apung tanpa disentrifugasi dan Metode Apung dengan disentrifugasi. Pada praktikum ini tinja yang digunakan adalah tinja sampel yang diambil langsung dari manusia dengan kriteria tertentu 24 jam sebelum praktikum dimulai dan proses penyimpanan tinja pada ruangan dengan suhu rendah yang dimaksudkan agar mikroorganisme dan telur parasit dalam tinja tidak berkembang serta tidak terjadi kesalahan saat pemeriksaan. Penggunaan tinja dalam praktikum sebesar biji kelereng dan langsung dimasukkan kedalam larutan NaCl. Setelah tinja dimasukkan kemudian dilakukan penyaringan yang bertujuan agar materi-materi besar dalam tinja dapat terpisah dengan larutan tinja. Proses selanjutnya adalah menuangkan larutan tinja tersebut kedalam tabung reaksi hingga terisi penuh dan membentuk permukaan yang cembung pada ujung tabung. Setelah didiamkan selama 5-10 menit, dengan object glass dilakukan pengambilan dan segera ditutup dengan cover glass. Pada pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan adanya telur parasit dan dapat dinyatakan bahwa negatif terhadap infeksi parasit atau terdapat kesalahan dalam melakukan pemeriksaan. Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam pemeriksaan feses diantaranya adalah: Kesalahan pemeriksa/praktikan (human error) Kesalahan yang termasuk antara lain kesalahan saat melakukan pemeriksaan/melaksanakan praktikum, kesalahan dalam menggunakan alat dan bahan, dan kesalahan dalam pengambilan feses saat praktikum. Kesalahan saat awal pengambilan feses Kesalahan yang dimaksud yakni kesalahan saat pengambilan feses dari manusia/hospes, apakah diambil pada tempat pembuangan/kloset atau tidak langsung dari perianal, apakah tercampur dengan urin. Kesalahan penyimpanan feses Kemungkinan kesalahan saat proses penyimpana feses tidak dalam suhu rendah dan ruangan yang tidak steril.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Metode Apung adalah metode pemeriksaan telur parasit pada feses secara kualitatif. Metode ini menggunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula jenuh dan terutama dipakai untuk pemeriksaan feses yang mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis telur yang lebih ringan dari pada berat jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung di permukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Berdasarkan hasil pemeriksaan tinja pada praktikum tidak ditemukan adanya telur parasit atau dapat dinyatakan bahwa negatif infeksi parasit dalam tubuh manusia/hospes yang diambil fesesnya. Hasil pemeriksaan praktikum juga kemungkinan dapat terjadi karena adanya kesalahan diantaranya kesalahan praktikan, kesalahan pengambilan feses hospes, dan keslahan penyimpanan feses. B. Saran Kesehatan sangatlah penting terutama kesehatan badan/tubuh. Usia anak merupakan usia yang rentan terhadap infeksi penyakit atau infeksi parasit. Dimohon melakukan buang air besar pada tempatnya. Diharapkan kepada orang tua dapat mengawasi anak-anaknya dalam bermain. Diharapkan saat bermain, anak menggunakan pelindung tubuh/alas kaki dll., agar tubuh tidak langsung bersentuhan dengan tempat yang bisa menjadi tempat hidup telur/larva parasit. Dimohon kepada orang tua agar rutin memberikan obat cacing agar infeksi parasit dapat ditekan resikonya. Dalam melaksanakan praktikum diharapkan alat, bahan dan sampel yang digunakan dalam keadaan siap, steril dan memenuhi syarat agar dapat mencapai hasil yang tidak keliru. Dimohon kepada setiap praktikan mengetahui cara kerja praktikum.

DAFTAR PUSTAKA Hadidjadja, P. 1990. Penuntun Laboratorium Parasitologi Kedokteran. UI Press, Jakarta Indroyono, Sutanto. 1989. The Current Situation of Transmited, Helminthic Infection and The Counten Measure in Indonesia. Asia Parasite Comite Lith Parasitologist Meatly, Jakarta Levine, N. D. 1990. Parasitology Veteriner. UGM Press, Yogyakarta Noerhayati, S. 1992. Beberapa Segi Infeksi Cacing Tambang di Indonesia. Tesis UGM, Yogyakarta Oemijati, S. 1980. Masalah Penyakit Parasit di Indonesia. Bagian Parasitologi UI, Jakarta