BAB V Hasil dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV Metodologi Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 20

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

2014, No Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Perat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1.

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

13 11 x 5 : 125 % =. D. ; 46 % ; ; 0,43. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Hasil dari : adalah. A. 10 C. 40 B. 18 D.

GREEN TRANSPORTATION

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TRANSPORTASI. Gambar 6.1. Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik)

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pencemaran udara telah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama

: 180 cm (as as) atau 150 cm (tepi tepi) Gambar IV.1. Penampang Melintang Jalan 3,5 M 3,5 M. Median Kerb. Perkerasan Jalan 2 M 1 M 7 M 7 M

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJUAN PUSTAKA

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

BAB IV ANALISIS KONDISI YANG MEMPENGARUHI PENCEMARAN UDARA DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini

PREDIKSI JUMLAH KARBON YANG TIDAK TERSERAP OLEH PEPOHONAN AKIBAT PENEBANGAN HUTAN DAN EMISI KENDARAAN PADA RENCANA RUAS JALAN TIMIKA-ENAROTALI

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK OPERASIONAL KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS EMISI GAS BUANG AKIBAT MOBIL DI KAMPUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

Perancangan Sistem Transportasi Kota Bandung dengan Menerapkan Konsep Sirkuit Hamilton dan Graf Berbobot

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 )

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

Transkripsi:

43 BAB V Hasil dan Pembahasan Bagian ini memberikan gambaran tentang hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian Inventori Emisi Gas Rumah Kaca (CO 2 dan CH 4 ) dari Sektor Transportasi dengan Pendekatan Jarak Tempuh Kendaraan dan Konsumsi Bahan Bakar dalam Upaya Pengelolaan Kualitas Udara di Wilayah Kota dan Kabupaten Bandung. Pemaparan akan dibagi ke dalam beberapa sub topik antara lain: sektor transportasi, fuel economy, faktor emisi, jarak tempuh kendaraan, konsumsi bahan bakar, perhitungan beban emisi CO 2 dan CH 4, perbandingan nilai beban emisi berdasarkan pendekatan VKT (Botom-Up Primitives) dan konsumsi bahan bakar (Top-Down Primitives) serta usulan rencana pengelolaan kualitas udara dari sektor transportasi. V.1. Sektor Transportasi Berdasarkan hasil survei dan perhitungan yang diperoleh, terdapat peningkatan jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2004-2006 di wilayah kota dan kabupaten Bandung sebesar 26,66% yaitu 732536 unit pada tahun 2004 menjadi 927802 unit pada tahun 2006. Dari jumlah tesebut, jenis sepeda motor menempati jumlah terbesar dengan persentase antara 66-70% dari total keseluruhan unit kendaraan mulai tahun 2004 sampai tahun 2006. Hal ini menjelaskan bahwa sepeda motor masih menjadi alternatif yang dipilih masyarakat dengan alasan kemudahan dalam menuju akses, pengoperasian dan kepemilikan kendaraan (kredit). Apabila dikelompokkan berdasarkan fungsi kendaraan, terlihat bahwa kendaraan sepeda motor dan angkutan penumpang pribadi seperti sedan, minibus dan jeep menempati urutan teratas dengan persentase sebesar 66-70% dan 17-19%. Ini memperlihatkan bahwa kondisi masyarakat saat ini masih mengutamakan kepemilikan kendaraan pribadi daripada beralih ke kendaraan umum. Beberapa alasan pendukung bahwa kendaraan penumpang pribadi dan sepeda motor dapat memberikan kenyamanan serta ketepatan waktu yang lebih baik dibandingkan dengan angkutan penumpang umum (mikrolet dan taksi) serta angkutan lainnya.

44 Jumlah unit kendaraan bermotor dan komposisi berdasarkan fungsi kendaraan di kota dan kabupaten Bandung dapat dilihat pada tabel V.1 dan gambar V.1 berikut. Jenis Kendaraan Penumpang Pribadi Penumpang Umum Ringan Berat Tabel V.1. Jumlah unit kendaraan bermotor berdasarkan fungsi Kota Kabupaten TOTAL 2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006 98825 102531 105481 44507 47153 52562 143332 149684 158043 6411 6624 7829 3108 3132 4111 9519 9756 11940 38291 39889 41892 20295 23078 29798 58586 62967 71690 30970 32126 32837 4581 4679 2072 35551 36805 34909 Spd. Motor 286806 306221 333639 198742 244251 317581 485548 550472 651220 TOTAL 461303 487391 521678 271233 322293 406124 732536 809684 927802 Sumber : SAMSAT kota dan kabupaten Bandung (2006) Gambar V.1. Komposisi kendaraan berdasarkan jenis di kota dan kabupaten Bandung

45 V.2. Fuel Economy (FE) Fuel economy merupakan besaran kebutuhan bahan bakar oleh suatu kendaraan dalam menempuh satuan jarak tertentu. Sebagai contoh pada tahun 2006, nilai fuel economy kendaraan jenis mikrolet adalah sebesar 6,81 km/l yang berarti bahwa untuk setiap 6,81 kilometer jarak tempuh dibutuhkan bahan bakar sebanyak 1 liter. Berdasarkan hasil survei dan olah data pada tahun 2006 (tabel V.2), diketahui bahwa nilai fuel economy pada tahun 2006 mengalami penurunan di semua jenis kendaraan dibandingkan dengan tahun 2005. Penurunan nilai FE terbesar terjadi pada jenis kendaraan minibus dan sepeda motor. Kendaraan jenis bus dan truk walaupun tidak mengalami penurunan yang besar tetapi nilai FE dari kendaraan tersebut merupakan yang terkecil dibandingkan dengan jenis kendaraan lain. Beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya nilai FE pada bus antara lain kondisi kendaraan dan kondisi perjalanan dimana beberapa bus beroperasi pada kecepatan 20 km/jam seperti bus DAMRI. Tabel V.2. Fuel Economy kendaraan bermotor tahun 2005-2006 Fuel Economy (km/l) Jenis Kendaraan 2005* 2006 2005* 2006 Premium Solar Sedan 8,2 7,4 - - Minibus 9 7,03 9,2 7 Taksi 9,1 8,66 9,1 - Penumpang Mikrolet 8,4 6,81 7,2 - Jeep 8 6,33 7,64 6,21 Ringan Pick Up 8,3 6,52 8,4 6,6 Mikrobus 7,4-5,9 4,17 Berat Bus - - 4 4 Truk 4,4-5,3 4 Sepeda Motor 22,3 20,44 - - Sumber : Lestari* (2005) dan hasil survei (2006) Penurunan nilai fuel economy tiap jenis kendaraan mengikuti tingkat pertumbuhan kendaraan di wilayah tersebut. Bertambahnya jumlah kendaraan di wilayah kota dan kabupaten Bandung mencapai 26,66 % mulai tahun 2004-2006 menyebabkan

46 gangguan terhadap daya tampung jalan dimana pada tahun tersebut tidak terjadi penambahan ruas jalan baik di kota maupun kabupaten Bandung. Akibatnya kepadatan kendaraan di tiap ruas jalan meningkat dan berakibat pada ketidakmampuan kendaraan mencapai kondisi/kecepatan optimal. Nilai fuel economy yang semakin kecil menggambarkan semakin besarnya kebutuhan bahan bakar oleh kendaraan bermotor dalam menempuh jarak perjalanan yang sama. Beberapa faktor yang bisa dijadikan pertimbangan sebagai penyebab turunnya nilai fuel economy (FE) pada kendaraan bermotor antara lain : 1. Jumlah kendaraan yang semakin banyak dan tidak seimbang dengan kebutuhan. Hal ini berakibat selain pada tidak maksimalnya daya tampung kendaraan, juga mengakibatkan semakin padatnya jalan dan timbulnya kemacetan lalu lintas. Nilai penurunan FE bagi kendaraan baru lebih disebabkan oleh faktor kelancaran lalu lintas dan bukan pada kondisi mesin kendaraan. Bagi kendaraan mikrolet, ketidakseimbangan antara jumlah kendaraan dan kebutuhan (jumlah penumpang) menyebabkan banyak mikrolet yang hanya berkeliling dengan kecepatan rendah untuk mencari penumpang tanpa jumlah muatan yang maksimal. 2. Penurunan nilai FE juga dapat disebabkan kondisi kendaraan yang melebihi umur operasional, sehingga terjadi ketidakefisienan jumlah bahan bakar yang digunakan dengan energi yang dihasilkan. 3. Terdapat banyak tempat pemberhentian yang tidak sah, biasanya pada persimpangan jalan, daerah kampus dan pusat perbelanjaan. Faktor ini berlaku untuk jenis angkutan penumpang pribadi umum seperti mikrolet dan taksi, kendaraan bus dan mikrobus. Dalam kondisi menunggu penumpang, didapati bahwa hampir semua mesin kendaraan dalam keadaan bekerja. Pembakaran yang tidak sempurna ini akan berpotensi menghasilkan nilai emisi yang lebih besar. 4. Adanya aturan dari pengurus transportasi dalam hal ini bus dalam kota, yang menetapkan standar kecepatan rendah sekitar 20-25 km/jam. Hal ini menyebabkan bus memiliki nilai FE terendah di bandingkan dengan transportasi lainnya.

47 V.3. Faktor Emisi Nilai faktor emisi yang digunakan dalam perhitungan beban emisi CO 2 dan CH 4 pada tahun 2006 dapat dilihat berdasarkan tabel V.3-4 dibawah ini. Nilai faktor emisi yang akan digunakan dalam perhitungan beban emisi telah divalidasi berdasarkan kondisi yang terdapat di kota dan kabupaten Bandung meliputi keadaan topiografi, kondisi kendaraan, kondisi perjalanan yang digambarkan dalam nilai fuel economy tiap jenis kendaraan. Begitu pula dengan validitas faktor emisi IPCC untuk perhitungan dengan pendekatan konsumsi bahan bakar dilakukan berdasarkan jenis atau tipe kendaraan, teknologi yang digunakan serta nilai fuel economy. Hasil koreksi faktor emisi berdasarkan acuan dari IPCC memiliki nilai korelasi sebesar 0,988 untuk CO 2 dan 0,897 untuk CH 4 untuk tingkat kepercayaan 99% dengan besar rata-rata persen error dibawah 50%. Perbedaan nilai faktor emisi dipengaruhi oleh kualitas bahan baker yang digunakan, kondisi kendaraan dan kondisi topografi antara Indonesia dan eropa. Tabel V.3 Faktor Emisi CO 2 dan CH 4 Tahun 2006 untuk Kendaraan Berbahan Bakar Premium Faktor Emisi 2006 Jenis Kendaraan CO 2 CH 4 (g/km) (g/l) (g/km) (g/l) Sedan 329,66 2558,8 0,0842 0,2984 Minibus 346,30 2693,4 0,0883 0,3141 Taksi 282,14 2186,5 0,0715 0,255 Penumpang Mikrolet 358,94 2780,5 0,0913 0,3243 Jeep 402,53 2991,3 0,0935 0,3489 Pick Up 373,63 2178,1 0,0904 0,1442 Ringan Mikrobus - - - - Berat Bus - - - - Truk - - - - Sepeda Motor 122,19 2275,1 0,1909 3,5772 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan acuan dari Lestari (2005) dan IPCC (1996)

48 Tabel V.4 Faktor Emisi CO 2 dan CH 4 Tahun 2006 untuk Kendaraan Berbahan Bakar Solar Jenis Kendaraan Faktor Emisi 2006 CO 2 CH 4 Sedan 0 0 0 0 Minibus 375,89 3642,8 0,0066 0,0919 Taksi 0 0 0 0 Penumpang Mikrolet 0 0 0 0 Jeep 424,44 4106,2 0,0074 0,1036 Pick Up 399,64 2897,6 0,0064 0,0731 Ringan Mikrobus 703,19 4586,2 0,0127 0,1157 Bus 859 1593,7 0,066 0,0804 Berat Truk 771,15 1593,7 0,0596 0,0804 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan acuan dari Lestari (2005) dan IPCC (1996) V.4. Jarak Tempuh Kendaraan Jarak tempuh kendaraan dimaksudkan untuk melihat jarak tempuh suatu jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu. Istilah Vehicles Kilometres Travel (VKT) dimaksudkan untuk mengetahui besar kilometer tempuh kendaraan dalam satuan waktu tertentu (hari/minggu/bulan/tahun). Beberapa jenis kendaraan memiliki nilai VKT yang dapat dipantau seperti mikrolet, bus dan mikrobus. Hal ini disebabkan karena jenis kendaraan ini melintasi rute yang sama setiap waktunya. Berbeda dengan jenis kendaraan penumpang pribadi (sedan, minibus, jeep), taksi, pick up, dan truk dimana nilai jarak tempuhnya selalu berbeda pada tiap waktu. Berdasarkan tabel V.5 dan gambar V.2, terlihat bahwa kendaraan bus memiliki nilai VKT terbesar. Hal ini disebabkan jalur trayek dari kendaraan bus tidak hanya di dalam kota melainkan juga antar kota.

49 Tabel V.5. Jarak tempuh rata-rata kendaraan bermotor tahun 2006 VKT BBM Jenis Kendaraan (km/bln.kend) (L/bln.kend) Premium Solar Premium Solar Sedan 1353,66 * - 182,93 - Minibus 1230,00 * 1484,62 * 174,96 211,18 Taksi 5307,14-622,14 - Penumpang Mikrolet 4704,84-708,28 - Jeep 819,00 1355,16 * 125,23 214,00 Pick Up 985,20 1014,27 157,36 157,00 Ringan Mikrobus - 4615,91-1333,64 Bus - 6324,50-1662,50 Berat Truk - 3251,95-821,22 Sepeda Motor 618,00-29,00 - Sumber : *) Kurniawan (2006) hasil survei lapangan (2006) Gambar V.2. Rata-rata jarak tempuh kendaraan bermotor tahun 2006

50 Gambar V.3. Rata-rata konsumsi BBM kendaraan bermotor tahun 2006 Minibus merupakan jenis angkutan penumpang pribadi yang tidak memiliki jalur trayek tetap sehingga nilai VKT minibus bergantung dari aktivitas dan tujuan pengendara. Kendaraan minibus terbagi atas dua kategori bahan bakar yaitu premium dan solar. Beberapa minibus digunakan juga sebagai transportasi antar kota, sehingga pengaruh beban emisi yang nantinya ditimbulkan tidak hanya terbatas pada wilayah kota dan kabupaten Bandung. Taksi merupakan salah satu jenis transportasi publik yang memiliki jalur/rute bebas. Rute bebas tersebut memberikan potensi perbedaan jarak tempuh untuk setiap jenis taksi. Akan tetapi dari survei di lapangan diketahui bahwa jarak tempuh kendaraan jenis taksi dibatasi juga oleh biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi bahan bakar (BBM) dan jumlah rupiah yang harus disetorkan dalam satu hari. Hasil survei memberikan gambaran bahwa hampir keseluruhan taksi memiliki VKT yang sama dalam satu hari. Rata-rata besar nilai VKT kendaraan taksi dalam satu bulan sebesar 5307,14 km. Nilai ini dapat dijadikan standar oleh karena pendataaan dilakukan pada tujuh jenis perusahaan taksi terbesar yang ada diwilayah kota dan kabupaten Bandung yang meliputi Gemah Ripah, Blue Bird, Primkopau, Centris, Bandung Metro, 4848 dan Kota Kembang. Tabel V.6 berikut ini menggambarkan jarak tempuh (VKT) untuk setiap jenis perusahaan taksi.

51 Tabel V.6. VKT Rata-rata Kendaraan Taksi Jenis Taksi VKT (km/hari) Gemah Ripah 192.85 Primkopau 178.33 Blue Bird 200 Centris 180 Bandung Metro 161.66 4848 144 Kota Kembang 146.66 Sumber : hasil survei (2006) Sampling pada kendaraan mikrolet meliputi 13 jalur trayek yang berbeda. Pada penelitian ini, pemilihan jenis mikrolet telah mewakili kriteria dari jumlah unit mikrolet, panjang jalur trayek, jenis aktivitas sepanjang jalur trayek, dan intensitas penumpang, sehingga nilai rata-rata VKT dapat mewakili hampir keseluruhan jenis mikrolet di kota dan kabupaten Bandung. Di dapati bahwa untuk masingmasing jurusan/trayek memiliki rata-rata VKT yang sama. Hal ini disebabkan karena perbedaan jarak tempuh hanya dipengaruhi oleh jumlah trip yang ditempuh dalam satu hari. Jarak tempuh terkecil terdapat pada mikrolet dengan jurusan Gerlong-Ciwaruga yaitu 2520-2880 km/bulan, sedangkan untuk VKT terjauh terdapat pada mikrolet dengan jurusan Caheum-Ciroyom (5760-7200 km/bulan) dan Caheum-Ledeng (4680-7800 km/bulan). Beberapa faktor yang ikut mempengaruhi nilai VKT pada tiap mikrolet antara lain panjang ruas jalan yang dilalui dalam satu trip, banyaknya penumpang yang diangkut, jenis aktivitas sepanjang jalur trayek, jumlah unit dalam satu trayek, intensitas penumpang dan lama waktu kerja dalam satu hari. Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa rata-rata VKT yang mewakili seluruh mikrolet adalah sebesar 4704,84 km/bulan. Besaran jarak yang ditempuh dalam satu trip beserta jumlah trip per hari untuk setiap trayek mikrolet dapat dilihat pada tabel V.7 berikut ini.

52 Tabel V.7. Rata-rata VKT mikrolet berdasarkan trayek Trayek Jarak 1 Trip (km) Trip / hari Gerlong Ciwaruga St Hall Cimbeleuit Caringin Dago St Hall Dago Kalapa Dago Cisitu T.Lega Kalapa Ledeng Riung Dago Cicaheum Ciroyom Caheum Ledeng Cileunyi Sumedang Cileunyi Majalaya Lembang Cikole 12 18 36 15 19 23 25 32 24 26 60 22 14 7 8 7 8 5 6 7 7 8 6 7 5 6 8 10 6 10 2 8 10 10 12 Sumber : hasil survei lapangan (2006) Pick up merupakan jenis angkutan beban ringan yang tidak memiliki rute/jalur yang tetap. Perbedaan nilai VKT dipengaruhi oleh fungsi atau kegunaan kendaraan tersebut. Oleh karena itu perhitungan VKT kendaraan pick up dilakukan dengan lebih bervariasi dalam satuan hari, minggu bahkan bulan. Hasil olah data menunjukkan bahwa kendaraan pick up dengan bahan bakar premium memiliki jarak tempuh per bulan sebesar 985,2 km, sedangkan untuk kendaraan berbahan bakar solar sebesar 1014,27 km. Survei untuk kendaraan bus meliputi dua jalur trayek, yaitu dalam kota yang diwakili perusahaan DAMRI dan angkutan luar kota. Bus merupakan salah satu jenis transportasi yang memiliki rute tetap. Hampir sama dengan mikrolet, bahwa yang membedakan jarak tempuh tiap kendaraan adalah jumlah trip yang dicapai dalam satu hari. Untuk bis antar kota jumlah trip yang dapat dicapai adalah 1-3 trip/hari. Sedangkan untuk bus dalam kota lebih bervariasi antara 3-9 trip/hari tergantung dari panjang trayek. Berdasarkan survei dan olah data yang dilakukan pada tahun 2006 diperoleh gambaran bahwa jarak tempuh kendaraan rata-rata

53 untuk jenis transportasi bus adalah 6324,5 km/bulan dengan kebutuhan bahan bakar sebesar 1662,5 liter/bulan. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi pada besarnya nilai konsumsi BBM pada bus antara lain tingkat kemacetan di ruas jalan, kondisi kendaraan yang tidak layak operasi, standar penggunaan kecepatan rendah serta kapasitas mesin dan tahun produksi kendaraan. Truk merupakan jenis angkutan barang berat yang tidak memiliki rute/jalur yang tetap. Perbedaan nilai VKT lebih dipengaruhi oleh fungsi atau kegunaan kendaraan serta daerah tujuan (dalam kota atau luar kota) kendaraan. Olah karena itu perhitungan VKT kendaraan truk dilakukan dengan lebih bervariasi dalam satuan hari, minggu bahkan bulan. Hasil olah data menunjukkan bahwa kendaraan truk memiliki rata-rata jarak tempuh per bulan sebesar 3251,95 km dengan besar konsumsi bahan bakar yaitu 821,22 Liter/bulan. V.5. Konsumsi Bahan Bakar Jumlah pemakaian bahan bakar minyak menurut sumber pertamina (2006) mengalami perubahan selama kurun waktu 2004 2006 (Tabel V.9). Peningkatan terjadi pada tahun 2005 dalam kisaran angka 631480 kiloliter untuk premium dan 205248 kiloliter untuk solar. Penjualan bahan bakar premium dan solar kembali mengalami penurunan pada tahun 2006. Konsumsi Bahan Bakar pada tahun 2006 untuk jenis premium sebesar 509050 kiloliter atau turun 19,43% dari tahun 2005, sedangkan untuk jenis solar sebesar 165144 kiloliter atau terjadi penurunan 19,53% dari tahun 2005. Penurunan jumlah kuota bahan bakar minyak di kota dan kabupaten Bandung selain dikarenakan turunnya nilai kuota BBM di wilayah Jawa Barat, juga disebabkan menurunnya konsumsi bahan bakar akibat terjadinya peningkatan harga BBM pada tahun 2006 dan perubahan persentase alokasi BBM untuk wilayah kota dan kabupaten yang terdapat di propinsi Jawa Barat.

54 Tabel V.8. Jumlah SPBU tahun 2004-2006 Tahun Jumlah Unit SPBU Kota Kab TOTAL 2004 57 32 89 2005 58 46 104 2006 66 49 115 Sumber : BPS Jabar (2006) Tabel V.9. Jumlah kuota BBM tahun 2004-2006 Jumlah Konsumsi BBM (KL) Tahun Premium Solar Total Kota Kab Kota Kab Premium Solar 2004 371021 162240 84127 61356 533261 145483 2005 405208 226632 106720 98528 631840 205248 2006* 315802 193248 91572 73572 509050 165144 Sumber : BPS Jabar (2005) dan Pertamina UPMS III* (2006) Nilai persentase penggunaan bahan bakar untuk tiap jenis kendaraan selain sepeda motor pada tabel V.10 di bawah ini diperoleh dari perbandingan nilai kebutuhan bahan bakar berdasarkan data total nilai jarak tempuh dan fuel economy untuk tiap jenis kendaraan terhadap total jumlah bahan bakar dari keseluruhan kendaraan bermotor yang terdapat di kota dan kabupaten Bandung. Sedangkan nilai persentase kebutuhan atau penggunaan bahan bakar oleh kendaraan sepeda motor diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan terhadap sekitar 70% dari jumlah SPBU yang terdapat di kota dan kabupaten Bandung dengan melihat jumlah liter yang dikeluarkan per hari khusus untuk kendaraan sepeda motor. Tampak pada tabel V.10 bahwa kendaraan jenis minibus dan sepeda motor mengkonsumsi premium terbesar tiap tahun yaitu sekitar 27-28% dan 24-25%, sedangkan untuk jenis bahan bakar solar, kendaraan jenis bus dan truk menempati urutan teratas dengan konsumsi BBM sebesar 51-57% dan 14-25%. Besarnya kebutuhan bahan bakar untuk minibus dan sepeda motor disebabkan karena jumlah unit untuk kedua jenis kendaraan tersebut merupakan yang terbesar dan selalu mengalami peningkatan untuk setiap tahunnya. Besarnya jumlah BBM

55 yang dikonsumsi oleh kendaraan bus dan truk tidak dapat menggambarkan kondisi sebenarnya dikarenakan pemenuhan BBM untuk kedua jenis kendaraan tersebut tidak selalu diperoleh di wilayah kota dan kabupaten Bandung saja mengingat hampir sebagian besar kendaraan tersebut beroperasi di luar wilayah kota dan kabupaten Bandung dengan panjang dan jalur trayek yang sangat bervariasi. Kesalahan dari data persentase pemenuhan kebutuhan BBM oleh kendaraan bus dan truk kemungkinan sangat besar terjadi. Tabel V.10. Persentase penggunaan BBM kendaraan bermotor tahun 2004-2006 Persentase Penggunaan Bahan Bakar Minyak (%) Jenis Kendaraan 2004 2005 2006 Premiu Premiu Premiu m Solar m Solar m Solar Sedan 13,26-13,09-11,33-11,8 Minibus 28,62 3,77 28,20 9,28 27,29 9 Penumpan g Ringan Taksi 1,61-1,64-1,38 - Mikrolet 12,74-12,59-14,40 - Jeep 5,09 0,92 4,84 1,82 4,46 2,10 Pick Up 13,90 5,60 14,43 5,92 15,75 7,97 12,3 Mikrobus - 6,79-6,68-5 57,8 52,3 51,1 Berat Bus - 8 25,0-1 24,0 - Truk - 4-0 - Sepeda Motor 24,77-25,21-25,38 - Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data survei lapangan (2007) 5 14,5 4 Data dari tabel persentase kebutuhan BBM diatas kemudian di olah berdasarkan kuota BBM yang terjual setiap tahun dari 2004-2006, sehingga diperoleh kebutuhan bahan bakar dalam satuan kiloliter (KL) untuk setiap jenis kendaraan di wilayah kota dan kabupaten Bandung. Tampak bahwa jumlah kebutuhan BBM tiap jenis kendaraan mengikuti fluktuasi besar kuota dari tahun ke tahun (tabel V.11-13). Penurunan kiloliter kebutuhan bahan bakar untuk tiap jenis kendaraan pada tahun 2006 mengikuti penurunan jumlah kuota BBM yang terjadi pada tahun 2006 baik untuk wilayah kota maupun kabupaten Bandung.

56 Tabel V.11. Kebutuhan BBM kendaraan bermotor tahun 2006 Jumlah Kiloliter BBM per tahun Jenis Kendaraan PREMIUM SOLAR Kota Kab Kota Kab Sedan 42683,75 15014,71 - - Minibus 85893,52 53036,54 4637,02 15001,53 Taksi 7020,35 - - - Penumpang Mikrolet 45124,99 28203,49 - - Jeep 17349,70 5355,37 1326,25 2145,89 Pick Up 47337,42 32813,19 2844,69 10324,72 Ringan Mikrobus - - 1388,75 19006,52 Bus - - 63456,05 21007,10 Berat Truk - - 17919,25 6086,25 Sepeda Motor 70392,27 58824,69 - - TOTAL 315802,00 193248,00 91572,00 73572,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data survei lapangan (2006) Tabel V.12. Kebutuhan BBM kendaraan bermotor tahun 2005 Jumlah Kiloliter BBM per tahun Jenis Kendaraan PREMIUM SOLAR Kota Kab Kota Kab Sedan 60929,25 21748,52 - - Minibus 112957,76 65216,84 4416,68 14627,53 Taksi 10366,51 - - - Penumpang Mikrolet 49833,46 29724,94 - - Jeep 23280,35 7287,53 1327,85 2399,63 Pick Up 57519,81 33667,39 2780,06 9376,09 Ringan Mikrobus - - 804,92 12896,07 Bus - - 80243,97 27119,22 Berat Truk - - 17146,52 32109,45 Sepeda Motor 90320,86 68986,78 - - TOTAL 405208,00 226632,00 106720,00 98528,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data survei lapangan (2006)

57 Tabel V.13. Kebutuhan BBM kendaraan bermotor tahun 2004 Jumlah Kiloliter BBM per tahun Jenis Kendaraan PREMIUM SOLAR Kota Kab Kota Kab Sedan 54830,15 15902,06 - - Minibus 105788,53 46840,73 2766,96 2714,45 Taksi 8567,34 - - - Penumpang Mikrolet 45653,02 22299,06 - - Jeep 21715,24 5439,67 853,75 479,01 Pick Up 51766,15 22372,62 2148,95 6002,44 Ringan Mikrobus - - 529,44 9353,42 Bus - - 65010,00 19200,02 Berat Truk - - 12817,90 23606,66 Sepeda Motor 82700,58 49385,86 - - TOTAL 371021,00 162240,00 84127,00 61356,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data survei lapangan (2006) V.6. Beban Emisi (Emission Loading) gas CO 2 dan CH 4 Bagian ini akan memberikan gambaran mengenai besar beban emisi gas CO 2 dan CH 4 dari dua pendekatan yang digunakan yaitu jarak tempuh kendaraan (VKT) dan konsumsi bahan bakar (BBM) serta besar kontribusi dari tiap jenis kendaraan bermotor terhadap emisi gas CO 2 dan CH 4 di kota dan kabupaten Bandung. V.6.1. Perhitungan berdasarkan Pendekatan Jarak Tempuh Kendaraan Perhitungan beban emisi berdasarkan pendekatan jarak tempuh kendaraan dilakukan dengan menghitung besar emisi gas CO 2 dan CH 4 yang dihasilkan dari tiap jenis kendaraan berdasarkan besarnya jarak tempuh selama satu tahun. Seperti yang terdapat pada tabel V.14-15, total CO 2 yang dihasilkan di wilayah kota dan kabupaten Bandung pada tahun 2004 sebesar 3130874,65 ton dan CH 4 sebesar 972,38 ton. Pada tahun 2005 beban emisi total untuk CO 2 sebesar 3276853,3 ton dan CH 4 sebesar 1066,09 ton, sedangkan pada tahun 2006 dihasilkan CO 2 total sebesar 3886394,94 ton dan CH 4 sebesar 1355,63 ton. Hasil ini memperlihatkan gambaran peningkatan CO 2 sebesar 24,13 % dan CH 4 sebesar 39,41 % selama periode tahun 2004-2006. Sebagai gambaran umum di wilayah kota dan kabupaten Bandung, kendaraan jenis bus memberikan kontribusi polutan

58 CO 2 paling besar dengan beban emisi pada tahun 2006 sebesar 1447218,2 ton, sedangkan untuk parameter CH 4 sepeda motor menempati urutan pertama dengan beban emisi sebesar 922,06 ton. Tabel V.14. Beban emisi CO 2 di kota dan kabupaten Bandung tahun 2004-2006 Jenis Kendaraan Beban Emisi (Ton/tahun) VKT PREMIUM 2004 2005 2006 Sedan 143309,75 148253,47 175820,91 Minibus 312786,70 317210,48 421916,32 Taksi 16740,51 18860,86 21166,78 Penumpang Mikrolet 140306,23 142162,74 218094,27 Jeep 57232,91 57320,55 74682,16 Pick Up 151904,16 162421,35 233809,72 Ringan Mikrobus - - - Bus - - - Berat Truk - - - Sepeda Motor 403292,28 457217,64 590118,79 SOLAR Penumpang Ringan Berat Sedan - - - Minibus 70441,36 88030,04 129652,28 Taksi - - - Mikrolet - - - Jeep 18099,03 22256,31 30556,40 Pick Up 51165,85 55904,84 81302,93 Mikrobus 39091,59 42119,81 79575,48 Bus 1410449,39 1425965,31 1447218,21 Truk 316054,89 339129,89 382480,69 TOTAL 3130874,65 3276853,30 3886394,94 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data VKT dan jumlah kendaraan (2006)

59 Tabel V.15. Beban emisi CH 4 di kota dan kabupaten Bandung tahun 2004-2006 Jenis Kendaraan Beban Emisi (Ton/tahun) VKT PREMIUM 2004 2005 2006 Sedan 36,61 37,87 44,92 Minibus 79,79 80,92 107,62 Taksi 4,24 4,78 5,36 Penumpang Mikrolet 35,68 36,15 55,46 Jeep 13,30 13,32 17,35 Pick Up 36,75 39,29 56,56 Ringan Mikrobus - - - Bus - - - Berat Truk - - - Sepeda Motor 630,14 714,40 922,06 SOLAR Penumpang Ringan Berat Sedan - - - Minibus 1,23 1,54 2,27 Taksi - - - Mikrolet - - - Jeep 0,31 0,39 0,53 Pick Up 0,81 0,89 1,29 Mikrobus 0,71 0,76 1,44 Bus 108,37 109,56 111,19 Truk 24,44 26,22 29,57 TOTAL 972,38 1066,09 1355,63 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data VKT dan jumlah kendaraan (2006) Kota Bandung Pertumbuhan kendaraan bermotor di kota Bandung mengalami kenaikkan tiap tahun walaupun persentase peningkatan tersebut memiliki nilai yang berbeda untuk setiap jenis kendaraan. Berdasarkan jumlah unit kendaraan, sepeda motor masih menempati urutan teratas yang diikuti oleh kendaraan angkutan penumpang jenis minibus. Untuk wilayah kota Bandung, emisi CO 2 yang dihasilkan pada tahun 2006 merupakan kontribusi dari kendaraan berbahan bakar premium sebesar 1046616,19 ton/tahun (35,57%) dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 1895840,99 ton/tahun (64,43%). Kendaraan angkutan berat yang terdiri dari bus

60 dan truk menghasilkan 58,51% dari total emisi CO 2 di kota Bandung, diikuti oleh kendaraan penumpang pribadi (18,81%) dan sepeda motor (10,27%). Berdasarkan data besar emisi CH 4 yang dihasilkan pada tahun 2006, terlihat bahwa kontribusi kendaraan berbahan bakar premium sebesar 659,03 ton/tahun (82,95 %) dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 135,43 ton/tahun (17,05 %). Kontributor terbesar berasal dari jenis kendaraan sepeda motor yaitu sebesar 59,46%, yang diikuti oleh kendaraan angkutan berat (16,67%) dan angkutan penumpang pribadi (14,51%). Hasil pehitungan beban emisi CO 2 dan CH 4 di kota Bandung dan persentase kontribusi dari tiap jenis kendaraan dapat dilihat pada tabel V.16-19. Terjadi peningkatan beban emisi dari tahun 2004-2006 sebesar 18,72% untuk gas CO 2 dan 24,79% untuk gas CH 4. Hal ini memperlihatkan bahwa peningkatan beban emisi CO 2 dan CH 4 berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kendaraan. Diketahui terjadi peningkatan beban emisi CO 2 dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006. Akan tetapi terdapat perubahan persentase komposisi sumber pencemar dimana angkutan berat yang pada tahun 2004 memberikan kontribusi sebesar 63,58% mengalami penurunan pada tahun 2006 sebesar 58,51% dari total beban emisi CO 2 yang dihasilkan di kota Bandung. Begitu pula yang terlihat pada parameter CH 4, bahwa terjadi peningkatan beban emisi untuk tiap tahun dari 2004 sampai 2006. Akan tetapi persentase kontribusi sumber pencemar mengalami perubahan yang lebih bervariasi, dimana untuk jenis kendaraan angkutan berat mengalami penurunan dari 19,04% pada tahun 2004 menjadi 16,67% pada tahun 2006. Gambaran diatas memperlihatkan bahwa walaupun jumlah kendaraan di kota Bandung memiliki kecenderungan meningkat, akan tetapi persentase peningkatan tersebut tidak selalu sama untuk tiap jenis kendaraan sehingga menyebabkan perubahan pada komposisi emisi CO 2 dan CH 4 secara keseluruhan. Lonjakan jumlah kendaraan jenis angkutan berat lebih rendah dibandingkan jenis kendaraan lainnya, sehingga menyebabkan penurunan persentase kontribusi emisi CO 2 dan CH 4.

61 Tabel V.16. Beban emisi CO 2 kota Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CO 2 Kota Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 106968,85 4,32 110680,26 4,32 130442,59 4,43 Minibus 205961,23 8,31 204771,44 8,00 261954,71 8,90 Taksi 16740,51 0,68 18860,86 0,74 21166,78 0,72 Mikrolet 89243,96 3,60 90706,17 3,54 134783,96 4,58 Jeep 44248,76 1,79 44170,51 1,73 57216,23 1,94 Pick Up 100848,43 4,07 104339,12 4,08 138716,85 4,71 Mikrobus - - - - - - Bus - - - - - - Truk - - - - - - Spd Motor 238218,77 9,61 254344,71 9,94 302335,07 10,27 Solar Sedan - - - - - - Minibus 43635,43 1,76 56928,85 2,22 80486,07 2,74 Taksi - - - - - - Mikrolet - - - - - - Jeep 13487,31 0,54 17145,27 0,67 23405,64 0,80 Pick Up 33971,71 1,37 35920,81 1,40 48241,85 1,64 Mikrobus 9304,90 0,38 11562,30 0,45 22201,68 0,75 Bus 1338802,34 54,02 1350667,46 52,78 1362076,22 46,29 Truk 236973,03 9,56 259094,15 10,12 359429,54 12,22 TOTAL 2478405,24 100,00 2559191,91 100,00 2942457,18 100,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data VKT dan jumlah kendaraan (2006) Tabel V.17. Beban Emisi CO 2 Kota Bandung Berdasarkan Fungsi Jenis Kendaraan Beban Emisi CO2 Kota Bandung (ton/tahun) 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Kend Penumpang Pribadi 414301,59 16,72 433696,33 16,95 553505,23 18,81 Kend Penumpang Umum 105984,48 4,28 109567,04 4,28 155950,74 5,30 Kend Ringan 144125,04 5,82 151822,23 5,93 209160,37 7,11 Kend Berat 1575775,37 63,58 1609761,60 62,90 1721505,76 58,51 Sepeda Motor 238218,77 9,61 254344,71 9,94 302335,07 10,27 Total 2478405,24 100,00 2559191,91 100,00 2942457,18 100,00 Sumber : hasil perhitungan (2006)

62 Tabel V.18. Beban emisi CH 4 kota Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CH 4 Kota Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 27,33 4,29 28,27 4,24 33,32 4,19 Minibus 52,54 8,25 52,23 7,83 66,82 8,41 Taksi 4,24 0,67 4,78 0,72 5,36 0,67 Mikrolet 22,69 3,57 23,07 3,46 34,27 4,31 Jeep 10,28 1,61 10,26 1,54 13,29 1,67 Pick Up 24,40 3,83 25,24 3,78 33,56 4,22 Mikrobus - - - - - - Bus - - - - - - Truk - - - - - - Spd Motor 372,22 58,47 397,41 59,57 472,40 59,46 Solar Sedan - - - - - - Minibus 0,76 0,12 1,00 0,15 1,41 0,18 Taksi - - - - - - Mikrolet - - - - - - Jeep 0,23 0,04 0,30 0,04 0,41 0,05 Pick Up 0,54 0,08 0,57 0,09 0,77 0,10 Mikrobus 0,17 0,03 0,21 0,03 0,40 0,05 Bus 102,86 16,16 103,78 15,56 104,65 13,17 Truk 18,32 2,88 20,03 3,00 27,79 3,50 TOTAL 636,59 100,00 667,15 100,00 794,46 100,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data VKT dan jumlah kendaraan (2006) Tabel V.19. Beban Emisi CH 4 Kota Bandung Berdasarkan Fungsi Jenis Kendaraan Beban Emisi CH4 Kota Bandung (ton/tahun) 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Kend Penumpang Pribadi 91,14 14,32 92,06 13,80 115,25 14,51 Kend Penumpang Umum 26,93 4,23 27,84 4,17 39,64 4,99 Kend Ringan 25,11 3,94 26,02 3,90 34,73 4,37 Kend Berat 121,19 19,04 123,81 18,56 132,44 16,67 Sepeda Motor 372,22 58,47 397,41 59,57 472,40 59,46 Total 636,59 100,00 667,15 100,00 794,46 100,00 Sumber : hasil perhitungan (2006)

63 Gambar V.4-6 dibawah ini menunjukkan bahwa kendaraan angkutan berat yang terdiri dari bus dan truk merupakan kontributor terbesar gas CO 2 di kota Bandung untuk periode 2004-2006, sedangkan kendaraan sepeda motor merupakan kontributor terbesar gas CH 4 untuk periode tahun yang sama. Besar emisi CO 2 dari jenis kendaraan angkutan berat (bus dan truk) perlu dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa nilai VKT untuk jenis kendaraan bus dan truk memiliki kemungkinan tidak menggambarkan kondisi nyata dikarenakan panjang rute trayek dan wilayah operasi kendaraan lebih banyak berada di luar kota dan kabupaten Bandung. Faktor lain yang menentukan nilai beban emisi CO 2 pada angkutan berat adalah banyaknya jumlah kendaraan dengan nilai fuel economy yang kecil. Gambar V.4. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kota Bandung tahun 2006 Gambar V.5. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kota Bandung tahun 2005

64 Gambar V.6. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kota Bandung tahun 2004 Kabupaten Bandung Di kabupaten Bandung, nilai beban emisi CO 2 pada tahun 2006 sebesar 943937,76 ton/tahun atau mengalami peningkatan sebesar 44,67 % dari tahun 2004. Emisi yang dihasilkan merupakan kontribusi dari kendaraan berbahan bakar premium sebesar 688992,75 ton/tahun (72,99%) dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 254945,01 ton/tahun (27,01%). Sepeda motor dan kendaraan penumpang pribadi merupakan kontributor terbesar emisi CO 2 di kabupaten Bandung dengan persentase sebesar 30,49% dan 29,57%. Beban emisi total CH 4 di kabupaten Bandung pada tahun 2006 sebesar 561,18 ton/tahun atau mengalami peningkatan sebesar 67,11 % dari tahun 2004. Emisi CH 4 yang dihasilkan merupakan kontribusi dari kendaraan berbahan bakar premium sebesar 550,31 ton/tahun (98,06%) dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 10,87 ton/tahun (1,94%). Sepeda motor merupakan sumber dominan penghasil CH 4 dengan persentase kontribusi sebesar 80,13%. Selain dikarenakan jumlah unit kendaraan yang banyak, ada kemungkinan besar nilai beban emisi pada sepeda motor dikarenakan sistem pembakaran sepeda motor tidak sebaik kendaraan roda empat dalam hal efisiensi pembakaran bahan bakar, karena gas CH 4 merupakan buangan hasil pemecahan (cracking) senyawa Hidrokarbon akibat adanya suhu (panas) yang tinggi dari hasil pembakaran. Tabel V.20-23 berikut ini merupakan gambaran persentase kontribusi emisi CO 2 dan CH 4 dari tiap jenis kendaraan di wilayah kota dan kabupaten Bandung untuk tahun 2006.

65 Pertumbuhan kendaraan di kabupaten Bandung mengalami kenaikkan sebesar 49,73% dari tahun 2004-2006 dimana kendaraan jenis sepeda motor dan minibus masih menempati urutan teratas berdasarkan jumlah unit kendaraan, yaitu sebesar 317581 unit dan 38637 unit pada tahun 2006. Pertumbuhan jumlah kendaraan di kabupaten Bandung diikuti oleh peningkatan nilai beban emisi CO 2 dan CH 4 di wilayah tersebut. Tabel V.20. Beban emisi CO 2 kabupaten Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CO2 Kabupaten Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 36340,90 5,57 37573,20 5,24 45378,32 4,81 Minibus 106825,47 16,37 112439,04 15,67 159961,61 16,95 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 51062,27 7,83 51456,57 7,17 83310,31 8,83 Jeep 12984,14 1,99 13150,05 1,83 17465,92 1,85 Pick Up 51055,73 7,83 58082,23 8,09 95092,87 10,07 Mikrobus - - - - - - Bus - - - - - - Truk - - - - - - Spd Motor 165073,52 25,30 202872,93 28,27 287783,72 30,49 Solar Sedan - - - - - - Minibus 26805,93 4,11 31101,20 4,33 49166,21 5,21 Taksi - - - - - - Mikrolet - - - - - - Jeep 4611,72 0,71 5111,04 0,71 7150,76 0,76 Pick Up 17194,14 2,64 19984,03 2,78 33061,08 3,50 Mikrobus 29786,69 4,57 30557,51 4,26 57373,81 6,08 Bus 71647,05 10,98 75297,85 10,49 85141,99 9,02 Truk 79081,86 12,12 80035,74 11,15 23051,16 2,44 TOTAL 652469,41 100,00 717661,39 100,00 943937,76 100,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data VKT dan jumlah kendaraan (2006) Berdasarkan tabel V.21, terlihat bahwa rata-rata nilai beban emisi CO 2 di setiap jenis kendaraan mengalami peningkatan dari tahun 2004-2006, kecuali untuk jenis angkutan berat. Beban emisi CO 2 yang dihasilkan dari kendaraan bus dan truk di kabupaten Bandung mengalami penurunan dari 150728,9 ton/tahun atau sekitar

66 23,1% pada tahun 2004 menjadi 108193,14 ton/tahun atau sekitar 11,46% pada tahun 2006. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah jenis kendaraan truk di kabupaten Bandung. Penurunan jumlah kendaraan truk tahun 2006, berdasarkan data dari SAMSAT Padalarang, disebabkan adanya pergantian kepemilikan (mutasi) kendaraan di wilayah administrasi yang berbeda. Jenis kendaraan sepeda motor mengalami peningkatan persentase kontribusi gas CO 2 dari 25,3% pada tahun 2004 menjadi 30,49% pada tahun 2006. Hal ini dimungkinkan mengingat jumlah kendaraan sepeda motor mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2004-2006. Tabel V.21. Beban emisi CO 2 kabupaten Bandung berdasarkan fungsi Jenis Kendaraan Beban Emisi CO2 Kabupaten Bandung (ton/tahun) 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Kendaraan Penumpang Pribadi 187568,16 28,75 199374,52 27,78 279122,83 29,57 Kendaraan Penumpang Umum 51062,27 7,83 51456,57 7,17 83310,31 8,83 Kendaraan Ringan 98036,56 15,03 108623,77 15,14 185527,76 19,65 Kendaraan Berat 150728,90 23,10 155333,60 21,64 108193,14 11,46 Sepeda Motor 165073,52 25,30 202872,93 28,27 287783,72 30,49 Total 652469,41 100,00 717661,39 100,00 943937,76 100,00 Sumber : hasil perhitungan (2006)

67 Tabel V.22. Beban emisi CH 4 kabupaten Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CH4 Kabupaten Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 9,28 2,76 9,60 2,41 11,59 2,07 Minibus 27,25 8,11 28,68 7,19 40,80 7,27 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 12,98 3,87 13,09 3,28 21,19 3,78 Jeep 3,02 0,90 3,06 0,77 4,06 0,72 Pick Up 12,35 3,68 14,05 3,52 23,00 4,10 Mikrobus - - - - - - Bus - - - - - - Truk - - - - - - Spd Motor 257,93 76,81 316,99 79,46 449,66 80,13 Solar Sedan - - - - - - Minibus 0,47 0,14 0,54 0,14 0,86 0,15 Taksi - - - - - - Mikrolet - - - - - - Jeep 0,08 0,02 0,09 0,02 0,12 0,02 Pick Up 0,27 0,08 0,32 0,08 0,53 0,09 Mikrobus 0,54 0,16 0,55 0,14 1,04 0,19 Bus 5,50 1,64 5,79 1,45 6,54 1,17 Truk 6,11 1,82 6,19 1,55 1,78 0,32 TOTAL 335,79 100,00 398,94 100,00 561,18 100,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data VKT dan jumlah kendaraan (2006) Tabel V.23. Beban emisi CH 4 kabupaten Bandung berdasarkan fungsi Jenis Kendaraan Beban Emisi CH4 Kabupaten Bandung (ton/tahun) 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Kendaraan Penumpang Pribadi 40,10 11,94 41,97 10,52 57,44 10,24 Kendaraan Penumpang Umum 12,98 3,87 13,09 3,28 21,19 3,78 Kendaraan Ringan 13,16 3,92 14,92 3,74 24,57 4,38 Kendaraan Berat 11,62 3,46 11,97 3,00 8,32 1,48 Sepeda Motor 257,93 76,81 316,99 79,46 449,66 80,13 Total 335,79 100,00 398,94 100,00 561,18 100,00 Sumber : hasil perhitungan (2006)

68 Peningkatan nilai beban emisi CH 4 di kabupaten Bandung juga terlihat di hampir semua jenis kendaraan bermotor dari tahun 2004-2006. Kendaraan penumpang pribadi mengalami penurunan persentase kontribusi dari 11,94% pada tahun 2004 menjadi 10,24% pada tahun 2006 (Gambar V.7-9). Begitu pula halnya yang terjadi dengan kendaraan jenis angkutan berat. Akan tetapi penurunan persentase kontribusi pencemar pada angkutan berat diikuti pula dengan penurunan nilai beban emisi dari tahun 2004 sebesar 11,62 ton menjadi 8,32 ton pada tahun 2006. Hal ini dapat dijelaskan dengan penurunan jumlah unit kendaraan jenis angkutan berat khususnya truk pada tahun 2006. Persentase kontribusi sumber pencemar jenis sepeda motor mengalami peningkatan dari tahun 2004-2006 yang disebabkan terjadinya peningkatan jumlah unit kendaraan pada periode tahun 2004-2006. Penurunan persentase komposisi total beban emisi CH 4 pada kendaraan angkutan penumpang pribadi lebih disebabkan oleh dominannya kontribusi dari kendaraan jenis sepeda motor. Jumlah unit sepeda motor pada tahun 2006 mengalami peningkatan hampir dua kali lipat dari tahun 2004 sehingga memicu tingginya beban emisi total yang dihasilkan. Hal ini mengingat tingkat efisiensi pembakaran pada sepeda motor merupakan yang terendah dibandingkan jenis kendaraan lainnya yang berarti potensi untuk menghasilkan gas CH 4 juga menjadi lebih besar. Gambar V.7. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kab Bandung tahun 2006

69 Gambar V.8. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kab Bandung tahun 2005 Gambar V.9. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kab Bandung tahun 2004 V.6.2. Perhitungan berdasarkan Konsumsi Bahan Bakar Pendekatan berdasarkan konsumsi bahan bakar dilakukan sebagai data pembanding dari perhitungan yang berdasarkan jarak tempuh kendaraan (VKT). Perhitungan beban emisi berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar dilakukan dengan mempertimbangkan besar konsumsi bahan bakar baik premium maupun solar yang digunakan atau dikonsumsi oleh tiap jenis kendaraan dalam kurun waktu satu tahun di kota dan kabupaten Bandung. Tabel V.24-25 memperlihatkan bahwa pada tahun 2004 total CO 2 yang dihasilkan di wilayah kota dan kabupaten Bandung sebesar 1370261,42 ton dan CH 4 sebesar 536,18 ton. Pada tahun 2005 beban emisi total untuk CO 2 sebesar 1694919,43 ton dan CH 4 sebesar 645,61 ton, sedangkan pada tahun 2006 dihasilkan CO 2 total sebesar 1667906,39 ton dan CH 4 sebesar 582,35 ton. Data tersebut

70 memperlihatkan hubungan besaran total nilai beban emisi CO 2 dan CH 4 mulai tahun 2004 sampai 2006 yang mengikuti besar kuota bahan bakar minyak, dalam hal ini premium dan solar di wilayah kota dan kabupaten Bandung. Hasil ini memperlihatkan gambaran peningkatan CO 2 sebesar 21,72 % dan CH 4 sebesar 8,61 % selama periode tahun 2004-2006. Sebagai gambaran umum di wilayah kota dan kabupaten Bandung, kendaraan jenis minibus dan sepeda motor merupakan dua jenis kendaraan yang memberikan kontribusi polutan CO 2 paling besar dengan beban emisi pada tahun 2006 sebesar 374199,81 ton dan 293980,72 ton, sedangkan untuk parameter CH 4 sepeda motor menempati urutan pertama dengan beban emisi sebesar 462,23 ton. Tabel V.24. Beban emisi CO 2 di kota dan kabupaten Bandung tahun 2004-2006 Jenis Kendaraan Beban Emisi (Ton/tahun) BBM PREMIUM 2004 2005 2006 Sedan 163330,02 190913,91 147636,97 Minibus 321113,04 374857,27 374199,81 Taksi 17826,55 21570,17 15349,82 Penumpang Mikrolet 153174,35 179336,79 203886,41 Jeep 64271,88 72349,89 67917,52 Pick Up 126850,21 156019,80 174575,44 Ringan Mikrobus - - - Bus - - - Berat Truk - - - Sepeda Motor 275444,18 332209,45 293980,72 SOLAR Penumpang Ringan Berat Sedan - - - Minibus 15192,61 52784,09 71538,41 Taksi - - - Mikrolet - - - Jeep 4448,22 12440,85 14257,18 Pick Up 18558,44 27676,18 38160,26 Mikrobus 32034,64 44410,85 93536,81 Bus 134205,94 171105,27 134609,34 Truk 43811,33 59244,90 38257,68 TOTAL 1370261,42 1694919,43 1667906,39 Sumber : perhitungan berdasarkan data konsumsi BBM dan jumlah kendaraan (2006)

71 Tabel V.25. Beban emisi CH 4 di kota dan kabupaten Bandung tahun 2004-2006 Jenis Kendaraan Beban Emisi (Ton/tahun) BBM PREMIUM 2004 2005 2006 Sedan 19,05 22,27 17,22 Minibus 37,45 43,72 43,64 Taksi 2,08 2,52 1,79 Penumpang Mikrolet 17,87 20,92 23,78 Jeep 7,50 8,44 7,92 Pick Up 8,40 10,33 11,56 Ringan Mikrobus - - - Bus - - - Berat Truk - - - Sepeda Motor 433,09 522,34 462,23 SOLAR Penumpang Ringan Berat Sedan - - - Minibus 0,38 1,33 1,80 Taksi - - - Mikrolet - - - Jeep 0,11 0,31 0,36 Pick Up 0,47 0,70 0,96 Mikrobus 0,81 1,12 2,36 Bus 6,77 8,63 6,79 Truk 2,21 2,99 1,93 TOTAL 536,18 645,61 582,35 Sumber : perhitungan berdasarkan data konsumsi BBM dan jumlah kendaraan (2006) Kota Bandung Beban emisi CO 2 yang dihasilkan di kota Bandung pada tahun 2006 merupakan kontribusi dari kendaraan berbahan bakar premium sebesar 796536,95 ton/tahun (82,7 %) dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 166637,52 ton/tahun (17,3%). Tabel V.26-27 menunjukkan bahwa kendaraan angkutan penumpang pribadi yang terdiri dari sedan, minibus dan jeep menghasilkan 43,07% dari total emisi CO 2 di kota Bandung, diikuti oleh sepeda motor (16,63%) dan angkutan penumpang umum seperti mikrolet dan taksi (14,62%). Kendaraan penumpang pribadi menempati urutan kedua setelah sepeda motor dalam hal jumlah total unit kendaraan. Akan tetapi, kebutuhan bahan bakar per unit kendaraannya lebih besar dibandingkan sepeda motor sehingga berpengaruh pada emisi buangan kendaraan.

72 Tabel V.26. Beban emisi CO 2 kota Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CO 2 Kota Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 126610,06 13,78 140693,69 13,68 109217,82 11,34 Minibus 222565,95 24,23 237649,13 23,11 231349,06 24,02 Taksi 17826,55 1,94 21570,17 2,10 15349,82 1,59 Mikrolet 102908,88 11,20 112332,24 10,92 125467,92 13,03 Jeep 51396,94 5,60 55101,33 5,36 51898,04 5,39 Pick Up 88571,02 9,64 98415,45 9,57 103105,27 10,70 Mikrobus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Bus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Truk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Spd Motor 172458,23 18,78 188349,06 18,32 160149,02 16,63 Solar Sedan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Minibus 7669,06 0,83 12241,53 1,19 16891,52 1,75 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jeep 2849,47 0,31 4431,83 0,43 5445,80 0,57 Pick Up 4892,55 0,53 6329,43 0,62 8242,89 0,86 Mikrobus 1716,16 0,19 2609,10 0,25 6369,09 0,66 Bus 103606,77 11,28 127885,23 12,44 101130,22 10,50 Truk 15417,33 1,68 20623,77 2,01 28558,00 2,96 TOTAL 918488,971 100 1028231,95 100 963174,47 100 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data BBM dan jumlah kendaraan (2006) Tabel V.27. Beban emisi CO 2 kota Bandung berdasarkan fungsi Jenis Kendaraan Kendaraan Penumpang Pribadi Kendaraan Penumpang Umum Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Beban Emisi CO 2 Kota Bandung (ton/tahun) 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) 411091,49 44,76 450117,52 43,78 414802,24 43,07 120735,42 13,15 133902,41 13,02 140817,74 14,62 95179,73 10,36 107353,97 10,44 117717,25 12,22 119024,10 12,96 148509,00 14,44 129688,22 13,46 Sepeda Motor 172458,23 18,78 188349,06 18,32 160149,02 16,63 Total 918488,97 100,00 1028231,95 100,00 963174,47 100,00 Sumber : hasil perhitungan (2006)

73 Beban emisi CO 2 di kota Bandung mengikuti pergerakan dari konsumsi bahan bakar khususnya di wilayah kota Bandung. Untuk jenis kendaraan angkutan penumpang umum, terjadi peningkatan beban emisi mulai dari tahun 2004-2006 walaupun di lain sisi jumlah kuota bahan bakar di kota Bandung mengalami penurunan. Peningkatan beban emisi ini kemungkinan disebabkan kondisi kendaraan khususnya mikrolet yang kurang baik. Hal ini digambarkan dengan nilai fuel economy pada kendaraan tersebut. Berdasarkan data pada tabel V.28-29, besar emisi CH 4 yang dihasilkan pada tahun 2006 merupakan kontribusi dari kendaraan berbahan bakar premium sebesar 320,83 ton/tahun (97,72 %) dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 7,47 ton/tahun (2,28 %). Kontributor terbesar berasal dari jenis kendaraan sepeda motor yaitu sebesar 76,7%, yang diikuti oleh kendaraan penumpang pribadi (14,11%) dan angkutan penumpang umum (5%). Tabel V.28. Beban emisi CH 4 kota Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CH 4 Kota Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 14,77 4,29 16,41 4,35 12,74 3,88 Minibus 25,96 7,54 27,72 7,35 26,98 8,22 Taksi 2,08 0,60 2,52 0,67 1,79 0,55 Mikrolet 12,00 3,49 13,10 3,48 14,63 4,46 Jeep 5,99 1,74 6,43 1,70 6,05 1,84 Pick Up 5,86 1,70 6,51 1,73 6,83 2,08 Mikrobus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Bus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Truk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Spd Motor 271,16 78,77 296,15 78,56 251,81 76,70 Solar Sedan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Minibus 0,19 0,06 0,31 0,08 0,43 0,13 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jeep 0,07 0,02 0,11 0,03 0,14 0,04 Pick Up 0,12 0,04 0,16 0,04 0,21 0,06 Mikrobus 0,04 0,01 0,07 0,02 0,16 0,05 Bus 5,23 1,52 6,45 1,71 5,10 1,55 Truk 0,78 0,23 1,04 0,28 1,44 0,44 TOTAL 344,26 100,00 376,97 100,00 328,30 100,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data VKT dan jumlah kendaraan (2006)

74 Besarnya persentase kontribusi sepeda motor terhadap gas buang CH 4 disebabkan oleh besarnya konsumsi total bahan bakar yang tidak diimbangi oleh efisiensi pembakaran pada mesin kendaraan sehingga banyak dari senyawa Hidrokarbon yang tidak terbakar atau mengalami pemecahan ikatan (cracking). Tabel V.29. Beban emisi CH 4 kota Bandung berdasarkan fungsi Jenis Kendaraan Beban Emisi CH4 Kota Bandung (ton/tahun) 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Kend Penumpang Pribadi 46,99 13,65 50,97 13,52 46,34 14,11 Kend Penumpang Umum 14,08 4,09 15,62 4,14 16,42 5,00 Kend Ringan 6,03 1,75 6,74 1,79 7,19 2,19 Kend Berat 6,00 1,74 7,49 1,99 6,54 1,99 Sepeda Motor 271,16 78,77 296,15 78,56 251,81 76,70 Total 344,26 100,00 376,97 100,00 328,30 100,00 Sumber : hasil perhitungan (2006) Gambar V.10-12 dibawah ini menunjukkan kontributor emisi CO 2 dan CH 4 di wilayah kota Bandung masih didominasi oleh kendaraan angkutan penumpang pribadi dan sepeda motor. Besarnya total emisi yang dihasilkan juga dapat menggambarkan market pasar bahan bakar di kota Bandung yang masih dikuasai oleh kendaraan pribadi. Gambar V.10. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kota Bandung tahun 2006

75 Gambar V.11. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kota Bandung tahun 2005 Gambar V.12. Komposisi beban emisi CO 2 dan CH 4 kota Bandung tahun 2004 Kabupaten Bandung Terjadi peningkatan nilai beban emisi CO 2 pada tahun 2006 di kabupaten Bandung sebesar 55,99% dari tahun 2004 atau sekitar 704731,92 ton. Kendaraan berbahan bakar premium memberikan persentase kontribusi 68,25% atau sebesar 481009,74 ton/tahun dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 31,75% atau sekitar 223722,17 ton. Kendaraan penumpang pribadi dan angkutan ringan (pick up dan mikrobus) merupakan kontributor terbesar emisi CO 2 di kabupaten Bandung dengan persentase sebesar 37% dan 26,76%. Beban emisi total CH 4 di kabupaten Bandung pada tahun 2006 sebesar 254,05 ton atau mengalami peningkatan sebesar 32,37 % dari tahun 2004. Emisi yang dihasilkan merupakan kontribusi dari kendaraan berbahan bakar premium sebesar 247,32 ton/tahun (97,35%) dan kendaraan berbahan bakar solar sebesar 6,73 ton/tahun (2,65%).

76 Sepeda motor merupakan sumber dominan penghasil CH 4 dengan persentase kontribusi sebesar 82,83%. Tabel V.30-33 berikut ini merupakan gambaran persentase kontribusi emisi CO 2 dan CH 4 dari tiap jenis kendaraan di wilayah kota dan kabupaten Bandung untuk tahun 2004-2006. Tabel V.30. Beban emisi CO 2 kabupaten Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CO 2 Kabupaten Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 36719,96 8,13 50220,22 7,53 38419,15 5,45 Minibus 98547,09 21,81 137208,14 20,58 142850,75 20,27 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 50265,48 11,13 67004,56 10,05 78418,49 11,13 Jeep 12874,94 2,85 17248,56 2,59 16019,48 2,27 Pick Up 38279,19 8,47 57604,35 8,64 71470,17 10,14 Mikrobus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Bus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Truk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Spd Motor 102985,94 22,80 143860,39 21,58 133831,70 18,99 Solar Sedan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Minibus 7523,55 1,67 40542,56 6,08 54646,89 7,75 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jeep 1598,75 0,35 8009,02 1,20 8811,38 1,25 Pick Up 13665,89 3,02 21346,76 3,20 29917,37 4,25 Mikrobus 30318,49 6,71 41801,76 6,27 87167,73 12,37 Bus 30599,17 6,77 43220,04 6,48 33479,12 4,75 Truk 28394,00 6,29 38621,13 5,79 9699,68 1,38 TOTAL 451772,45 100,0 0 666687,48 100,0 0 704731,92 100,0 0 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data BBM dan jumlah kendaraan (2006)

77 Tabel V.31. Beban emisi CO 2 kabupaten Bandung berdasarkan fungsi Jenis Kendaraan Kendaraan Penumpang Pribadi Kendaraan Penumpang Umum Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Beban Emisi CO 2 Kabupaten Bandung (ton/tahun) 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) 157264,29 34,81 253228,49 37,98 260747,66 37,00 50265,48 11,13 67004,56 10,05 78418,49 11,13 82263,57 18,21 120752,86 18,11 188555,27 26,76 58993,17 13,06 81841,17 12,28 43178,80 6,13 Sepeda Motor 102985,94 22,80 143860,39 21,58 133831,70 18,99 Total 451772,45 100,00 666687,48 100,00 704731,92 100,00 Sumber : hasil perhitungan (2006) Tabel V.32. Beban emisi CH 4 kabupaten Bandung 2004-2006 Jenis Beban Emisi CH 4 Kabupaten Bandung (ton/tahun) Kendaraan 2004 (%) 2005 (%) 2006 (%) Premium Sedan 4,28 2,23 5,86 2,18 4,48 1,76 Minibus 11,49 5,99 16,00 5,96 16,66 6,56 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 5,86 3,05 7,82 2,91 9,15 3,60 Jeep 1,50 0,78 2,01 0,75 1,87 0,74 Pick Up 2,53 1,32 3,81 1,42 4,73 1,86 Mikrobus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Bus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Truk 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Spd Motor 161,93 84,37 226,20 84,20 210,43 82,83 Solar Sedan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Minibus 0,19 0,10 1,02 0,38 1,38 0,54 Taksi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mikrolet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jeep 0,04 0,02 0,20 0,08 0,22 0,09 Pick Up 0,34 0,18 0,54 0,20 0,75 0,30 Mikrobus 0,76 0,40 1,05 0,39 2,20 0,87 Bus 1,54 0,80 2,18 0,81 1,69 0,66 Truk 1,43 0,75 1,95 0,73 0,49 0,19 TOTAL 191,92 100,00 268,64 100,00 254,05 100,00 Sumber : hasil perhitungan berdasarkan data BBM dan jumlah kendaraan (2006)