Item Penilaian INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR PEMBIAYAAN PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

1. Responden : Stakeholder inti Program Studi 2. Hari/ Tanggal/ Waktu : 3. Tempat : 4. Proses Wawancara :

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

VII. STANDAR PEMBIAYAAN

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

Standar Pembiayaan STIKES HARAPAN IBU

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa

KEBIJAKAN NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BAB V P E N U T U P. berbasis prestasi di SMP Al Islam 1 Surakarta. perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SIMULASI PEMBUKUAN BENDAHARA DESA Oleh: Sutiono (Widyaiswara Muda Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 48.A 2012 SERI : E A BEKPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 48.A TAHUN 2012 TENTANG

Martapura, Januari 2017 KEPALA SKPD. Drs. H. ASPIHANI, M.AP NIP

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DRAFT PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber Daya Manusia merupakan aset yang penting dalam suatu

Indonesia T a h u n Nomor 5, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia N o m o r 4355);

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

KEPALA DESA MADUKARA KECAMATAN MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA

SALINAN BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 23 TAHUN No. 23, 2017 TENTANG

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

BOPTN dan BPPTNBH. Bahan Biro Perencanaan dalam Rakor Pengawasan Bersama Itjen-BPKP. Solo, 28 Februari 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

Kata Kunci: Pembukuan, Pertanggungjawaban, Bendahara Desa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Akuntabilitas Kepala Sekolah dalam perencanaan Dana Bantuan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 138 TAHUN 2017 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB V PENUTUP. swasta di kecamatan Tenggarong, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan


WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

INSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

Jumlah (Rp) Bertambah/(berkurang) DASAR HUKUM. sebelum perubahan. setelah perubahan. (Rp)

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PMK.02/2015 TENTANG

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PENDUKUNG AKREDITASI SD/MI

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

IKHTISAR EKSEKUTIF. dan laporan kinerja, maka disusunlah Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. Kesimpulan dari penelitian ini mencakup 3 fokus yang ada dalam penelitian. Ketiga

BAB VII STANDAR PENGELOLAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KOTA MATARAM ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2017

PEMERINTAH KOTA MATARAM ANGGARAN KAS TAHUN ANGGARAN 2017 ANGGARAN TAHUN INI

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

MANAJEMEN KEUANGAN PASAR

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH (APBS)

B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

PETUNJUK TEKNIS LAPORAN KEUANGAN BOS TAHUN ANGGARAN 2012 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. akademik utama dan aktivitas akademik penunjang. Aktivitas utama merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

INSTRUMEN PEMANTAUAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA MADRASAH TAHAP 2 TAHUN ANGGARAN 2015

PAJAK & RETRIBUSI PARKIR

PENJABARAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi MBSdi

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS INSPEKTORAT KABUPATEN WONOSOBO

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA. Pengukuran Kinerja terdiri dari Pengukuran Kinerja Kegiatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR ^^ TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. ANALISIS PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

BAB III KERANGKA PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

LAMPIRAN. 1. Foto kegiatan 2. Surat Tugas 3. Daftar hadir 4. Materi pengabdian

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Transkripsi:

INSTRUMEN AKRTEDITASI MANAJEMEN PEMBIAYAAN No Item Penilaian 1. Sekolah telah merumuskan dan menetapkan visi lembaga. A. Merumuskan dan menetapkan visi, mudah dipahami, dan sering B. Merumuskan dan menetapkan visi, mudah dipahami, dan pernah C. Merumuskan dan menetapkan visi, mudah dipahami, tetapi tidak D. Merumuskan dan menetapkan visi, sulit dipahami, dan tidak E. Tidak merumuskan dan menetapkan visi. 2. Sekolah telah merumuskan dan menetapkan misi lembaga. A. Merumuskan dan menetapkan misi, mudah dipahami danmsering B. Merumuskan dan menetapkan misi, mudah dipahami dan pernah C. Merumuskan dan menetapkan misi, mudah dipahami tetapi tidak D. Merumuskan dan menetapkan misi, sulit dipahami dan tidak E. Tidak merumuskan dan menetapkan misi. 3. Sekolah telah merumuskan dan menetapkan tujuan lembaga. A. Merumuskan dan menetapkan tujuan, mudah dipahami dan sering B. Merumuskan dan menetapkan tujuan, mudah dipahami dan pernah C. Merumuskan dan menetapkan tujuan, mudah dipahami tetapi tidak D. Merumuskan dan menetapkan tujuan, sulit dipahami dan tidak E. Tidak merumuskan dan menetapkan tujuan. 4. Sekolah memiliki rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) dan rencana kerja tahunan. A. Memiliki rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja tahunan dan sudah B. Memiliki rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja tahunan dan salah satunya sudah C. Memiliki rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja tahunan dan keduanya belum D. Memiliki rencana kerja jangka menengah atau rencana kerja tahunan, baik sudah maupun belum E. Tidak memiliki rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja tahunan. 5. Sekolah memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dipahami oleh pihak-pihak terkait. A. Memiliki pedoman yang mengatur 7 atau lebih aspek pengelolaan secara

B. Memiliki pedoman yang mengatur 5 atau 6 aspek pengelolaan secara C. Memiliki pedoman yang mengatur 3 atau 4 aspek pengelolaan secara D. Memiliki pedoman yang mengatur 1 atau 2 aspek pengelolaan secara E. Tidak memiliki pedoman yang mengatur pengelolaan secara 6. Sekolah memiliki struktur organisasi dengan kejelasan uraian tugas. A. Memiliki struktur organisasi yang dipajang di dinding dan disertai uraian tugas yang jelas. B. Memiliki struktur organisasi dan disertai uraian tugas yang jelas. C. Memiliki struktur organisasi dan disertai uraian tugas tetapi tidak jelas. D. Memiliki struktur organisasi tetapi tidak ada uraian tugas. E. Tidak memiliki struktur organisasi. 7. Sekolah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. A. Sebanyak 76% 100% kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. B. Sebanyak 51% 75% kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. C. Sebanyak 26% 50% kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. D. Sebanyak 1% 25% kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. E. Tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana kerja tahunan. 8. Sekolah mengelola pembiayaan pendidikan. A. Memiliki 4 program pengelolaan pembiayaan pendidikan. B. Memiliki 3 program pengelolaan pembiayaan pendidikan. C. Memiliki 2 program pengelolaan pembiayaan pendidikan. D. Memiliki 1 program pengelolaan pembiayaan pendidikan. E. Tidak memiliki program pengelolaan pembiayaan pendidikan. 9. Sekolah membelanjakan biaya untuk pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKA-S). A. Membelanjakan biaya sebanyak 76% 100% dari anggaran pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan dalam RKAS. B. Membelanjakan biaya sebanyak 51% 75% dari anggaran pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan dalam RKAS. C. Membelanjakan biaya sebanyak 26% 50% dari anggaran pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan dalam RKAS. D. Membelanjakan biaya sebanyak 1% 25% dari anggaran pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan dalam RKAS. E. Tidak membelanjakan biaya untuk pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan. 10. Sekolah memiliki modal kerja sebesar yang tertuang dalam RKA-S untuk membiayai seluruh kebutuhan pendidikan. A. Sekolah dapat merealisasikan 91% 100% modal kerja. B. Sekolah dapat merealisasikan 81% 90% modal kerja. C. Sekolah dapat merealisasikan 71% 80% modal kerja. D. Sekolah dapat merealisasikan kurang dari 70% modal kerja. E. Sekolah tidak dapat merealisasikan modal kerja. 11. Sekolah membayar gaji, honor kegiatan-kegiatan sekolah, insentif, dan

tunjangan lain pendidik pada tahun berjalan. A. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji, honor kegiatankegiatan sekolah, insentif, dan tunjangan lain bagi pendidik pada tahun berjalan. B. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji, honor kegiatankegiatan sekolah, dan insentif, tetapi tidak mengeluarkan tunjangan lain bagi pendidik pada tahun berjalan. C. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji dan honor kegiatan-kegiatan sekolah tetapi tidak membayar insentif dan tunjangan lain bagi pendidik pada tahun berjalan. D. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji tetapi tidak membayar honor kegiatan-kegiatan sekolah, insentif dan tunjangan lain bagi pendidik pada tahun berjalan. E. Tidak mengeluarkan dana untuk gaji, honor kegiatan-kegiatan sekolah, insentif, dan tunjangan lain bagi pendidik pada tahun berjalan sesuai yang direncanakan. 12. Sekolah membayar gaji, honor kegiatan-kegiatan sekolah, insentif, dan tunjangan lain tenaga kependidikan pada tahun berjalan. A. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji, honor kegiatankegiatan sekolah, insentif, dan tunjangan lain bagi tenaga kependidikan pada tahun berjalan. B. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji, honor kegiatankegiatan sekolah, dan insentif, tetapi tidak mengeluarkan tunjangan lain bagi tenaga kependidikan pada tahun berjalan. C. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji dan honor kegiatan-kegiatan sekolah tetapi tidak membayar insentif dan tunjangan lain bagi tenaga kependidikan pada tahun berjalan. D. Mengeluarkan dana untuk pembayaran gaji tetapi tidak membayar honor kegiatan-kegiatan sekolah, insentif dan tunjangan lain bagi tenaga kependidikan pada tahun berjalan. E. Tidak mengeluarkan dana apa pun bagi tenaga kependidikan pada tahun berjalan. 13. Sekolah membelanjakan biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk satu tahun E. Tidak membelanjakan alokasi biaya anggaran penunjang pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 14. Sekolah membelanjakan dana untuk kegiatan kesiswaan selama satu tahun A. Membelanjakan dana sebanyak 76% 100% dari alokasi anggaran B. Membelanjakan dana sebanyak 51% 75% dari alokasi anggaran

C. Membelanjakan dana sebanyak 26% 50% dari alokasi anggaran D. Membelanjakan dana sebanyak 1% 25% dari alokasi anggaran E. Tidak membelanjakan alokasi dana anggaran 15. Sekolah membelanjakan biaya pengadaan alat tulis untuk kegiatan pembelajaran selama satu tahun E. Tidak membelanjakan alokasi biaya 16. Sekolah membelanjakan biaya pengadaan bahan habis pakai untuk kegiatan pembelajaran selama satu tahun E. Tidak membelanjakan biaya pengadaan bahan habis pakai selama satu tahun 17. Sekolah membelanjakan biaya pengadaan alat habis pakai untuk kegiatan pembelajaran selama satu tahun E. Tidak membelanjakan alokasi biaya pengadaan alat habis pakai selama satu tahun 18. Sekolah membelanjakan biaya pengadaan kegiatan rapat selama satu tahun A. Membelanjakan biaya sebanyak 76% 100% dari alokasi biaya pengadaan kegiatan rapat selama satu tahun B. Membelanjakan biaya sebanyak 51% 75% dari alokasi biaya pengadaan kegiatan rapat selama satu tahun C. Membelanjakan biaya sebanyak 26% 50% dari alokasi biaya pengadaan kegiatan rapat selama satu tahun

D. Membelanjakan biaya sebanyak 1% 25% dari alokasi biaya pengadaan kegiatan rapat selama satu tahun E. Tidak membelanjakan biaya biaya pengadaan kegiatan rapat selama satu tahun 19. Sekolah membelanjakan biaya pengadaan transport dan perjalanan dinas selama satu tahun A. Membelanjakan biaya sebanyak 76% 100% dari anggaran pengadaan B. Membelanjakan biaya sebanyak 51% 75% dari anggaran pengadaan C. Membelanjakan biaya sebanyak 26% 50% dari anggaran pengadaan D. Membelanjakan biaya sebanyak 1% 25% dari anggaran pengadaan E. Tidak membelanjakan biaya pengadaan 20. Sekolah membelanjakan biaya penggandaan soal-soal ulangan/ujian selama satu tahun E. Tidak membelanjakan alokasi biaya 21. Sekolah membelanjakan biaya pengadaan daya dan jasa selama satu tahun E. Tidak membelanjakan alokasi biaya 22. Sekolah membelanjakan anggaran untuk mendukung kegiatan operasi tidak langsung untuk satu tahun untuk untuk untuk untuk E. Tidak membelanjakan alokasi biaya untuk mendukung kegiatan operasi tidak

langsung. 23. Biaya operasi sekolah digunakan untuk: (1) kesejahteraan warga sekolah, (2) pengembangan guru dan tenaga kependidikan, (3) sarana prasarana, (4) pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran, dan (5) kegiatan ketatausahaan. A. Selama setahun terakhir digunakan untuk 4 5 pos. B. Selama setahun terakhir digunakan untuk 3 pos. C. Selama setahun terakhir digunakan untuk 2 pos. D. Selama setahun terakhir digunakan hanya untuk 1 pos. E. Selama setahun terakhir belum digunakan. 24. Sekolah memungut biaya pendidikan. A. Seluruh siswa tidak dipungut biaya pendidikan. B. Sebanyak 1% 25% siswa dipungut biaya pendidikan. C. Sebanyak 26% 50% siswa dipungut biaya pendidikan. D. Sebanyak 51% 75% siswa dipungut biaya pendidikan. E. Sebanyak 76% 100% siswa dipungut biaya pendidikan. 25. Siswa dikenakan biaya pendaftaran ulang setiap awal tahun pelajaran. A. Tidak ada seorangpun siswa dikenakan biaya pendaftaran ulang pada setiap awal tahun pelajaran. B. Sebanyak 1% 25% siswa dikenakan biaya pendaftaran ulang pada setiap awal tahun pelajaran. C. Sebanyak 26% 50% siswa dikenakan biaya pendaftaran ulang pada setiap awal tahun pelajaran. D. Sebanyak 51% 75% siswa dikenakan biaya pendaftaran ulang pada setiap awal tahun pelajaran. E. Sebanyak 76% 100% siswa dikenakan biaya pendaftaran ulang pada setiap awal tahun pelajaran. 26. Sekolah melaksanakan subsidi silang untuk membantu siswa kurang mampu. A. Melaksanakan subsidi silang untuk membantu 90% siswa kurang mampu. B. Melaksanakan subsidi silang untuk membantu 80 89% siswa kurang mampu. C. Melaksanakan subsidi silang untuk membantu 70 79% siswa kurang mampu. D. Melaksanakan subsidi silang untuk membantu kurang dari 70% siswa kurang mampu. E. Tidak melaksanakan subsidi silang untuk membantu siswa kurang mampu. 27. Sekolah melakukan pungutan biaya personal lain di samping uang sekolah. A. Tidak melakukan pungutan biaya personal lain di sampinguang sekolah. B. Melakukan 1 jenis pungutan biaya personal lain di samping uang sekolah. C. Melakukan 2 jenis pungutan biaya personal lain di samping uang sekolah. D. Melakukan 3 jenis pungutan biaya personal lain di samping uang sekolah. E. Melakukan 4 jenis atau lebih pungutan biaya personal lain di samping uang sekolah. 28. Pengelolaan dana dilakukan secara sistematis, transparan, efisien, dan akuntabel. A. Dilakukan secara sistematis, transparan, efisien, dan akuntabel.

B. Dilakukan secara sistematis, transparan, dan efisien, tetapi tidak akuntabel. C. Dilakukan secara sistematis dan transparan tetapi tidak efisien dan akuntabel. D. Dilakukan secara sistematis tetapi tidak transparan, efisien, dan akuntabel. E. Tidak sistematis, transparan, efisien, dan akuntabel. 29. Sekolah memiliki pedoman pengelolaan keuangan sebagai dasar dalam penyusunan RKA-S. A. Memiliki pedoman pengelolaan keuangan selama 4 tahun terakhir secara berturut-turut. B. Memiliki pedoman pengelolaan keuangan selama 3 tahun terakhir secara berturut-turut. C. Memiliki pedoman pengelolaan keuangan selama 2 tahun terakhir secara berturut-turut. D. Memiliki pedoman pengelolaan keuangan selama 1 tahun E. Tidak memiliki pedoman pengelolaan keuangan. 30. Sekolah memiliki pembukuan biaya operasional. A. Memiliki pembukuan biaya operasi secara menyeluruh selama 3 tahun terakhir secara berturut-turut. B. Memiliki pembukuan biaya operasi secara menyeluruh selama 2 tahun terakhir secara berturut-turut. C. Memiliki pembukuan biaya operasi secara menyeluruh selama 1 tahun D. Memiliki pembukuan biaya operasi secara tidak menyeluruh selama 1 tahun E. Tidak memiliki pembukuan biaya operasional. 31. Sekolah membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan menyampaikannya kepada pemerintah atau yayasan. A. Membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan menyampaikannya kepada pemerintah atau yayasan selama 4 tahun B. Membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan menyampaikannya kepada pemerintah atau yayasan selama 3 tahun C. Membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan menyampaikannya kepada pemerintah atau yayasan selama 2 tahun D. Membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan menyampaikannya kepada pemerintah atau yayasan selama 1 tahun E. Tidak membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan.