Learning Intelligence for Innovative Business, oleh Ikbal Maulana Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memper banyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. ISBN: 978-602-262-245-1 Cetakan ke I, tahun 2014
KATA PENGANTAR Menjadi pebisnis tentu harus inovatif, karena berbisnis berarti terjun dalam perlombaan Race to Innovate. Adu inovasi ini sekarang lebih sengit lagi karena persaingannya, dalam banyak industri, sudah meluas melampaui batas-batas negara. Dan, ini berlaku bagi bisnis besar maupun kecil. Tidak hanya konglomerat yang merasakan dampak globalisasi. Bukankah pedagang es puter keliling juga menyaksikan jumlah pelanggannya yang terus menyusut, karena selera anak-anak sekarang terus bergeser memilih es krim produksi perusahaan multinasional? Di sini kita saksikan, pedagang keliling harus bersaing dengan perusahaan asing yang iklan produknya sering muncul di televisi ataupun di papan-papan pinggir jalan. Bahkan pengusaha kecil sekalipun harus berhadapan dengan pesaing yang tidak pernah mereka lihat kecuali produknya. Pengusaha garmen skala rumah tangga, mulai dari pakaian sampai jilbab, harus menghadapi serbuan produk-produk sejenis yang diimpor dari seberang lautan namun bisa dijual dengan harga lebih murah. Persaingan mengglobal ini tak terhindarkan, dan bahkan tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Globalisasi juga menghadirkan peluang. Ada sejumlah perusahaan pemula (startup) yang berhasil
vi Learning Intelligence for Innovative Business memanfaatkan kemudahan menjual game atau perangkat lunak lainnya melalui Internet. Namun, untuk bisa mengkonversi ancaman menjadi peluang diperlukan kemampuan berinovasi. Di masa lalu, perusahaan tekstil Indonesia juga mengambil untung dari globaliasi ekonomi, dengan merambah ke berbagai pasar dunia. Namun, industri yang dibangun di atas tumpuan upah buruh yang murah ini dengan mudah digusur oleh industri di negara lain yang lebih murah lagi. Inovasi adalah suatu kemestian dalam persaingan bisnis. Inovasi inilah yang mengubah barang-barang yang kita gunakan, ataupun makanan yang kita konsumsi, dan bahkan sampai perilaku kita. Inovasi mengubah peradaban. Dulu ketika masyarakat tidak mengenal telepon seluler (ponsel), hidup berlangsung baik-baik saja walaupun mereka tidak memiliki ponsel. Kini banyak orang tidak mau meninggalkan rumahnya tanpa ponsel, sebagaimana dia tidak mau keluar rumah tanpa dompet. Inovasi, terutama di bidang teknologi, banyak mengubah cara hidup kita, cara kita menyelesaikan pekerjaan, sampai cara kita berhubungan dengan orang lain. Selera makan dan berpakaian masyarakat juga banyak berubah. Misalnya besarnya pengaruh restoran makan cepat saji asing tidak hanya terhadap konsumen, pebisnis restoran lokal pun banyak menyesuaikan produk sampai tampilan restorannya agar tampak seperti atau lebih baik dari restoran asing. Inovasi menjadi suatu kemestian dalam berbisnis. Sering pilihannya adalah berinovasi atau tergusur dari persaingan. Pebisnis harus berlomba melayani pasar, sekaligus mengefisienkan produksinya, dan ini, mau tidak mau, harus dilakukan dengan cara berinovasi. Karena itulah pebisnis dituntut untuk bisa tetap inovatif, terus menggali gagasan cemerlang dan menerapkannya dengan cermat. Karena inovasi ini terjadi tanpa henti, lanskap bisnis terus berubah, aturan main mengenai keberhasilan bisnis juga terus berubah. Cara lama sering tidak bisa dipertahankan lagi. Bahkan perusahaan komputer Apple, yang memiliki konsumen yang fanatik sekalipun, akhirnya harus
Kata Pengantar vii melakukan langkah yang melukai fanatisme konsumennya tersebut, yakni dengan memungkinkan komputernya menjalankan aplikasi Windows. Langkah yang sepintas nampak kalah, justru membuat pangsa pasar komputer Apple justru meningkat secara berarti. Dan reputasi merek Apple tetap tinggi. Tuntutan untuk terus berinovasi dalam bisnis inilah yang mendorong penulisan buku yang berjudul Learning Intelligence for Innovative Business. Ini juga karena untuk mengelola bisnis yang inovatif diperlukan kecerdikan sekaligus keterbukaan untuk belajar. Kemampuan belajar menjadi inovatif bukan ditentukan oleh IQ yang tinggi, ataupun tingkat pendidikan yang tinggi. Bisa saja orang ber-iq tinggi, serta tingkat pendidikannya juga tinggi, namun karena memiliki sikap yang tidak terbuka, memiliki prasangka yang merendahkan orang lain, sehingga membuatnya tidak mampu menangkap gagasan-gagasan cemerlang dari orang yang dianggapnya biasa-biasa saja. Kehebatan Steve Jobs, bukanlah merancang segala inovasi yang dihasilkan Apple sendirian. Tetapi, dia mampu mendorong dan mengapreasi gagasangagasan kreatif dari orang-orang di sekitarnya. Seorang inovator harus memiliki keterbukaan untuk terus belajar. Inovator harus ikhlas menerima ketika ilmunya yang lama, cara pandangnya yang lama, tidak bisa diterapkan lagi dalam bisnisnya saat ini. Untuk itu dia harus memiliki kemampuan belajar agar bisa tetap mempertahankan naluri inovatifnya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam buku ini, belajar bisa dari siapa saja, dari konsumen, pesaing, mitra atau lainnya. Kejelian untuk memperhatikan dan mendengarkan orang lain ataupun perkembangan di sekitarnya sangat diperlukan. Akhir kata, penulis berharap buku ini bisa membantu pembaca untuk terus dan lebih inovatif. Jakarta, 6 Mei 2014 Ikbal Maulana
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 STATIS, KREATIF DAN INOVATIF 1 BAB 2 PERSAINGAN = PERTARUNGAN INOVASI 15 BAB 3 INOVASI HARUS MEMBERI MANFAAT 23 BAB 4 3.1 Inovasi Tidak Sama dengan Perubahan Teknologi 23 3.2 Manfaat Relatif 25 MENGAPA INOVASI MEMBUTUHKAN LEARNING INTELIGENCE? 35 4.1 Mengapa Kita Perlu Belajar dalam Berinovasi? 35 4.2 Bagaimana Kita Belajar? 37 4.3 Sumber-Sumber Pengetahuan 42 BAB 5 MENGGAGAS INOVASI 45 5.1 Menembus Ketidak-Pastian 48 5.2 Inovasi Bertolak dari Teknologi/Keahlian 54 5.3 Inovasi Bertolak dari Masalah 58 5.4 Mengarahkan Inovasi Agar Diterima Pasar 61 5.5 Penciptaan Manfaat 64 v ix
x Learning Intelligence for Innovative Business BAB 6 KONSUMEN SEBAGAI SUMBER GAGASAN INOVASI 69 6.1 Posisi Konsumen yang Semakin Kuat 70 6.2 Konsumen Sebagai Sumber Gagasan Inovatif 71 BAB 7 MEMPELAJARI DAN BELAJAR DARI PESAING 81 7.1 Mempelajari Pesaing Langsung 81 7.2 Melacak Sumber Keunggulan Pesaing 84 7.3 Belajar dari Bisnis yang Sama di Tempat Lain 88 BAB 8 MENAMBANG GAGASAN DARI INDUSTRI LAIN 91 8.1 Analogi dari Industri Lain 91 8.2 Solusi dari Industri Lain 94 BAB 9 BELAJAR DARI PEMASOK 99 BAB 10 MENCARI SASARAN INOVASI 105 BAB 11 INOVASI FUNGSIONAL 113 11.1 Pergeseran Sasaran Fungsi dalam Inovasi Produk 114 11.2 Fungsi Mendukung Manfaat 118 11.3 Menurunkan Fungsi dari Manfaat yang Ingin Diraih 121 BAB 12 HAMBATAN DALAM MELAKUKAN INOVASI 125 12.1 Hambatan di Level Masalah 125 12.2 Hambatan di Level Berpikir 129 BAB 13 MENJADI INOVATIF DENGAN BERPIKIR LATERAL 133 13.1 Tantangan 134 13.2 Fokus 136 13.3 Konsep 138 13.4 Provokasi 145 BAB 14 MEMANFAATKAN KREATIVITAS KOLEKTIF 151 BAB 15 MENTALITAS INOVATOR 157 DAFTAR PUSTAKA 163 -oo0oo-