HUBUNGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI & LABA PAJAK DENGAN PERILAKU MANAJEMEN LABA DAN PERSISTENSI LABA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA

PENGARUH KUALITAS PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL (BOOK-TAX DIFFERENCES) TERHADAP PERSISTENSI LABA AKRUAL, DAN ALIRAN KAS

Kandungan Informasi Temporary Book-Tax Differences dan Akrual dalam Persistensi Laba

PENGARUH PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN PERSISTENSI LABA

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal perusahaan. Mereka selalu menggunakan laba sebagai

BAB I PENDAHULUAN Agar tercapainya tujuan tersebut tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat tiga tujuan pelaporan keuangan menurut Statement of Financial

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPTOTESIS PENELITIAN. Teori adalah kumpulan dari konsep, definisi, dan proposisi-proposisi yang

Pengaruh Book-Tax Conformity Terhadap Persistensi Laba. dan Persistensi Akrual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam struktur penerimaan negara, penerimaan pajak memiliki peranan

PENGARUH LARGE POSITIVE ABNORMAL BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isu yang menarik saat ini adalah book tax differences yaitu

Handayani Tri Wijayanti. Dosen DPK STIE Atma Bhakti Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. stakeholder maupun pihak manajemen perusahaan. Menurut Statement of

Pengaruh Book Tax Difference Terhadap Persistensi Laba dan Akrual (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Tahun )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang (expected future

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk. menyampaikan informasi mengenai kondisi keuangan dan ukuran kinerja

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian adalah mengenai book tax differences. Book tax differences

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Niko Ariston Depari, Zulaikha 1

PENGGUNAAN KOMPONEN PEMBENTUK PAJAK TANGGUHAN DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isu yang menarik saat ini di Indonesia adalah book tax gap yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

PENGARUH PERBEDAAN LABA AKUNTANSI, LABA FISKAL, TINGKAT HUTANG PADA PERSISTENSI LABA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki kewajiban dalam melaporkan pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. adalah memanipulasi laba perusahaan. saham dan pengguna eksternal lainnya. Namun demikian, di sisi lain

PENGARUH BOOK TAX-DIFFERENCES

BAB I PENDAHULUAN. memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. saham, kreditor, serta stakeholders lainnya dan laporan keuangan fiskal

PENGGUNAAN DISTRIBUSI LABA DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA

BAB V PENUTUP. tangguhan (deffered tax expense) terhadap manajemen laba (earnings. managements) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat tersebut, suatu perusahaan harus mampu

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lain. Untuk dapat melakukan aktivitasnya dan dapat bersaing dengan

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP PERSISTENSI LABA DAN MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERTUMBUHAN LABA

Manajemen Laba, Large Book-Tax Differences, dan Persistensi Laba

Penggunaan Komponen-Komponen Pembentuk Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba: Sebuah Pendekatan Baru di Indonesia

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

Pradipta Febiyanto Nur Cahyonowati 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Stakeholder, Persistensi Laba, Book Tax Differences, Large Positive Book

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan melakukan suatu pelaporan keuangan mempunyai tujuan. untuk menyediakan informasi yang berguna dalam proses pengambilan

PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP MANAJEMEN LABA

OTOMASI PELAYANAN PERIZINAN, INOVASI PELAYANAN PUBLIK PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA, AKRUAL DAN ALIRAN KAS PADA PERUSAHAAN JASA TELEKOMUNIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktik manajemen laba sudah menjadi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia maupun di luar

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah blueprint atau model untuk mengumpulkan,

MANAJEMEN LABA DAN PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI SUMBER LARGE POSITIVE BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian. Kegiatan bisnis yang mulai berkembang seiring dengan

Intan Ratna Pratiwi Zulaikha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan disusun oleh pihak manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Analisa Pengaruh Volatilitas Arus Kas, Volatilitas Penjualan, Tingkat Hutang, Book Tax Gap, dan Tata Kelola Perusahaan Terhadap Persistensi Laba

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

TAHUN Santi. Carmel Meiden. Haitami Abubakar ABSTRACT. invetors assessment.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA DAN ARUS KAS PADA KPRI KARYA SEHAT JOMBANG

PERSISTENSI LABA DAN EKSPEKTASI INVESTOR PADA PERUSAHAAN DENGAN BOOK-TAX DIFFERENCES OLEH: GRACE SETIYANI TJANDRA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. Tinjauan Pustaka

PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan akan berupaya untuk menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemakai laporan keuangan lainnya, Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)

PERSISTENSI LABA, AKRUAL, ALIRAN KAS DAN BOOK TAX DIFFERENCES

PENGARUH DISCRETIONARY ACCRUAL DAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. Informasi yang terkandung di dalam laba ( earnings) mempunyai peran

ANALISIS PENGARUH PERBEDAAN ANTARA LABA AKUNTANSI DAN LABA FISKAL TERHADAP PERSISTENSI LABA, AKRUAL, DAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laba dan komponennya. Laba dapat menggambarkan kinerja perusahaan selama

ASET PAJAK TANGGUHAN, BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 10 No. 1, halaman: 35-45, Januari 2009

ANALISIS DETERMINAN TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN JASA DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Fokus utama pelaporan keuangan. adalah informasi mengenai laba dan komponennya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pengelolaan perusahaan yang baik, pihak pihak yang

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PERMANENT DIFFERENCES, TEMPORARY DIFFERENCES, LPBTD, LNBTD DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP PERSISTENSI LABA

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu suatu metode dalam meneliti status

Nugroho Adi Saputro (C2C607107) Dra. Hj. Zulaikha, M.Si., Akt. ABSTRACT

ANALISIS KEMAMPUAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN DALAM MEMPREDIKSI MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

PENGARUH PAJAK TANGGUHAN DAN TAX TO BOOK RATIO TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

Transkripsi:

HUBUNGAN PERBEDAAN LABA AKUNTANSI & LABA PAJAK DENGAN PERILAKU MANAJEMEN LABA DAN PERSISTENSI LABA SANTI ARYN WIRYANDARI YULIANTI UNIVERSITAS INDONESIA ABSTRACT The focus of this study is to see the relationship between book-tax income differences and the quality of earnings. Using Earnings Distribution model (Burghstahler & Dichev, 1997), we find that companies in Indonesia are practicing earnings management to avoid reporting losses. This earnings management activity further tested using the Deferred Tax Expense as a mean of prediction. We find that Deferred Tax Expense has no significant relationship with the earnings management activity, therefore can t be used to predict earnings management activity. We also examine the other earnings quality measurement, namely earnings persistence. Using book-tax income, we tested whether positive book-tax differences can be used to measure earnings persistence. We find that companies with large positive book-tax differences have significantly less persistent earnings, accruals and cash flows. Therefore this research finds that book-tax income difference has the ability to detect earnings quality, which is the persistence of future earnings Key words: Book-tax difference, deferred tax expense, earnings management, earnings persistance 1

I. Pendahuluan Informasi yang terkandung dalam laba (earnings) memiliki peran penting dalam menilai kinerja perusahaan. Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan kas dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Melihat betapa penting peran laba bagi investor maupun pihak lain sebagai pengguna laporan keuangan, tidak mengherankan pihak manajemen perusahaan melakukan manajemen laba demi menarik investor. Berbagai penelitian menggunakan bermacam-macam pendekatan (proksi) untuk menilai kualitas laba atau mendeteksi manajemen laba. Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan Ramsay (2003), Dechow, Richardson dan Tuna (2003) menggunakan distribusi laba untuk mendeteksi manajemen laba dalam perusahaan dan menganggap terpatahnya distribusi frekuensi perusahaan di sekitar ambang batas pelaporan laba dapat dijadikan proksi dilakukannya manajemen laba oleh suatu perusahaan. Philips, Pincus dan Rego (2003) menemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual secara signifikan dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan tujuan menghindari kerugian dan penurunan laba. Di Indonesia, Yulianti (2005) meneliti perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI dan menemukan bahwa beban pajak tangguhan dan akrual secara signifikan dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan dengan tujuan menghindari kerugian saja. Penelitian ini bermaksud menguji kemampuan beban pajak tangguhan mendeteksi manajemen laba seperti yang dilakukan dalam penelitian Philips, Pincus dan Rego (2003) dan Yulianti (2005) dengan mengubah tahun observasi menjadi 6 tahun 2

yaitu tahun 2001-2006. Selain itu, penelitian ini juga memasukkan unsur kualitas laba lainnya, yaitu persistensi laba sebagaimana penelitian yang dilakukan Hanlon (2005) yang menguji persistensi laba sebagai salah satu pengukur kualitas laba dengan perbedaan temporer yang mengakibatkan beban pajak tangguhan sebagai variabel independennya. II. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis Model Distribusi Laba sebagai Proksi Manajemen Laba Burgstahler dan Dichev (1997), Holland dan Ramsay (2003), Dechow, Richardson dan Tuna (2003) menggunakan distribusi laba untuk mendeteksi manajemen laba dalam perusahaan dan menganggap terpatahnya distribusi frekuensi perusahaan di sekitar ambang batas pelaporan laba dapat dijadikan proksi dilakukannya manajemen laba. Burgstahler dan Dichev (1997) dalam Yulianti (2004) menjelaskan bahwa penyimpangan yang terjadi di sekitar titik nol (ambang batas pelaporan laba) disebabkan keinginan manajemen menggeser laba dari nilai negatif ke nilai positif.mereka juga menganggap manajemen laba yang dilakukan perusahaan adalah untuk memenuhi dua tujuan, yaitu menghindari pelaporan kerugian dan menghindari penurunan laba. Penelitian ini bermaksud melakukan pengujian dengan terlebih dahulu membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian dan menghindari penurunan laba. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba Hanlon and Shevlin (2004) dalam Atwood, Drake dan Myers (2007) mengatakan bahwa secara spesifik sistem perpajakan dirancang untuk meningkatkan pendapatan 3

negara, sebaliknya sistem akuntansi dirancang untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan dan diharapkan dapat menekan asimetris informasi yang mungkin terjadi antara manajemen sebagai pihak internal dan pengguna laporan keuangan sebagai pihak eksternal. Perbedaan yang timbul antara akuntansi pajak dan komersial dapat menyediakan informasi tambahan bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kualitas current earnings (Philips, Pincus dan Rego, 2003 dan Tang, 2005). Alasannya karena peraturan perpajakan lebih membatasi keleluasaan penggunaan diskresi dalam menghitung penghasilan kena pajak, itulah sebabnya selisih laba komersial dan laba fiskal (book-tax gap) dapat menginformasikan tentang diskresi manajemen dalam proses akrual (Hanlon, 2005). Yulianti (2005) dan Philips, Pincus, Rego (2003) menggunakan beban pajak tangguhan (deferred tax expense) dan akrual untuk mendeteksi manajemen laba. Penelitian-peneltian ini menemukan bahwa perusahaan yang termasuk dalam kategori small profit firm memiliki rata-rata beban pajak tangguhan lebih tinggi daripada small loss firm. Yulianti (2005) dan Philips, Pincus dan Rego (2003) menduga perusahaan yang tergolong small profit firm melakukan manajemen laba dengan tujuan melewati batas pelaporan laba agar tidak melaporkan angka rugi. Berdasarkan penelitian di atas, penelitian ini menghipotesiskan: H1: semakin besar beban pajak tangguhan, semakin besar probabilita perusahaan melakukan manajemen laba Hubungan Book-Tax Difference dengan Persistensi Laba Menurut Penman (2001) dan Revsine (2002) dalam Dechow dan Dichev (2002), persistensi laba sering kali dikategorikan sebagai salah satu pengukuran kualitas laba. 4

Persistensi laba digunakan oleh Jonas dan Blanchet (2000) dalam Hanlon (2005) untuk menilai kualitas laba karena persistensi laba mengandung unsur nilai predictive value sehingga dapat digunakan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi kejadiankejadian di masa lalu, sekarang dan masa depan. Besarnya perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak dianggap sebagai sinyal kualitas laba. Semakin besar perbedaan yang terjadi, semakin rendah kualitas laba yang artinya akan semakin rendah persistensinya. Terkait dengan hal ini, Hanlon (2005) menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki perbedaan temporer kena pajak besar cenderung memiliki pre-tax income yang tidak persisten. Ia juga membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut memiliki komponen akrual yang menyebabkan pre-tax income menjadi kurang persisten di masa mendatang. Berdasarkan penelitian tersebut, penelitian ini menghipotesiskan: H2: Perusahaan dengan large positive book-tax differences mempunyai persistensi yang lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan small positif book-tax differences. Hanlon (2005) menyebutkan bahwa rendahnya persistensi laba perusahaan yang memiliki perbedaan laba akuntansi dan laba kena pajak kemungkinan disebabkan oleh banyaknya akrual dalam perusahaan. Akrual ini kemudian dapat digunakan perusahaan untuk melakukan manajemen laba. Terkait dengan hal tersebut, maka hipotesis tambahan dari penelitian ini adalah: H3: Perusahaan dengan large positive book-tax differences mempunyai persistensi akrual untuk laba di masa mendatang yang lebih rendah dibanding perusahaan dengan small positive book-tax differences. 5

III. Metode Penelitian Model Penelitian Model yang digunakan untuk pengujian probabilita beban pajak tangguhan dalam mendeteksi manajemen laba adalah : EM it = α + β 1 DTE it + β 2 Acc it + β 3 Ind i + ε it Keterangan: EM it : skala pengukuran variable probabilitas perusahaan i melakukan manajemen laba di tahun t. EM (Equity Market Value) adalah laba bersih dibagi dengan nilai pasar ekuitas awal tahun yang menunjukkan ekspektasi pasar terhadap laba yang dilaporkan perusahaan. Diberi notasi 1 jika perusahaan berada dalam range small profit firms dan 0 jika perusahaan berada dalam range small loss firm DTE it : beban pajak tangguhan perusahaan i di tahun t dibagi total aset t-1 Acc it : besaran akrual perusahaan i pada tahun t yang dihitung berdasarkan model akrual Heally (1985) ε it : error term Ind i : jenis industri, 1 untuk manufaktur dan 0 untuk non-manufaktur Sementara Model untuk mengestimasi persistensi laba sebelum pajak satu periode ke depan adalah : PTBI t+i = α + β PTBI t PTBI menggambarkan Pre Tax Book Income, yaitu laba yang akan diteliti persistensinya. Untuk melihat hubungan perbedaan laba akuntansi dan fiskal positif (perbedaan temporer kena pajak) terhadap persistensi digunakan persamaan sebagai berikut: 6

PTBI t+i = α + β 1 LPBTD t + β 2 PTBI t + β 3 PTBI t * LPBTD t Di mana: PTBI t+i : Laba akuntansi sebelum pajak periode t+1 (pretax income) yang merupakan proksi persistensi laba satu periode ke depan PTBI t : Laba akuntansi sebelum pajak periode t PTCF t : Aliran kas sebelum pajak periode t (pretax cash flow). LPBTD t : Perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal bernilai positif periode t (large positive book-tax differences). Dalam mengukur LPBTD, perbedaan temporer kena pajak dikelompokkan menjadi lima kelompok. Perusahaan yang terdapat dalam kelompok dengan nilai tertinggi diberi notasi 1 dan sisanya 0. Untuk menguji apakah perbedaan laba akuntansi da laba kena pajak mempengaruhi persistensi laba akibat diskresi akrual, model di atas dimodifikasi sebagai berikut: dan PTBI t+i = α + β PTCF t + β PTACC t PTBI t+i = α + β 4 LPBTD t + β 5 PTCF t + β 6 LPBTD t *PTCF t + β 7 PTAcc t + β 8 LPBTD t *PTAcc t PTCF t : Aliran kas sebelum pajak periode t (pretax cash flow). PTAcc t : Laba akrual sebelum pajak periode t (pretax accrual). Sampel Penelitian Penelitian ini mengambil sampel perusahaan dalam industri manufaktur, retail dan jasa yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan keuangan auditan per 31 7

Desember secara konsisten dan lengkap dari tahun 2001 2006. Perusahaan yang mengalami delisting dan baru melakukan IPO dikeluarkan dari sampel penelitian karena dianggap tidak tepat dengan proksi manajemen laba untuk menghindari kerugian dan penurunan laba. Khusus untuk meneliti persistensi laba, perusahaan yang dipilih tidak mengalami kerugian dalam laporan keuangan komersial dan laporan keuangan pajak. Alasannya adalah kerugian dapat dikompensasi kemasa depan (carryforward) menjadi pengurang biaya pajak tangguhan dan diakui sebagai aktiva pajak tangguhan sehingga dapat mengaburkan arti book-tax differences yang sebenarnya pada akun beban pajak tangguhan (Hanlon, 2005). IV. Hasil Penelitian dan Analisis Berikut adalah histogram distribusi laba dan statistik untuk mendeteksi manajemen laba dengan dua tujuan yaitu menghindari pelaporan kerugian dan menghindari penurunan laba. Gambar 1 Histogram Distribusi PerubahanLaba 700 600 500 400 300 200 100 0-6 -4-2 0 2 4 6 8 Series: HINDARI_RUGI Sample 1 967 Observations 967 Mean 0.079271 Median 0.071057 Maximum 7.762396 Minimum -6.905868 Std. Dev. 0.942034 Skewness 1.001203 Kurtosis 27.62797 Jarque-Bera 24599.93 Probability 0.000000 8

Dari gambar di atas Jumlah perusahaan yang melaporkan laba sedikit di atas titik nol lebih banyak dibanding perusahaan yang melaporkan kerugian sedikit di bawah batas pelaporan laba (titik nol). Dengan kata lain, jumlah perusahaan yang melaporkan laba negatif kecil (small loss firm) jauh lebih rendah dibandingkan perusahaan yang melaporkan laba positif (small profit firm). Berdasarkan pengujian statistik dibuktikan bahwa terjadi abnormalitas dalam distribusi laba. Gambar 2 Histogram Distribusi PerubahanLaba 400 300 200 100 0-5 0 5 10 Series: HINDARI_LABA_TURUN Sample 1 770 Observations 770 Mean -0.075868 Median -0.015034 Maximum 10.19884 Minimum -9.078251 Std. Dev. 1.328285 Skewness 0.444816 Kurtosis 27.78768 Jarque-Bera 19738.33 Probability 0.000000 Dari grafik di atas terlihat jumlah perusahaan yang melaporkan penurunan laba kecil lebih banyak dibanding perusahaan yang melaporkan kenaikan laba kecil. Berdasarkan perhitungan frekuensi ekspektasi dibuktikan bahwa manajemen laba untuk menghindari penurunan laba tidak terjadi pada perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2001-2006. Dengan demikian pengujian selanjutnya hanya akan dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang memiliki laba kecil atau small profit firms. 9

Pengaruh Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba Tabel 1 di bawah ini menunjukkan hasil regresi variabel beban pajak tangguhan dan akrual terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. Tabel 1 Hasil Regresi Probit Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba Variabel independen Coefficient p value C 1.166075 0.0000 DTE -13.33460 0.0082 TACC -0.269390 0.1814 IND 0.022505 0.9257 LR statistic (3 df) 9.526086 - Probability(LR stat) 0.023055 - McFadden R-squared 0.060067 - Berdasarkan hasil regresi probit ditemukan bahwa variable beban pajak tangguhan memiliki hubungan negatif (β1 < 0) dan signifikan (p-value 0.0082) dengan probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian Variable akrual memiliki hubungan negatif (β2 < 0) dan tidak signifikan (p-value 0.1814) dengan probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian. Hasil yang diperoleh regresi probit ini tidak konsisten dengan hasil jurnal-jurnal penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa (Yulianti, 2005 dan Philips, Pincus dan Rego, 2003), mereka menemukan beban pajak tangguhan dan akrual sama-sama berpengaruh secara positif terhadap probabilita perusahaan melakukan manajemen laba. Sebaliknya, hasil penelitian ini menemukan beban pajak tangguhan dan akrual tidak dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba menghindari kerugian (menolak 10

hipotesis yang mengatakan semakin besar beban pajak tangguhan dan akrual semakin besar probabilita perusahaan melakukan manajemen laba). Penulis menduga perbedaan hasil penelitian disebabkan karena perusahaanperusahaan yang terdaftar di BEI, saat ini mulai menyadari pentingnya mematuhi peraturan yang berlaku berkaitan dengan pelaporan keuangan yang dipublikasikan, disamping itu ketatnya peraturan dan regulasi BAPEPAM mengenai laporan keuangan perusahaan emitten BEI mempersempit ruang manajemen untuk melakukan manajemen laba. Pengguna laporan keuangan juga menjadi lebih cermat dalam menganalisa laporan keuangan emitten dan memiliki pengetahuan yang lebih luas serta mendalam untuk mendeteksi manajemen laba yang mungkin terjadi. Hubungan Book Tax Difference dengan Persistensi Laba Hasil pengujian persistensi laba pada tabel 2 menunjukkan bahwa perusahaan dengan Book Tax Difference besar (LPBTD) akan memiliki laba satu periode ke depan yang kurang persisten dibanding perusahaan dengan Book Tax Difference kecil (SPBTD). Tabel 2 Hasil Regresi Book Tax Difference terhadap Persistensi Laba Variabel independen Coefficient p value C 0.001108 0.8961 PTBI_T 1.065465 0.0000 LPBTD 0.113699 0.0000 LPBTDXPTBI_T -0.982426 0.0000 Adjusted R-squared 0.710956 - F-statistic 131.3633 0.000000 Hasil pengujian persistensi laba pada tabel di atas menunjukkan bahwa perusahaan dengan beban pajak tangguhan besar (LPBTD) akan memiliki laba periode ke 11

depan yang kurang persisten dibanding perusahaan dengan beban pajak tangguhan kecil (SPBTD). Hasil ini juga konsisten dengan penelitian Hanlon (2005) yang menemukan bahwa pre-tax income perusahaan-perusahaan yang memiliki Book Tax Difference besar cenderung tidak persisten dibandingkan perusahaan dengan beban pajak tangguhan kecil. Model regresi kedua dimaksudkan untuk melihat apakah laba sebelum pajak satu periode mendatang perusahaan yang memiliki Book Tax Difference besar cenderung kurang persisten akibat kurang komponen akrual yang membentuk laba periode berjalan tersebut. Hasilnya dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Regresi OLS Pengaruh Komponen Laba Periode Berjalan (Arus Kas dan Akrual) Terhadap Laba Periode Mendatang Variabel independent Coefficient p value C 0.056038 0.0000 PTCF 0.416664 0.0000 PTACC 0.065115 0.0000 R-squared 0.490273 - Adjusted R-squared 0.483780 - F-statistic 75.50402 0.000000 Hasil regresi di atas menjelaskan bahwa secara umum komponen aliran kas yang membentuk laba periode berjalan lebih persisten dibanding komponen akrualnya. Hal ini menunjukkan tidak persistensinya komponen akrual sebagaimana dinaytakan oleh Hanlon (2005). Philips, Pincus, Rego (2003) mengasumsikan bahwa manajer menggunakan discretion untuk memperbesar laba tanpa mempengaruhi penghasilan kena pajak periode berjalan dengan memperbesar komponen akrual dalam laba komersialnya dan komponen akrual cenderung kurang persisten akibat sifat transitorinya yang tidak berulang di masa mendatang sehingga menggangu persistensi laba di masa mendatang (Richardson, Sloan dan Tuna, 2005). Perusahaan yang melakukan manajemen income- 12

increasing dengan meningkatkan level komponen laba pada laba komersialnya dengan tujuan untuk mengelabui investor mengenai kondisi ekonomi sesungguhnya akan mengakui lebih banyak beban pajak tangguhan (Penman, 2001 dalam Hanlon 2005). Terkait dengan Book Tax Difference, penelitian ini menemukan bahwa perusahaan yang memiliki beban pajak tangguhan besar (LPBTD) memiliki laba yang kurang persisten akibat komponen akrual dan kasnya yang tidak persisten sebagaimana terlihat dari hasil pengujian statistik dalam Tabel 4 berikut ini: Tabel 4 Regresi OLS Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Komponen Laba Periode Berjalan dan Laba Periode Mendatang Variabel Coefficient p value C 0.005272 0.5241 PTCF 1.023183 0.0000 PTACC 0.928862 0.0000 LPBTD 0.105557 0.0001 LPBTDXPTCF -0.912787 0.0000 LPBTDXPTACC -0.848161 0.0000 R-squared 0.723400 - Adjusted R-squared 0.714419 - F-statistic 80.55206 0.000000 Secara umum tanpa memasukkan variabel beban pajak tangguhan untuk melihat pengaruh komponen laba periode berjalan terhadap laba masa mendatang, komponen kas lebih persisten dibanding akrual dan ketika beban pajak tangguhan dimasukkan kedalam persamaan, maka diperoleh hasil regresi yang menunjukkan bahwa bukan komponen akrual saja yang menyebabkan laba menjadi kurang persisten tetapi komponen kas juga menjadi faktor kurang persistennya laba ketika perusahaan melaporkan beban pajak tangguhan yang besar dalam laporan laba-rugi. Hal ini sangat mungkin terjadi pada 13

perusahaan yang berniat melakukan income-increasing tanpa mempengaruhi penghasilan kena pajak dengan mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Philips, Pincus dan Rego, 2003). Koefisien variabel LPBTD*PTCF dan LPBTD*PTACC bernilai negatif (β6 < 0 dan β8 < 0) pada tabel di atas menunjukkan persistensi komponen kas dan akrual lebih rendah bagi perusahaan LPBTD dibanding perusahaan SPBTD. Hal inilah yang menyebabkan laba satu periode mendatang perusahaan LPBTD juga kurang persisten. Hasil regresi ini juga konsisten dengan penelitian Hanlon (2005) yang mengatakan laba sebelum pajak mendatang menjadi kurang persisten akibat komponen akrual laba sebelum pajak saat ini kurang persisten dan komponen akrual ini akan tercermin pada beban pajak tangguhan yang besar. V. Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menemukan bahwa memang terjadi manajemen laba dengan tujuan menghindari pelaporan kerugian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Penemuan ini didasari uji statistik dan histogram atas distribusi laba dan manajemen laba terbukti ada dengan terpatahnya distribusi laba di sekitar titik nol (ambang batas pelaporan laba). Namun penelitian ini tidak menemukan adanya manajemen laba dengan tujuan menghindari pelaporan penurunan laba, bukti bahwa manajemen laba menghindari penurunan laba tidak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI adalah berdasarkan perhitungan menggunakan tabel frekuensi didapat hasil jumlah perusahaan yang melaporkan penurunan laba melebihi jumlah ekspektasinya. 14

Beban pajak tangguhan dan akrual tidak terbukti dapat digunakan untuk mendeteksi manajemen laba income-increasing dengan tujuan menghindari penurunan laba karena berdasarkan hasil yang diperoleh penelitian ini, setiap periode mulai dari tahun 2002-2006 beban pajak tangguhan small profit firms menunjukkan penurunan sedangkan total akrualnya pada tahun-tahun awal penelitian mengikuti beban pajak tangguhannya, jika beban pajak tangguhan besar, akrual juga besar. Namun mulai tahun 2005 dan 2006 rata-rata beban pajak tangguhan menurun bahkan menunjukkan nilai yang lebih kecil daripada rata-rata beban pajak tangguhan small loss firms, sedangkan rata-rata total akrual small profit firms masih lebih besar daripada small loss firms. Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan yang tergolong small profit firms mulai menyusun laporan keuangan komersial dengan pendekatan perpajakan. Secara umum tanpa memasukkan variabel Book-Tax Difference untuk melihat pengaruh komponen laba periode berjalan terhadap persistensi laba masa depan, ditemukan bahwa komponen kas lebih persisten dibanding akrual. Logika yang mendasari hasil tersebut adalah komponen akrual yang memiliki diskresi tinggi mengakibatkan banyak error yang akan terkoreksi pada laba mendatang. Makin tinggi error yang terkandung dalam komponen akrual, makin tidak berhubungan akrual periode berjalan dengan laba mendatang (Dechow dan Dichev, 2002). Namun ketika beban pajak tangguhan dimasukkan kedalam model regresi bersama-sama dengan akrual dan aliran kas, maka diperoleh hasil regresi yang menunjukkan bahwa bukan komponen akrual saja yang menyebabkan laba menjadi kurang persisten tetapi komponen kas juga menjadi faktor kurang persistennya laba ketika perusahaan melaporkan beban pajak tangguhan yang besar dalam laporan laba-rugi. Hal ini sangat mungkin terjadi pada 15

perusahaan yang berniat melakukan income-increasing tanpa mempengaruhi penghasilan kena pajak dengan mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Philips, Pincus dan Rego, 2003). Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan dalam menginterpretasikan hasil analisis diatas, antara lain: 1. Model distribusi laba menganggap seluruh perusahaan yang termasuk small profit firm melakukan manajemen income-increasing dengan tujuan menghindari kerugian. Model ini tidak dapat memisahkan perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan yang tidak melakukan manajemen laba. Rentang waktu penelitian yang pendek yaitu selama 6 tahun (2001-2006) sehingga kurang dapat menggambarkan fenomena manajemen laba berdasarkan distribusi laba 2. Beban pajak tangguhan dan akrual yang digunakan sebagai proksi mendeteksi manajemen laba hanya difokuskan pada perusahaan-perusahaan small profit dan small loss. Hal ini menyebabkan beban pajak tangguhan dan akrual dalam model ini tidak dapat digunakan pada perusahaan secara umum. Selain itu penelitian dengan proksi beban pajak tangguhan untuk mendeteksi manajemen laba menggunakan variabel dependen yang menganggap semua perusahaan small profit melakukan manajemen laba, penelitian ini tidak memisahkan perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan yang tidak melakukan manajemen laba. Kelemahan berikutnya dari penelitian ini adalah asumsi seluruh beban pajak tangguhan sebagai komponen diskresi manajer untuk mempengaruhi laba komersial. Pada kenyataannya mungkin saja sebagian beban pajak tangguhan timbul dari kegiatan tax planning perusahaan yang menyebabkan penghasilan 16

kena pajak lebih kecil daripada laba komersial karena tax planning hanya mempengaruhi penghasilan kena pajak tanpa mempengaruhi laba komersial, jadi bisa saja aktivitas semacam ini menimbulkan beban pajak tangguhan. 3. Keterbatasan dalam pengujian persistensi laba adalah jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian relatif sedikit, yaitu 161 perusahaan yang tergabung dalam industri manufaktur, jasa dan retail. Sedikitnya perusahaan yang digunakan sebagai sampel karena beberapa data laporan keuangan perusahaan tidak lengkap dan penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan yang mendapatkan laba selama periode pengamatan. Keterbatasan kedua adalah periode pengamatan yang relatif pendek untuk mengukur variabel-variabel model penelitian. Penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian selama 4 tahun (2002-2005), sedangkan Hanlon (2005) menggunakan perioda amatan 7 tahun. Keterbatasan berikutnya disebabkan pengujian persistensi laba mengasumsikan seluruh beban pajak tangguhan sebagai diskresi manajemen. Selain itu pengujian persistensi laba yang dilakukan penelitian ini menganggap bahwa seluruh akrual merupakan abnormal akrual sehingga semakin tinggi level akrual semakin tidak persisten laba, penelitian ini mengabaikan normal akrual yang cenderung konstan atau persisten. Penelitian ini juga lebih menitikberatkan level akrual sebagai penyebab tinggi rendahnya persistensi laba, pada kenyataannya kualitas akrual yang lebih mempengaruhi persistensi laba dibanding levelnya. DAFTAR REFERENSI 17

Atwood. T. J, Michael S. Drake, and Linda A. Myers. 2007. Book-Tax Conformity and the Usefulness of Accounting Earnings for Predicting Future Earnings and Cash Flows. Burgstahler, David C., and Ilia D. Dichev, Earnings Management to Avoid Earnings Decreases and Losses. Journal of Accounting and Economics, vol 24 (1997), pp. 99 126. Dechow, P., S. Richardson, and I. Tuna, Why Are Earnings Kinky? An Examination of the Earnings Management Explanation. Review of Accounting Studies, vol 8 (2003), pp. 355 384. Hanlon, M. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals, and Cash Flow When Firms Have Large Book-tax Differences. The Accounting Review 80 (March). pp 137-166. Holland, D, and Alan Ramsay, Do Australian companies manage earnings to meet simple earnings benchmarks?. Accounting and Finance, vol 43 (2003), pp. 41-62. Phillips, John., M. Pincus and S. Rego. 2003. Earnings Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense. The Accounting Review, vol 78, pp.491 521. Richardson. Scott. A, Richard G. Sloan, et all. 2005. Accrual Reliability,Earnings Persistence and Stock Prices. Journal of Accounting and Economics, vol 39, pp.437 485. Tang, Tanya Y.H. 2005. Book-Tax Differences, a Proxy for Earnings Management and Tax Management Empirical Evidence from China. Yulianti. 2005. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan Mendeteksi Manajemen Laba.. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 18