JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2005, VOLUME 5 NOMOR 2, (53-57)

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

Pengaruh Suplemen Katalitik terhadap Karakteristik dan Populasi Mikroba Rumen Domba

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

SUPLEMENTASI MIKROMINERAL PADA LIMBAH AGROINDUSTRI YANG DIFERMENTASI Trichoderma viridae YANG DITINJAU DARI KONSENTRASI VFA DAN N-NH 3 SECARA IN VITRO

PENGARUH PENAMBAHAN NITROGEN DAN SULFUR PADA ENSILASE JERAMI UBI JALAR (Ipomea batatas L.) TERHADAP KONSENTRASI NH 3 DAN VFA (IN VITRO)

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

EVALUASI PAKAN TERCEMAR TIMBAL (Pb) PADA SISTEM FERMENTASI RUMEN IN VITRO SKRIPSI PRAMUDIANTO EKAWARDANI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Harry Triely Uhi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat, Manokwari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan


HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Pengaruh Suplementasi Daun Sengon (Albazia falcataria) Terhadap Kecernaan dan Fermentabilitas Bagasse Hasil Amoniasi Secara In Vitro

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur Pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap NH3 dan VFA Rumen Sapi Potong (In Vitro)

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

I. PENDAHULUAN. hijauan serta dapat mengurangi ketergantungan pada rumput. seperti jerami padi di pandang dapat memenuhi kriteria tersebut.

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

PENGARUH AMPAS TEH DALAM PAKAN KONSENTRAT TERHADAP KONSENTRASI VFA DAN NH 3 CAIRAN RUMEN UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

FERMENTABILITAS DAN KECERNAAN in vitro RANSUM YANG DIBERI UREA MOLASSES MULTINUTRIENT BLOCK ATAU SUPLEMEN PAKAN MULTINUTRIEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

Optimalisasi Pemanfaatan Onggok Melalui Pengolahan Biologis Terhadap Parameter Rumen dan Kecernaan Zat-Zat Makanan Sapi

FERMENTABILITAS DAN DEGRADABILITAS

Pendahuluan. Zulfikar Siregar 1

PEMANFAATAN Indigofera sp. DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA DOMBA JANTAN

PENENTUAN TINGKAT PENGGUNAAN MINERAL ORGANIK UNTUK MEMPERBAIKI BIOPROSES RUMEN PADA KAMBING SECARA IN VITRO

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENGARUH JERAMI JAGUNG DAN SUPLEMEN PAKAN MULTI-NUTRIEN (SPM) TERHADAP PRODUKSI GAS SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

Suplementasi Mineral Sulfur Pada Ransum Tongkol Jagung Amoniasi Dan Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Secara In Vitro

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

KOMBINASI PENGGUNAAN PROBIOTIK MIKROBA RUMEN DENGAN SUPLEMEN KATALITIK PADA PAKAN DOMBA RANTAN KRISNAN

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum

Pengaruh Berbagai Umur Pemotongan Tanaman Rami...Nesty R.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nova Dwi Kartika, U. Hidayat Tanuwiria, Rahmat Hidayat. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK

RESPON PENAMBAHAN AMPAS TEH

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Penambahan Nitrogen dan Sulfur pada Ensilase Jerami Jagung Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Sapi Potong (In Vitro)

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nutrisi dan Pakan Kambing dalam Sistem Integrasi dengan Tanaman

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

STUDI PERBANDKNGAN MIKROBA RUMEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

I. PENDAHULUAN. Salah satu bahan pakan alternatif yang potensial dimanfaatkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN NILAI HAYATI JERAMI PADI MELALUI BIO-PROSES FERMENTATIF DAN PENAMBAHAN ZINC ORGANIK

OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH AGROINDUSTRI MELALUI SUPLEMENTASI MINERAL Ca dan Mg ORGANIK TERHADAP KCBK DAN KCBO RANSUM KAMBING

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

KEMAMPUAN BERBAGAI KOMBINASI ISOLAT BAKTERI SIMBION RAYAP DENGAN ISOLAT BAKTERI RUMEN DALAM MENDEGRADASIKAN PAKAN SUMBER SERAT

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

(S). Tanpa suplementasi, maka mineral sulfur akan menjadi faktor pembatas pertumbuhan

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) NUTRISI DAN PAKAN RUMINANSIA PTN 2301

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Transkripsi:

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2005, VOLUME 5 NOMOR 2, (53-57) Pengujian in Vitro Gelatin Sagu, Sumber NPN, Mineral Kobalt dan Seng pada Cairan Rumen Domba (Evaluation in Vitro Gelatinized Sago, Sources NPN, Minerals Cobalt and Zinc on the System of Sheep Rumen) Harry Triely Uhi 1, Aminuddin Parakkasi 2, Budi Haryanto 3, Tantan R Wiradarya 2 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua, Jayapura 2) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 3) Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor Abstrak Penelitian in vitro bertujuan mengamati pengaruh perlakuan gelatin sagu, amonium sulfat, mineral seng dan kobalt. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah R1 ( gelatin sagu + urea + Co 0.2 ppm); R2 (gelatin sagu + urea + Zn 35 ppm); R3 (gelatin sagu + urea + Co 0.2 ppm dan Zn 35 ppm); R4 (gelatin sagu + amonium sulfat + Co 0.2 ppm); R5 (gelatin sagu + amonium sulfat + Zn 35 ppm); R6 (gelatin sagu + amonium sulfat + Co 0.2 ppm dan Zn 35 ppm); R7 (gelatin sagu + amonium fosfat + Co 0.2 ppm); R8 (gelatin sagu + amonium fosfat + Zn 35 ppm); R9 (gelatin sagu + amonium fosfat + Co 0.2 ppm dan Zn 35 ppm). Parameter yang diamati adalah kecernaan bahan kering dan bahan organik, konsentrasi VFA total, Konsentrasi NH 3, populasi bakteri dan populasi protozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum perlakuan mempengaruhi secara nyata (P<0.05) konsentrasi NH 3, VFA total, KcBK dan KcBO and perkembangan populasi mikroba rumen. Kesimpulan perlakuan suplemen katalitik R6 memberikan respons yang nyata lebih baik terhadap produksi NH 3, VFA total, kecernaaan ransum dan populasi mikroba dibanding perlakuan lainnya. Kata Kunci : gelatin sagu, NPN, kobalt, zink, cairan rumen Abstract The objective of experiment in vitro was to study effect the treatment of gelatinized sago, ammonium sulfate, minerals zinc and cobalt. Completely randomized design with 9 treatments and 3 replications. The treatments used R1 (gelatinized sago + urea + Co 0.2 ppm); R2 (gelatinized sago + urea + Zn 35 ppm); R3 (gelatinized sago + urea + Co 0.2 ppm dan Zn 35 ppm); R4 (gelatinized sago + ammonium sulfate,+ Co 0.2 ppm); R5 (gelatinized sago + ammonium sulfate,+ Zn 35 ppm); R6 (gelatinized sago + ammonium sulfate,+ Co 0.2 ppm dan Zn 35 ppm); R7 (gelatinized sago + ammonium phosphate + Co 0.2 ppm); R8 (gelatinized sago + ammonium phosphate + Zn 35 ppm); R9 (gelatinized sago + ammonium phosphate + Co 0.2 ppm dan Zn 35 ppm). Parameters measured were concentration NH 3, concentration VFA total, digestibility dry matter and digestibility organic matter, population microba rumen. The results of study in showed that the treatment catalytic supplement gave significant responses on the concentrations of NH 3, VFA total, digestibility dry matter, organic matter and microbial population. Finish, the treatments R6 gave significant responses on the concentrations of NH 3, total VFA, feed digestibility and microbial population versus other treatments. Keywords : gelatinized sago, NPN, cobalt, zinc, rumen fluid Pendahuluan Pada umumnya daerah-daerah di Kawasan Bagian Timur Indonesia tingkat kesuburan lahan sangat rendah untuk pengembangan usaha peternakan. Hasil analisis sampel tanah yang diambil dari dataran tinggi (Kabupaten Jayawijaya) dan dataran rendah (Kabupaten Jayapura), Provinsi Papua menunjukkan bahwa kandungan mineral mikro seperti: Seng (Zn), Kobalt (Co), Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Molibdenum (Mo) 53

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2005, VOLUME 5 NOMOR 2 ketersediaannya dalam tanah sangat rendah dari kisaran normal. Hal ini menyebabkan tanaman pakan hijauan di kawasan daerah tersebut mempunyai tingkat produksi yang rendah, begitu pula nilai gizinya. Konsekuensinya adalah ternak yang merumput pada pastura tersebut memperlihatkan produktivitas ternak rendah, angka kematian yang tinggi dan laju pertumbuhan yang rendah. Defisiensi mineral merupakan salah satu faktor penghambat yang sering terjadi pada ternak yang hanya diberi pakan hijauan. Hal ini menyebabkan domba yang hanya mengkonsumsi rumput sering memperlihatkan kondisi fisik yang lemah, kurus, kekurangan darah, bahkan mengalami kematian. Salah satu faktor penyebabnya adalah domba tersebut mengalami defisiensi mineral Co (Underwood, 1977). Mineral Zn juga merupakan elemen mikro esensial yang secara marginal sering terbatas ketersediaannya, sehingga dapat mengurangi pertumbuhan akibat turunnya napsu makan dan gangguan penyerapan zat makanan di usus. Oleh karena itu Zn sangat diperlukan untuk pertumbuhan ternak yang pakan utamanya rumput (Little, 1986). Dalam upaya menyusun bahan pakan aditif (suplemen katalitik) pada daerah marginal dan sub marginal, maka dilakukan penelitian in vitro mengamati pengaruh perlakuan gelatin sagu, amonium sulfat, mineral Zn dan Co. Menurut Arora (198 9), mineral Zn berperan penting dalam meningkatkan aktivitas mikroba rumen untuk proses fermentasi dan metabolisme, dalam kadar normal dapat menstimulasi sintesis protein mikroba, sedangkan mineral Co bermanfaat dalam mensintesis vitamin B 12 melalui mikroorganisme, dimana Co merupakan faktor ekstrinsik untuk membentuk suatu kompleks dengan faktor intrinsik dalam abomasum. Kebutuhan ternak akan mineral antara lain adalah untuk pembentukan dan perbaikan jaringan seperti tulang, rambut, sel-sel darah, produksi susu, pembentukan haemoglobin, menjaga keseimbangan asam basa, mempertahankan tekanan osmotik, mengatur transport zat-zat makanan ke sel-sel serta mengatur permeabilitas membran sel (Underwood, 1981). Kebutuhan domba akan mineral esensial tergantung pada faktor-faktor: jenis dan tingkat produksi, bangsa, proses adaptasi, tingkat konsumsi, umur dan interaksi antar mineral dan zat makanan lainnya (Parakassi, 1999). Ternak domba membutuhkan mineral Co sebesar 0,10 0,20 ppm dan Zn sebesar 30-40 ppm untuk pertumbuhannya (NRC, 1985). Peningkatan produktivitas ruminansia juga sangat tergantung dari tingkat kecernaan pakan dan aktivitas fermentasi di rumen. Perkembangan dan pertumbuhan mikroba rumen yang sempurna membutuhkan berbagai unsur mineral, antara lain S (belerang). Unsur S diperlukan mikroba untuk pembentukan asam amino cystein dan cystin. Apabila pakan ruminansia kekurangan unsur S, menyebabkan jumlah mikroba dalam rumen berkurang. Selama ini suplemen yang diberikan pada ternak ruminansia, sebagai sumber (NPN) adalah urea. Selain urea sebagai sumber NPN dapat pula digunakan pupuk amonium sulfat (ZA) dan pupuk amonium fosfat. Pupuk ini selain mengandung N juga mengandung unsur S yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba secara sempurna (Sasangka, 2000). Hasil penelitian in vitro diharapkan akan diperoleh suatu suplemen katalitik yang dapat memberikan respons yang baik terhadap nilai kecernaan pakan, perbaikan fermentabilitas (konsentrasi NH 3 dan VFA total) dan perkembangan mikroba rumen pada cairan rumen domba. Metode Penelitian dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Daging dan Kerja dan Laboratorium Industri Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor; Laboratorium Balai Penelitian Ternak Ciawi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Bogor. Waktu pelaksanaan dimulai September sampai Oktober 2004. Bahan penelitian menggunakan tepung sagu, sumber NPN (urea, amonium sulfat dan amonium fosfat), mineral mikro (Co dan Zn) sebanyak 40%, hijauan kualitas rendah (rumput raja berumur > 110 hari) sebanyak 60%, dan cairan rumen. Pembuatan gelatin sagu diawali dengan menapis/saring untuk memisahkan tepung dari kotoran/serat sagu. Tepung sagu ditimbang sebanyak 100 gram, diberi air dingin secukupnya lalu diaduk dan dibiarkan selama 1 menit. Air yang berada dipermukaan tepung sagu dibuang sampai yang tersisa hanya berupa endapan saja. Kemudian air dipanaskan dan masukkan secukupnya ke dalam endapan tepung, diaduk sambil dikocokkocok sampai terbentuk gelatin sagu. Gelatin sagu dikeringkan (suhu 60 0 C) pada oven, selanjutnya digiling sampai berbentuk tepung/mash. 54

Harry T. Uhi, dkk. Pengujian in Vitro Gelatin Sagu, Sumber NPN, Mineral Kobalt dan Seng pada Cairan Rumen Domba Perlakuan pakan menggunakan tepung gelatin sagu ditambah beberapa sumber NPN dan mineral essensial (Co dan Zn). Seluruh perlakuan diberikan pakan basal menggunakan hijauan kualitas rendah. Penelitian in vitro ini menggunakan cairan rumen domba, dengan perlakuan sebagai berikut: R1 = Rumput raja + gelatin sagu 99% + urea 1% + Co 0.2 ppm R2 = Rumput raja + gelatin sagu 99% + urea 1% + Zn 35 ppm R3 = Rumput raja + gelatin sagu 99% + urea 1% + Co 0.2 ppm + Zn 35 ppm R4 = Rumput raja + gelatin sagu 98% + amonium sulfat 2% + Co 0.2 ppm R5 = Rumput raja + gelatin sagu 98% + amonium sulfat 2% + Zn 35 ppm R6 = Rumput raja + gelatin sagu 98% + amonium sulfat 2% + Co 0.2 ppm + Zn 35 ppm R7 = Rumput raja + gelatin sagu 98% + amonium fosfat 2% + Co 0.2 ppm R8 = Rumput raja + gelatin sagu 98% + amonium fosfat 2% + Zn 35 ppm R9 = Rumput raja + gelatin sagu 98% + amonium fosfat 2% + Co 0.2 ppm + Zn 35 ppm Parameter yang diamati adalah kecernaan bahan kering dan bahan organik, konsentrasi VFA total, Konsentrasi NH 3, populasi bakteri dan populasi protozoa. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Bila sidik ragam menunjukkan perbedaan nyata, dilanjutkan dengan "Uji BNJ " (Steel and Torrie, 1991). Hasil dan Pembahasan Fermentabilitas dan Kecernaan In vitro Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap produksi NH 3, VFA total, kecernaan bahan kering (K cbk) dan kecernaan bahan organik ( KcBO) pada masing-masing perlakuan seperti terlihat pada Tabel 1. Hasil penelitian pada Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi NH 3 cairan rumen berbeda antar perlakuan ransum. Secara keseluruhan semua perlakuan ransum dapat dikatakan mampu menyediakan NH 3 cairan rumen dalam kadar yang cukup untuk pertumbuhan mikroba rumen dengan kisaran nilai NH 3 antara 5.8-9.0 mm, dan hasil ini sejalan dengan hasil yang dilaporkan (Satter dan Slyter, 1974; Preston dan Leng, 1987) bahwa kadar NH 3 cairan rumen yang mendukung pertumbuhan mikroba rumen berkisar antara 4-14 mm, dan apabila konsentrasi NH 3 cairan rumen kurang dari 4 mm maka proses fermentasi akan terganggu. Tabel 1 Rataan konsentrasi NH 3, konsentrasi VFA, KcBK dan KcBO dalam cairan rumen domba Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 Keterangan : Parameter NH 3 (mm) VFA (mm) KcBK (%) KcBO (%) 8.0 b 118.7 d 41.2 a 40.0 a 6.9 d 128.0 d 38.5 b 37.3 a 9.0 a 158.7 c 37.3 b 35.7 b 8.4 b 149.3 c 36.3 b 34.5 b 8.2 b 176.0 b 40.0 a 39.1 a 6.3 d 185.3 a 35.2 c 33.0 b 7.5 c 173.3 b 29.0 d 27.2 c 5.8 e 177.3 b 28.2 d 26.8 c 7.3 c 140.0 c 26.7 d 25.4 c Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) Suplementasi mineral Co dan Zn dapat meningkatkan konsentrasi NH 3 cairan rumen. Mineral-mineral tersebut sangat dibutuhkan oleh mikroba untuk mendukung pertumbuhannya. Kobalt dibutuhkan dalam sintesis vitamin B 12 (Parakkasi, 1999). Dengan terpenuhinya nutrisi mineral yang dibutuhkan oleh mikroba rumen, maka jumlah populasinya meningkat dan memproduksi NH 3 cairan rumen lebih banyak. VFA merupakan hasil dari proses fermentasi karbohidrat dalam rumen yang merupakan sumber energi utama bagi ternak domba. Agar pemanfaatan NH 3 cairan rumen maksimal oleh mikroba rumen maka penggunaannya perlu disertai dengan sumber energi yang mudah difermentasi (karbohidrat fermentabel). Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa konsentrasi VFA total berbeda nyata (P<0.05) antar masingmasing perlakuan ransum. Kisaran konsentrasi VFA total perlakuan ransum yang dicapai pada penelitian ini adalah 118.7-185.3 mm. Tingginya konsentrasi VFA total pada perlakuan R6 menunjukkan bahwa bakteri dapat memanfaatkan ransum yang diberikan dengan baik. Ketersedian zat-zat nutrisi dalam ransum perlakuan berupa gelatin sagu, NPN (S, P dan N) serta mineral mikro (Co dan Zn) sangat berhubungan erat dengan aktivitas mikroba (bakteri) untuk proses fermentasi, sehingga menghasilkan asam lemak terbang yang tinggi. Hasil penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilaporkan oleh France dan Siddon (1993) yang berkisar 70-130 mm, dan hasil penelitian Mardiati (1999) pada pengujian efek amoniasi 55

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2005, VOLUME 5 NOMOR 2 sabut sawit sebagai subsitusi rumput, defaunasi dan suplementasi analog hidroksi metionin dan asam amino bercabang pada domba lokal adalah 102.60-120.62 mm. Selanjutnya dinyatakan pula oleh Kadim et al. (2003) bahwa kambing omani yang diberi suntikan mineral kobalt meningkatkan koefisien cerna dari protein kasar, dan energi. Kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kecernaan ransum perlakuan pemanfaatan berbagai sumber NPN dan gelatin sagu yang ditambahkan dengan mineral Co dan Zn mempunyai nilai rataan yang berbeda antar perlakuan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa secara keseluruhan antar perlakuan ransum yang diberi urea dan amonium sulfat tidak berbeda nyata, akan tetapi perlakuan kedua sumber NPN tersebut berbeda nyata dengan perlakuan ransum amonium fosfat (Tabel 1). Kisaran nilai kecernaan bahan kering (26.7%- 41.2%), dan bahan organik, (25.4%-40.0%). Nilai kecernaan zat nutrien ini termasuk rendah dibanding dengan hasil penelitian dilaporkan Griswold et al. (2003) bahwa nilai kecernaan bahan kering ransum yang ditambahkan urea sebesar 60.4% dan bahan organik sebesar 50.%. Perbedaan ini diduga karena ransum yang diuji pada penelitian ini berbentuk mash, konsumsi bahan kering tinggi tetapi kecernaan rendah. Hal ini disebabkan ransum berbentuk mash, laju alir digesta cepat, sehingga waktu mikroba untuk mencernanya sangat singkat. Perkembangan Mikroba Rumen Hasil penelitian pada Tabel 2, menunjukkan bahwa pemberian suplemen katalitik dalam cairan rumen domba mempengaruhi populasi bakteri dan protozoa. Secara umum nilai rataan populasi bakteri tertinggi pada perlakuan R6 ( 3.9 x 10 9 sel/ml) dibanding perlakuan lainnya, kemudian diikuti dengan perlakuan R8 (3.0 x 10 9 sel/ml), sampai terendah perlakuan R7 (2.0 x 10 9 sel/ml). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa populasi bakteri perlakuan ransum R6 berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan ransum lainnya. Perbedaan ini diduga terjadi karena adanya ketersediaan sulfur yang terdapat dalam Amonium Sulfat (ZA) sehingga bakteri dapat menggunakannya. Fungsi sulfur yang utama adalah untuk sintesis asam amino yang mengandung S (sistin, sistein, metionin), dan vitamin B (biotin dan tiamin). Sulfur juga terlibat dalam beberapa fungsi tubuh yaitu metabolisme protein, pembekuan darah, fungsi endokrin serta keseimbangan asam basa cairan intra dan ekstra seluler. Peranan sulfur terbukti memacu pertumbuhan mikroba rumen domba dan hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suhartati (1997) bahwa unsur sulfur berperan erat dalam memacu pertumbuhan mikroba. Tabel 2 Rataan pertumbuhan bakteri dan protozoa dalam cairan rumen domba Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 Keterangan : Parameter (sel/ml) Bakteri (x 10 9 ) Protozoa ( x 10 6 ) 2.7 b 2.8 b 2.8 b 2.1 c 2.7 b 3.9 a 2.0 c 3.0 b 2.4 c 5.3 b 7.0 a 7.3 a 7.0 a 6.0 b 3.0 d 4.2 c 4.7 c 6.3 a Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) Selain itu tingginya populasi bakteri rumen pada perlakuan R6 diduga karena penyediaan karbohidrat, amonium sulfat serta mineral Co dan Zn yang kesemuanya sangat menunjang pertumbuhan bakteri dalam proses fermentasi dan sintesa protein. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Thalib et al. (2000) melaporkan bahwa mineral Zn dan Co berperan sebagai stimulator yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas selulotik cocci maupun batang. Bakteri selulotik cocci lebih responsif dari batang daripada batang terhadap faktor pertumbuhan/ stimulator yang diberikan bila didasarkan pada pengaruh faktor ini terhadap pertumbuhan bakteri, sedangkan bila didasarkan pada pengaruh faktor pertumbuhan/stimulator terhadap aktivitas mencerna substrat, bakteri selulotik batang lebih responsif dari pada cocci. Data hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan ransum terhadap populasi protozoa berbeda nyata (P<0.05). Nilai populasi protozoa pada perlakuan R6 lebih rendah (3.0 x 10 6 sel/ml), sedangkan tertinggi pada perlakuan ransum R3 (7.3 x 10 6 sel/ml). Peningkatan nilai populasi protozoa ini sejalan dan terkait erat dengan peningkatan populasi bakteri rumen. Protozoa lebih menyukai substrat yang mudah difermentasi (fermentabel) seperti gula dan pati, sedangkan ransum yang digunakan pada 56

Harry T. Uhi, dkk. Pengujian in Vitro Gelatin Sagu, Sumber NPN, Mineral Kobalt dan Seng pada Cairan Rumen Domba penelitian adalah hijauan kualitas rendah. Pada keadaan seperti ini kebutuhan nutrisi protozoa sangat bergantung pada bakteri. Kesimpulan Perlakuan pembuatan suplemen pakan ternak menggunakan gelatin sagu (98%) ditambahkan amonium sulfat (2%) dan mineral kobalt 0.2 ppm dan zink 35 ppm, memberikan respons yang lebih baik terhadap produksi NH 3, VFA total dan populasi bakteri. Daftar Pustaka Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia, Murwani Rendah, Penerjemah; Srigandono B, editor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Terjemahan dari: Microbial Digestion in Ruminants. France, J. and R. C. Siddon. 1993. Volatile Fatty Acids Production. In Quantitative Aspect Ruminant Digestion and Metabolism. Ed. J.M. Forbers and J. France. CAB. International. Griswold, K. E., G. A. Apgar, J. Bouton and J. L. Firkins. 2003. Effects of urea infusion and ruminal degradable protein concentration on microbial growth, digestibility and fermentation in continuous culture. J. Anim. Sci. 81:329-336. Kadim, I. T., E. H. Johnson, O. Mahgoub, A. Srikandakumar, D. Al-Ajmi, A. Ritchie, K. Annamalai and A. S. Al-Halhali. 2003. Effect of low levels of dietary cobalt on apparent nutrient digestibility in omani goats. Animal Feed Science and Technology 109: 206-216. Little, D. A. 1986. The mineral content of ruminant feeds and the potential for mineral supplementation in South-East Asia with particular reference to Indonesia. Ruminant Feeding Systems Utilizing Fibrious Agricultural Residius-1985. Proceeding Ed ke-5 Ann. Workshop of the Australian-Asia Fibrious Agricultural Residues Research Network. hlm 77-86. Mardiati Z. 1999. Substitusi rumput dengan sabut sawit dalam ransum pertumbuhan domba; pengaruh amoniasi, defaunasi dan suplementasi analog hidroksi metionin serta asam amino bercabang [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. (NRC) National Research Council. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. Ed ke-6. National Academy Press. Washington. D.C. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Preston, T. R. and R. A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production System With Available Resources in the Tropics and Sub-Tropics. First Printed. International Colour production. Penambul Books. Armidale, Australia. hlm 49-50. Sasangka, B. H. 2000. Pemberian dua macam suplemen yang berbeda sumber NPN pada penggemukan sapi peranakan onggole. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Peternakan. Bogor. hlm 228-232. Satter, L. D. and L. L. Slyter. 1974. Effect of amonia concentration on rumen microbial protein production in vitro. Br. J. Nutr. 32: 199-208. Steel, R. G. D. and J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit P.T. Gramedia Jakarta. Suhartati, F. M. 1997. Manfaat air belerang dalam ransum domba muda [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Thalib A, Haryanto B, Kompiang S, Mathius IW, Aini A. 2000. Pengaruh mikro mineral dan fenilpropionat terhadap performans bakteri selulolitik cocci dan batang dalam mencerna serat hijauan pakan. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 5(2): 92-99. Underwood, E. J. 1977. Trace Elements in Human and Animal Nutrition. Ed Ke-4. Academic Press. New York. Underwood, E. J. 1981. The Mineral Nutrition of Livestock. Ed Ke-2. CAB England. 57