II. TINJAUAN PUSTAKA Studi Kelayakan Bisnis Definisi Studi Kelayakan Bisnis

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PADA USAHA WARUNG SURABI OLEH CANDRA WARDOYO H

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia saat ini berjalan dengan pesat, yang menciptakan

IV. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. RENCANA KEUANGAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

A. Kerangka Pemikiran

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

METODOLOGI PENELITIAN

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

BAB 3 METODE PENELITIAN. Table 3.1 Definisi Kelayakan Investasi. Aspek Studi Kelayakan Bisnis

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

III. METODOLOGI PENELITIAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB II TINJAUAN TEORI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

IV. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN USAHA

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis. Keberhasilan ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Sedangkan menurut Kadariah dkk (1999), proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Tujuan dilakukannya analisis bisnis (Gray dan Larson, 2007) adalah (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; (2) Menghindari pemborosan sumber-sumber daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan yang tidak menguntungkan; (3) Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif kegiatan yang paling menguntungkan; (4) Menentukan prioritas investasi. 2.1.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003), adalah : a. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkannya. b. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan.

c. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan kreditor. d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah akan diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional. 2.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis Menurut Husnan dan Muhammad (2000), secara umum aspekaspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial. Meskipun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis, maka perlu ditentukan kelayakan berdasarkan seluruh aspek yang akan dinilai. Jika ditemukan aspek yang kurang layak, maka dilakukan perbaikan agar memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, sebaiknya usaha jangan dijalankan. a. Aspek pasar Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, serta strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan konsumen (Husnan dan Muhammad, 2000). Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan, karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu bisnis yang dijalankan. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran, pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 1997). Aspek pasar mempelajari tentang : 1) Permintaan Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan membeli oleh konsumen untuk memperoleh barang dan jasa yang ditawarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain baik sebagai substitusi maupun komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk mendapatkan barang dan jasa yang ditawarkan. 2) Penawaran Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya adalah harga barang dan jasa itu sendiri, harga barang lain, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses. 3) Pemasaran Aspek-aspek dalam pemasaran meliputi bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4 P (Umar, 2003), yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi) dan promotion (promosi) : i) Produk Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan, dikonsumsi, dan dapat memenuhi suatu

keinginan atau kebutuhan. Menurut Stanton (1991), produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. ii) Harga Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh pelanggan atas suatu produk tertentu. Menurut Alma (2000), harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan uang. Dalam kebijakan harga, manajemen harus menentukan harga dasar dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos kirim, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah harga. Konsep harga harus sesuai dengan nilai yang ditawarkan kepada pelanggan. iii) Tempat Tempat diartikan sebagai distribusi. Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk menjadi mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk konsumen sasaran. Sedangkan saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk meyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai titik konsumsi. iv) Promosi Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. Menurut Keegan (2003) promosi merupakan bentuk komunikasi yang bersifat membujuk atau persuasif.

Bauran promosi terdiri dari lima cara utama yaitu: Periklanan Periklanan adalah semua bentuk presentasi non personal dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang ditunjuk untuk mendapatkan pembayaran. Promosi Penjualan Promosi penjualan adalah insentif jangka panjang untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli produk atau jasa. Promosi penjualan terdiri dari cara promosi pelanggan (contoh kupon, penawaran pengembalian uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan, percobaan gratis, garansi, promosi gabungan, promosi silang, tampilan ditempat pembelian dan demonstrasi), promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan, dan pajangan barang gratis), dan promosi bisnis dan wiraniaga (pameran perdagangan dan konvensi, kontes bagi wiraniaga dan iklan khusus). Pemasaran Langsung Pemasaran langsung melalui surat, telepon dan alat penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi dengan mendapatkan respon dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu. Penjualan Personal Penjualan personal adalah interaksi langsung antar satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan pembelian. Hubungan masyarakat dan publisitas Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.

b. Aspek teknis Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, tata letak dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar, 2003). Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Tata letak (layout) atau disebut juga tata ruang, yaitu penempatan fasilitasfasilitas yang dipakai di dalam pabrik seperti letak mesin-mesin, letak alat-alat produksi, jalur pengangkutan dan seterusnya. Letak dari berbagai fasilitas tersebut harus dikaji, agar proses produksi dapat dijalankan secara efektif dan efisien (Umar, 2003). c. Aspek manajemen Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan staf dalam melaksanakan usaha yang dijalankan. Analisis ini mengkaji struktur organisasi yang sesuai dengan usaha yang direncanakan, sehingga diketahui mengenai jumlah kebutuhan, kualifikasi dan deskripsi tugas individu untuk mengelola proyek (Kadariah dkk, 1999). Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Selain itu, menurut Suryana (2003) perlu juga diperhatikan apakah usaha akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain secara profesional. d. Aspek Sosial Analisis sosial dilakukan untuk mengetahui apakah dengan keberadaan proyek memberikan dampak pada suatu wilayah menjadi semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur

komunikasi, penerangan listrik, pendidikan masyarakat setempat dan lainnya. e. Aspek finansial Suatu usaha dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Kegiatan pada aspek keuangan ini antara lain adalah penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan pengadaan harta tetap. Dipelajari pula mengenai struktur pembiayaan yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Pembuatan hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan. Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Analisis finansial berkaitan dengan sumber dana (investasi) yang akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal (biaya yang akan dikeluarkan) dan sumber dana yang bersangkutan. Analisis finansial meliputi : 1) Net Present Value (NPV) Nilai bersih sekarang usaha memberikan ukuran nilai bersih proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Oleh karena itu semua arus kas didiskontokan kembali ke masa sekarang, membandingkan selisih antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran investasi menjadi tepat. Perbedaan antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran awal menentukan nilai bersih atas penerimaan proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu :

NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. NPV < 0, artinya proyek tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan. NPV = 0, artinya proyek mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal, dengan kata lain proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Rasio keuntungan/biaya atau indeks keuntungan adalah rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan terhadap pengeluaran awalnya. Jika kriteria nilai bersih investasi sekarang memberikan ukuran kelayakan proyek dalam nilai uang yang absolut, maka indeks keuntungan memberikan ukuran relatif dari keuntungan bersih masa depannya terhadap biaya awal (Keown dkk, 2001).Net B/C Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah : Net B/C > 0, maka NPV > 0. proyek menguntungkan. Net B/C < 0, maka NPV < 0. proyek merugikan. Net B/C = 1, maka NPV = 0. proyek tidak untung dan tidak rugi. 3) Internal Rate Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan PV kas keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapkan atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0. Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rataan keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (%). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang

dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 4) Payback Period (PBP) PBP atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan. Semakin cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan cepat kembali dan digunakan untuk membiayai kegitan lain (Husnan dan Muhammad, 2000). 5) Analisis Switching Value Analisis switching value adalah analisis yang digunakan untuk meneliti kembali analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan. Analisis ini ditujukan untuk melihat pengaruh yang terjadi apabila keadaan berubah. Menurut Kadariah dkk (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi terhadap analisis proyek, jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. 6) BEP atau Titik Impas Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pandapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Mulyadi, 1997). 2.2. Surabi Surabi atau serabi adalah makanan khas orang Sunda yang bentuknya seperti pancake namun lebih kecil dan tebal, terbuat dari tepung beras. Surabi dibakar dengan menggunakan alat tradisional yaitu tungku dan cetakan khusus dari tanah liat. Surabi ini memiliki banyak rasa, dengan

rasa yang dianggap paling original khas Sunda yaitu surabi oncom. Warung surabi saat ini menawarkan surabi dengan berbagai rasa atau istilah dalam kamus kuliner modern topping. Mulai dari oncom, keju, coklat, dan berbagai rasa buah yang menciptakan sensasi rasa manis, asin, pedas, dan lain-lain. (sumber:http://www.indonesia.travel/id/.2011). Serabi adalah penganan atau jajanan pasar asal Indonesia yang serupa dengan pancake. Namun serabi biasanya terbuat dari tepung beras, bukan tepung terigu. Macamnya lumayan banyak, ada yang polos manis atau asin, ada juga serabi manis yang diberi kuah cair manis, yang biasanya dari gula kelapa, isi, dan taburan serabi bervariasi menurut daerah serta selera pembelinya. Di Bandung, serabi biasanya disebut surabi. Sejak dulu sudah dikenal disantap pada pagi hari, karena umumnya pedagang surabi berjualan dari subuh hingga pagi hari. Tidak mengherankan kalau surabi juga biasa dimakan untuk sarapan. Dulu yang terkenal adalah surabi polos (tapi ada yang berisi parutan kelapa) dan surabi oncom. Tapi, kini sudah banyak macam taburannya, termasuk yang manis-manis. Di Jakarta, serabi disebut kue ape atau serabi Jakarta. Bentuk kue ape bundar, tipis di bagian pinggir dan menebal bundar di bagian tengah. Karena bentuknya, kue ape juga sering disebut sebagai kue tetek. Kue ape terbuat dari tepung terigu dicampur susu. Variasi warna dan taburannya saat ini banyak. Satu lagi serabi yang terkenal di Indonesia adalah srabi Solo atau serabi Solo. Kue ini juga terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan santan kelapa dan digoreng di atas arang. Serabi juga biasa diberi bermacam taburan, seperti potongan pisang, nangka, meses cokelat atau keju. Serabi yang terkenal berasal dari daerah Notokusuman. (http://bataviase.co.id, 2011) 2.3. Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan

sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam undang-undang tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1 yaitu dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 3. Milik Warga Negara Indonesia 4. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Definisi UKM dalam Kepmenperindag adalah suatu usaha dengan nilai investasi maksimal Rp. 5 milyar termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan BPS mengenai jenis UKM berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu: a. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja dibawah 3 orang termasuk tenaga yang tidak dibayar, b. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 9 orang, c. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 99 orang. 2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan Menurut Putri (2008), didapatkan bahwa pelaksanaan proyek usaha sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif dinyatakan layak dari berbagai aspek kelayakan usaha, meski pada aspek lingkungan masih terdapat masalah pada polusi udara. Dilihat dari aspek finansial, pengajuan kredit komersil (KUR) dinyatakan layak dengan kriteria NPV positif Rp. 57.556.076,67 pada masa proyek 7 tahun, Net B/C Rasio 1,30 (Net B/C Ratio >1). IRR 24% (lebih besar dari suku bunga Kredit Usaha Ringan (KUR) 16%), dan masa pengembalian selama 2 tahun 3 bulan 18 hari (tidak melebihi masa pinjaman yaitu 5

tahun). Dari analisis switching value penurunan pendapatan sampai dengan 14% masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika penurunan pendapatan lebih dari 14%. Komponen pendapatan yang berubah pada asumsi ini adalah produktivitas sapi perah tersebut. Analisis switching value pada kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek tidak layak pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11%. Komponen biaya yang berubah pada asumsi ini adalah harga pakan konsentrat. Kemudian Analisis switching value, yaitu penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama menjadikan proyek tidak layak pada tingkat perubahan lebih dari 10%. Perdana (2007) menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan gurame kelompok tani tirta maju, Kelurahan Situgede, Kabupaten Bogor. Analisis kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa rencana usaha Tirta Maju dikategorikan layak untuk diimplementasikan pada aspek pasar, teknis, manajemen maupun finansial. Analisis pendapatan usahatani menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp 16.238.500,- dan R/C sebesar 1,29. Sedangkan, dalam analisis penilaian investasi usaha diperoleh nilai NPV, PI, IRR, dan PBP masing-masing sebesar Rp 10.433.512,-; 1,67; 28,9 persen ; dan 2,9 periode. Lalu, hasil-hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan rencana usaha Tirta Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor harga pakan buatan (pellet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan rencana usaha ini. Salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang industri makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery (EBB). EBB bermaksud membuka counter penjualan khusus produk Elsari di lokasi yang strategis. Oleh karena itu EBB memerlukan penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian kondisi keuangan perusahaan dan kelayakan rencana pengembangan usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi struktur pasar brownies di Kota Bogor, (2) Menilai efisiensi saluran distribusi

brownies di Kota Bogor, (3) Menilai kinerja keuangan perusahaan EBB dan (4) Menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha EBB. Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi, mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan, toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern. Marjin terbesar diperoleh produsen melalui penjualan langsung yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen dari harga jual. Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya. Nilai risiko yang relative besar ditanggung EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman. Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-Berdasarkan perhitungan dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%. Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp 1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box..