MUTU ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGIS IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp.) SEGAR DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN LENGKUAS MERAH (Alpinia Purpurata K.

dokumen-dokumen yang mirip
Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

KARAKTERISTIK MUTU ORGANOLEPTIK IKAN LAYANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

Efektivitas Belimbing Wuluh terhadap Parameter Mutu Organoleptik dan ph Ikan Layang Segar Selama Penyimpanan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan,

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber protein hewani. Ikan juga merupakan bahan makanan

PENGGUNAAN ES SEBAGAI PENGAWET HASIL PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. makanan yang halal dan baik, seperti makan daging, ikan, tumbuh-tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. berupa pengawet yang berbahaya (Ismail & Harahap, 2014). Melihat dari

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK ROSELA

Simatupang Maria Fransiska, Sri Purwati, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu hasil perikanan budidaya

Pengaruh Lama Pengasapan Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Air pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis ) Asap

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

PENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.

PENILAIAN MUTU ORGANOLEPTIK IKAN MUJAIR (TILAPIA MOSSAMBICA) SEGAR DENGAN UKURAN YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN DINGIN.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

(The Effect of Using Various Concentration of Extract Red Galangal (Alpinia Purpurata k. schum) Againts the Sustainable of Broilers)

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULAN. kandungan protein per 100 gram-nya sebanyak 73,83 kadar air, protein 19,53,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi. Pemikiran, (6) Hipotesis, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

0 C. Ikan dimatikan dengan cara menusuk pada kepala bagian medula oblongata yang menyebabkan ikan langsung mati.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGAWETAN IKAN LAYANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : TINGKAT KETAHANAN KESEGARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) MENGGUNAKAN ASAP CAIR

BAB I PENDAHULUAN. protein hewani yang mengandung omega-3 dan protein yang cukup tinggi sebesar

Lampiran 1 Tahapan Penelitian. Penirisan. 1 ekor karkas ayam segar. Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Serbuk kitosan komersil.

Pengaruh Lama Penyimpanan Makanan Khas Dayak Telu Ikan Furud (Garra sp) Terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada tepung adalah kapang, khamir, dan bakteri. Bakteri yang biasa

WULUH FRUITSTAR EXTRACT EFFECT WITH DIFFERENT AMOUNTS OF QUALITY FRESHNESS OF THE FISH TAMBAKAN (Helostoma temmincki) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Pembinaan dan

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

Indo. J. Chem. Sci. 4 (3) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahan tambahan berbahaya untuk makanan. Salah satu bahan

Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk

BAB III BAHAN DAN METODE

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

AKTIVITAS ANTIMIKROBIA EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galangal) TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBIA PERUSAK IKAN DENGAN PENGEMULSI TWEEN 80

BAB I PENDAHULUAN. Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR HISTAMIN PADA YELLOWFIN TUNA (Thunnus albacore) ABSTRAK

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi dan Higienitas di Tempat Pelelangan Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Ketebalan dan Rendemen pada Nata

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2 Lay out Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Sadeng

Unnes Journal of Life Science

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak tersebar diwilayah Asia. Jahe merah (Zingiber officinale var

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

PENURUNAN TOTAL KOLONI BAKTERI DAGING AYAM PEDAGING

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nucifera ) Terhadap Jumlah Total Bakteri (TPC) dan Kadar Protein pada Ikan Gurami (Ospronemus gouramy)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan merupakan hasil olahan dari kacang kedelai yang kaya akan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu jenis buah yang akhir-akhir ini populer adalah buah naga. Selain

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Ikan Layang (Decapterus sp.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Hasil Perikanan MUTU ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGIS IKAN KEMBUNG (Rastrelliger sp.) SEGAR DENGAN PENGGUNAAN LARUTAN LENGKUAS MERAH (Alpinia Purpurata K. Schum) Herlila Tamuu, Rita Marsuci Harmain dan Faiza A. Dali 1) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Perikanan 2) Tenaga Pengajar Jurusan Teknologi Perikanan, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan larutan lengkuas merah (Alpinia Purpurata K. Schum) terhadap mutu organoleptik (hedonik dan mutu hedonik) serta mikrobiologis ikan kembung segar. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan larutan lengkuas sebagai bahan pengawet alami ikan kembung segar kepada masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan sejak bulan Oktober - Desember 2013, bertempat di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo. Analisis data yang digunakan untuk uji organoleptik adalah analisis statistik non parametrik, metode Kruskal-Wallis sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk data hasil uji mikroba adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor tunggal dengan dua kali ulangan. Perlakuan konsentrasi lengkuas yang berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai hedonik mata dan tekstur ikan kembung, namun tidak berpengaruh nyata nilai hedonik insang, lendir, bau dan daging. Perlakuan konsentrasi lengkuas merah berpengaruh nyata pada nilai mutu hedonik mata, lendir, daging, bau dan tekstur ikan kembung namun tidak berpengaruh nyata pada nilai mutu hedonik insang. Nilai organoleptik hedonik pada perlakuan 15% memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 2729-2006 untuk semua parameter yakni nilai 7.Perlakuan konsentrasi lengkuas merah yang berbeda berpengaruh nyata pada jumlah Total Plate Count (TPC) ikan kembung segar. Semakin tinggi konsentrasi lengkuas merah yang digunakan dalam penelitian semakin menurunkan jumlah mikroba. Kata Kunci: Ikan kembung(rastrelliger sp.), larutan lengkuas merah, hedonik, mutu hedonik, mikrobiologis. 1

Ikan kembung (Rastrelliger sp.) merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang memiliki nilai ekonomis dan potensial di Indonesia. Produksi ikan kembung mengalami kenaikan rata-rata volume sebesar 3,63 % dari tahun 2002 sampai 2007 (DKP, 2007). Di Provinsi Gorontalo, potensi ikan kembungnya pada tahun 2012 mencapai 699.50 ton (DKP Gorontalo, 2012). Ikan merupakan salah satu bahan pangan hasil perikanan yang dibutuhkan oleh manusia karena pada daging ikan terdapat senyawa-senyawa yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan garam-garam mineral. Protein merupakan unsur terbesar setelah air. Kandungan protein pada ikan cukup tinggi yaitu 24%. Ikan juga mengandung air cukup tinggi yaitu 76%, merupakan media yang cocok untuk kehidupan bakteri pembusuk atau mikroorganisme lain, sehingga ikan sangat cepat mengalami proses pembusukan. Selain itu suhu dan kelembaban udara serta lingkungan yang kotor dapat mempercepat proses pembusukan. Hal ini sangat merugikan karena dengan kondisi yang demikian banyak ikan yang tidak dimanfaatkan (Irawan, 1997). Kesegaran ikan merupakan faktor yang sangat penting dan erat hubungannya dengan mutu ikan. Ikan dalam keadaan masih segar memiliki mutu yang baik sehingga nilai jualnya tinggi, sebaliknya jika ikan kurang segar memiliki mutu yang rendah sehingga harganya rendah (Murniyati dan Sunarman 2000). Kesegaran ikan tidak dapat ditingkatkan melainkan dipertahankan sehingga tingkat kesegaran ikan dapat dipertahankan maka diperlukan penanganan yang tepat agar ikan bisa sampai ke tangan konsumen atau pabrik pengolahan dalam keadaan segar. Salah satu usaha untuk mempertahankan kesegaran ikan adalah dengan cara menambahkan zat aditif yang aman untuk dikonsumsi serta alami, mengingat dewasa ini banyak sekali penjual ikan yang menggunakan zat aditif yang berbahaya seperti formalin untuk menjaga kesegaran ikan. Zat aditif yang aman untuk dikonsumsi dan alami yang dapat dijadikan pengawet agar ikan tetap segar yaitu dengan menggunakan tanaman rempah. Hasil penelitian Mawaddah (2008), melaporkan bahwa potensi tanaman rempah sebagai pengawet alami telah banyak dilakukan misalnya kunyit (Curcuma longa Linn) dan lengkuas (Alpinia purpurata K. Schum) dapat menghambat bakteri dan kapang. Lengkuas merah (Alpinia purpurata K. Schum) merupakan salah satu tanaman yang diketahui dapat digunakan sebagai antibakteri dan antijamur. Senyawa antibakteri yang terkandung dalam lengkuas adalah fenol yang terdapat dalam minyak atsiri. Lengkuas merupakan rempah yang sangat mudah diperoleh dan harganya murah. Namun penggunaan bahan alami tersebut pada produk pangan masih belum optimal. Hal ini menjadi salah satu 2

faktor pertimbangan bagi konsumen untuk mengaplikasikan bahan tersebut (Heyne, 1987 dalam Parwata, 2008). Penelitian terkait tentang pemanfaatan lengkuas pada ikan telah dilakukan oleh Suryawati, dkk (2011), dan Florensia et. al (2012), yakni untu mengetahui pengaruh berbagai dosis lengkuas dan lama perendamannya terhadap jumlah bakteri pada ikan bandeng (Chanoschanos F). Berdasarkan hal tersebut penelitian tentang pengaruh penggunaan larutan lengkuas terhadap mutu organoleptik hedonik dan mutu hedonik serta mikrobiologi perlu dilakukan pada jenis ikan yang berbeda seperti pada ikan kembung segar. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan sejak bulan Oktober - Desember 2013, bertempat di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo. Alat yang digunakan pada penelitian antara lain coolbox sebagai wadah, score sheet organoleptik.bahan yang digunakan adalah ikan kembung (Rastrelliger sp) sebagai sampel pada penelitian ini berasal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) tenda kota gorontalo. Tahapan penelitian mengenai mutu organoleptik dan mikrobiologi ikan kembung (Rastrelliger sp.) segar berdasarkan penggunaan larutan lengkuas merah dibagi menjadi dua tahapan, yaitu : Penelitian pendahuluan, penentuan konsentrasi lengkuas dalam aquades yang digunakan sebagai perlakuan, yakni perlakuan 0%, 5%, 10%, dan 15% pada lama perendaman 6 jam. Sampel ikan kembung dibeli dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tenda Kota Gorontalo, kemudian sampel dijaga kesegarannya dalam boxsterofoam dengan es sebelum digunakan. Lengkuas merah diambil dari perkebunan pribadi dan dibeli dari Pasar tradisional kota Gorontalo. Pembuatan konsentrasi larutan lengkuas yakni dengan melarutkan sejumlah (gr) lengkuas yang telah dihaluskan dalam aquades (ml). Penentuan konsentrasi lengkuas yang digunakan terlampir pada Lampiran 1. Kemudian, dilakukan perendaman ikan kembung segar pada larutan lengkuas yang konsentrasinya berbeda (0%, 5%, 10% dan 15%) selama 6 jam, selanjutnyadilakukan penilaian secara organoleptik meliputi mata, lendir, insang, daging, bau, dan tekstur. Berdasarkan pengamatan organoleptik diperoleh bahwa ikan kembung masih dapat diterima oleh panelis sehingga disimpulkan bahwa konsentrasi lengkuas yang merah digunakan adalah 0%, 5%, 10% dan 15% dan lama perendaman ikan kembung dalam larutan lengkuas selama 6 jam. 3

Penelitian utama, tahap awal pada penelitian utama yaitu pengambilan sampel ikan kembung segar diperoleh dari TPI Tenda Kota Gorontalo sebanyak 4 Kg. Selanjutnya, ikan kembung dibawa ke tempat pengujian LPPMHP dalam cool box sterofoam yang berisi es dengan perbandingan 1:1. Di LPPMHP, ikan kembung segar dicuci dan ditimbang kembali menjadi 1 kg untuk dipakai pada masing-masing perlakuan kosentrasi (0%, 5%, 10%, 15%). Selanjutnya, ikan kembung segar direndam dengan larutan lengkuas merah dalam cool box selama 6 jam dalam keadaan tertutup. Setelah 6 jam dilakukan pengujian organoleptik dan uji mikrobiologis (TPC). Secara ringkas, alur penelitian dapat digambarkan melalui diagram alir di Gambar 3. Pengambilan sampel di TPI Tenda Kota Gorontalo Penanganan dengan es 1:1 selama pengagnkutan ke LPPMHP Penimbangan ikan untuk masing-masing perlakuan Konsentrasi Lengkuas 0% Konsentrasi Lengkuas 5% Konsentrasi Lengkuas 10% Konsentrasi Lengkuas 15% Perendaman selama 6 jam Analisis organoleptik Analisis mikrobiologis Mutu ikan kembung segar Gambar 1. Diagram alir penelitian Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor tunggal menggunakan 2 kali ulangan. Kruskal-Wallis untuk organoleptik. Jika hasil Analisis Sidik Ragam menunjukan pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan metode Beda Nyata Terkecil (BNT). 4

Nilai Organoleptik HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Pengujian Organoleptik Ikan Kembung (Rastrelliger sp.) Kenampakan mata ikan kembung (Rastrelliger sp.) segar Mata merupakan indikator kesegaran utama yang dilihat oleh konsumen saat membeli ikan segar. Hasil rata-rata organoleptik kembung ditunjukan pada Gambar 4. 8 6 Histogram Kenampakan Mata c a ab b c a ab b 7.64 6.64 6.8 6.92 7 6.24 6.32 6.52 Hedonik 4 2 Mutu Hedonik 0 0% 5% 10% 15% Konsentrasi larutan Lengkuas Gambar 2. Histogram nilai oganoleptik mata ikan kembung (Rastrelliger sp.) pada konsentrasi lengkuas 0%, 5%, 10%, 15%. (Ket: huruf yang berbeda pada tiap series menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda ). Gambar 4 menunjukan nilai hedonik dan mutu hedonik mata ikan kembung hasil perlakuan yang semakin meningkat seiring dengan makin tingginya konsentrasi larutan lengkuas merah yang diberikan. Nilai hedonik terendah terdapat pada perlakuan 0% dan 5% yakni 6.24 dan 6,32. Nilai hedonik tertinggi terdapat pada perlakuan 15% yakni 7. Nilai mutu hedonik terendah pada perlakuan 0% dan 6% yakni 6.64 dan tertinggi terdapat pada pelakuan 15% yakni 7.64. Kenampakan mata ikan kembung segar dengan perlakuan 0%, 5%, dan 10% memiliki nilai hedonik 6,24, 6,32 dan 6,52 termasuk pada kategori agak suka. Hal ini disebabkan oleh pengaruh penilaian mutu hedonik untuk sampel yang sama (0%,5% dan 10%), memperlihatkan ciri-ciri bola mata agak cekung, kornea agak keruh, pupil agak keabu-abuan, agak mengkilap spesifik jenis. Hasil perlakuan 15% menunjukan nilai hedonik dan mutu hedonik 7. Hal ini menandakan bahwa pengaruh lengkuas merah dapat meningkatkan penerimaan oleh panelis. Nilai mutu hedonik 7 memiliki ciri-ciri yakni bola mata rata, kornea agak keruh, pupil agak abu-abu, warna sedikit mengkilap. Menurut Junianto (2003), mata ikan segar ditandai dengan bentuk bola mata cembung atau relatif datar, sedangkan ikan tidak segar ditandai 5

dengan bola mata yang cekung dan keruh. Mengacu pada standar mutu ikan segar yang ditetapkan oleh SNI (2729-2006) bahwa kenampakan mata ikan kembung hasil perlakuan lengkuas dengan konsentrasi 15% masih memenuhi syarat nilai organoleptik yakni 7 sedangkan mata ikan untuk perlakuan 0%, 5% dan 10% belum memenuhi persyaratan SNI yakni bola mata yang agak cekung, kornea keruh, pupil berwarna abu-abu. Perlakuan konsentrasi lengkuas merah berpengaruh nyata terhadap nilai hedonik mata ikan kembung segar. Hasil uji lanjut Least Significant Different (LSD) atau Beda Nyata Terkecil (BNT) menunjukan bahwa perlakuan 0% berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 10% dan perlakuan 15%. Perlakuan konsentrasi 5% dan 10% berbeda nyata dengan perlakuan 15%, sedangkan perlakuan konsentrasi 5% tidak berbeda dengan perlakuan 0% dan perlakuan 10%. Perbedaan pengaruh lengkuas merah konsentrasi berbeda terhadap tingkat kesukaan mata ikan kembung segar menunjukan adanya pengaruh nilai mutu hedonik mata ikan kembung. Mutu hedonik menunjukan bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi larutan lengkuas merah berpengaruh nyata terhadap mutu hedonik kenampakan mata ikan kembung. Hasil uji lanjut LSD mutu hedonik mata menunjukkan bahwa perlakuan 0% berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 10% dan perlakuan 15%. Perlakuan konsentrasi 5% dan 10% berbeda nyata dengan perlakuan 15%, sedangkan perlakuan konsentrasi 5% tidak berbeda dengan perlakuan 0% dan perlakuan 10%. Perbedaan nilai hedonik dan mutu hedonik pada penampakan mata disebabkan karena perbedaan jumlah konsentrasi zat-zat terutama senyawa fenol pada larutan lengkuas yang digunakan sehingga memberikan pengaruh yang berbeda. Berdasarkan Jawetz etal. (1996) dalam Florensia etal. (2012), mengemukakan bahwa permeabilitas membran sel mata terganggu akibat adanya senyawa fenolsehingga larutan ekstrak lengkuas yang berwarna kekuningan dapat masuk ke dalam sel mata akibatnya bentuk bola mata ikan sedikit lebih padat. Semakin tinggi konsentrasi lengkuas maka pengaruh senyawa fenol akan semakin meningkat. Parameter daging ikan kembung (Rastrelliger sp.) segar Nilai organoleptik daging ikan kembung segar hasil perlakuan. Nilai hedonik terendah terdapat pada perlakuan 0% yakni 6.52 dan nilai hedonik tertinggi terdapat pada perlakuan 15% yakni 7.12 namun berdasarkan uji Kruskal-wallismenunjukan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai hedonik daging ikan kembung sehingga penilaian hedonik dianggap sama dan masuk dalam kategori agak suka (6). 6

Hasil uji Kruskal-wallismenunjukan bahwa perlakuan konsentrasi lengkuas merah berpengaruh nyata terhadap nilai mutu hedonik daging ikan kembung. Hasil uji LSD pada untuk mutu hedonik menunjukan bahwa perlakuan 0% berbeda nyata dengan perlakuan 5%, Perlakuan 10% dan perlakuan 15%. Perlakuan 5% dan perlakuan 10% berbeda nyata dengan perlakuan 15%, sedangkan perlakuan 5% tidak berbeda nyata dengan perlakuan 10%. Berdasarkan data statistikpenilaian mutu hedonik pada hasil perlakuan 0% yaitu 6 dengan ciri-ciri daging kurang cerah, dan jaringan sangat lemah, mulai terjadi pemerahan di sepanjang tulang belakang, dan dinding perut mulai lembek. Pada perlakuan 5% dan 10% memperlihatkan ciri-ciri mutu daging ikan yang bernilai mutu 7 yakni sayatan daging kurang cerah, jaringan daging kuat, tidak ada pemerahan tulang belakang, dinding perut ikan utuh, dan perlakuan 15% telah berbeda dengan perlakuan 5% dan 10% sehingga nilai mutu dianggap menjadi nilai 8, dengan ciri-ciri yaitu jaringan daging masih kuat dan sayatan daging cerah. Senyawa fenolik dalam lengkuas berperan juga sebagai senyawa antioksidan sehingga dengan penambahan konsentrasi lengkuas merah, maka akan menghambat oksidasi daging, hal ini dapat dilihat pada perbedaan antara penampakan daging ikan kembung hasil perlakuan 0% dan 5% serta pada daging ikan kembung segar hasil perlakuan 15% yang memiliki warna sedikit lebih cerah bahkan memucat akibat dari perubahan komposisis kimiawi daging ikan. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2010), kenampakan daging, terutama pada warna sayatan dipengaruhi oleh reaksi oksidasi antara oksigen dengan komponen lemak pada ikan kusam. Daging ikan hampir seluruhnya terdiri dari daging bergaris melintang yang dibentuk oleh serabut-serabut daging. Atribut sensorik daging berkaitan pula dengan dinding perut ikan, pada perlakuan 0% dinding perut ikan sudah mulai lembek dibandingkan dengan perlakuan lengkuas 5% dan 15%. Pemerahan di sepanjang tulang belakang, pemerahan pada tulang belakang yang lebih tampak pada perlakuan 0% karena rusaknya jaringan dindingdinding sel dari pembuluh darah maupun daging ikan telah rusak akibat aktivitas mikroba. Bagian perut merupakan salah satu tempat mikroba banyak bertumbuh selain pada insang dan kulit (Junianto 2003), sehinggaketika ditambahkan lengkuas maka aktivitas-aktivitas mikroba pada perut ikan dapat dilhambat. Berdasarkan uji mikrobiologis yang dilakukan, terjadi penurunan nilai log TPC mikroba ikan Kembung (Gambar 10 ). Uji Mikrobiologis Total Plate Count (TPC) ikan Kembung (Rastrelliger sp.) segar Untuk mengetahui efektifitas lengkuas sebagai antibakteri, maka dapat diukur melalui hasil pengujian TPC ikan kembung titik Nilai TPC mikroba hasil perlakuan dapat ditunjukkan pada Gambar 10. 7

Nilai Log (CFU/gr) 6 4 2 Histogram Log TPC ab 4.06 a 4.4 bc 3.57 c 3.4 0 0% 5% 10% 15% Konsentrasi larutan Lengkuas Gambar 3. Histogram nilai TPC ikan Kembung (Rastrelliger sp.) (Ket: huruf yang berbeda pada series menunjukan pengaruh perlakuan yang berbeda ) Berdasarkan histogram pada Gambar 10, terjadi penurunan jumlah mikroba pada setiap penambahan konsentrasi larutan lengkuas merah. Hasil pengujian diperoleh bahwa nilai log TPC tertinggi pada sampel dengan konsentrasi larutan lengkuas merah 0 % yaitu sebanyak 4,40 CFU/gr, sedangkan terendah pada konsentrasi larutan lengkuas merah 15% sebanyak 3,4 CFU/gr. Semakin banyak jumlah konsentrasi larutan lengkuas merah yang digunakan semakin rendah jumlah mikroba pada ikan kembung (Rastreliger sp.) segar. Sesuai dengan penelitian Suryawati dkk (2011) dan Florensia et. al. (2012), yang melaporkan bahwa terjadi penurunan jumlah TPC pada ikan seiring dengan bertambahnya konsentrasi lengkuas yang diberikan. Batas maksimal nilai TPC pada ikan segar oleh badan standarisasi nasional adalah maksimal 5 x 10 5 koloni /g (nilai log maksimal 5,7 CFU/g). Secara keseluruhan hasil pengujian nilai TPC pada semua konsentrasi perlakuan masih memenuhi syarat SNI karena nilai TPC masing-masing masih dibawah batas maksimal TPC (BSN 2006). Untuk perlakuan 15% pertumbuhan bakteri telah dihambat oleh senyawa aktif seperti senyawa fenolik sehingga memperlambat kemunduran mutu organoleptik dan mikrobiologis. Hasil analisis sidik ragam (ANSIRA) pada, diperoleh hasil bahwa penggunaan konsentrasi larutan lengkuas merah yang berbeda berpengaruh nyata terhadap jumlah bakteri. Hal ini membuktikan kefektifan lengkuas sebagai pengawet alami. Penggunaan larutan lengkuas merah memberikan pengaruh yang signifikan dalam mencegah penurunan mutu ikan segar. Hasil uji BNT menunjukan bahwaperlakuan 0% berbeda nyata perlakuan 10% dan berbeda sangat nyata dengan perlakuan 15%. Perlakuan 5% berbeda nyata dengan perlakuan 15%. Perlakuan 0% dan 5% tidak berbeda nyata. Konsentrasi lengkuas yang menunjukan perbedaan dalam menurunkan jumlah TPC yakni pada 10% dan 15%, sebab konsentrasi 5% diduga masih sedikit mengandung jumlah zat aktif antimikroba dibandingkan dengan pada konsentrasi 10% dan 15%. 8

Semakin rendah jumlah bakteri pada setiap konsentrasi larutan lengkuas diduga karena pada lengkuas mempunyai senyawa-senyawa seperti fenol, flavanoid terpenoid dan minyak atsiri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Penambahan konsentrasi senyawa antimikroba diduga dapat meningkatkan penetrasi senyawa antimikroba ke bagian dalam sel mikroba yang akan merusak sistem metabolisme sel dan dapat mengakibatkan kematian sel. Pertumbuhan bakteri, kapang, dan kamir sebagian besar akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi antimikroba. Mekanisme daya hambat antimikroba untuk senyawa atsiri (fenolik dan alkaloid) menurut Frazier dan Westhoff, (1988) dalam Mawaddah (2008), gangguan terhadap metabolisme oleh antimikroba dapat berwujud penghambatan aktivitas enzim dan antimetabolit. Antimetabolit merupakan senyawa analog yang akan bersaing dengan substrat terhadap permukaan enzim. Aktivitas antimikroba terhadap sel bisa berupa penghambatan sintesis asam nukleat atau bisa berupa perusakan molekul protein dan asam nukleat. Penghambatan sintesa asam nukleat dapat menyebabkan terhambatnya sintesis protein yang berakibat pertumbuhan sel terhambat atau kematian sel. Sedangkan kerusakan molekul protein dan asam nukleat dapat menyebabkan kerusakan berat pada sel mikroba. KESIMPULAN Berdasarkanhasilpenelitian pada ikan kembung(rastrelliger sp.) segar yang menggunakan larutan lengkuas dengan konsentrasi 5%, 10%, dan 15% sebagai pengawet pada ikan kembung dapat disimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi lengkuas yang berbeda berpengaruh nyata terhadap nilai hedonik mata dan tekstur ikan kembung, namun tidak berpengaruh nyata pada nilai hedonik insang, lendir, bau dan daging. Perlakuan konsentrasi lengkuas merah berpengaruh nyata pada nilai mutu hedonik mata, lendir, daging, bau dan tekstur ikan kembung namun tidak berpengaruh nyata pada nilai mutu hedonik insang. Nilai organoleptik hedonik pada perlakuan 15% memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 2729-2006 untuk semua parameter yakni nilai 7. Perlakuan konsentrasi lengkuas merah yang berbeda berpengaruh nyata pada jumlah Total Plate Count (TPC) ikan kembung segar. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan dapat dilakukan pengujian untuk lama perendaman lebih dari 6 jam dan pengujian Total Volatile Base (TVB). 9

DAFTAR PUSTAKA Afrianto E, dan Liviawaty E. 2010. Penanganan Ikan Segar. Widya Padjadjaran. Bandung.. 2006b. Standar Nasional Indonesia 2729-2006. Ikan segar-spesifiksi. Jakarta. Florensia, Dewi, Utami. 2012. Pengaruh Ekstrak Lengkuas Pada Perendaman Ikan bandeng terhadap Mutu mirkobiologi. Unnes Journal of Life Science I (2) :113-118 Murniyati, A.S, Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan.Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Parwata, O. A. 2008. Isolasi dan Uji Aktifitas Antibakteri Minyak Atsiri dari Rimpang Lengkuas (Alpina galangal). Jurnal KimiaII(2):100-104. Rusmarilin, H. 2003. Aktivitas Anti-Kanker Ekstrak Rimpang lengkuas Lokal(Alpinia galanga (L). Sw) Pada Alur Sel Kanker Manusia Serta Mencit yang Ditransplantasi dengan Sel Tumor Primer. [Disertasi].Program Pasca Sarjana ITP. IPB. Bogor. Setyaningsih, D, A. Apriyantono, dan M. P. Sari. 2010. Analisis Sensori Untuk Industry Pangan dan Agro. IPB. Bogor. Widianingrum, Christina, dan Winarti. 2010. Kajian pemanfaatan rempah-rempah sebagai Pengawet alami pada daging. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVIIDukungan Teknologi Untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat Yunizal dan Wibowo, S. 1998. Penanganan Ikan Segar. Instalasi Penelitian Perikanan Laut Slipi. Jakarta. 10