KESEHATAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

PENGANTAR PEKERJAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penderita gangguan jiwa di dunia pada tahun 2001 adalah 450 juta jiwa, menurut

PENDAMPINGAN BAGI ANAK PENYANDANG THALASEMIA DAN KELUARGANYA

Definisi dan Ruang Lingkup Praktek Konseling Rehabilitasi. Oleh Didi Tarsidi <a href=" Pendidikan Indonesia (UPI)</a>

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

KEBERFUNGSIAN SOSIAL (INDIVIDU-KELOMPOK- KOMUNITAS) NELSON ARITONANG STKS BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

KONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

115 Universitas Indonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin

11 MENGURAI KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU MELALUI RELASI SOSIAL YANG DIBANGUNNYA

A MULTIDIMENSIONAL FRAMEWORK FOR ASSESSING SOCIAL FUNCTIONING. Adi Fahrudin, PhD (Associate Professor) Bandung School of Social Welfare

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembuluh darah yang pecah atau terhalang oleh gumpalan darah sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

KONSEP SEHAT SAKIT. Disampaikan Pada Perkuliahan Konsep Dasar Keperawatan II Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM Semester Ganjil 2010/2011

PELAYANAN LANGUSNG DAN PELAYANAN TIDAK LANGSUNG DALAM PEKERJAAN SOSIAL Oleh : Suasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL. Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Trend Dan Issue Dalam Keperawatan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

Pekerjaan Sosial PB :

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

*Fattah Hanurawan *) Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang

MANAJEMEN KASUS DALAM PEKERJAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kompetensi, Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

Culture and Treatment of Abnormal Behavior

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS MATA KULIAH METOPEN PENDIDIKAN

melihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai

KESEHATAN MENTAL. SURYANTO, M.Kes.

Perawat & Program Perawatan di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. PMKS secara umum dan secara khusus menangani PMKS anak antara lain, anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

KESEHATAN MENTAL DALAM PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL Oleh: Meilanny Budiarti Santoso Abstrak Kehidupan manusia bersifat dinamis dan dari kedinamisan tersebut dapat dipastikan menimbulkan berbagai masalah dan bahkan juga solusi bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik bagi diri perorangan ataupun bagi masyarakat sebagai satuan kumpulan individu. Sebagai makhluk yang memiliki aspek bio-psiko-sosio-spiritual dalam dirinya, manusia merupakan makhluk yang mengusung nilai, sehingga tidak dapat mengenyampingkan nilai-nilai sebagai pegangan dan pedoman dalam kehidupannya. Kedinamisan hidup dan keberadaan nilai-nilai saling mempengaruhi satu sama lain dalam diri manusia, sayangnya yang terjadi adalah dengan semakin dinamisnya kehidupan manusia, justru semakin rendah pemahaman manusia terhadap nilai dan semakin pudarnya nilai-nilai yang dianut dan dimiliki oleh manusia, sehingga menjadi pemicu munculnya berbagai macam masalah kesehatan mental di masyarakat. Kata kunci: kesehatan mental, pekerjaan sosial, keberfungsian sosial Pendahuluan Isu kesehatan dan kesejahteraan menjadi salah satu tujuan yang ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015 2030 yang secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000 2015. SDGs menentapkan 17 (tujuh belas) tujuan yang telah disepakati bersama oleh 193 negara. Tentunya ketujuh belas tujuan dalam SDGs tersebut menjadi agenda bagi masing-masing Negara untuk merealisasikannya dan mengupayakan ketercapaiannya, sehingga akan terwujud dalam berbagai program pembangunan dan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah bagi setiap warga Negara nya, termasuk di Indonesia pun demikian. Sayangnya, isu kesehatan sering kali menunjuk pada berbagai aspek kesehatan secara fisik dan melupakan aspek kesehatan mental. Padahal jika direnungkan lebih dalam, berbagai tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh manusia adalah buah dari dorongan pikiran dan sikap mental yang dimilikinya, sehingga kualitas kesehatan mental menjadi kunci bagi seseorang untuk dapat berfungsi secara sosial di dalam masyarakat. Berbicara mengenai kesehatan mental, WHO menetapkan faktor-faktor yang menjadi determinan kesehatan mental, yaitu: kemiskinan, gender, usia, konflik, bencana, 148

penyakit berat, keluarga dan lingkungan sosial (WHO, 2001). Berbagai faktor determinan tersebut dipandang akan menimbulkan gangguan kejiwaan dan bahkan dapat menimbulkan penyakit kejiwaan bagi mereka yang berada didalamnya. Dengan demikian, kesehatan mental tidak bisa dilepaskan dengan aspek-aspek kehidupan lainnya dalam diri manusia, termasuk berbagai sarana dan prasarana pendukung kehidupan manusia di dalam kehidupan bermasyarakat. Namun sayangnya Indonesia tidak mempunyai kebijakan khusus terkait penanganan kesehatan mental. Padahal apabila kita perhatikan, kebutuhan akan perlindungan dan pelayanan publik yang mendorong terciptanya kesehatan mental bagi warga Negara Indonesia sangat diperlukan. Dewasa ini banyak orang tidak mampu mengendalikan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman, cenderung terbawa dampak negatif dari arus globalisasi, budaya materialis yang membuat manusia tidak pernah merasa cukup. Berbagai situasi tersebut berujung pada gangguan kejiwaan dan bahkan penyakit kejiwaan seperti stress, hidup dalam kecemasan dan ketakutan menjadi situasi yang tidak dapat terelakkan. Apabila situasi ini tidak dapat diatasi, maka setiap orang akan menuju ke arah masyarakat yang sakit. Tinjauan Konseptual Kata 'kesehatan' menyiratkan pencarian untuk kesejahteraan yang akan memungkinkan seseorang untuk mencapai tujuan hidup mereka. Hal ini mencerminkan, NHS Act 1948, yang menolak model 'penyakit' untuk warganya karena pendirinya, Nye Bevan, melihat kesehatan sebagai hal yang positif, termasuk sosial dan psikologis serta kesehatan fisik, sebagai tujuan sosial dan politik (Foot 1978). Apa yang dimaksud dengan 'kesehatan'? The Shorter Oxford Dictionary (Clarendon Press 1987) mendefinisikan sebagai berikut: 1. Tingkat kesehatan tubuh: kondisi di mana fungsi tubuh sebagaimana mestinya hilang (tidak berfungsi). 2. Kondisi umum tubuh, biasanya memenuhi syarat baik ataupun buruk. 3. Penyembuhan, menyembuhkan (1555). 4. Spiritual, moral atau kesehatan mental, keselamatan. 5. Kesejahteraan, keselamatan, pembebasan dari penyakit (1611). 6. Sebuah keinginan untuk kebaikan kehidupan seseorang (1596). Dengan demikian, kita melihat 'kesehatan' sebagai suatu proses, yang menjadi aspek positif maupun aspek negatif, seperti baik atau buruk pada kondisi kesehatan. Berkaitan dengan definisi 'mental', The Shorter Oxford Dictionary mengatakan: 1. Berkaitan dengan pikiran. 2. Dilakukan pada atau dilakukan oleh pikiran (1526) 149

3. Berkaitan dengan fenomena pikiran (1820) 4. Berkaitan dengan, atau ditandai dengan, sebuah pikiran yang teratur. 5. Aritmatika, seni melakukan operasi aritmatika dalam pikiran. 6. Ilmu pengetahuan tentang mental (1860). Secara individual, seseorang dikatakan sehat secara mental apabila terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). Adapun secara lebih luas kesehatan mental diartikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Dengan demikian, seseorang dikatakan sehat secara mental bukan berarti baik dan sehat hanya bagi dirinya sendiri saja melainkan juga tercipta keadaan di mana seseorang dapat menangani stress pada dirinya dan kemudian dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap lingkungan sekitarnya dan dapat juga bekerja secara produktif. M. Jahoda, seorang pelopor gerakan kesehatan mental, memberi definisi kesehatan mental sebagai berikut: kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang berkaitan dengan penyesuaian diri yang aktif dalam menghadapi dan mengatasi masalah dengan mempertahankan stabilitas diri, juga ketika berhadapan dengan kondisi baru, serta memiliki penilaian nyata baik tentang kehidupan maupun keadaan diri sendiri. Definisi ini mengandung istilah-istilah yang pengertiannya perlu dipahami secara jelas yaitu penyesuaian diri yang aktif, stabilitas diri, penilaian nyata dan objektif tentang kehidupan dan keadaan diri sendiri. Semua istilah tersebut dapat terwujud apabila tercipta keseimbangan diri dalam memandang keberadaan diri dan juga lingkungan sosial di sekitarnya. Kesehatan mental seseorang sangat erat kaitannya dengan tuntutan-tuntutan masyarakat tempat seseorang hidup, masalahmasalah hidup yang dialami, peran sosial dan pencapaian-pencapaian sosialnya. Kesehatan mental merupakan bidang praktik Pekerjaan Sosial, bahkan apabila kita coba perbandingkan, di Amerika Serikat, untuk setiap bidang pengkhususan dalam sistem kesehatan seperti pelayanan ruang gawat darurat, oncology, pediatrik, perawatan umum dan bedah, unit perawatan intensif, rehabilitasi, unit program penanggulangan NAPZA, HIV/AIDS, kesehatan umum dan kesehatan mental mempekerjakan pekerja sosial (Ginsberg, 1995). Adapun fokus praktik Pekerjaan Sosial pada berbagai bidang kesehatan tersebut adalah pada fungsionalitas (keberfungsian) sosial klien, seperti yang dikemukakan oleh Harriet Bartlett. Lebih lanjut Bartlett menyatakan bahwa fokus profesi Pekerjaan Sosial adalah hubungan di antara aktivitas orang untuk menghadapi tuntutan-tuntutan dari lingkungan; dengan tuntutan-tuntutan dari lingkungan itu sendiri (Bartlett, Harriet M., 150

The Common Base of Social Work Practice, Social Work, April). Konsep yang dikemukakan oleh Harriet Bartlett menyatakan bahwa fungsionalitas sosial tidak diartikan sebagai fungsionalitas individu-individu ataupun kelompok-kelompok, namun perhatian ditujukan terutama terhadap apa yang terjadi di antara orang dengan lingkungan, melalui hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya. Fokus ganda ini mengikat keduanya menjadi satu. Dengan demikian, orang dengan situasi, orang dengan lingkungan; dicakup dalam suatu konsep tunggal, yang berarti bahwa keduanya harus selalu dipandang secara bersamaan sehingga pekerja sosial pun dalam praktiknya memandang isu kesehatan mental sebagai upaya memahami manusia dalam lingkungan sosialnya (person in environtment). Untuk mengembalikan keberfungsian sosial inilah, intervensi pekerjaan sosial memiliki ke khasannya. Jika intervensi psikolog lebih berfokus pada masalah kejiwaan atau profesi medis menitikberatkan pada aspek kesehatan fisik, maka pekerjaan sosial berfokus pada aspek biopsikososial spiritual. Artinya intervensi pekerjaan sosial akan dilandasi kerangka pemikiran yang menempatkan kompleksitas masalah klien dalam hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Sistem manusia-dalamlingkungan atau yang lebih dikenal sebagai person in environment (PIE) ini menjadi suatu metode untuk menjelaskan, mengklasifikasikan dan mengkoding masalah umum yang akan dilayani pekerjaan sosial (James M Karls, 2008). Hal tersebut sejalan dengan paradigma yang diusung oleh profesi pekerjaan sosial dalam setting kesehatan mental yaitu interactional approach yang memandang pentingnya relasi antar manusia dalam upaya penyembuhan klien yang mengalami gangguan kesehatan mental. Interactional approach memandang bahwa gangguan kesehatan mental dapat diakibatkan dari kecemasan ataupun depresi akibat dari relasi sosial yang tidak baik, akibat tata ruang perkotaan yang kurang kondusif sehingga mengakibatkan stres ataupun gangguan kesehatan mental yang disebabkan karena klien tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan coping strategy terhadap keadaan yang sedang dihadapinya, sehingga pendekatan yang bisa dilakukan oleh pekerja sosial dalam berbagai situasi tersebut adalah dengan melakukan terapi terhadap klien ataupun dengan cara memodifikasi lingkungan sosial klien. Paradigma lain diusung oleh profesi yang mengkhususkan diri berkecimpung dalam bidang kesehatan seperti kedokteran, psikiater, dan bahkan psikolog adalah medical approach yang meyakini bahwa mereka yang mengalami permasalahan/gangguan kesehatan mental adalah orang yang sakit dan harus diobati. 151

Dalam praktiknya, perlu disadari oleh pekerja sosial bahwa pelayanan kesehatan seharusnya merupakan pelayanan yang holistik dan komprehensif saat diberikan kepada klien. Upaya mengatasi permasalahan kesehatan merupakan sistem yang kompleks, sehingga harus diupayakan dan diatasi pula secara holistik, komprehensif dan interdisipliner dalam melakukan diagnosis penyakit, assessment sistem sumber, mengupayakan proses penyembuhan, rehabilitasi, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit bagi setiap orang yang menyandang status sebagai klien. Oleh karena itu, penanganan permasalahan kesehatan harus dilakukan secara tim, yang dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Keterlibatan Berbagai Profesional di Bidang Ahli Gizi Pekerja Sosial Perawat Kesehatan Dokter KESEHATAN Ahli Hukum Sumber: Fahrudin, 2009 Psikiater Psikolog Dalam kerja tim tersebut, pekerja sosial dapat berperan sebagai case manager di tengah-tengah praktik kolaborasi dengan profesi lainnya. Lauber: 1992 dan More: 1990 dalam Comton: 1999 menyatakan bahwa: salah satu fungsi dari pekerjaan sosial adalah koordinasi dukungan sosial formal. Begitu juga Robert L. Balker (1982: 20) mengungkapkan bahwa: Case management is a procedure to coordinate all the helping activities on be help of client or group of clients (kegiatan dalam manajemen kasus merupakan kegiatan yang memiliki prosedur untuk mengkoordinasi seluruh aktivitas pertolongan yang diberikan kepada klien secara perorangan maupun kelompok). American Hospital Association mengartikan manajemen kasus sebagai proses merencanakan, mengorganisasikan, mengkoordinasikan dan memonitor pelayananpelayanan dan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk merespon kebutuhankebutuhan individu terhadap kesehatan dan pelayanan sosial (American Hospital Association, 1987:2) Manajemen kasus diartikan juga sebagai upaya membantu klien untuk mengakses sumber-sumber, yaitu dengan mengantur sumber-sumber dari masyarakat (Rose, 1992 dalam Champton, 2005). Adapun tujuannya adalah untuk dapat mengakses dan mengkoordinasikan pelayanan, sehingga klien yang berada pada kondisi rawan akan mendapatkan pelayanan yang komprehensif secara berkesinambungan. 152

Sesuai dengan fokus pekerjaan sosial yaitu interaksi antara klien dengan masalah lingkungan sosialnya, maka intervensi pekerjaan sosial dalam setting kesehatan mental tidak hanya ditujukan kepada masalah dan pribadi klien saja, tetapi juga pada lingkungan sosial klien, yaitu pada keluarga, tetangga, teman, sekolah, tempat bekerja dan masyarakat serta sistem sumber lainnya. Manusia adalah mahkluk bio-psikososio-spiritual yang unik dan menerapkan sitem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan inilah yang disebut sehat. Dengan kata lain, setiap individu, kelompok dan masyarakat merasa puas dengan dirinya sendiri, puas dengan peranperan dalam kehidupannya dan puas dengan hubungnnya dengan orang lain. Inilah yang disebut dengan keberfungsian sosial. (Thakeray, Faley & Skidmore, 1994). Simpulan Berbagai tuntutan yang berasal dari lingkungan tempat manusia hidup turut mempengaruhi secara timbal balik terhadap apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Hal ini tentunya berkaitan dengan keadaan dunia yang semakin maju, ilmu pengetahuan yang terus berkembang dan teknologi yang semakin canggih dan modern, maka semakin banyak dan kompleks pulalah permasalahan hidup yang dihadapi oleh manusia. Artinya, semakin banyak manusia yang mengalami gangguan kejiwaan ataupun gangguan kesehatan mental akibat ketidakmampuan mereka dalam memegang nilai-nilai sosiobudayanya sendiri yang memang seharusnya dipertahankan sebagai fondasi kehidupan bermasyarakat ataupun karena ketidakmampuan mereka dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. DAFTAR PUSTAKA Barker, Robert. L., 1995, The social work dictionary (3rd ed), Washington DC, NASW Press. -------, 1999, The Social Work Dictionary, 4th edition, Washington DC, NASW Press Champton, W.C., 2005, An Introduction to Positive Psychology, Belmont, California: Thomson Wadsworth Daradjat, Zakiah, 1983, Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung Fahrudin, Adi, 2009, Pekerjaan Sosial Medis Di Rumah Sakit: Tinjauan Konseptual, Jakarta Ginsberg, K.R., 2007, The importance of play in promoting healthy child development and maintaining strong parent-child bonds. Pediatrics Raharjo, S.T. & Budiarti, M., 2016, Kesehatan Mental, Bandung: Unpad Press. WHO, 2010, Mental Health and Development: Targeting People with Mental Health Conditions as a Vulnerable Group, Geneva: WHO Press. Witono, Toton, 2012, Kesehatan Mental dan Pekerjaan Sosial Dalam Pencapaian MDGS Di Indonesia, Yogyakarta. 153