PENGARUH PENAMBAHAN REBUNG BETUNG (Dendrocalamus Asper) TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAN TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN PADA KERUPUK

dokumen-dokumen yang mirip
EVAKUASPENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP CITA RASA COOKIES PISANG OWAK (Musa paradisiaca L)

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

Pengolahan Sagu (Metroxylon) sebagai Bahan Baku Pembuatan Es Krim

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

SUBSTITUSI PARSIAL TEPUNG BERAS DENGAN TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea Batatas L) PADA PEMBUATAN KUE LAPIS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

Metode penelitian Rancangan penelitian (reseach Design) Rancangan Percobaan

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

SEMINAR NASIONAL PEMBUATAN ROTI MANIS DARI TEPUNG UBI JALAR PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kerupuk adalah salah satu produk olahan tradisional yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

Food Science and Culinary Education Journal

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

S E H A T, L E Z A T, & P R A K T I S MENU LENGKAP CITA RASA

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) terhadap

KAJIAN PENGOLAHAN PERMEN RUMPUT LAUT (Glacilaria Sp) DENGAN KONSENTRASI GULA YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN SIFAT SENSORIK KUE BOLU KUKUS

Modifikasi Pemarut pada Mesin Penyuwir Daging Ikan untuk Bahan Baku Abon Ikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan kue tradisional, salah satu jenis kue tradisional di

METODE. Materi. Rancangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK DAN SIFAT KIMIA KERUPUK

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen dibidang Ilmu Teknologi Pangan.

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I LATAR BELAKANG

: Laila Wahyu R NIM :

OLEH: YULFINA HAYATI

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

UBI JALAR. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

e jurnal boga online 3 new 3, yudisium bulan oktober 2014 hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi

PENAMBAHAN BIT (BETA VULGARIS L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN ZAT GIZI KERUPUK MERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di negara berkembang. Asia Tenggara memiliki prevalensi KVA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan makanan semi basah

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI

e-journal boga, Volume 04, Nomor 2, edisi yudisium periode Juni tahun 2015, hal 9-17

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN REBUNG BETUNG (Dendrocalamus Asper) TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DAN TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN PADA KERUPUK NOVA RIZKIYANI, RAHMI KAMAL, YULI HEIRINA HAMID² Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, Indonesia E-mail : nova_rizkiyani@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas pengaruh penambahan rebung betung (DendrocalamusAsper), yang diolah menjadi kerupuk. Rebung betung merupakan jenis sayuran yang sudah dikenal, mempunyai tekstur renyah, manis dan memiliki bau khas rebung betung. Mengandung kalium yang dapat menurunkan tekanan darah, fosfor, kalsium, vitamin A, vitamin C, serat dan protein yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh resep standar, pengaruh penambahan rebung betung terhadap karakteristik organoleptik dan pengaruh penambahan rebung betung terhadap tingkat penerimaan konsumen. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dalam bentuk eksperimen. Data penelitian ini bersumber dari para narasumber dan konsumen. Pengumpulan data dilakukan dengan uji pengamatan dan uji penerimaan. Uji pengamatan dilakukan menggunakan kartu penilaian untuk Sensory Evaluation dan uji penerimaan dilakukan menggunakan kartu penilaian untuk Hedonic Scale. Berdasarkan hasil analisis data, menunjukan bahwa kerupuk rebung betung 150gr (50%) dengan nilai rata-rata 16,52 lebih disukai konsumen dibandingkan kerupuk rebung betung 75gr (25%) dan 225gr (75%). Hal ini dikarenakan kerupuk dengan campuran rebung betung 150gr (50%) memiliki warna krem muda, aroma harum, tekstur renyah dan rasa yang gurih, dengan demikian penambahan rebung betung pada pembuatan kerupuk dapat diterima. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil pengamatan narasumber terhadap karateristik organoleptik pada kerupuk dengan penambahan rebung betung memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji kesukaan panelis konsumen terhadap warna, aroma, testurdan rasa kerupuk dengan penambahan rebung betung 50% memiliki warna yang baik, aroma harum, tekstur sangat renyah dan rasa yang sangat gurih. Diharapkan masyarakat dapat memanfaatkan rebung betung untuk dijadikan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan panganan. Kata Kunci :penambahan rebung betung (dendrocalamus asper), karakteristik organoleptik, penerimaan, konsumen, kerupuk rebung betung PENDAHULUAN Tanaman bambu merupakan nama dari jenis rumput-rumputan berbentuk pohon kayu atau perdu yang melempeng, dengan batang-batang yang biasanya tegak, kadang memanjat, mengayun, bercabang- cabang dan mempunyai siklus hidup 40-60 tahun (Andoko Agung, 1991). Di Indonesia banyak tumbuh di dataran rendah dan pegunungan dengan ketinggian 25

sekitar 300 m dibawah permukaaan laut, di tempat-tempat terbuka yang bebas genangan air. Tanaman bambu memiliki berbagai ragam jenis, salah satunya bambu betung. Bagian bambu yang dapat dimanfaatkan untuk dimakan adalah rebungnya. Rebung bambu adalah salah satu jenis sayuran yang sudah dikenal dan dikonsumsi oleh manusia diberbagai belahan dunia. Rebung bambu mempunyai tekstur yang renyah, manis dan memiliki bau khas rebung bambu. Secara umum di propinsi Aceh, khususnya Kabupaten Bener Meriah rebung betung banyak tumbuh. Rebung betung ini hanya dimanfaatkan sebagai sayuran dan pelengkap dalam salah satu masakan khas daerah di Dataran Tinggi Gayo yakni Pengat Ikan Bandeng dan Pengat Ikan Mujahir sebagai lauk pauk. Dilihat dari komposisi gizi rebung betung mengandung kalium, fosfor, kalsium, vitamin A, vitamin C, serat dan protein yang tinggi. Berdasarkan kandungan gizi yang tinggi pada rebung betung maka sangat potensial dimanfaatkan sebagai kerupuk. Kerupuk sudah dikenal secara luas, memiliki cita rasa yang khas. Kerupuk merupakan makanan yang banyak disukai oleh semua kalangan masyarakat. Berdasarkan komposisi dari nilai gizi, secara umum kerupuk hanya mengandung karbohidrat. Maka sangat cocok ditambahkan rebung betung dalam pembuatan kerupuk. Penambahan rebung betung pada pembuatan kerupuk diharapkan bisa menambah nilai gizi terutama kalium, fosfor, kalsium, vitamin A, vitamin C, serat dan protein. Dari uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penambahan rebung betung terhadap tekstur dan rasa ) pada kerupuk, dan apakah ada pengaruh penambahan rebung betung terhadap tingkat penerimaan konsumen pada kerupuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk Memperoleh resep standar pembuatan kerupuk dengan menggunakan rebung betung (Dendrocalamus Asper), mengetahui pengaruh penambahan rebung betung (Dendrocalamus Asper) terhadap teksturdan rasa) pada kerupuk, dan mengetahui pengaruh penambahan rebung betung (Dendrocalamus Asper) terhadap tingkat penerimaan konsumen pada kerupuk. METODE Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Tepung Tapioka, Rebung Betung (Dendrocalamus Asper), Air, Garam dan Gula Pasir. 26

Alat-alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat takar berupa timbangan yang berfungsi untuk menimbang berat bahan-bahan dalam pembuatan kerupuk. Timbangan yang akan digunakanadalah alat takar berupa timbangan digital, alat pengupas dan memotong rebung, alat merendam berupa baskom sedang dan kecil, parutan, baskom, kukusan, sendok kayu, gelas ukur, plastik es, dan tampah. Penelitian ini menggunakan metode ekperimen, untuk mengetahui standarisasi resep, uji organoleptik, dan ujipenerimaan konsumen di Laboratoriumendidikan Tata Boga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala. Desain percobaan dapat dilihat pada tabel. Keterangan: Kr22 : Kerupuk dengan penambahan rebung betung 75 gr Kr92 : Kerupuk dengan penambahan rebung betung 150 gr Kr27 : kerupuk dengan penambahan rebung betung 225 gr Kr22 : Kerupuk dengan penambahan rebung betung 25 % Kr92 : Kerupuk dengan penambahan rebung betung 50 % Kr27 : kerupuk dengan penambahan rebung betung 75 % No Tabel 1. Desain Percobaan Dalam Ukuran Gram (Gr) dan Persen (%). Bahan Kr22 (gr) Perlakuan Kr92 (gr) Kr27 (gr) Kr22 (%) Perlakuan Kr92 (%) Kr27 (%) 1 Tepung Tapioka 300 300 300 100 100 100 2 Rebung Betung 75 150 225 25 50 75 3 Air 200 200 200 66,7 66,7 66,7 4 Garam 8 8 8 2,7 2,7 2,7 5 Gula 8 8 8 2,7 2,7 2,7 (Sumber : Data Primer, 2015) 27

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Vol: 1 No: 1. Juli 2016 Hal: 25-31 Skema I : Rancangan pembuatan kerupuk rebung betung Persiapan alat dan bahan Masukkan an tepung tapioka, rebung betung yang sudah diparut, gula pasir, garam dan air kedalam baskom yang sudah disediakan. Kemudian aduk sampai merata. Siapkan plastik es yang sudah diolesi minyak Masukkan adonan kedalam plastik Rebus ± 1 jam, angkat Diamkan selama satu malam, potong Jemur ± 8 jam, angkat simpan dalam wadah tertutup Sumber: Data Primer yang diolah 2015 penerimaan nerimaan mencakup data tentang warna, Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data rasa, tekstur, dan aroma yang di analisis Langkah langkah yang ditempuh dengan menggunakan analisis untuk menganalisis data dalam penelitian (anava). ini adalah dari hasil uji pengamatan di HASIL DAN PEMBAHASAN analisis dengan cara menentukan nilai ratarata Berdasarkan rata (mean) dari total nilai yang diperoleh dari narasumber, dan data dari Laboratorium uji 28 varian hasil uji pada Pendidikan Tata Boga

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSYIAH Banda Aceh terhadap kerupuk rebung betung yang terlihat dalam tabel berikut: Tabel 2. Hasil uji pengamatan kerupuk rebung betung Aspek Perlakuan No yang dinilai Kr22 Kr92 Kr27 1. Warna 23.6 24.6 24 2. Aroma 23.5 25 24 3. Tekstur 23.8 24.8 24 4. Rasa 23.7 24.7 23.8 Total Nilai 94.7 98.2 95.8 Nilai Rata-rata 23.67 24.55 23.95 (Sumber : Pengamatan Panelis Terlatih Banda Aceh) Data dari hasil uji pengamatan tersebut, kerupuk dengan penambahan rebung betung (Kr22) 25 % (75gr) memiliki warna krem muda, aroma netral, tekstur renyah dan rasa netral. Kerupuk dengan penambahan rebung betung (Kr92) 50 % (150gr) memiliki warna krem, aroma harum, tekstur renyah dan rasa gurih. Kerupuk dengan penambahan rebung betung (Kr27) 75% (225gr) memiliki warna krem muda, aroma netral, tekstur renyah dan rasa netral. Tabel 3. Hasil uji penerimaan konsumen No Aspek Perlakuan yang Kr22 Kr92 Kr27 dinilai 1. Warna 3,68 4,24 3,68 2. Aroma 3,6 4 3,6 3. Tekstur 3,36 4,12 3,36 4. Rasa 3,32 4,16 3,56 Total Nilai 13,96 16,7 14,2 Nilai Ratarata 3,49 4,17 3,55 Tabel 3 uji pengamatan konsumen tersebut, panelis konsumen lebih menyukai kerupuk dengan penambahan rebung betung (Kr92) 50% (150gr) dibandingkan dengan penambahan rebung betung (Kr22) 25 % (75gr) dan (Kr27) 75% (225gr). Penambahan rebung betung (Kr92) 50% (150gr) memiliki warna yang baik, aroma harum, tekstur sangat renyah dan rasa sangat gurih. Sehingga dapat diartikan bahwa kerupuk dengan penambahan rebung betung (Kr22) 25% (75gr) dan (Kr27) 75% (225gr) belum dapat diterima. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa, pengamatan narasumber terhadap tekstur dan rasa) pada kerupuk dengan penambahan rebung betung memberikan pengaruh yang nyata, dimana pada penambahan rebung betung 75gr (25%) warna kerupuk rebung betung krem muda, aroma netral, tekstur renyah dan rasa netral. 150gr (50%) warna kerupuk rebung betung krem, aroma harum, tekstur sangat renyah, rasa sangat gurih. Sedangkan pada penambahan 225gr (75%) warna kerupuk rebung betung krem muda, aroma netral, tekstur renyah dan rasa netral. Hasil dari uji kesukaan panelis konsumen terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa kerupuk dengan penambahan rebung menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai kerupuk dengan penambahan rebung betung 50% (150gr) 29

dibandingkan dengan penambahan rebung betung 25% (75gr) dan 75% (225gr). Penambahan rebung betung 150gr (50%) memiliki warna yang baik, aroma harum, tekstur sangat renyah dan rasa yang sangat gurih. Dapat diartikan bahwa kerupuk dengan penambahan rebung betung 75gr (25%) dan 225 (75%) belum dapat diterima. Hasil hipotesis menunjukan bahwa penambahan rebung betung mempengaruhi tekstur dan rasa), dan daya terima konsumen pada kerupuk rebung betung. Saran. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk melihat bagaimana mutu organoleptik dan daya terima konsumen terhadap pembuatan panganan lain, memiliki nilai gizi juga sebagai penambahan pendapatan keluarga. DAFTAR KEPUSTAKAAN Andoko Agung, 1991. Budidaya Bambu Rebung. Yogyakarta : Cempaka Azizah T N. 2009. Kajian Pengaruh Substitusi Parsial Tepung Terigu dengan Tepung Daging Sapi dalam Pembuatan Krekerter hadap Kerenyahan dan Sifat Sensori Kreker Selama Penyimpanan [skripsi]. Departemen Tekhnologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, IPB, Bogor. FazriZul EM dan Ratu Aprilia Senja. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Aneka Ilmu. He dan MacGregor, 2001; WHO/FAO Expert Consultation, 2003 Hidayat, N dan Suhartini, S. 2006. Membuat Aneka Kerupuk. Surabaya: Trubus Agrisarana. http://alamendah.org/2011/01/28/jenisjenis-bambu-di-indonesia.html (diakses 26 september 2013). http://alamendah.org/2011/01/28/jenisjenis-bambu-di-indonesia.html (diakses 20 april 2014). http://kbbi.web.id/tambah.htmldiaksestang gal 13 November 2014, Banda Aceh) http://www.bambooweb.info.html (diakses 26 september 2013). Koffi, N. et.al., 2009. Hypotensive Effect of Aqueous Extract of Bambusa Vulgaris Sheets on the Arterial Pressure of Rabbits. American Journal of Scientific Research ISSN 1450-223X Issue 2 (2009), pp.60-72. Muhklisah, Fauziah dan Sapta Hening. 2009. Sayuran dan bumbu dapur berkhasiat obat. Cimanggis: Penebar Swadaya. Ridwan dan H. Sunarto. 2009. Pengantar Statistika. Bandung: ALFABETA Ruhiyat M. 1998. Perbanyakan Bambu Betung (Dendrocalamus asper (scultes f.) Backer ex Heyne) dengan menggunakan Mata Tunas Buku secara Invitro[tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Salahudin. 2004. Kajian Fermentasi Cangkuk dari Daging Sapi dan Rebung Bambu Betung 30

(Dendrocalamus asper)[tesis]. Bogor. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Sastrapradja, S. E.A Widjaja, S. Prawirahatmojo dan S. Soenarko. 1997. Beberapa Jenis Bambu. Bogor: Lembaga Biologi Nasional- LIPI. Sekyere, D, 1994. Potential of bamboo (Bambusa vulgaris) as a source of raw material for pulp and paper in Ghana. Ghana Journal of Forestry 1:49-56. Suharsimi, Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Suprapti Lies. 2005. Kerupuk Udang Sidoharjo. Yogyakarta: Kanisius. Suprapti, M. Lies. 2005. Kerupuk Udang Sidoardjo. Yogyakarta: Kanisius. Universitas Syiah Kuala. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: FKIP Unsyiah. Universitas Syiah Kuala. 2016. Pedoman Penulisan Skripsi. Banda Aceh: FKIP Unsyiah. Widjaja, E.A., I.P. Astuti, I.B.K. Arinasa, I.W. Sumatera. 2005. Identifikasi Bambu di Bali. Cibinong: Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 31