KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Pengaruh Luas Ventilasi terhadap Kejadian TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo Tahun 2013 BAB I NASKAH PUBLIKASI

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO KABUPATEN WONOGIRI PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TB PARU (di Wilayah Kerja Puskesmas Legokjawa Kecamatan Cimerak Kabupaten Ciamis)

HUBUNGAN ANTARA KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

Diponegoro, Semarang. Diponegoro, Semarang. Abstract

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS SIMPANG KIRI KOTA SUBULUSSALAM TAHUN 2012

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

STUDI KOMPARASI BEBERAPA FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI DAERAH PANTAI DAN DAERAH PEGUNUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS 23 ILIR PALEMBANG TAHUN 2014

Pengaruh Faktor Sanitasi Rumah dan Sosial Ekonomi Terhadap Kejadian Penyakit TB Paru BTA Positif Di Kecamatan Genteng Kota Surabaya

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No 2. Juni 2014

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

Jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

HUBUNGAN KONDISI RUMAH SEHAT DENGAN FREKUENSI SESAK PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan jenis penelitian case control

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN TAHUN 2015 ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

HUBUNGAN PERILAKU DAN KONDISI LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI KOTA BIMA PROVINSI NTB

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

SITI RAHMA FAUZIAH 1) ANDIK SETIYONO 2) SRI MAYWATI 3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

tujuan mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai derajat kesehatan tersebut dipengaruhi oleh

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS I DAN II KECAMATAN PONTIANAK BARAT

KARAKTERISTIK KONDISI RUMAH PENDERITA KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TURIKALE DAN MANDAI KABUPATEN MAROS

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIBAGOR KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING Lindy Agraini Patiro*, Wulan P.J Kaunang*, Nancy S.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN TB PARU DI RW 09 KELURAHAN JEMBATAN BESI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA USIA KERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

KEPADATAN HUNIAN, VENTILASI DAN PENCAHAYAAN TERHADAP KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINANGA KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

NURMALA SYARI LUBIS NIM

Hubungan Antara Pencahayaan Rumah, Kepadatan Penghuni dan Kelembaban, dan Risiko Terjadinya Infeksi Tb Anak SD di Kabupaten Jember

HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TB) DI KECAMATAN KUTA

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

Hubungan antara Kondisi Lingkungan Rumah dengan Masalah Kesehatan Respirasi di Pemukiman Kumuh Jakarta

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PENGARUH SANITASI RUMAH TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS MENGWI I TAHUN 2013

Mahasiswa Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Jenderal Soedirman, 2

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1 / April Andreas Christian Ayomi, Onny Setiani, Tri Joko

Analisis Spasial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau Dari Faktor Lingkungan Dalam dan Luar Rumah di Kabupaten Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

ABSTRAK. Hera.T.S. Batti *, dr. Budi. T Ratag, MPH *, Prof. dr. Jootje. M.L. Umboh, MS*

SKRIPSI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN KONDISI RUMAH DENGAN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS KUNTI KABUPATEN PONOROGO

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

KEPADATAN HUNIAN RUMAH PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH PUSKESMAS KENDIT KABUPATEN SITUBONDO RITA WIDIYANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DIWILAYAH PUSKESMAS YOSOMULYO KOTA METRO TAHUN 2014 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

Transkripsi:

KARAKTERISTIK LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN TB PARU Borneo Yuda Pratama 1, Lia Yulia Budiarti 2, Dhian Ririn Lestari 3 1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 2 Bagian Mikrobiologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat 3 Bagian Keperawatan Kesehatan Jiwa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Karakteristik lingkungan fisik rumah merupakan faktor resiko tuberculosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor karakteristik lingkungan rumah dengan kejadian tuberkulosis paru di kecamatan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kasus kontrol. Variabel yang diteliti adalah suhu, kelembaban, ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian rumah, jenis lantai rumah, jenis dinding rumah. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi square menunjukkan kejadian tuberculosis mempunyai hubungan yang bermakna dengan suhu (p = 0,004), luas ventilasi (p = 0,005), dan pencahayaan (p = 0,012). Kejadian tuberculosis tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kelembaban (p = 0,573), kepadatan hunian (p = 0,095), jenis lantai (p = 0,129), dan jenis dinding (p = 197). Kata kunci : karakteristik lingkungan fisik rumah, tuberculosis ABSTRACT Tuberculosis (TB) was an infectious disease caused by bacteria Mycobacterium tuberculosis. Characteristics of the physical environment is a risk factor for pulmonary tuberculosis. The study aimed to determine the relationship of these environmental characteristics factors with the incidence of pulmonary tuberculosis in public health center. Methode of research was adescriptive correlationalcase-control design. Variables studied were temperature, humidity, ventilation, lighting, home dwelling density, types of floors, and the type of wall. Statistic result was analyzed by using chi square test showed significant relationship between the incidence of tuberculosis with temperature (p = 0.004), extensive ventilation (p = 0.005), and lighting (p = 0.012). There was no significant relationship between the incidence of tuberculosis with humidity (p = 0.573), residential density (p = 0.095), floor type (p = 0.129), and the type of wall (p = 0.197). Keyword: physical characteristics of home environment, pulmonary tuberculosis 16

PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat mengenai organ tubuh lain. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk di dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis. Diperkirakan 95 % kejadian kasus TB dan 98 % kematian akibat TB di dunia tejadi di negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian akibat kehamilan, persalinan, dan nifas (1). Sebanyak 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun), dan diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%(1). Wilayah Kalimantan Selatan angka kejadian TB paru ditemukan pasien positif TB paru pada tahun 2006 sebanyak 3,203 % kasus, dan angka kesembuhan penderita TB paru sebanyak 47, 30 % dari kasus (4). Studi pendahuluan yang telah dilakukan didapatkan data Kota Madya Banjarbaru pada tahun 2010 menunjukkan angka penemuan BTA+ sebanyak 70 %, dengan angka konversi sebanyak 80 %, dan angka kesembuhan kejadian TB paru sebanyak 85 %. Jadi dari total jumlah penduduk kota Banjarbaru yang berjumlah 179.093 jiwa diperkirakan suspek sebanyak 3.761 jiwa dan yang teridentifikasi BTA+ sebanyak 639 jiwa (4). Untuk setiap kecamatan, angka penemuan kejadian TB paru bervariasi. Di kelurahan Landasan Ulin angka penemuan kejadian TB paru paling besar yaitu sebanyak 81,8 %. Sedangkan untuk kecamatan Cempaka 66,7 %, 55,6 % di kecamatan Banjarbaru Utara, 54,5 % di kecamatan Sungai Besar, 44,5 % di kecamatan, 30,9 % di kecamatan Lianganggang, 29,5 % di kecamatan Banjarbaru, dan 20 % di kecamatan Sungai Ulin (4). Faktor resiko seseorang dapat terinfeksi TB paru terbagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam individu tersebut seperti : daya tahan tubuh yang rendah, nutrisi yang tidak adekuat, dan infeksi HIV/AIDS. Sedangkan faktor lain yang dapat menimbulkan kejadian TB paru adalah faktor lingkungan rumah seperti : kepadatan, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, jenis lantai dan jenis dinding (1). Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas. Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan beberapa kondisi bangunan perumahan terlihat tidak rumah sehat. Angka penemuan kasus TB paru di wilayah kerja Puskesmas Guntung Payung setiap tahunnya meningkat. Data yang diperoleh pada tahun 2009 sebanyak 27 kasus, pada tahun 2010 sebanyak 30 kasus dan pada tahun 2011 angka kejadian TB paru sebanyak 50 kasus (5). Studi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Siti Fatimah pada tahun 2008 menunjukkan hasil yang signifikan dan menemukan empat faktor resiko yang paling besar berpengaruh terhadap kejadian tuberkulosis paru yaitu pencahayaan, kelembaban, ventilasi, dan status gizi (6). Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan penelitian tentang Hubungan Karakteristik Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelational dengan pendekatan kasus kontrol (case control). Populasi penelitian ini adalah semua penduduk dan rumah di kecamatan. Pengambilan sampel dari subyek kasus dilakukan dengan cara Purposive Sampling yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah di kenal sebelumnya (25). Sampel dibagi menjadi kelompok kasus 30 responden dan 30 kontrol. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, termometer ruangan, luxmeter (pengukur cahaya), higrometer (pengukur kelembaban), meteran (pengukur luas lantai). Peneliti melakukan pengambilan data pada bulan Juni-Juli 2012. Setelah data didapatkan, kemudian peneliti melakukan editing (memeriksa kebenaran data), coding (pemberian kode angka), entri data 17

(memasukan data), dan analisis data. Peneliti melakukan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan karakteristik lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru. Analisis dilakukan dengan uji Chi- Square test dengan α = 0,05 dan dilihat besar Odd Ratio untuk mengetahui besar resiko. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas pada Januari-Desember 2012. suhu ruangan Tabel 1. Karakteristik Rumah Berdasarkan Suhu Ruangan Kasus (n=30) (n=30) Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan kelompok kasus yang yaitu sebesar 26,7 % dan kelompok kasus yang tidak yaitu sebesar 73,3%. yaitu sebesar 63,3 % dan kelompok kontrol yang tidak yaitu sebesar 36,7%. kelembaban ruangan kelembaban ruangan pada penelitian ini dapat diihat pada tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Rumah Berdasarkan Kelembaban Ruangan Kasus (n = 30) (n = 30) 73,3% (22) 66,7% (20) 26,7% (8) 33,3% (10) 26,7% (8) 73,3% (22) 63,3% (19) 36,7% (11) Berdasarkan tabel 2 menunjukan kelompok kasus yang yaitu sebesar 73,3 % dan kelompok kasus yang tidak yaitu sebesar 26,7%. kontrol yang yaitu sebesar 66,7 % dan kelompok kontrol yang tidak yaitu sebesar 33,3%. luas ventilasi luas ventilasi pada penelitian ini dapat diihat pada tabel 3. Tabel 3. Karakteristik Rumah Berdasarkan Luas Ventilasi Kasus (n = 30) 53,3% (16) 46,7% ((14) (n =30) 86,7% (26) 13,3% (4) Berdasarkan tabel 3 menunjukan kelompok kasus yang yaitu sebesar 53,3 % dan kelompok kasus yang tidak yaitu sebesar 46,7%. yaitu sebesar 86,7 % dan kelompok kontrol yang tidak yaitu sebesar 13,3%. pencahayaan pencahayaan pada penelitian ini dapat diihat pada tabel 4. Tabel 4. Karakteristik Rumah Berdasarkan Pencahayaan Kasus (n = 30) 53,3% (16) 46,7% (14) (n= 30) 83,3% (25) 16,7% (5) Hasil penelitian ini menunjukan kelompok kasus yang yaitu sebesar 53,3 % dan kelompok kasus yang tidak yaitu sebesar 46,7%. yaitu sebesar 83,3 % dan kelompok kontrol yang tidak yaitu sebesar 16,7%. Karakteristrik rumah berdasarkan kepadatan hunian kepadatan hunian dapat dilihat pada tabel 5. 18

Tabel 5. Karakteristik Rumah Berdasarkan Kepadatan Hunian Kasus (n=30) (n=30) 73,3% (22) 90,0% (27) 26,7% (8) 10,0% (3) Hasil penelitian ini menunjukan kelompok kasus yang yaitu kepadatan 9 m2 sebesar 73,3 % dan kelompok kasus yang tidak yaitu kepadatan <9 m2 sebesar 26,7%. yaitu kepadatan 9 m2 sebesar 90,0% dan kelompok kontrol yang tidak yaitu kepadatan <9 m2 sebesar 10,0%. jenis lantai jenis lantai pada penelitian ini dapat diihat pada tabel 6. Tabel 6. Karakteristik Rumah Berdasarkan Jenis Lantai Kasus (n = 30) 80,0% (24) 20,0% (6) (n= 30) 93,3% (28) 6,7% (2) Berdasarkan tabel 6 menunjukan kelompok kasus yang yaitusebesar 80,0 % dan kelompok kasus yang tidak yaitusebesar 20,0%. yaitu sebesar 93,3% dan kelompok kontrol yang tidak yaitusebesar 6,7%. jenis dinding jenis dinding pada penelitian ini dapat diihat pada tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Rumah Berdasarkan Jenis Dinding Kasus (n = 30) 73,3% 26,7% (n= 30) 86,7% 13,3% sebesar 73,3 % dan kelompok kasus yang tidak yaitu sebesar 26,7%. yaitusebesar 86,7% dan kelompok kontrol yang tidak yaitu sebesar 13,3%. Hubungan suhu ruangan rumah dengan kejadian TB Hubungan suhu ruangan rumah dengan kejadian TB paru pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Distribusi Suhu Ruangan dengan Kejadian TB Parudi Wilayah Kerja Puskesmas Suhu ruangan rumah OR = 4,750 Kasus 8 19 (26,7%) (63,3%) 22 11 (73,3%) (36,7%) CI 95%= 1,584<OR<14,245 P = 0,004 Berdasarkan tabel 8 suhu ruangan dalam rumah merupakan faktor resiko tertular penyakit TB atau terdapat hubungan yang bermakna antara suhu rumah dengan kejadian TB paru karena nilai p < 0,05. Hasil analisa statistik diatas menunjukkan orang yang tinggal dalam rumah pada suhu yang tidak pada kelompok kasus dengan nilai CI 95%= 1,584<OR<14,245, yaitu memiliki resiko 4,750 kali lebih besar menderita TB dibandingkan dengan orang yang tinggal dalam rumah kelompok kontrol. Banyak hal yang dapat mempengaruhi pengukuran suhu pada rumah, salah satunya yaitu cuaca. Pada penelitian ini suhu rumah yang dilakukan penelitian cukup panas dan tidak dikarenakan cuaca pada saat dilakukan penelitian sedang musim kemarau. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan kelembaban yang rendah sehingga mukosa hidung menjadi kering dan kurang efektif dalam menghadang mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Dampak lain yang ditimbulkan dari suhu tinggi adalah cepat lelahnya dalam beraktivitas dan tidak cocok untuk beristirahat. Berdasarkan tabel 7 menunjukan kelompok kasus yang yaitu 19

Hubungan kelembaban ruangan rumah dengan kejadian TB Hubungan kelembaban ruangan rumah dengan kejadian TB paru pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi Kelembaban Ruangan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kelembaban Kasus ruangan rumah 22 (73,3%) 8 (26,7%) 20 (66,7%) 10 (33,3%) OR = 0,727 CI 95%= 0,240<OR<2,206 P = 0,573 Berdasarkan tabel 9 diatas kelembaban bukan merupakan faktor resiko penularan penyakit TB atau tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan kejadian TB paru karena nilai p > 0,005. Sebagian besar rumah rumah yang dilakukan penelitian memiliki kelembaban yang. Hasil ini bebeda dengan teori yang ada, yaitu kelembaban yang rendah mempengaruhi perkembangbiakan kuma TB, pada penelitian ini dikarenakan suhu rumah yang dilakukan penelitian cukup tinggi membuat hasil pengukuran tingkat kelembaban rumah rendah dan mencapai nilai optimal pada sebagian besar rumah. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Fatimah pada tahun 2008 menunjukkan adanya hubungan antara kelembaban dengan kejadian TB. Perbedaan letak geografis pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat mempengaruhi hasil pengukuran, penelitian sebelumnya dilakukan di daerah Jawa Barat dimana secara geografis memiliki iklim yang cenderung lebih dingin dibandingkan dengan penelitian ini yang dilakukan di Kalimantan dengan iklim cenderung lebih panas dan kelembaban lebih rendah. Faktor lain yang mempengaruhi kelembaban pada sampel penelitian adalah jenis lantai dan jenis dinding rumah. Rumah yang memiliki lantai ubin dan jenis dinding tembok akan memiliki kelembaban yang rendah. Sebagian besar sampel penelitian ini memiliki karakteristik jenis lantai tebuat dari ubin dan jenis dinding tebuat dari tembok. Hubungan luas ventilasi dengan kejadian TB Hubungan luas ventilasi dengan kejadian TB paru pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Distribusi Luas Ventilasi Ruangan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Luas ventilasi Kasus 16 (53,3%) 26 (86,7%) 14 (46,7%) 4 (13,3%) OR = 5,668 CI 95%= 1,591<OR<20,330 P = 0,005 Berdasarkan tabel 10 diatas luas lantai merupakan faktor resiko penularan penyakit TB atau terdapat hubungan yang bermakna antara luas ventilasi dengan kejadian TB paru karena nilai p < 0,005. Hasil analisa statistik orang yang tinggal pada rumah kelompok kasus dengan nilai CI 95%= 1,591<OR<20,330 memiliki peluang 5,668 kali lebih besar menderita penyakit TB dari pada orang yang tinggal pada rumah kelompok kontrol dengan ventilasi baik. Pengukuran ventilasi pada penelitian ini dilakukan dengan mengukur luas seluruh jendela dan lubang angin. Pada rumah kasus ditemukan cukup banyak rumah yang memiliki ventilasi <10% luas lantai atau kondisi ventilasi tidak. Hubungan pencahayaan dengan kejadian TB Hubungan pencahayaan dengan kejadian TB paru pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Distribusi Pencahayaan Ruangan dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pencahayaan Kasus 16 (53,3%) 25 (83,3%) 14 (46,7%) 5 (16,7%) OR = 4,375 CI 95%= 1,320<OR<14,504 P = 0,012 Berdasarkan Tabel 11 diatas pencahayaan merupakan faktor resiko penularan penyakit TB atau terdapat hubungan yang bermakna antara pencahayaan dengan kejadian TB paru karena hasil analisa statistik p < 0,05. Rumah kelompok kasus dengan 20

pencahayaan tidak sesuai perhitungan nilai CI 95%= 1,320<OR<14,504 akan mengakibatkan penghuni rumah berpeluang 4,375 kali lebih besar memliki resiko tertular panyakit TB dari pada orang yang tinggal pada rumah kelompok kontrol dengan pencahayaan yang. Pencahayaan dengan sinar matahari langsung memiliki intensitas yang lebih besar dari pada pencahayaan menggunakan penerangan lampu. Pada penelitian ini pencahayaan yang tidak memiliki kelompok yang cukup besar pada kasus. Hal ini menimbulkan resiko yang lebih besar pula pada orang kontak serumah yang tinggal satu rumah dengan pasien TB. Hubungan kepadatan hunian dengan kejadian TB Hubungan kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Distribusi Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kepadatan Kasus hunian 22 (73,3%) 27 (90,0%) 8 (26,7%) 3 (10,0%) OR = 3,273 CI 95%= 0,774<OR<13,832 P = 0,095 Berdasarkan tabel 12 diatas penelitian ini, maka kepadatan hunian bukan merupakan resiko penularan penyakit TB atau tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian TB paru (H0 diterima, H1 ditolak ) karena nilai p > 0,05. Kepadatan hunian ini dinilai dengan luas rumah dibagi dengan jumlah penghuni rumah. Sebagian besar rumah rumah pada penelitian ini hanya dihuni oleh keluarga kecil dengan jumlah individu 3 5 orang. Hal ini mempengaruhi hasil perhitungan dimana nilai kepadatan hunian kriteria rumah sehat. Hubungan jenis lantai dengan kejadian TB Hubungan jenis lantai dengan kejadian TB paru pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Distribusi Jenis Lantai Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Jenis lantai Kasus 24 (80,0%) 28 (93,3%) 6 (20,0%) 2 (6,7%) OR = 3,500 CI 95%= 0,645<OR<18,980 P = 0,129 Berdasarkan tabel 13 diatas jenis lantai pada penelitian ini bukan merupakan faktor resiko penularan penyakit TB atau tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis lantai dengan kejadian TB paru. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p > 0,05, jenis lantai pada rumah penelitian sebagian besar yakni lantai terbuat dari ubin berplester dan papan kayu. Sedangkan lantai yang terbuat dari tanah hanya sebagian dari rumah penelitian. Jenis lantai dari tanah memberikan resiko lebih terhadap perkembangbiakan kuman TB, namun pada penelitian ini jenis lantai pada umumnya terbuat dari ubin. Hubungan jenis dinding dengan kejadian TB Hubungan jenis dinding dengan kejadian TB paru pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14 Distribusi Jenis Dinding Rumah dengan Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Jenis dinding Kasus 22 (73,3%) 26 (86,7%) 8 (26,7%) 4 (13,3%) OR = 2,364 CI 95%= 0,627<OR<8,917 P = 0,197 Berdasarkan tabel 14 diatas jenis dinding merupakan bukan faktor resiko penularan penyakit TB atau tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis dinding dengan kejadian TB paru karena hasil analisis statistik menunjukkan nilai p > 0,05. Hal ini terjadi karena sebagian besar rumah penelitian menggunakan jenis dinding yang terbuat dari tembok dan tidak kedap air. Jenis dinding dari tembok lebih mudah untuk dibersihkan dan mikroorganisme TB sulit untuk berkembang biak. 21

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik lingkungan fisik rumah pada kelompok kasus yang adalah suhu sebanyak 8 (26,7%), kelembaban 22 (73,3%), luas ventilasi 16 (53,3%), pencahayaan 16 (53,3%), kepadatan hunian 22 (73,3%), jenis lantai 24 (80,0%) dan jenis dinding 22 (73,3%). 2. Karakteristik lingkungan fisik rumah pada kelompok kontrol yang adalah suhu sebanyak 19 (63,3%), kelembaban 20 (66,7%), luas ventilasi 26 (86,7%), pencahayaan 25 (83,3%), kepadatan hunian 27 (90,0%), jenis lantai 28 (93,3%) dan jenis dinding 26 (86,7%). 3. Adanya hubungan yang bermakna antara kejadian TB paru dengan suhu,luas ventilasi, dan pencahayaan. 4. Kejadian TB paru tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kelembaban, kepadatan hunian, jenis lantai,dan jenis dinding. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar mengadakan pelatihan tentang penanganan TB paru dan penanggulangan TB paru berdasarkan karakteristik lingkungan fisik rumah. Pentingnya melaksanakan promosi kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan penularan penyakit TB paru berdasarkan karakteristik lingkungan fisik rumah. Bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan aspek sirkulasi rumah sehat seperti suhu, ventilasi, dan pencahayaan dengan cara membuat sirkulasi di dalam rumah berjalan dengan baik dan menghindarkan hal-hal yang dapat mengganggu sirkulasi di dalam rumah misalnya membuka jendela rumah setiap hari. KEPUSTAKAAN 1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen kesehatan RI, 2007. 2. Departemen Kesehatan RI. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Jakarta: Departemen kesehatan RI, 2009. 3. Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru. Target Program TB Paru Kota Banjarbaru Tahun 2010. Banjarbaru: Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, 2010. 4. Syahdiani, Endang Hayati. Kinerja Program P2 TB Paru Puskesmas Tahun 2011. Powerpoint. Banjarbaru: Puskesmas, 2010. 5. Fatimah Siti. Hubungan Antara Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah dengan Rejadian Tuberkulosis Paru di Kabupaten Cilacap (Kecamatan : Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu, Bantarsari). Tesis. Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2008. 6. Price, Wilson. Patofisiologi Volume 2. Jakarta: EGC, 2006. 7. Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2006. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, 2006. 8. Kenyorini, Suradi, Surjanto E. Uji Tuberkulin. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, Vol. 3 No. 2. 2006, 1-29. 9. Soejadi T Bambang, Ari Apsari D, Suprapto. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tuberculosis paru. Jurnal Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Depker Medan. 2005, 13-19. 10. Richard MD Long, Boffa Jody MIH. Why internationally adopted children should be screened for tuberculosis. CMAJ. 2007, 172-173. 11. Noor Nasry, N. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. 12. Tocque K, M.A. Bellis, N.J. Beeching, et al. A case-control study of lifestyle risk factors associated with tuberculosis in Liverpool, North-West England. Eur Respir J ; 18: 2001, 959 964. 13. Keman Soedjajadi. Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 2, NO. 1. 2005, 29-42. 14. Wondimu Tatek. Kifle W Michael, Wondwossen Kassahun, et al. Delay in initiating tuberculosis treatment and factor associated among pulmonary tuberculosis patients in East Wollega, Western Ethiopia. Ethiop.J.Health Dev21(2). 2007,146-156. 22

15. Long Richard. Physician experience, public health and the management of tuberculosis. CMAJ. 175 (7), 759-760. 16. Ruswanto Bambang. Analisis Spesial Sebaran Kasus Tuberkulosis Paru Ditinjau dari Faktor Lingkungan Dalam dan Lingkungan Luar Rumah Di Kabupaten Pekalongan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2010. 17. Nurhidayah Ikeu, Mamat Lukman, Widya Rahkmawati. Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah dengan Kejadian Tuberkulosi (TB) pada Anak Di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Makalah. Bandung: Universitas Padjadjaran, 2007. 18. Nursalam. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan Edisi 2 Pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2009. 23