CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

Gambar 2.1 Kelompok gelombang elektromagnetik

TUGAS TEKNIK OPTIK RESUME FOTOMETRI DAN RADIOMETRI

Polarisasi karena pemantulan. Suatu sinar yang datang pada suatu cermin dengan sudut 57 akan menghasilkan sinar pantul yang terpolarisasi.

Fisika Bangunan I. Ultraviolet. Inframerah. Fisika Bangunan. Pencahayaan

Analisa Sistem Pencahayaan Buatan Ruang Intensive Care Unit. Hanang Rizki Ersa Fardana, Pembimbing : Ir. Heri Joestiono, MT

BAB III ELABORASI TEMA

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

HUBUNGAN ANTARA TEGANGAN DAN INTENSITAS CAHAYA PADA LAMPU HEMAT ENERGI FLUORESCENT JENIS SL (SODIUM LAMP) DAN LED (LIGHT EMITTING DIODE)

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Cahaya

Gambar 1. Gambar 2. Hukum Pemantulan atau Hukum Snellius

PENGENALAN ASTROFISIKA

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA

Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam. Cahaya dapat kita temui dimana-mana. cahaya bersifat gelombang dan

Elyas Narantika NIM

CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM

Difraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

Rancang Bangun Alat Ukur Efisiensi Lampu Pijar Berbasis Mikrokontroler

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

JAWABAN DAN PEMBAHASAN

Aroem Kristalia Astry Limas Y

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

1.1 Intensitas. 1.2 Luminansi. 1.3 Lightness. 1.4 Hue. 1.5 Saturasi

BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA. spektrumnya. Sebagai kisi difraksi digunakan potongan DVD yang sudah

KELAS XII FISIKA SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG SMA KOLESE LOYOLA M1-1

BAB II CAHAYA. elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I

PENCAHAYAAN (LIGHTING)

spektrometer yang terbatas. Alat yang sulit untuk diperoleh membuat penelitian tentang spektrum cahaya jarang dilakukan. Padahal penelitian tentang

EFEK PENCAHAYAAN TERHADAP PRESTASI DAN KELELAHAN KERJA OPERATOR. Jl. Kalisahak 28 Kompleks Balapan Yogyakarta *

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Dian Kemala Putri BAHAN AJAR PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

Sipenmaru Besaran-besaran di bawah ini yang BUKAN merupakan besaran turunan adalah: a. Momentum b. Kecepatan c. Gaya d. Massa e.

Gelombang Elektromagnetik

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

BAB II LANDASAN TEORI

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pergeseran Spektrum Pada Filamen Lampu Wolfram Spectra Displacement of Wolfram Lamp

Antiremed Kelas 12 Fisika

RANCANG BANGUN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PENATAAN LAMPU PENERANGAN JALAN UMUM DI KABUPATEN KUBU RAYA

Spektrofotometer UV /VIS

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

Teori Warna. S1 Tekinik Informatika. Disusun Oleh Dr. Lily Wulandari

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

Referensi : 1.Fisika Universitas edisi kesepuluh, schaum 2.Optics, Sears 3.Fundamental of Optics, Jenkin and White

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

PENDALAMAN MATERI CAHAYA

2 A (C) - (D) - (E) -

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

GERAK MELINGKAR. = S R radian

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit

Pengukuran dengan Tang Meter Dan Lux Meter

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

(D) 40 (E) 10 (A) (B) 8/5 (D) 5/8

Fisika UMPTN Tahun 1986

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

MODUL V FISIKA MODERN RADIASI BENDA HITAM

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN.

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

Gelombang Cahaya. Spektrum Gelombang Cahaya

Sunglasses kesehatan mata

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG TINGKAT PENCAHAYAAN DI LABTEK IXC

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

Matematika SMA/MA IPA. No. Peserta : Bentuk sederhana dari 1 A. 36 B. 6 C. 1 D Bentuk sederhana dari (2 2 6)( )

( v 2 0.(sin α) 2. g ) 10 ) ) 10

Penentuan Warna Gigi Tiruan

D. massa E. volume. D. mhv E. h/(mv) 3. Warna-warna yang tampak pada gelembung sabun menunjukkan gejala : A. diraksi B. refraksi C.

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LITRIK

Grafika Komputer Pertemuan Ke-14. Pada materi ini akan dibahas tentang pencahayaan By: I Gusti Ngurah Suryantara, S.Kom., M.Kom

D. (1) dan (3) E. (2)

Fisika EBTANAS Tahun 1997

fisika CAHAYA DAN OPTIK

ϕ (1.4) MODUL I KARAKTERISTIK BEBAN LISTRIK = (1.2) P S pf = cos (1.3) = (1.5) 1.1 Pendahuluan Modul 1 - Karakteristik Beban Listrik 1

BAB 1 BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1

Transkripsi:

CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu benda yang lebih panas dari media disekelilingnya. Suatu benda panas memancarkan energi panas dan bersamaan dengan itu juga memancarkan energi dalam bentuk cahaya.

KECEPATAN DAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA Kecepatan cahaya (v) diruang bebas 3 x 108 m / detik Sesuai definisi dari IESNA ( Illuminating Engineering Society of North America ) Cahaya tampak mempunyai panjang gelombang (λ) antara 360 sampai dengan 770 nano meter. 1 nano meter = 10-9 meter. Bila frekwensi adalah f, maka λ = v /f

Spektrum warna: 360 420 nano meter 420 495 nano meter 495 566 nano meter 566 589 nano meter 589-627 nano meter 627-770 nano meter : ungu /violet : biru : hijau : kuning : jingga : merah

KEPEKAAN MATA Selain memiliki warna tertentu, setiap panjang gelombang juga memberi kesan intensitas tertentu. Mata manusia paling peka akan cahaya dengan panjang gelombang 555 nano meter, yaitu cahaya berwarna kuning-hijau

PROSES MELIHAT Agar dapat melihat harus ada cahaya, object, penerima ( mata) dan pemroses (otak). Sinar cahaya dipantulkan atau diteruskan dari suatu object yang mempunyai ke terang an yang dapat kita lihat, menstimulasi electro-chemical penerima dalam mata, mengirimkan sinyal ke otak yang mengakibatkan suatu sensasi penglihatan. Otak dan mata bekerja sama mengubah energi radiasi menjadi suatu sensasi penglihatan.

PENGUKURAN CAHAYA Output cahaya disebut juga sebagai FLUX cahaya Φ dan diukur dalam LUMEN. Intensitas cahaya ialah Flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan kesuatu arah tertentu diukur dalam CANDELA ( cd). I = Φ ω lumen per streadian 1 candela = 1 lumen per steradian Flux cahaya spesifik ( efficacy) dinyatakan dalam satuan lumen watt

RADIAN dan STERADIAN Radian: Misalkan panjang busur suatu lingkaran sama dengan jari jarinya. Kalau kedua ujung busur itu dihubungkan dengan titik tengah lingkaran, maka sudut antara dua jari jari itu disebut satu radian, disingkat rad Banyaknya radian dalam satu lingkaran = Karena keliling lingkaran sama dengan 2 1 radian = 0 360 = 57,30 2π π 2π r = 2π r x jari jarinya, maka

STERADIAN Misalkan dari permukaan sebuah bola dengan jari jari r ditentukan suatu bidang dengan luas r2.kalau ujung suatu jari jari kemudian menjalani tepi bidang itu, maka sudut ruang yang dipotong dari bola oleh jari jari ini, disebut satu steradian. Karena luas permukaan bola sama dengan 4π r2, maka disekitar titik tengah 4π r 2 bola dapat diletakkan = 4π 2 r sudut ruang yang masing masing sama dengan satu steradian

ILUMINANSI ( INTENSITAS PENERANGAN) Ketika cahaya mengenai suatu permukaan, disebut sebagai iluminansi ( Intensitas penerangan ) dan diukur dalam footcandles ( fc) atau dalam Lux. Erata2 = φ / A Foot candle = Lumen / foot2 Lux = Lumen / m 2 Rumus kuadrat Intensitas Penerangan. Intensitas penerangan disuatu bidang karena sumber cahaya dengan intensitas I, berkurang dengan kuadrat jarak antara sumber cahaya dan bidang itu EP = I / r2 Lux

HUKUM COSINUS Pada gambar dibawah ini, intensitas penerangan E1 dibidang a1 b1 tegak lurus pada arah I, menurut hukum kuadrat akan sama dengan E1 = I / r2 Intensitas penerangan E dibidang horisontal a b, ialah proyeksi dari E1 pada garis tegak lurus pada bidang a-b dititik P, jadi E = E1 cos α dimana α = sudut antara sinar cahaya dan garis tegak lurus pada bidang a-b dititik P

Dari dua rumus tadi, didapat I E = 2 cos α lux r kalau jarak titik cahaya diatas bidang horisontal sama dengan h, didapat 1 cos α h atau = cos α = r h r Substitusikan dalam rumus E, menghasilkan I E = 2 cos 3 α h Jadi kalau tinggi h diketahui, intensitas penerangannya dapat juga dihitung dengan rumus ini.

DIAGRAM POLAR INTENSITAS CAHAYA

Gambar diatas memperlihatkan diagram polar intensitas cahaya sebuah armatur lampu. Intensitas cahaya lampu pijar memiliki simetri ruang terhadap garis vertikal melalui pusat lampu. Karena itu pembagian intensitas cahayanya diberikan dalam satu bidang rata melalui sumbu simetri. Diagramnya tidak perlu digambar seluruhnya. Cukup separuhnya saja. Pengukurannya dilakukan pada jarak yang relatif jauh. Karena itu sumber cahayanya dapat dianggap sebagai suatu sumber cahaya berbentuk titik. Dalam gambar diatas, panjang jari jari dari O kesuatu titik dari grafik menyatakan intensitas cahayanya kearah itu dalam satuan candela. Umumnya diagram diagram ini diberikan untuk lampu yang memberikan 1000 lumen. Intensitas cahaya sebuah lampu sebanding dengan flux cahayanya. Karena itu untuk lampu dengan flux cahaya lain, nilai nilai yang diberikan dalam diagram masih harus dikalikan dengan jumlah ribuan lumen lampu tersebut.

GRAFIK INTENSITAS PENERANGAN Grafik intensitas penerangan suatu sumber cahaya dapat dihitung dari diagram polar intensitas cahayanya. Grafik tersebut menggambarkan intensitas penerangan di suatu bidang datar, dinyatakan dalam satuan lux Gambar berikut memperlihatkan cara memperoleh grafik intensitas penerangan sebuah lampu jalan yang digantung dan diagram polar intensitas cahayanya. Hitungannya diberikan dalam tabel dibawah ini Jarak (m) r2 I (cd) E 1= I / r2 E=E1 Cos α (lx) (lx) 0 49 800 16,3 16,3 1 50 750 15,0 14,8 2 53 700 13,2 12,7 3 58 600 10,3 9,5 4 65 500 7,7 6,7 5 74 420 5,7 4,6 6 85 350 4,1 3,1 7 98 200 2,0 1,4 8 113 0 0 0

Grafik Intensitas Penerangan dengan sumber cahaya lebih dari satu. Kalau pada jarak 8 m dari lampu tersebut diatas digantung lampu lain dengan intensitas cahaya sama seperti lampu pertama, maka akan didapat situasi seperti dilukis pada gambar dibawah ini. Nilai lux dari masing masing lampu di suatu titik dapat dijumlahkan garis yang menghubungkan semua titik dengan nilai lux sama, disebut garis isolux. gambar berikut ini memperlihatkan lingkaran lingkaran isolux dari masing masing lampu jika ditinjau secara terpisah. Selain itu juga digambar dua garis isolux, masing masing garis A untuk 12,7 lux dan garis B untuk 6,7 lux

Grafik grafik intensitas penerangan digunakan untuk merencanakan penerangan yang serata mungkin. Dengan grafik grafik ini dapat ditentukan tinggi dan jarak antar masing masing titiik lampu yang paling tepat. Untuk menyusun grafik intensitas penerangan dengan cara menjumlahkan nilai nilai lux dari dua atau lebih banyak titik lampu diperlukan banyak latihan. Sering juga digunakan tabel tabel intensitas penerangan. Dalam praktek untuk meneliti apakah pembagian intensitas penerangannya rata atau tidak, digunakan LUXMETER. Pembagian yang kurang rata kadang kadang dapat diperbaiki dengan mengatur ketinggian lampu lampunya. Kesalahan ukur sebuah luxmeter dapat mencapai 10% bahkan lebih. Karena itu, untuk memperoleh hasil yang dapat dipercaya, alat ukur ini harus ditera secara teratur. Sebuah luxmeter tidak dapat dipergunakan untuk mengukur cahaya berwarna.

LUMINANSI dan BRGHTNESS yang dilihat mata, Kita tidak melihat iluminansi ( lux atau footcandles), kita melihat brightness yang dihasilkan dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan oleh suatu permukaan object. Brightness disebut sebagai Luminansi dan diukur dalam Candelas per squaremeter ( cd/sqm). Selalu ada interaksi pengurangan antara suatu permukaan object dan cahaya yang tiba pada permukaan itu, sejumlah cahaya hilang karena penyerapan ( absorpsi). Dibedakan antara Luminansi yang kita ukur, dan brightness yang kita rasakan / lihat. Brightness adalah subjectif dan tergantung pada kondisi pandangan sekitar object tersebut.

Luminansi adalah jumlah cahaya yang dipantulkan atau diteruskan oleh suatu object. Permukaan yang lebih gelap akan memantulkan cahaya lebih sedikit dari pada permukaan yang lebih terang. Karena itu dibutuhkan iluminansi yang lebih besar pada permukaan yang lebih gelap untuk menghasilkan Luminansi yang sama dengan permukaan yang lebih terang L= I AS L = Luminansi dalam satuan cd/m2 I = Intensitas cahaya dalam satuan candela A = Luas semu permukaan dalam satuan m2