PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

MODEL ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI MODEL PENENTUAN TARIF JASA PENGINAPAN HOTEL

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENETAPAN TARIF RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang)

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Kamar Hotel Pada XYZ Hotel

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Pada RSUP Dr.

METODE PEMBEBANAN BOP

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

ABSTRAK PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT SIGER JAYA ABADI

BAB 2 TINJAUAN TEORI

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM AKURASI PERHITUNGAN TARIF KAMAR PADA HOTEL AZIZA BY HORISON PEKANBARU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

Analisis Penggunaan Activity Based Costing Sebagai Alternatif Dalam Menentukan Tarif Kamar Pada Hotel Cendrawasih Lahat

PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF KAMAR RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT KASIH IBU DENPASAR

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

PERHITUNGAN BIAYA KAMAR RAWAT INAP RSUD TUGUREJO SEMARANG MENGGUNAKAN METODE ABC

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

PENETAPAN HARGA POKOK SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF RAWAT INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN MINIMUM BIAYA OPERASIONAL LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

PENENTUAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT BERSALIN JEUMPA PONTIANAK MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PT. I-WON APPAREL INDONESIA. E-Journal

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI, ACTIVITY BASED COSTING DAN SISTEM BIAYA KONVENSIONAL PADA PERUSAHAAN X.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN TARIF RAWAT INAP DI RSUD KAYUAGUNG TAHUN 2012

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RSUD. SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

JURNAL ANALISIS PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PERUSAHAAN MERAH DELIMA BAKERY KOTA KEDIRI

SHITA TIARA 1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara

PERBANDINGAN PENENTUAN TARIF KAMAR HOTEL ANTARA FULL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA HOTEL TIRTONADI PERMAI SURAKARTA

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

of goods manufactured) menurut Blocher dkk adalah harga pokok produk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

Penerapan Activity Based Costing (ABC) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus Pada RSAB Muhammadiyah Probolinggo)

PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU KARTI AJI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

TINGKAT KEAKURATAN PENENTUAN BIAYA PRODUKSI (STUDY COMPARATIF CONVENTIONAL COSTING SYSTEM DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM)

Ahmad Ansyori. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UIN Maliki Malang. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penentuan Biaya Overhead Produk Teh Hijau Menggunakan Metode Activity Based Costing (ABC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk

Pertemuan 3 Activity Based Costing

ABC SYSTEM (ACTIVITY BASED COSTING) SEBAGAI ALTERNATIF DALAM MENGHITUNG TARIF KAMAR PADA HOTEL INDRAPRASTA SEMARANG

Transkripsi:

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA Nurul Aini Fanny Dwi Septiana Fakultas Ekonomi Universitas Narotama Surabaya ABSTRAK Dalam menentukan harga pokok produk terkadang banyak rumah sakit yang masih menggunakan akuntansi biaya tradisional dalam menentukan biaya. Akibat yang ditimbulkan dari perhitungan biaya dengan pendekatan tradisional adalah: adanya distorsi biaya yang cukup besar, sehingga dikhawatirkan perusahaan akan sulit bersaing dengan perusahaan pesaing. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999:259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan under cost / over cost terhadap produk (Supriyono, 1999:267). Adanya kelemahan tersebut, metode Activity Based Costing perlu diterapkan untuk mengatasinya. Activity Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas kemudian ke produk. Metode ini menggunakan lebih banyak cost driver (pemicu biaya) yang digunakan.hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif jasa rawat inap dengan metode Activity Based Costing apabila dibandingkan dengan metode tradisional, maka Activity Based Costing memberikan hasil yang lebih kecil. Terdapat selisih yang cukup besar yaitu pada tipe kamar kelas I Rp. 29.664/kamar, kelas II Rp. 13.874/kamar, kelas IIIA Rp. 40.195/kamar dan kelas IIIB Rp. 34.864/kamar. Kata Kunci : Activity Based Costing PENDAHULUAN Lingkungan bisnis senantiasa mengalami perubahan yang begitu pesat dari waktu ke waktu yang dapat berdampak langsung pada peningkatan persaingan ekonomi. Dimana pada dasarnya tujuan dan sasaran perusahaan adalah untuk mencapai target laba atau keuntungan dan juga terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan. Persaingan itu tidak hanya persaingan dibidang manufaktur atau industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut di dapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 86

Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Dalam menentukan harga pokok produk terkadang banyak rumah sakit yang masih menggunakan akuntansi biaya tradisional dalam menentukan biaya. Akibat yang ditimbulkan dari perhitungan biaya dengan pendekatan tradisional adalah: adanya distorsi biaya yang cukup besar, sehingga dikhawatirkan perusahaan akan sulit bersaing dengan perusahaan pesaing. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999:259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan under cost / over cost terhadap produk (Supriyono, 1999:267). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activity-Based Costing. Wirabhuana (2003) mendefinisikan metode Activity-Based Costing, (ABC) merupakan sebuah sistem informasi biaya yang menempatkan aktivitas sebagai faktor utama (Focal point). Dalam metode ABC, menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik apabila diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. Sebelumnya rumah sakit mata ini belum menerapkan Metode Activity Based Costing didalam membebankan biaya perawatan rawat inap dan masih menggunakan metode tradisional sehingga masih terjadi distorsi atau ketidaktepatan pembebanan tarif perawatan rawat inap. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk menerapkan metode Activity Based Costing dalam menentukan besarnya tarif jasa rawat inap pada rumah sakit mata di Surabaya. RERANGKA TEORI Pengertian Activity-based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, system Activity Based Costing menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk namun lebih jauh dari pada itu ABC juga didesain untuk tujuan penyediaan informasi bagi semua pihak yang terlibat didalam proses pengambilan keputusan (personal) dan pemberdayaan karyawan (informing and empowering) untuk membangun daya saing perusahaan melalui cost leadership strategy (Wirabhuana, 2003). Activity Based Costing telah dikembangkan pada organisasi sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan baik oleh system biaya tradisional, system Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 87

biaya ABC ini merupakan hal yang masih akan terus berkembang, sehingga ada berbagai definisi yang menjelaskan system ABC itu sendiri. Konsep Dasar Activity Based Costing Menurut Garrison et.al (2010:308) Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu metode perhitungan biaya yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti sistem yang biaya biasa dipakai oleh perusahaan. ABC dirancang untuk dapat digunakan dalam pembuatan keputusan internal, sehingga perusahaan yang menggunakan ABC, mempunyai dua sistem yaitu sistem biaya resmi yang disiapkan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk menjalankan aktivitas. Dalam sistem ABC, biaya ditelusuri ke aktivitas dan kemudian keproduk. System ABC mengansumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. (Hansen dan Mowen, 2004) Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC Menurut Tunggal (2000) perbedaan antara sistem biaya tradisional dan ABC adalah sebagai berikut : a. Sistem biaya ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemicu biaya (cost driver) untuk.menentukan seberapa besar konsumsi overhead dan setiap produk. Sedangkan sistem biaya tradisional mengalokasikan biaya overhead berdasarkan satu atau dua basis alokasi yang non representatif. b. sistem biaya ABC memfokuskan pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sistem biaya tradisional berfokus pada performansi keuangan jangka pendek seperti laba. :Apabila sistem biaya tradisional digunakan untuk penentuan harga dan profitabilitas produk, angka-angkanya tidak dapat diandalkan. c. sistem biaya ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen persyaratan ini mengarah ke integrasi organisasi yang lebih baik dan memberikan panduan fungsional silang mengenai organisasi. d. system biaya ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya (cost pools) dan pemicu biaya (cost driver) jauh lebih akurat dan jelas, selain itu ABC dapat menggunakan data biaya historis pada akhir periode untuk menghilangkan biaya actual apabila kebutuhan muncul. Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2004) metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC juga memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui, bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan system ABC Menurut Mulyadi (1993:94) prosedur pembebanan biaya overhead dengan system ABC melalui dua tahap kegiatan: Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 88

a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pools yang memiliki aktivitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 (empat) langkah yaitu : 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai aktivitas 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, Product sustaining activity costing, Facility sustaining activity costing. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktivitas-aktivitas Berlevel Unit (Unit-Level activities) Aktivitas berlevel unit (unit level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang diproduksi. Biaya yang timbul karena aktivitas berlevel unit ini dinamakan biaya aktivitas berlevel unit (unit level activities cost), contoh biaya overhead untuk aktvitas ini adalah biaya listrik dan biaya operasi mesin. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung juga termasuk kedalam biaya aktivitas berlevel unit. Namun tidak termasuk kedalam biaya overhead. b. Aktivitas-aktivitas berlevel Batch (Batch-Level activities) Aktivitas-aktivitas yang berlevel batch (batch level activities) adalah aktivitas yang dikerjakan setiap kali suatu hatch produk diproduksi, besar kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas setup, aktivitas penjadwalan produksi, aktivitas pengelolaan (gerak bahan dan order pembelian), aktivitas inspeksi. Biaya yang timbul akibat dari aktivitas ini adalah biaya aktivitas berlevel batch (batch level activities), biaya ini bervariasi batch produk yang diproduksi, namun bersifat tetap jika dihubungkan dengan jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap batch. c. Aktivitas-aktivitas berlevel produk (Product level activities) disebut juga sebagai aktivitas penopang produk (product sustaining activities) yaitu aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi masukan untuk mengembangkan produk atau memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Aktivitas ini dapat dilacak pada produk secara individual, namun sumber-sumber yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut tidak dipengaruhi oleh jumlah produk atau batch produk yang diproduksi. Contoh aktivitas yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penelitian dan pengembangan produk, perekayasaan proses, spesifikasi produk, perubahan perekayasaan, dan peningkatan produk. Biaya yang timbul dari aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas berlevel produk (product-level activities cost) d. Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (Facility level activities) Aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities) disebut juga sebagai aktivitas penopang fasilitas (facility sustaining activities) adalah meliputi aktivitas untuk menopang proses manufaktur secara umum yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas pabrik untuk memproduksi produk, namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda, atau dengan kata lain aktivitas ini dilakukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan. Contoh aktivitas ini mencakup misalnya : manajemen pabrik, pemeliharaan kebersihan, pajak bumi dan bangunan (PBB), serta depresiasi pabrik. 3. Mengidentifikasi Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif / unit cost driver. 4. Menentukan tarif / unit cost driver Adalah biaya per unit cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif / unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 89

Jumlah aktivitas Tarif per unit Cost Driver Cost Driver b.tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing product yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sebagai berikut : BOP yang dibebankan = Tarif / unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Menurut Supriyono (2002:698) apabila persyaratan implementasi sistem ABC telah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan segera mengimplementasikan sistem ABC tersebut dan mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut : 1.Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Pengambilan keputusan oleh manajer akan lebih tepat jika informasi biaya produk yang disajikan lebih teliti dan akurat, terlebih jika perusahaan menghadapi persaingan tajam 2.Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus (continues improvement) terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua overhead bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk. 3.Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif, yaitu sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas dan pusat aktivitas - Aktivitas langsung : depresiasi gedung, depresiasi peralatan medis, gaji perawat, biaya bahan habis pakai, konsumsi pasien, biaya administrasi, biaya listrik dan air. - Aktivitas tidak langsung : depresiasi peralatan non medis, biaya kebersihan, biaya laundry. 2. Mengklasifikasikan aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas. 3. Mengidentifikasi cost driver. 4. Menentukan tarif per unit cost driver. 5. Membebankan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis di rumah sakit mata, diperoleh keterangan bahwa dalam menentukan harga pokok jasa masih menggunakan metode akuntansi biaya konvensional yang hanya mempertimbangkan biaya yang bersifat tidak langsung. Dan yang dijadikan dasar unit perhitungan tarif jasa rawat inap adalah jumlah hari tinggal pasien rawat inap. Sedangkan tarif diperoleh dari menambahkan harga pokok tiap kelas dengan prosentase laba menurut kelasnya. Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 90

Tabel 1 Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit Mata Tahun 2009 NO KELAS TARIF/HARI 1 Kelas I Rp 500.000,- 2 Kelas II Rp 250.000,- 3 Kelas IIIa Rp 150.000,- 4 Kelas IIIb Rp 80.000,- Sumber : Rumah Sakit Mata Penentuan Harga Pokok Rawat Inap menggunakan Activity Based Costing System Mengidentifikasi dan mendefinisikan aktivitas pada pusat aktivitas Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian keuangan, bagian perawatan, bagian dapur, dan bagian gudang. Aktivitas-aktivitas biaya yang ada di unit rawat inap meliputi : 1. Biaya perawatan / gaji perawat 2. Biaya konsumsi pasien 3. Biaya listrik dan air, telepon 4. Biaya kebersihan 5. Biaya administrasi 6. Biaya bahan habis pakai 7. Biaya penyusutan gedung 8. Biaya penyusutan fasilitas 9. Biaya penyusutan medis 10. Biaya laundry Aktivitas-aktivitas tersebut dikelompokkan menjadi beberapa pusat aktivitas, yaitu : 1. Aktivitas perawatan pasien - biaya perawat 2. Aktivitas pemeliharaan inventaris - biaya depresiasi gedung - biaya depresiasi fasilitas - biaya depresiasi medis - biaya kebersihan 3. Aktivitas pemeliharaan pasien - biaya konsumsi 4. Aktivitas pelayanan pasien - biaya listrik dan air, telepon - biaya administrasi - biaya bahan habis pakai - biaya laundry Mengklasifikasi Aktivitas Biaya kedalam Berbagai Aktivitas a. Berdasarkan Unit-level activity cost Aktivitas ini dilakukan setiap hari dalam menjalani rawat inap pada rumah sakit mata. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah aktivitas perawatan, penyediaan tenaga listrik dan air, telepon dan biaya konsumsi. b. Berdasarkan Batch-related activity cost Besar kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Yaitu biaya administrasi, biaya bahan habis pakai, biaya sanitas. Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 91

c. Berdasarkan Product sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Aktivitas ini tidak ditemui dalam penentuan tarif jasa rawat inap pada rumah sakit mata. d. Berdasarkan Facility sustaining activity cost Aktivitas ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Aktivitas yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya laundry, biaya asuransi, biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan fasilitas. Klasifikasi biaya ke dalam berbagai aktifitas dapat dilihat pad tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Klasifikasi aktivitas biaya ke dalam berbagai aktivitas Rumah Sakit Mata ELEMEN BIAYA JUMLAH (Rp) Unit level activity cost Biaya gaji perawat 318.781.882 Biaya listrik dan air 78.492.013 Biaya konsumsi 266.110.282 Batch-related activity cost Biaya sanitasi 43.262.210 Biaya administrasi 1.047.938.597 Biaya bahan habis pakai 107.126.439 Facility sustaining activity cost Biaya laundry 49.905.470 Biaya depresiasi gedung 42.197.270 Biaya depresiasi medis 2.026.052 Biaya depresiasi fasilitas 13.016.100 TOTAL 1.968.856.315 Mengidentifikasi Cost Driver Setelah aktivitas-aktivitas ini diidentifikasi sesuai dengan kategorinya, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya aktivitas. Tabel 3 Pengelompokan Biaya Rawat Inap Dan Cost Driver Kamar Rawat Inap COST NO AKTIVITAS DRIVER DRIVER JUMLAH (RP) 1 Unit-level activity cost a. Biaya perawat Jumlah hari rawat inap 5.503 318.781.882 1. Kelas I Jumlah hari rawat inap 294 2. Kelas II Jumlah hari rawat inap 941 3. Kelas IIIa Jumlah hari rawat inap 1.687 4. Kelas IIIb Jumlah hari rawat inap 2.581 b. Biaya listrik dan air KWH 2.852,78 78.492.013 1. Kelas I KWH 633,94 2. Kelas II KWH 1.743,36 3. Kelas IIIa KWH 158,5 4. Kelas IIIb KWH 316,98 c. Biaya konsumsi Jumlah hari rawat inap 5.503 266.110.282 1. Kelas I Jumlah hari rawat inap 294 2. Kelas II Jumlah hari rawat inap 941 3. Kelas IIIa Jumlah hari rawat inap 1.687 4. Kelas IIIb Jumlah hari rawat inap 2.581 Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 92

2 Batch-related activity cost a. Biaya sanitasi Luas lantai / luas kamar 461 43.262.210 1. Kelas I Luas lantai / luas kamar 80 2. Kelas II Luas lantai / luas kamar 132 3. Kelas IIIa Luas lantai / luas kamar 49 4. Kelas IIIb Luas lantai / luas kamar 200 b. Biaya bahan habis Jumlah hari rawat inap 5.503 107.126.439 pakai 1. Kelas I Jumlah hari rawat inap 294 2. Kelas II Jumlah hari rawat inap 941 3. Kelas IIIa Jumlah hari rawat inap 1.687 4. Kelas IIIb Jumlah hari rawat inap 2.581 c. Biaya administrasi Jumlah pasien 3.493 1.047.938.59 7 1. Kelas I Jumlah pasien 161 2. Kelas II Jumlah pasien 576 3. Kelas IIIa Jumlah pasien 1.191 4. Kelas IIIb Jumlah pasien 1.565 3 Facility sustaining activity cost a. Biaya laundry Jumlah hari rawat inap 5.503 49.905.470 1. Kelas I Jumlah hari rawat inap 294 2. Kelas II Jumlah hari rawat inap 941 3. Kelas IIIa Jumlah hari rawat inap 1.687 4. Kelas IIIb Jumlah hari rawat inap 2.581 b. Biaya penyusutan Luas lantai / luas kamar 461 42.197.270 gedung 1. Kelas I Luas lantai / luas kamar 80 2. Kelas II Luas lantai / luas kamar 132 3. Kelas IIIa Luas lantai / luas kamar 49 4. Kelas IIIb Luas lantai / luas kamar 200 c. Biaya penyusutan Jumlah pasien 3.493 2.026.052 medis 1. Kelas I Jumlah pasien 161 2. Kelas II Jumlah pasien 576 3. Kelas IIIa Jumlah pasien 1.191 4. Kelas IIIb Jumlah pasien 1.565 d. Biaya penyusutan fasilitas 1. AC (K I, K II, K IIIa) Jumlah hari rawat inap 2.922 3.266.750 2. Bed (K I, K II, K Jumlah hari rawat inap 5.503 6.875.600 IIIa, IIIb) 3. TV (K I) Jumlah hari rawat inap 294 876.500 4. Sofa (K I) Jumlah hari rawat inap 294 628.500 5. Kursi (K II) Jumlah hari rawat inap 941 1.368.750 Menentukan tarif per unit cost driver Setelah mengidentifikasi cost driver, kemudian menentukan tarif per unit cost driver. Karena setiap aktivitasnya memiliki cost driver dengan cara membagi jumlah biaya dengan cost driver. Tarif per unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Jumlah Aktivitas Tarif per unit Cost Driver = Cost Driver Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 93

Berikut ini merupakan penentuan tarif per unit cost driver kamar rawat inap dengan metode Activity Based Costing. Tabel 4 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Kamar Rawat Inap Dengan Metode ABC NO AKTIVITAS JUMLAH (RP) COST DRIVER TARIF / UNIT (RP) (pembulatan) 1 Unit-level activity cost a. Biaya perawat 318.781.882 5.503 57.929 1. Kelas I 294 2. Kelas II 941 3. Kelas IIIa 1.687 4. Kelas IIIb 2.581 b. Biaya listrik dan air 78.492.013 2.852,78 27.514 1. Kelas I 633,94 2. Kelas II 1.743.36 3. Kelas IIIa 158,5 4. Kelas IIIb 316,98 c. Biaya konsumsi 266.110.282 5.503 Sesuai tariff 1. Kelas I 294 27.000 2. Kelas II 941 21.000 3. Kelas IIIa 1.687 15.000 4. Kelas IIIb 2.581 15.000 2 Batch-related activity cost a. Biaya sanitasi 43.262.210 461 93.844 1. Kelas I 80 2. Kelas II 132 3. Kelas IIIa 49 4. Kelas IIIb 200 b. Biaya bahan habis pakai 107.126.439 5.503 19.467 1. Kelas I 294 2. Kelas II 941 3. Kelas IIIa 1.687 4. Kelas IIIb 2.581 c. Biaya administrasi 1.047.938.597 3.493 300.011 1. Kelas I 161 2. Kelas II 576 3. Kelas IIIa 1.191 4. Kelas IIIb 1.565 3 Facility-sustaining activity cost a. Biaya laundry 49.905.470 5.503 9.069 1. Kelas I 294 2. Kelas II 941 3. Kelas IIIa 1.687 4. Kelas IIIb 2.581 b. Biaya penyusutan 42.197.270 461 91.534 gedung 1. Kelas I 80 2. Kelas II 132 3. Kelas IIIa 49 4. Kelas IIIb 200 c. Biaya penyusutan medis 2.026.052 3.493 580 1. Kelas I 161 Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 94

2. Kelas II 576 3. Kelas IIIa 1.191 4. Kelas IIIb 1.565 d. Biaya penyusutan fasilitas 1. AC (K I, K II, K IIIa) 3.266.750 2.922 1.118 2. Bed (K I, K II, K IIIa, 6.875.600 5.503 1.249 IIIb) 3. TV (K I) 876.500 294 2.981 4. Sofa (K I) 628.500 294 2.138 5. Kursi (K II) 1.368.750 941 1.455 Menentukan biaya ke produk dengan menggunakan tarif cost driver dan ukuran aktivitas Dalam tahap ini, biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan konsumsi masingmasing aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sebagai berikut : BOP yang dibebankan = Tarif / unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih Dengan mengetahui BOP yang dibebankan pada masing-masing produk, maka dapat dihitung tarif jasa rawat inap per kamar. Menurut Mulyadi (1993) perhitungan tarif masingmasing tipe kamar dengan metode ABC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Tarif per Kamar = Cost Rawat Inap + Laba yang diharapkan Untuk cost rawat inap per kamar diperoleh dari total biaya yang telah dibebankan pada masing-masing produk dibagi dengan jumlah hari pakai. Tabel 5 Tarif Jasa rawat inap kelas I Aktifitas Tarif CD Driver Total (Rp) 1. Biaya perawat 57.929 294 17.031.126 2. Biaya listrik, air, telepon 27.514 634 17.443.876 3. Biaya konsumsi 27.000 294 7.938.000 4. Biaya laundry 9.069 294 2.666.286 5. Biaya sanitasi 93.844 80 7.507.520 6. Biaya bahan habis pakai 19.467 294 5.723.298 7. Biaya administrasi 300.011 161 48.301.771 8. Biaya penyusutan gedung 91.534 80 7.322.720 9. Biaya penyusutan medis 580 161 93.380 10. Biaya penyusutan fasilitas a. AC 1.118 294 328.692 b. Bed 1.249 294 367.206 c. TV 2.981 294 876.414 d. Sofa 2.138 294 628.572 Total Biaya untuk Kelas I 116.228.861 Jumlah Hari Pakai 294 Biaya Rawat Inap Per Kamar 395.336 Obat Ruang 20.000 Laba yang Diharapkan 55.000 Total Biaya Perawatan Rawat Inap 470.336 Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 95

Tabel 6 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II Aktifitas Tarif CD Driver Total (Rp) 1. Biaya perawat 57.929 941 54.511.189 2. Biaya listrik, air, telepon 27.514 1.743 47.956.902 3. Biaya konsumsi 21.000 941 19.761.000 4. Biaya laundry 9.069 941 8.533.929 5. Biaya sanitasi 93.844 132 12.387.408 6. Biaya bahan habis pakai 19.467 941 18.318.447 7. Biaya administrasi 300.011 576 172.806.336 8. Biaya penyusutan gedung 91.534 132 12.082.488 9. Biaya penyusutan medis 580 576 334.080 10. Biaya penyusutan fasilitas a. AC 1.118 941 1.052.038 b. Bed 1.249 941 1.175.309 c. Kursi 1.455 941 1.369.155 Total Biaya untuk Kelas II 350.288.281 Jumlah Hari Pakai 941 Biaya Rawat Inap Per Kamar 372.251 Obat Ruang 20.000 Laba yang Diharapkan (per pasien Rp. 40.000) 80.000 Total Biaya Perawatan Rawat Inap 472.251 Tabel 7 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas IIIa Aktifitas Tarif CD Driver Total (Rp) 1. Biaya perawat 57.929 1.687 97.726.223 2. Biaya listrik, air, telepon 27.514 159 4.374.726 3. Biaya konsumsi 15.000 1.687 25.305.000 4. Biaya laundry 9.069 1.687 15.299.403 5. Biaya sanitasi 93.844 49 4.598.356 6. Biaya bahan habis pakai 19.467 1.687 32.840.829 7. Biaya administrasi 300.011 1.191 357.313.101 8. Biaya penyusutan gedung 91.534 49 4.485.166 9. Biaya penyusutan medis 580 1.191 690.780 10. Biaya penyusutan fasilitas a. AC 1.118 1.687 1.886.066 b. Bed 1.249 1.687 2.107.063 Total Biaya untuk Kelas IIIa 546.626.713 Jumlah Hari Pakai 1.687 Biaya Rawat Inap Per Kamar 324.023 Obat Ruang 50.000 Laba yang Diharapkan (per pasien Rp. 35.000) 175.000 Total Biaya Perawatan Rawat Inap 549.023 Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 96

Tabel 8 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas IIIb Aktifitas Tarif CD Driver Total (Rp) 1. Biaya perawat 57.929 2.581 149.514.749 2. Biaya listrik, air, telepon 27.514 317 8.721.938 3. Biaya konsumsi 15.000 2.581 38.715.000 4. Biaya laundry 9.069 2.581 23.407.089 5. Biaya sanitasi 93.844 200 18.768.800 6. Biaya bahan habis pakai 19.467 2.581 50.244.327 7. Biaya administrasi 300.011 1.565 469.517.215 8. Biaya penyusutan gedung 91.534 200 18.306.800 9. Biaya penyusutan medis 580 1.565 907.700 10. Biaya penyusutan fasilitas Bed 1.249 2.581 3.223.669 Total Biaya untuk Kelas IIIb 781.327.287 Jumlah Hari Pakai 2.581 Biaya Rawat Inap Per Kamar 302.723 Obat Ruang 100.000 Laba yang Diharapkan (per pasien Rp. 25.000) 500.000 Total Biaya Perawatan Rawat Inap 902.723 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional dengan ABC dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap Tabel 9 Perbandingan Tarif Jasa Rawat Inap Dengan Menggunakan Metode Tradisional Dan Activity Based Costing TIPE KAMAR TRADISIONAL / KAMAR (RP) ACTIVITY BASED COSTING / KAMAR (Rp) SELISIH (Rp) Kelas I 500.000 (1 pasien) 470.336 (1 pasien) 29.664 Kelas II 500.000 (2 pasien) @ 250.000 472.251(2 pasien) @ 236.126 13.874 Kelas IIIa 750.000 (5 pasien) @ 150.000 549.023(5 pasien) @ 109.805 40.195 Kelas IIIb 1.600.000 (20 pasien) @ 80.000 902.723 (20 pasien) @ 45.136 34.864 Simpulan Pada metode akuntansi biaya tradisional, biaya overhead pada masing-masing produk, hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode akuntansi Activity Based Costing (ABC), biaya overhead pada masing-masing produk, dibebankan pada banyak cost driver. Metode ABC telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap type kamar rawat inap secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktifitas. Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 97

DAFTAR PUSTAKA Carter, Wiliam K., dan Usry, Nuton F., 2004, Akuntansi Biaya, Terjemahan Krista, Edisi 13: buku satu, Jakarta: Salemba Empat. Christien, H., 2004, Analisis penetapan tarif sewa kamar pada hotel X di Surabaya dengan menggunakan metode Activity Based Costing, Surabaya: Skripsi S1, diakses 8 Desember, 2010, http://www.google.com Garrison, 1999, Akuntansi Manajerial, Terjemahan A. Totok Budisantoso, S.E., Akt, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat. Garrison, Ray H, Noreen,Eric W, and Brewer,Peter C, 2010, Managerial Accounting, Thirteenth Edition, McGrawHill. Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, 2000, Manajemen Biaya, Jakarta: Salemba Empat. Hansen, Don R and Maryanne M Mowen, 2004, Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Jakarta : Salemba Empat. Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2, Badan Penerbit : STIE YKPN Yogyakarta. Nurhayati, 2004, diakses 10 Desember, 2010, http://www.google.co.id Supriyono, R.A, 1999, Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis, Edisi 1, BPFE, Yogyakarta. Supriyono, R.A, 2002, Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajemen, Yogyakarta : STIE YKPN Simamora, H., Agustus 2002, Akuntansi Manajemen, Edisi 2: cetakan pertama, UPP AMP YKPN. Simamora, H., 1999, Akuntansi manajemen, Jakarta: Salemba Empat. Tunggal, Amin Widjaja, 2000, Activity Based Costing Untuk Manufacturing dan Pemasaran, Jakarta : Harvarindo Tunggal, Amin Widjaja, 2001, Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta. Wirabhuana,Arya, 2003, diakses 10 Desember, 2010, http://www.arya.wirabhuana@yahoo.com Nurul Aini & Fanny Dwi Septiana 98