PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG) SKRIPSI.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSUD Dr. Moewardi Surakarta)

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing. Hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Pada RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Studi Kasus Pada RSB Nirmala,Kediri)

PENENTUAN SIMULASI BIAYA RAWAT-INAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARTINI JEPARA DENGAN ACTIVITY BASED COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin maju, penentuan harga

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI DASAR PENETAPAN TARIF JASA RAWAT INAP PADA RSUD. SITI AISYAH KOTA LUBUKLINGGAU

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku usaha diharapkan mampu mengikuti perkembangan tersebut serta

Analisa Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap dengan Menggunakan Activity Based Costing System (ABCS) di Rumah Sakit Paru Pamekasan.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian... 5

ANALISA PENERAPAN SISTIM ACTIVITY BASED COSTING DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP STUDI KASUS PADA RSB. TAMAN HARAPAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. semakin maju menyebabkan persaingan global menjadi meningkat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi yang akurat untuk meningkatkan efektivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit usaha (baik milik pemerintah maupun swasta), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan

ANALISIS TARIF RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. HARJONO PONOROGO DENGAN METODE KONVENSIONAL

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENETAPAN TARIF RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT (Studi Pada Rumah Sakit Islam Gondanglegi Malang)

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF JASA RAWAT INAP RUMAH SAKIT WIYUNG SEJAHTERA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. konsumen memegang kendali, (2) persaingan sangat tajam, (3) perubahan telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Biaya Tradisional. sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

HALAMAN PENGESAHAN. Judul : Penerapan Metode Activity Based Costing dalam. RSU Muhammadiyah Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini

Bab I PENDAHULUAN. untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORI

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

ANALISIS BIAYA RS BERDASARKAN AKTIVITAS ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Oleh : Chriswardani S (FKM MIKM UNDIP)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. PT. Rolimex Kimia Nusa Mas adalah perusahaan yang memproduksi

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI BATIK PADA GRIYA BATIK GRESS TENAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. (survive) dan tumbuh (grow). Bertahan artinya perusahaan tidak merugi dan tumbuh artinya

Transkripsi:

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG) SKRIPSI Oleh : Nama : Fieda Femala No Mahasiswa : 00312268 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG) SKRIPSI disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana Strata-1 jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UII Oleh : Nama : Fieda Femala No Mahasiswa : 00312268 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007 i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku. Yogyakarta, 21-09-2007 Penyusun, (FIEDA FEMALA) ii

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG) Hasil Penelitian Diajukan oleh : Nama : Fieda Femala No Mahasiswa : 00312268 Jurusan : Akuntansi Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Pada tanggal Dosen Pembimbing (Drs Kesit Bambang Prakosa, MSi) iii

BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI SKRIPSI BERJUDUL Penerapan Metode Activity-Based Costing System Dalam Menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Pada RSUD Kabupaten Batang) Disusun Oleh: FIEDA FEMALA Nomor Mahasiswa: 00312268 Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS Pada tanggal : 7 September 2007 Pembimbing Skripsi/Penguji : Drs. Kesit Bambang Prakosa, M.Si. Penguji : Drs. Johan Arifin, M.Si. Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D iv

MOTTO Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum (golongan) kecuali kaum (golongan) itu sendiri yang mengubahnya (Qs. Ar-Ra du : 11) Katakanlah : Setiap kamu berkarya menurut bakat masing-masing, hanya Allah Tuhanmu yang paling mengetahui siapa yang benar-benar mendapat Petunjuk di jalan yang ditempuhnya. (Qs. Al-Israa : 84) Wahai orang yang beriman, jika kamu menolong (melaksanakan semua perintah) Allah, maka Ia akan menolong kamu dan memantapkan langkah-langkahmu. (Qs. Muhammad : 7) Halaman Persembahan v

Skripsi ini ku persembahkan : Mama tercinta Tati Sugiharti Papaku Achmad Sobirin Kakakku Mia Marisa Adikku Rengga Dan Adya Yayangku Popied feriyanto Keponakanku Asty Amanda KATA PENGANTAR vi

Assalamualaikum Wr.Wb Alhamdulillahirrabilallamin, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunia dan nikmat-nya, sehingga akhirnya penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Strata (S1) untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi UNiversitas Islam IndonesiaYogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini sudah diusahakan semaksimal mungkin, kalaupun ada kekurangan itu karena keterbatasan yang dimiliki penulis layaknya sebagaimana manusia biasa, karena proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis hendak memberikan ucapan terima kasih yang tulus kepada 1. Bapak Prof. Dr. Edy Suwandi Hamid, M.Ec selaku Rektor Universitas Islam Indonesia. 2. Bapak Drs. Asmai Ishak, M. Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. 3. Ibu Dra. Erna Hidayah, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Islam Indonesia. vii

4. Bapak Drs. Kesit Bambang Prakosa, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Drs. Johan Arifin, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan pengarahan dan masukan yang sangat berguna bagi penulis. 6. Pak Gunawan, Pak Pri, Pak Utoyo terimakasih atas segala bantuanbantuannya disaat yang tepat. 7. Mama tercinta yang selalu dengan sabar memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Setiap dukungannya sangat berarti bagi penulis. I love You Mam. 8. Papaku yang selalu memberikan nasehat kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. 9. Kakakku tercinta yang selalu memberi dorongan kepada penulis untuk selalu kuat,tegar dan percaya diri.. 10. adik-adikku, kalian adalah motivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Yayangku yang selalu berada didekatku dalam keadaan susah maupun senang. 12. Dewi Husin, makasih ya pinjaman laptopnya. viii

13. Teman-teman lamaku di wisma pugeran, mbak nana, mbak leni, mbak tati, mia, ony, ade, lia, rini, siti. Semoga di lain waktu kita bisa ketemu lagi. 14. Teman-temanku di wisma cantik, Rhinie, Umi, Dian, Egha, Heni, Winda, Heny, July, Vivi, Yuyun, Sandra, Icun, Mb ita, Yuni. Tanpa kalian wisma cantik terasa sepi. 15. Keponakanku Asty Amanda yang lucu dan imut 16. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuannya hinggga terselesaikannya skripsi ini. Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa memberikan karunia-nya atas Budi baik dan amal mereka. Akhir kata bila ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa itu semua merupakan kekurangan dari penulis sebagai manusia biasa. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya serta semua pihak yang memerlukannya. Amin. Wassalamu alakum Wr.Wb Yogyakarta, September 2007 Penulis ix

DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme Halaman Pengesahan. Berita Acara Ujian Skripsi. Halaman Motto.. Halaman Persembahan.. Kata Pengantar... Daftar Isi DAftar Tabel.. Daftar Gambar Abstrak i ii iii iv v vi vii x xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah.. 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian. 5 1.4 Manfaat Penelitian 5 BAB II LANDASAN TEORI 6 2.1 Pengertian Activity Based-Costing.. 6 2.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based-Costing... 6 2.3 Perbandingan Biaya Produk Tradisional Dan ABC 8 2.4 Struktur Sistem ABC... 10 x

2.5 Syarat Penerapan Sistem ABC 11 2.6 Pembebanan BOP Pada ABC. 13 2.6.1 Prosedure Pembebanan BOP Dengan ABC Sistem 14 2.7 Manfaat Penentuan HPP Berdasarkan Aktifitas. 16 2.8 Cost Driver.. 18 2.9 Keunggulan Metode ABC... 20 2.10 Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional 21 2.11 Pengertian Dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost Plus Pricing 24 2.12 ABC Untuk Perusahaan Jasa 27 BAB III TINJAUAN OBYEK PENELITIAN 29 3.1 Gambaran Umum RSUD Kab. Batang 29 3.1.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kab. Batang.. 29 3.1.2 Visi, Misi, Moto, Tujuan, Filosofi, Tugas RSU Fungsi RSU Dan Nilai Dasar... 30 3.1.2.1 Visi 30 3.1.2.2 Misi 30 3.1.2.3 Moto.. 30 3.1.2.4 Tujuan 30 3.1.2.5 Filosofi.. 30 3.1.2.6 Tugas RSU 31 3.1.2.7 Fungsi RSU.. 31 xi

3.1.2.8 Nilai Dasar 31 3.1.3 Pemegang Jabatan 32 3.1.4 Fasilitas Pelayanan.. 32 3.1.4.1 Rawat Jalan.. 32 3.1.4.2 Rawat Inap 33 3.1.5 Penunjang Pelayanan.. 33 3.1.5.1 Penunjang Medik. 33 3.1.5.2 Penunjang Non Medik. 34 3.1.6 Kerjasama Dengan Institusi Pendidikan. 34 3.1.7 Tenaga Pengelola 35 3.1.8 Sarana.. 36 3.1.9 Struktur Organisasi.. 37 3.1.10 Kelas Jasa, Dan Tarif RSU 43 3.1.10.1 Kelas Jasa.. 43 3.1.10.2 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kab. Batang... 45 3.1.11 Data Pendukung ABC.. 47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 52 4.1 Perhitungan HPP Rawat Inap Dengan Menggunakan ABC 52 4.1.1 Mengidentifikasi Dan Mendefinisikan Aktivitas Dan Pusat Aktivitas... 52 4.1.2 Mengklasifikan Aktivitas Biaya Kedalam Berbagai Aktifitas. 56 xii

4.1.3 Mengidentifikasi Cost Driver 58 4.1.4 Menentukan Tarif Per Unit Cost Driver 61 4.1.5 Membebankan Biaya Ke Produk Dengan Menggunakan Tarif Cost Driver Dan Ukuran Aktifitas 64 4.2 Perbandingan Metode Tradisional Dan ABC Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap.. 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan.. 73 5.2 Saran. 74 DAFTAR PUSTAKA... 75 LAMPIRAN xiii

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Penetapan HPP Melalui Metodse Tradisional Dengan ABC. 9 3.1 Jumlah Ruang Rawat Inap dan Kapasitas Tempat tidur RSUD Batang 33 3.2 Tarif Jasa Rawat Inap RSUD Kab. Batang... 47 3.3 Data Biaya Rawat Inap Pada RSUD Batang. 48 3.4 Data Pendukung Lama Hari Pasien Rawat Inap Pada RSUD Batang... 49 3.5 Data Pendukung Jumlah Pasien Rawat ianap Pada RSUD Batang 50 3.6 Data Pendukung Luas Ruangan Rawat Inap Pada RSUD Batang. 50 3.7 Tarif Konsumsi Tiap Kelas Rawat Inap Pada RSUD Batang 51 4.1 Data Penggunaan Listrik Pada RSUD Batang... 54 4.2 Klasifikasi Biaya Ke Dalam Berbagai Aktifitas 58 4.3 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap 59 4.4 Penentuan Tarif Per Unit Cost Driver Kamar Rawat Inap Dengan Menggunakan Metode ABC.. 62 4.5 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas VIP 65 4.6 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama I. 66 4.7 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas Utama II 67 4.8 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas I. 68 4.9 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas II. 69 4.10 Tarif Jasa Rawat Inap Kelas III 70 4.11 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional Dengan ABC Dalam Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap. 71 xiv

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Konsep Dasar Activity Based-Costing... 8 xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian dari BAPPEDA... 76 2. Surat Keterangan Penelitian dari RSUD Kabupaten Batang... 77 xvi

ABSTRAK Dalam penentuan harga pokok produk, sistim akuntansi biaya tradisional kurang sesuai lagi untuk diterapkan di era tekhnologi yang modern seperti saat ini. Karena sistem ini mempunyai beberapa kelemahan. Diantaranya adalah memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Adanya berbagai kelemahan tersebut dapat diatasi dengan penggunaan metode Activity-Based Costing. Activity-Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan dalam metode ABC lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Utama I yang memberikan hasil lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masing-masing produk. Pada metode akuntansi biaya tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja. Akibatnya cenderung terjadi distorsi pada pembebanan biaya overhead. Sedangkan pada metode ABC, biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada banyak cost driver. Sehingga dalam metode ABC, telah mampu mengalokasikan biaya aktivitas kesetiap kamar secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas. xvii

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masingmasing perusahaan saling beradu strategi dalam usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan, terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan pelanggan. Tugas utama rumah sakit adalah memberikan jasa pengobatan, perawatan, dan pelayanan kesehatan. Dalam memberikan jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit memperoleh penghasilan dari pendapatan jasa dan fasilitas yang diberikan. Salah satunya adalah jasa rawat inap. Dimana pendapatan dari jasa tersebut didapat dari tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Penentuan tarif jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting. Karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. Dengan adanya berbagai macam fasilitas pada jasa

2 rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi, maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Dalam menentukan harga pokok produk terkadang rumah sakit masih menggunakan akuntansi biaya tradisional. Dimana sistem ini tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang maju, pada diversifiksi (keanekaragaman) produk yang tinggi (Bunyamin Lumenta, 1989). Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya tradisional memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional. Sistem akuntansi ini disebut Activit-Based Costing. Definisi metode Activity-Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk (Hansen & Mowen, 1992) Perbedaan utama penghitungan harga pokok produk antara akuntansi biaya tradisional dengan ABC adalah jumlah cost driver (pemicu biaya) yang digunakan. Dalam sistem penentuan harga pokok produk

3 dengan metode ABC menggunakan cost driver dalam jumlah lebih banyak dibandingkan dalam sistem akuntansi biaya tradisional yang hanya menggunakan satu atau dua cost driver berdasarkan unit. Dalam metode ABC, menganggap bahwa timbulnya biaya disebabkan oleh adanya aktivitas yang dihasilkan produk. Pendekatan ini menggunakan cost driver yang berdasar pada aktivitas yang menimbulkan biaya dan akan lebih baik apabila diterapakan pada perusahaan yang menghasilkan keanekaragaman produk. Rumah sakit merupakan salah satu perusahaan jasa yang menghasilkan keanekaragaman produk. Dimana output yang dijual lebih dari satu. Keanekaragaman produk pada rumah sakit mengakibatkan banyaknya jenis biaya dan aktivitas yang terjadi pada rumah sakit, sehingga menuntut ketepatan pembebanan biaya overhead dalam penentuan harga pokok produk. Metode ABC dinilai dapat mengukur secara cermat biaya-biaya yang keluar dari setiap aktivitas. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead, sehingga dalam metode ABC dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat. RSUD Batang merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah yang melayani kesehatan bagi masyarakat sekitar Batang. Dalam perhitungan biaya rawat inap, RSUD Batang masih menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional. Padahal perhitungan biaya rawat inap sangat

4 penting karena berkaitan dengan masalah penentuan harga pokok rawat inap.yang pada akhirnya akan mempengaruhi penentuan harga jualnya atau tarif rawat inap.dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul : PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (STUDI PADA RSUD KABUPATEN BATANG)

5 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimanakah cara menghitung tarif jasa rawat inap pada RSUD Batang dengan menggunakan Activity-Based Costing System. 2. Apakah ada perbedaan besarnya tarif jasa rawat inap pada RSUD Batang dengan menggunakan perhitungan akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based Costing System. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penerapan Activity-Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap pada RSUD Batang. 2. Untuk mengetahui perbandingan besarnya tarif jasa rawat inap, dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan Activity-Based Costing System pada RSUD Batang. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan pengetahuan mengenai penerapan Activity-Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan tarif jasa rawat inap. 2. Memberikan alternative cara perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan konsep Activity-Based Costing System. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan cara penghitunagan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan konsep Activity-Based Costing System. 4. Membantu rumah sakit dalam menghitung dan menentukan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode Activity-Based Costing Syste

6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran distribusi. Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja (1992; 27) adalah : Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang pertama. Sedangakan menurut Mulyadi (1993:34) memberikan pengertian ABC sebagai berikut : ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Pengertian ABC Sistem yang lain juga dikemukakan oleh Hansen and Mowen (1999: 321) sebagai berikut : Suatu sistem kalkulasi biaya yang pertama kali menelusuri biaya ke aktivitas kemudian ke produk.

7 Pengertian akuntansi aktivitas menurut Brimson (1991: 47) adalah: Suatu proses pengumpulan dan menelusuri biaya dan data performan terhadap suatu aktivitas perusahaan dan memberikan umpan balik dari hasil aktual terhadap biaya yang direncanakan untuk melakukan tindakan koreksi apabila diperlukan. Definisi lain dikemukakan oleh Garrison dan Norren (2000: 292) sebagai berikut: Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap. 2.2 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk.

8 Gambar 2.1 Konsep Dasar Activity Based Costing Resources Process View Cost Driver Activities Performance Cost Object Sumber: Hansen, Don.R. dan Maryanne, M. Mowen, 2005 2.3 Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume

9 produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 1999: 157-158) Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan sistem ABC, yaitu: Tabel 2.1 Perbedaan penetapan harga pokok produk Tradisional dengan Metode Activity Based Costing Metode Penentuan Harga Pokok Produk Tradisional Metode Activity Based Costing Tujuan Inventory level Product Costing Lingkup Fokus Tahap produksi Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung Tahap desain, produksi, Tahap pengembangan Biaya overhead Periode Perode akuntansi Daur hidup produk Teknologi yang digunakan Metode manual Komputer telekomunikasi Sumber: Mulyadi, 1993

10 2.4 Struktur sistem ABC Desain ABC difokuskan pada kegiatan, yaitu apa yang dilakukan oleh tenaga kerja dan peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kegiatan adalah segala sesuatu yang mengkonsumsi sumber daya perusahaan. Dengan memusatkan perhatian pada kegiatan dan bukannya departemen atau fungsi, maka sistem ABC akan dapat menjadi media untuk memahami, memanajemeni, dan memperbaiki suatu usaha.ada dua asumsi penting yang mendasari Metode Activity Based Costing, yaitu: 1) Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya Metode Activity Based Costing bahwa sumber daya pembantu atau sumber daya tidak langsung menyediakan kemampuannya untuk melaksanakan kegiatan bukan hanya sekedar penyebab timbulnya biaya. 2) Produk atau pelanggan jasa Produk menyebabkan timbulnya permintaan atas dasar aktivitas untuk membuat produk atau jasa yang diperlukan berbagai kegiatan yang menimbulkan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Asumsi tersebut diatas merupakan konsep dasar dari sitem ABC. Selanjutnya, karena adanya aktivitas akan menimbulkanan biaya, maka untuk dapat menjalankan usahanya secara efisien, perusahaan harus dapat mengelola aktivitasnya. Dalam hubungannya dengan biaya produk, maka biaya yang dikonsumsi untuk menghasilkan produk adalah biaya-biaya

11 untuk aktivitas merancang, merekayasa, memproduksi, menjual dan memberikan pelayanan produk (Cokins dkk, 1996:12) 2.5 Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC menyaratkan tiga hal: 1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-masing produk. 2. Tingkat persaingan industri yang tinggi Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung pengambilan keputusan manajemen. 3. Biaya pengukuran yang rendah Yaitu bahwa biaya yang digunakan system ABC untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh (Supriyono, 1994:664-665).

12 Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum kemungkinan penerapan metode ABC, yaitu (Supriyono, 2002: 247) 1. Biaya berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan sisitem ABC kehilangan relevansinya. Artinya Activity Based Costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi saja. 2. Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan non unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu biaya. Pada kondisi ini penggunaan system ABC justru tidak tepat karena sistem ABC hanya dibebankan ke produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem akuntansi biaya tradisional atau sistem ABC membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah) mungkin masih dapat mengunakan sistem tradisional tanpa ada masalah.

13 2.6 Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing Pada Activity-Based Costing meskipun pembebanan biaya-biaya overhad pabrik dan produk juga menggunakan dua tahap seperti pada akuntansi biaya tradisional, tetapi pusat biaya yang dipakai untuk pengumpulan biaya-biaya pada tahap pertama dan dasar pembebanan dari pusat biaya kepada produk pada tahap kedua sangat berbeda dengan akuntansi biaya tradisional (cooper, 1991:269-270). Activity-Based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila dibandingkan dengan sistem pembebanan biaya pada akuntansi biaya tradisional. Sebelum sampai pada prosedure pembebanan dua tahap dalam Activity-Based Costing perlu dipahami hal-hal sebagai berikut: 1. Cost Driver adalah suatu kejadian yang menimbulkan biaya. Cost Driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biayabiaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktivitasaktivitas selanjutnya. 2. Rasio Konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah aktivitas yang dikonsumsi oleh suatu produk dengan jumlah keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk. 3. Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya saja.

14 Atau untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead secara logis harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. 2.6.1 Prosedure Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC Menurut Mulyadi (1993: 94), prosedure pembebanan biaya overhead dengan sisitem ABC melalui dua tahap kegiatan: a. Tahap Pertama Pengumpulan biaya dalam cost pool yang memiliki aktifitas yang sejenis atau homogen, terdiri dari 4 langkah : 1. Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya kedalam berbagai aktifitas 2. Mengklasifikasikan aktifitas biaya kedalam berbagai aktifitas, pada langkah ini biaya digolongkan kedalam aktivitas yang terdiri dari 4 kategori yaitu: Unit level activity costing, Batch related activity costing, product sustaining activity costing, facility sustaining activity costing. Level tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Aktivitas Berlevel Unit (Unit Level Activities) Aktivitas ini dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya aktivitas berlevel unit bersifat proporsional dengan jumlah unit produksi. Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan, karena tenaga tersebut cenderung

15 dikonsumsi secara proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. b. Aktivitas Berlevel Batch (Batch Level Activities) Aktivitas dilakukan setiap batch diproses, tanpa memperhatikan berapa unit yang ada pada batch tersebut. Misalnya, pekerjaan seperti membuat order produksi dan pengaturan pengiriman konsumen adalah aktivitas berlevel batch. c. Aktivitas Berlevel Produk (Produk Level Activities) Aktivitas berlevel produk berkaitan dengan produk spesifik dan biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau unit yang diproduksi atau dijual. Sebagai contoh merancang produk atau mengiklankan produk. d. Aktivitas Berlevel Fasilitas (Fasility level activities) Aktivitas berlevel fasilitas adalah aktivitas yang menopang proses operasi perusahaan namun banyak sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume. Aktivitas ini dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Kategori ini termasuk aktivitas seperti kebersihan kantor, penyediaan jaringan komputer dan sebagainya.

16 3. Mengidentifikasikan Cost Driver Dimaksudkan untuk memudahkan dalam penentuan tarif/unit cost driver. 4. Menentukan tarif/unit Cost Driver Adalah biaya per unit Cost Driver yang dihitung untuk suatu aktivitas. Tarif/unit cost driver dapat dihitung dengan rumus sbb: Tarif per unit Cost Driver = JumlahAktifitas CostDriver b. Tahap Kedua Penelusuran dan pembebanan biaya aktivitas kemasing-masing produk yang menggunakan cost driver. Pembebanan biaya overhead dari setiap aktivitas dihitung dengan rumus sbb: BOP yang dibebankan = Tarif/unit Cost Driver X Cost Driver yang dipilih 2.7 Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas Jika syarat-syarat penerapan sistem ABC sudah terpenuhi, maka sebaiknya perusahaan menerapkan sistem ABC dan segera mendesain ulang sistem akuntansi biayanya karena akan bermanfaat sebagai berikut: (Supriyono, 2002:698)

17 1) Memperbaiki mutu pengambilan keputusan Dengan informasi biaya produk yang lebih teliti, kemungkinan manajer melakukan pengambilan keputusan yang salah dapat dikurangi. Informasi biaya produk yang lebih teliti sangat penting artinya bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang tajam. 2) Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. Sistem ABC mengidentifikasi biaya overhed dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk. Sistem ABC mengakui bahwa tidak semua overhed bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi. Dengan menggunakan biaya berdasarkan unit dan non unit overhead dapat lebih akurat ditelusuri ke masing-masing produk. 3) Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan. Karena sistem ABC menyediakan informasi biaya yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, maka manajemen akan menghasilkan kemudahan dalam memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan bisnis mereka.

18 2.8 Cost Driver Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masingmasing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver. a) Pengertian Cost Driver Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktifitas yang akan menyebabkan biaya dalam aktifitas. Ada dua jenis cost driver, yaitu: 1. Cost Driver berdasarkan unit Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen. 2. Cost Driver berdasarkan non unit Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskn konsumsi overhead.

19 Contoh cost driver berdasarkan unit pada perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia. b) Penentuan Cost Driver Yang Tepat Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat komplek dan banyak jumlahnya. Oleh karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau cost driver. 1) Penentuan jumlah cost driver yang dibutuhkan Menurut Cooper dan Kaplan (1991: 375), penentuan banyaknya cost driver yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driver yang dibutuhkan. 2) Pemilihan cost driver yang tepat. Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan: (Cooper dan Kaplan, 1991: 383) a) Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih. b) Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas sesungguhnya

20 (degree of correlation). Cost driver yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih. c) Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effec). cost driver yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih 2.9 Keunggulan Metode ABC Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai berikut: 1. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya 2. ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan 3. Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar 4. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang

21 dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume rendah. 5. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. 2.10 Kelemahan Sistem akuntansi Biaya Tradisional Hal-hal yang tidak diberitahukan oleh sistem akuntansi biaya tradisional kepada manajemen banyak sekali. Akuntansi biaya tradisional memberi sedikit ide kepada manajemen pada saat harus mengurangi pengeluaran pada waktu yang mendesak. Sistem tersebut hanya memberikan laporan manajemen dengan menunjukkan dimana biaya dikeluarkan dan tidak ada indikasi apa-apa yang menimbulkan biaya. Sistem biaya tradisional memang memeperhatikan biaya total perusahaan, akan tetapi mereka mengabaikan below the line expenses, seperti penjualan, distribusi, riset, dan pengembangan serta biaya administrasi. Biaya-biaya ini tidak dibebankan kepasar, pelanggan, saluran distribusi, atau bahkan produk yang berbeda. Banyak manajer yang percaya bahwa biaya-biaya ini adalah tetap. Oleh sebab itu, biaya-biaya below the line ini diperlakukan secara sama dengan mendistribusikannya kepada pelanggan. Padahal, sekarang ini beberapa pelanggan jauh lebih mahal untuk dilayani dibandingkan dengan yang lain

22 dan sebenarnya beberapa biaya tersebut adalah biaya variabel. (Amin, 1992: 22). Lebih jauh lagi dijelaskan oleh Supriyono (2002: 74-77) bahwa dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain: 1. Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai keunggulan dalam persaingan global. 2. Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. 3. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung. 4. Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.

23 5. Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas. 6. Sistem akuntansi biayaa tradisional menggolongkan suatu perusahaan kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu menekankan kinerja jangka pendek. 7. Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggngjawaban tertantu dengan menggunakan standar. 8. Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alatalat dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju. 9. Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biay-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.

24 2.11 Pengertian dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost Plus Pricing Tarif menurut Supriyono (1991:332) adalah: Sejumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan Untuk menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi baik faktor biaya maupun bukan biaya. Menurut Supriyono (1991:332): o o o o o Biaya, khususnya biaya masa depan Pendapatan yang diharapkan Jenis produk jasa yang dijual Jenis industri Citra dan kesan masyarakat o Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang, keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah o o o o o o Tindakan atau reaksi para pesaing Tipe pasar yang dihadapi Trend Ekonomi Biaya manajemen Tujuan non laba Tanggung jawab sosial perusahaan o Tujuan perusahaan,khususnya laba dan return on investment (ROI)

25 Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan sebagai salah satu pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bertahan hidup (survival) Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama, apabila menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas produksi, persaingan keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus menetapkan harga yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi demikian, laba menjadi kurang penting dibandingkan survival. b. Memaksimalkan laba jangka pendek Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan dengan harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan lebih menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek. c. Kepemimpinan pangsa pasar (leader of market share) Sebagian perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan. Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market share terbesar

26 akan menikmati biaya terendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang. Untuk itu, mereka menetapkan harga serendah mungkin. d. Kepemimpinan mutu produk Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu produk serta biaya riset dan pengembangan. e. Tujuan-tujuan lain, misalnya mempertahankan loyalitas pelanggan Perusahaan mungkin menetapkan harga yang rendah untuk mencegah masuknya perusahaan pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama dengan pesaing dengan tujuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan. Menurut Mulyadi (1993), penentuan tarif atau harga jual suatu produk atau jasa dengan menggunakan metode Cost Plus Pricing yaitu penentuan tarif jasa dengan cara menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa. Tarif jasa berdasarkan Cost Plus Pricing dihitung dengan rumus: Tarif per kamar = Cost sewa kamar + Laba yang diharapkan

27 2.12 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa. Sistem kerja Activity Based Costing banyak diterapkan pada perusahaan manufaktur, tetapi juga dapat diterapkan pada perusahaan jasa. Penerapan metode Activity Based Costing pada perusahaan jasa memiliki beberapa ketentuan khusus, hal ini disebabkan oleh karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa. Menurut Brinker (1992), karakteristik yang dimiliki perusahaan jasa, yaitu: 1) Output seringkali sulit didefinisi 2) Pengendalian aktivitas pada permintaan jasa kurang dapat didefinisi 3) Cost mewakili proporsi yang lebih tinggi dari total cost pada seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara output dengan aktivitasnya. Output pada perusahaan jasa adalah manfaat dari jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak terwujud, contoh: kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan konsumen. Output pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit. Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis jasa menggunakan metode Activity Based Costing pada bisnisnya. Untuk menjawab permasalahan diatas, Activity Based Costing benar-benar dapat digunakan pada perusahaan jasa, setidaktidaknya pada beberapa perusahaan. Hal-hal yang perlu

28 diperhatikan dalam penerapan Activy Based Costing pada perusahaan jasa adalah: 1) Identifying and Costing Activities Mengidentifikasi dan menghargai aktivitas dapat membuka beberapa kesempatan untk pengoperasian yang efisien. 2) Spesial Challenger Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan manufaktur akan memiliki permasalahan-permasalahan yang serupa. Permasalahan itu seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari. 3) Output Diversity Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan

29 BAB III TINJAUAN OBYEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum RSUD BATANG 3.1.1. Sejarah berdirinya RSUD BATANG RSUD BATANG didirikan pada tahun 1957, pada waktu itu masih ikut wilayah karesidenan pekalongan. Pada tahun 1966 rumah sakit tersebut diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Batang. Pada tahun 1996 RSUD Batang berubah status dari D menjadi C. sejak saat itu diadakan upaya-upaya perbaikan mutu pelayanan. Sejak saat itu sering diadakan upaya-upaya perbaikan mutu pelayanan sampai akhirnya tahun 1999 mendapatkan akreditasi penuh tingkat dasar. RSUD BATANG terletak pada kabupaten batang, dimana kabupaten batang merupakan salah satu dari 35 kabupaten yang ada di JATENG yang terletak antara: - Bujur timur : 109 40 19-110 03 06 - Lintang selatan : 006 51 46 007 11 47 Dengan batas-batas sebagai berikut: - Sebelah utara : Laut jawa - Sebelah timur : Kabupaten Kendal - Sebelah Selatan : Kabupaten wonosobo dan Banjarnegara - Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan & kota Pekalongan

30 3.1.2 Visi, Misi, Motto, Tujuan, Filosofi, Tugas, Fungsi RSU dan Nilai Dasar 3.1.2.1 Visi Menjadi rumah sakit pilihan utama atau kebanggaan masyarakat dan pusat rujukan kesehata di Kabupaten Batang dan sekitarnya. 3.1.2.2 Misi - Memberikan pelayanan secara paripurna, bermutu dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. - Meningkatkan profesionalisme seluruh karyawan rumah sakit - Melakukan kerja sama dengan pihak terkait dalam pelayanan kesehatan 3.1.2.3 Motto Kesembuhan Anda merupakan tekad dan kebahagiaan kami 3.1.2.4 Tujuan - Meningkatkan kemampuan pelayana melalui penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana - Profesionalisme SDM secara berkesinambungan - Peningkatan hubungan kemitraan dengan unit atau instansi dan organisasi 3.1.2.5 Filosofi - Bekerja dengan ikhlas, menjaga amanah serta semangat kebersamaan dalam tim merupakan modal kami.

31 - Ramah tamah, kasih sayang, keterbukaan dan saling menghargai merupakan budaya kami. - Kepuasan pelanggan merupakan tujuan kami 3.1.2.6 Tugas RSU Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan pelaksanaan upaya rujukan. 3.1.2.7 Fungsi RSU - Penyelenggaraan pelayanan medis - Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis - Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan - Penyelenggaraan pelayanan rujukan - Penyelenggaraan pendididikan dan pelatihan - Penyelenggaraan penelilitian dan pengembangan - Penyelenggaraan administrasi umum keuangan 3.1.2.8 Nilai dasar - Bekerja dengan ikhlas - Keterbukaaan - Ramah tamah - Kasih sayang - Saling menghargai - Semangat kebersamaan

32 - Menjaga amanah 3.1.3 Pemegang jabatan - Tahun 1966 1990 : dr. Marthani - Tahun 1990 1992 : dr. Sularso - Tahun 1992-1998 : dr Izis - Tahun 1998 sekarang : dr. Hj. Ratna Ismoyowati. MARS 3.1.4 Fasilitas Pelayanan 3.1.4.1 Rawat Jalan - Poliklinik Umum - Poliklinik Gawat Darurat - Poliklinik Spesialis penyakit dalam - Poliklinik Spesialis bedah - Poliklinik Spesialis kebidanan dan Penyakit Kandungan - Poliklinik Spesialis anak - Poliklinik Spesialis Mata - Poliklinik Spesialis THT - Poliklinik spesialis Syaraf - Poliklinik Gigi dan Mulut - Poliklinik Keluarga berencana - Poliklinik konsultasi Gizi - Poliklinik Penyakit Jiwa

33 3.1.4.2 Rawat Inap Pada ruang rawat inap tersedia 150 tempat tidur, 23 diantaranya untuk kelas utama dan VIP. Berikut ini jumlah ruang rawat inap dan kapasitas tempat tidur pada RSUD kabupaten Batang. TABEL 3.1 JUMLAH RUANG RAWAT INAP DAN KAPASITAS TEMPAT TIDUR RSUD BATANG Th. 2004 N0 Bangsal Perawatan Jml Tempat Tidur 1 Flamboyan 21 2 Melati 22 3 Dahlia 22 4 Wijaya Kusuma I 22 5 Anggrek 23 6 Nusa Indah 20 7 Wijaya kusuma 2 10 8 Mawar 10 3.1.5 Penunjang Pelayanan 3.1.5.1 Penunjang Medik - Foto Rontgen, Foto panoramic denta ( 24 jam ) - Gawat Darurat ( 24 jam ) - Farmasi /apotik ( 24 jam ) - Laboratorium klinik - Bedah - Fisioterapi - Audiometri ( ketajaman pendengaran )

34 - Hemodialisa - Elektro Kardiografi ( EKG ) - Elektro Encephalografi ( EEG ) - Ultra sonografi ( USG ) - Gizi 3.1.5.2 Penunjang Non Medik - Ambulance ( 24 jam ) - Kasir ( 24 jam ) - Rekam medik - Kantin - Parkir - Wartel - Dapur - Cucian 3.1.6 Kerjasama Dengan Institusi Pendidikan 1. Akademi Keperawatan : - Akper Muhammadiyah - Akper Depkes Pekalongan - Akper Muhammadiyah Kendal 2. Akademi Kebidanan : - Akbid Muhammadiyah Kendal -Akbid Muhammadiyah Pekajangan

35 3.1.7 Tenaga Pengelola RSUD Kabupaten Batang dalam melaksanakan tugasnya seharihari untuk memberi pelayanan kesehatan pada masyarakat didukung 309 karyawan, yang terdiri dari: a) Tenaga Medis - Dokter Umum 6 orang -Dokter Spesialis Penyakit Dalam -Dokter Spesialis anak -Dokter Spesialis Bedah 2 orang 2 orang 2 orang -Dokter spasialis kebidanan & kandungan 2 orang -Dokter Spesialis Mata -Dokter Spesialis THT -Dokter Spesialis Syaraf -Dokter Gigi -Dokter Pathologi Klinik -Farmasi 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang b) Paramedis yang terdiri dari -Paramedis perawatan -Paramedis non perawatan 75 orang 32 orang c) Non Medis -PNS -Honorer Daerah 68 orang 32 orang

36 d) Tenaga Kontrakan -Paramedis -Cleaning Servis -Instalasi Gizi -Laumdry -Satpam -Pengemudi 24 orang 38 orang 14 orang 8 orang 4 orang 4 orang Sumber: Bagian Kepegawaian 3.1.8 Sarana Sarana yang dimiliki RSUD kabupaten Batang adalah: -Ruang Rawat inap -Bed -Monitor Budic -Meja Operasi -Proyektor Sneler -Alat Dokter gigi -Bur Tulang -Kursi EEG -Anestes -Orthopedhi -Ambulance -Mesin Cuci

37 3.1.9 Struktur Organisasi Untuk kelancaran jalannya sutu perusahaan diperlukan beberapa bagian yang mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda namun saling menunjang. Karena itu diperlukan struktur organisasi yang berfungsi untuk memperjelas tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda pada tiap bagian. Untuk menjalankan dengan baik organisasi diperusahaan, perlu diperhatikan pedoman, asasasas atau prinsip-prinsip organisasi, seperti perumusan tujuan yang jelas, pembagian kerja, pendelegasian kekuasaan, kesatuan perintah dan tanggung jawab serta tingkat pengawasan dan koordinasi. Tujuan dibentuknya struktur organisasi adalah untuk: 1. Mempermudah pelaksanaan tugas atau pekerjaan 2. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahaan 3. Mengkoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan 4. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi kegiatan sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya Demikian pula dengan RSUD Kab. Batang yang juga menjalankan organisasinya dengan baik. Adapun uraian dari tugas pokok masingmasing bagian, penulis uraikan berikut ini setelah bagan struktur organisasi RSUD Kab. Batang tahun 2004: