MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR INDUSTRI NON-MIGAS S.D. TRIWULAN I TAHUN 2015 8 7.46 6.98 (tahun dasar 2010, persen) 6.5 5 6.17 6.03 5.45 5.58 5.61 5.02 5.21 4.71 3.5 2 2011 2012 2013 2014 Tw I 2015 Pertumbuhan Industri Non-Migas Pertumbuhan Ekonomi PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI NON MIGAS 2011 2012 2013 2014 Tw I 2015 7,46 6,98 5,45 5,61 5,21 PERTUMBUHAN PDB EKONOMI 2011 2012 2013 2014 Tw I 2015 6,17 6,03 5,58 5,02 4,71 Sumber : BPS diolah Kemenperin
DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL UU 17 TAHUN 2007 RPJPN Arah Pembangunan Industri: Industri yang berdaya saing Keterkaitan dengan pengembangan IKM Struktur Industri yang sehat dan berkeadilan Mendorong perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa UU 3 TAHUN 2014 TTG PERINDUSTRIAN RIPIN (PP no 14/2015) PP 20 Thn Pasal 9 Ayat 1 : RIPIN paling sedikit memperhatikan: a.potensi sumber daya Industri; b.budaya Industri dan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat; c.potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah; d.perkembangan Industri dan bisnis baik nasional maupun internasional; e.perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional; f.rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Pasal 9 Ayat 2 : RIPIN paling sedikit meliputi: a.visi, misi, dan strategi pembangunan Industri; b.sasaran dan tahapan capaian pembangunan Industri; c.bangun Industri nasional; d.pembangunan sumber daya Industri; e.pembangunan sarana dan prasarana Industri; f.pemberdayaan Industri; dan g.perwilayahan Industri. RPJMN PERPRES KIN PERPRES 5 Thn RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROPINSI RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KAB/KOTA PERDA RKP PERPRES RENJA PEMBANGUNAN INDUSTRI PERMEN 1 Thn
BANGUN INDUSTRI NASIONAL VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL Industri Andalan Industri Pangan Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Industri Alat Transportasi Industri Elektronika & Telematika / ICT Industri Pembangkit Energi Industri Pendukung Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri Industri Hulu Industri Hulu Agro Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara Modal Dasar Sumber Daya Alam Infrastruktur Sumber Daya Manusia Prasyarat Kebijakan & Regulasi Teknologi, Inovasi & Kreativitas Pembiayaan
INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035
Sasaran Pembangunan Industri Jangka Panjang (RIPIN) NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014* 2015 2020 2025 2035 1 Pertumbuhan sektor industri nonmigas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5 2 3 Kontribusi industri nonmigas terhadap PDB Kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0 % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4 4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta orang 14,9 15,5 18,5 21,7 29,2 5 6 Persentase tenaga kerja di sektor industri terhadap total pekerja Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap PDB sektor industri nonmigas % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0 % 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0 7 Nilai Investasi sektor industri Rp Trilyun 210 270 618 1.000 4.150 8 Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa % 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0 Sumber : Kementerian Perindustrian, 2014 * perkiraan realisasi
Pembangunan 14 Kawasan Industri dan 22 Sentra IKM di luar Pulau Jawa Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Quick Win) Terbangunnya pengembangan Kawasan Industri: Bintuni, Papua Barat; (2) Buli, Maluku Utara; (3) Bitung, Sulawesi Utara; (4) Palu, Sulawesi Tengah; (5) Morowali, Sulawesi Tengah; (6) Konawe, Sulawesi Tenggara; (7) Bantaeng, Sulawesi Selatan; (8) Batu Licin, Kalimantan Selatan; (9) Ketapang, Kalimantan Barat; (10) Landak, Kalimantan Barat; (11) Kuala Tanjung, Sumatera Utara; (12) Sei Mangke, Sumatera Utara; (13) Tanggamus, Lampung, (14) Jorong, Kalimantan Selatan Terbangunnya 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah: 11 Sentra IKM di wilayah Sumatera dan Kalimantan 11 Sentra IKM di wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua
Peta Pembangunan 14 Kawasan Industri di luar Pulau Jawa Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Quick Win)
Kebutuhan Energi Sektor Industri Sektor industri di Indonesia, baik migas maupun nonmigas menjadi sektor yang mengkonsumsi energi terbesar di Indonesia, Pada tahun 2012, konsumsi sektor industri sebesar 42,91 persen (Kementerian ESDM, 2014). Sekitar 60-70 persen, dikonsumsi oleh 8 industri padat (lahap) energi, yaitu : (1) industri pupuk, (2) industri pulp dan kertas, (3) industri tekstil, (4) industri semen, (5) industri baja, (6) industri keramik, (7) Industri petrokimia dan (8) industri pengolahan kelapa sawit
Upaya upaya yang akan Dilakukan dalam Mendukung RE/ EE Sesuai dengan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015 2035
A. Industri Pembangkit Energi Periode 2015-2019 Mengembangkan kebijakan pemetaan kebutuhan dan penggunaan sumber energi dari migas dan batubara (energy balance); Memetakan proses dan teknologi industri yang lahap energi untuk implementasi manajemen energi dan penyusunan kebijakan industri yang hemat energi; Mengembangkan roadmap secara komprehensif melalui analisis keekonomian sumber energi terbarukan serta penyusunan jadwal konversi energi secara terencana dalam jangka panjang; Mengembangkan kebijakan energi terbarukan termasuk insentif, penyediaan infrastruktur dan pelestarian / keseimbangan sumber; Memfasilitasi penelitian dan pengembangan potensi rare earth elements (REE) sebagai bahan paduan dan bahan baku nuklir; Memfasilitasi pendiriaan pabrik / pusat pengolahan bahan baku pembuat magnet; Memfasilitasi pendirian pabrik yang mengolah material menjadi komponen pembangkit listrik tenaga surya;
Periode 2015-2019 Memfasilitasi alih teknologi industri sel surya melalui pendirian atau akuisisi; Memfasilitasi penelitian dan pengembangan produk solar cell untuk implementasi di industri dan masyarakat; Mengembangkan kebijakan pemanfaatan listrik perumahan dari solar cell untuk menambah kapasitas daya listrik nasional; Memfasilitasi pendirian pabrik/pusat pengolahan lanjut REE poduk bahan baku nuklir sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau bahan penolong beradiasi di industri; Mengembangkan rancang bangun fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir efisien dengan tingkat keselamatan yang tinggi; Mengembangkan riset manajemen energi dan pengembangan metoda atau komponen untuk penghematan energi; Mengembangkan riset kabel konduktor khusus dan logam magnet berdaya tinggi untuk menghasilkan motor / generator listrik yang efisien;
Periode 2015-2019 Memfasilitasi pengembangan dan penguasaan teknologi design dan engineering untuk pembangkit listrik yang efisien termasuk penguasaan hak kekayaan intelektual dan penjaminan resiko teknologi; Memfasilitasi penguasaan teknologi dan produksi melalui akuisisi industri alat uji dan pengukuran yang sudah maju; Memfasilitasi pengembangan teknologi produksi hidrogen dan fuel cell untuk penggerak mula di produk alat transportasi. B. Industri Elektronika dan Telematika / ICT Periode 2015-2019 Mengembangkan riset material untuk baterai ukuran kecil dan berdaya tinggi; Memfasilitasi alih teknologi industri baterai untuk keperluan elektronika melalui akuisisi industri baterai yang memiliki teknologi maju.
C. Upaya Lainnya Promosi penerapan prinsip-prinsip Industri Hijau, dengan melakukan penyusunan peraturan tentang penerapan prinsip-prinsip Industri Hijau, dan melaksanakan kewajiban penerapan terhadap peraturan tersebut; Restrukturisasi permesinan dan pemberian fasilitas insentif (fiskal dan non fiskal) bagi industri yang melaksanakan energi efisiensi; Penerapan teknologi pemanfaatan gas buang untuk listrik dan termal proses di industri (cogeneration) dengan menyusun katalog teknologi pemanfaatan panas buang yang layak diterapkan, melakukan pelatihan terhadap tim/manajer energi industri, dan melaksanakan pilot project dengan dana Pemerintah, swasta, hibah atau GEF.
TERIMA KASIH