PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN

dokumen-dokumen yang mirip
MEMUTUSKAN. Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Resort

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 05/BPMS-BNKP/2008 tentang KEUANGAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 01/BPMS-BNKP/2007 tentang BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

KEPUTUSAN BADAN PEKERJA HARIAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : 22/KEP/VII/2009 LAMPIRAN 1 (SATU)

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR: 07/BPMS-BNKP/2008 tentang PELAYAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

Lampiran 2: Pedoman penyusunan Jadwal Kegiatan Tahunan (JKT) Waktu Pelaksanaan

PERATURAN PENATALAYANAN KEUANGAN GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

KETETAPAN MAJELIS SINODE BNKP NOMOR : II/TAP.MS-BNKP/2007 Tentang PENGESAHAN DAN PENETAPAN TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 12/BPMS-BNKP/2012 tentang TERTIB PENGGEMBALAAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP)

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

TATA GEREJA PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

PERATURAN PERKAWINAN DI GKPS

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

POKOK POKOK PERATURAN (P2P) MAMRE GBKP

PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN PEGAWAI HONORER DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 62 /MWA-IPB/2007 T E N T A N G

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 225 /MEN/2003 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

WALIKOTA BANJARMASIN

K O M I S I I N F O R M A S I

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MULTIFILING MITRA INDONESIA Tbk ( Perseroan )

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2003 TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 3 1. Peserta Biasa mempunyai Hak Bicara dan Hak Suara 2. Peserta Luar Biasa mempunyai Hak Bicara

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

YAYASAN BHAKTI TRI DHARMA KOSGORO JAKARTA ( KESATUAN ORGANISASI SERBAGUNA GOTONG ROYONG ) SURAT KEPUTUSAN

Spiritualitas Penatalayanan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI KOMISI BANDING PATEN

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT IPB NOMOR : 02/MWA-IPB/2002 T E N T A N G ORGANISASI MAJELIS WALI AMANAT INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TATA DASAR DAN TATA RUMAH TANGGA PERSEKUTUAN GEREJA-GERJA DI INDONESIA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS BRAWIJAYA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN DAN SUSUNAN SENAT UNIVERSITAS BRAWIJAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

A N G G A R A N D A S A R

KEPMEN NO. 225 TH 2003

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH RUMAH SAKIT BENGKALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SEBAGAI BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PERATURANN DESA PARAKANMUNCANG KECAMATAN NANGGUNG KABUPATEN BOGOR NOMOR : 4 TAHUN 2001 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DAN LEMBAGA-LEMBAGA INJILI INDONESIA ( PGLII )

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 PLUS PANYABUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian 2:15; Pengkhotbah 5:9; Maleakhi 3:10; Lukas 12:42-46; Lukas 16:10; I Korintus 16:1-4; II Korintus 8:21 Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pengawasan sebagaimana diatur dalam Tata Gereja BNKP pasal 35 ayat 4 dan pasal 39 telah mengamanatkan agar dibentuk satu badan yang disebut Badan Pengawas Penatalayanan; b. bahwa untuk menatalayani pelaksanaan pengawasan atas pengelolaan dan penggunaan keuangan dan harta milik BNKP merupakan salah satu tugas pelayanan yang sangat penting demi tercapainya hasil guna dan daya guna yang sebesar-besarnya atas penggunaan keuangan dan harta milik BNKP secara bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan BNKP; c. bahwa untuk mengatur ketentuan tentang Badan Pengawas Penatalayanan di atas perlu ditetapkan dengan suatu Peraturan BNKP. Mengingat : 1. Tata Gereja BNKP 2. Tata Urutan (Jenjang) Peraturan di BNKP 3. Peraturan BNKP No. 01/BPMS-BNKP/2007 tentang Badan Pekerja Majelis Sinode BNKP 4. Peraturan BNKP No. 02/BPMS-BNKP/2007 tentang Badan Pekerja Harian Majelis Sinode BNKP 5. Peraturan BNKP No. 03/BPMS-BNKP/2008 tentang Resort 6. Peraturan BNKP No. 04/BPMS-BNKP/2008 tentang Jemaat 7. Peraturan BNKP No. 05/BPMS-BNKP/2008 tentang Keuangan 8. Peraturan BNKP No. 06/BPMS-BNKP/2008 tentang Unit Pelayanan 9. Peraturan BNKP No. 07/BPMS-BNKP/2008 tentang Pelayan Mendengar : Pendapat dan saran para anggota BPMS BNKP dalam sidangnya tanggal 9 11 Juni 2009. M E M U T U S K A N Menetapkan : Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Badan Pengawas Penatalayanan. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Pekerja Majelis Sinode disingkat BPMS adalah Badan Pekerja Majelis Sinode BNKP. 2. Badan Pekerja Harian Majelis Sinode disingkat BPHMS adalah Badan Pekerja Harian Majelis Sinode BNKP. 3. Badan Pekerja Majelis Resort yang disingkat dengan BPMR adalah Badan Pekerja Majelis Resort BNKP. 4. Badan Pekerja Majelis Jemaat yang disingkat dengan BPMJ adalah Badan Pekerja Majelis Jemaat BNKP. 5. Badan Pengawas Penatalayanan disingkat BPP adalah Badan Pengawas Penatalayanan BNKP. 6. Badan Pengawas Penatalayanan Resort disingkat BPP-Resort adalah Badan Pengawas Penatalayanan Resort di BNKP. 7. Badan Pengawas Penatalayanan Jemaat disingkat BPP-Jemaat adalah Badan Pengawas Penatalayanan Jemaat di BNKP. 1

BAB II KEDUDUKAN FUNGSI DAN TUGAS Pasal 2 BPP adalah Badan Pengawas Penatalayanan tertinggi di bidang keuangan dan harta milik yang dalam melaksanakan tugasnya bebas dari pengaruh siapapun. Pasal 3 (1) BPP mempunyai fungsi pengawasan atas pengelolaan dan penggunaan keuangan dan harta milik BNKP yang berada dalam tanggung jawab BPHMS sebagai penanggung jawab atas pelayanan di seluruh BNKP. (2) BPP-Resort mempunyai fungsi pengawasan atas pengelolaan dan penggunaan keuangan dan harta milik BNKP yang berada dalam tanggung jawab BPMR sebagai penanggung jawab atas pelayanan di Resort. (3) BPP-Jemaat mempunyai fungsi pengawasan atas pengelolaan dan penggunaan keuangan dan harta milik BNKP yang berada dalam tanggung jawab BPMJ sebagai penanggung jawab atas pelayanan di Jemaat. Pasal 4 Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada pasal 3 peraturan ini, BPP, BPP-Resort dan BPP-Jemaat mempunyai tugas: 1. Melakukan pengawasan. 2. Melakukan pemeriksaan secara berkala setiap kuartal dan atau suatu waktu sesuai dengan kebutuhan. 3. Dalam keadaan tertentu BPP dapat melakukan pemeriksaan atas persetujuan Majelis. 4. Melakukan pembinaan dengan memberikan bimbingan dan petunjuk-petunjuk. 5. Memberi saran penindakan atas pelanggaran yang telah ditemukan. 6. Membuat laporan tertulis atas hasil pemeriksaan BPP kepada BPMS, BPP-Resort kepada Majelis Resort dan BPP-Jemaat kepada Majelis Jemaat. BAB III SUSUNAN DAN KEANGGOTAAN BPP Pasal 5 Keanggotaan BPP berjumlah 9 (sembilan) orang dengan susunan sebagai berikut: 1. Ketua merangkap anggota 2. Sekretaris merangkap anggota 3. Beberapa anggota Pasal 6 Seseorang dapat diangkat menjadi anggota BPP apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Anggota BNKP aktif dalam pelayanan Gerejawi. 2. Memiliki pemahaman yang memadai tentang seluk-beluk pelayanan Gerejawi 3. Memiliki integritas moral, disiplin dan bertanggung jawab di dalam melaksanakan tugas. 4. Memiliki pengetahuan dan keahlian tentang pengelolaan dan penyelenggaraan administrasi keuangan dan harta milik pada umumnya. 5. Sedikit mengetahui tentang seluk beluk dan etika audit mengaudit dalam suatu organisasi Pasal 7 (1) Calon Anggota BPP yang diajukan oleh BPHMS bukan anggota BPMS. (2) Jumlah calon anggota BPP yang harus diajukan oleh BPHMS adalah sekurang-kurangnya dua kali dari jumlah anggota yang harus dipilih. (3) Anggota-anggota BPP dipilih oleh BPMS dari calon-calon yang telah diajukan oleh BPHMS. (4) Calon-calon yang telah terpilih menjadi anggota BPP dikukuhkan dengan Surat Keputusan BPHMS. 2

(5) Sebelum melaksanakan tugasnya, anggota-anggota BPP lebih dahulu diteguhkan/ dilantik dalam kebaktian minggu di salah satu Jemaat di BNKP. (6) Masa pelayanan keanggotaan BPP adalah 5 (lima) tahun. (7) Masa pelayanan anggota BPP hanya dapat dipilih 2 kali berturut-turut. (1) Seseorang anggota BPP berhenti karena: Pasal 8 a. Masa pelayanannya telah berakhir. b. Meninggal dunia sebelum berakhir masa pelayanannya. c. Atas permintaannya sendiri. d. Diberhentikan karena sesuatu alasan yang sah. (2) Anggota BPP yang berhenti sebelum habis masa pelayanannya segera diangkat penggantinya sebagai pengganti antar waktu menurut ketentuan sebagaimana terkandung dalam pasal 7 ayat (3) dan (4) peraturan ini, dengan ketentuan masa pelayanannya adalah selama sisa masa pelayanan yang digantikannya. BAB IV SUSUNAN DAN KEANGGOTAAN BPP-RESORT Pasal 9 Keanggotaan BPP-Resort berjumlah 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang dengan susunan sebagai berikut: 1. Ketua merangkap anggota 2. Sekretaris merangkap anggota 3. Beberapa anggota Pasal 10 Seseorang dapat diangkat menjadi anggota BPP-Resort apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Anggota BNKP aktif dalam pelayanan Gerejawi. 2. Memiliki pemahaman yang memadai tentang seluk-beluk pelayanan Gerejawi 3. Memiliki integritas moral, disiplin dan bertanggung jawab di dalam melaksanakan tugas. 4. Memiliki pengetahuan dan keahlian tentang pengelolaan dan penyelenggaraan administrasi keuangan dan harta milik pada umumnya. Pasal 11 (1) Calon Anggota BPP-Resort yang diajukan oleh Praeses bukan anggota Majelis Resort. (2) Jumlah calon anggota BPP-Resort yang harus diajukan oleh Praeses adalah sekurang-kurangnya dua kali dari jumlah anggota yang harus dipilih. (3) Anggota-anggota BPP-Resort dipilih oleh Majelis Resort dari calon-calon yang telah diajukan oleh Praeses. (4) Calon-calon yang telah terpilih menjadi anggota BPP-Resort dikukuhkan dengan Surat Keputusan BPMR. (5) Sebelum melaksanakan tugasnya, anggota-anggota BPP-Resort lebih dahulu diteguhkan/ dilantik dalam kebaktian minggu di salah satu Jemaat di BNKP. (6) Masa pelayanan keanggotaan BPP-Resort adalah 5 (lima) tahun. (7) Masa pelayanan anggota BPP-Resort hanya dapat dipilih 2 kali berturut-turut. Pasal 12 (1) Seseorang anggota BPP-Resort berhenti karena: a. Masa pelayanannya telah berakhir. b. Meninggal dunia sebelum berakhir masa pelayanannya. c. Atas permintaannya sendiri. d. Diberhentikan karena sesuatu alasan yang sah. 3

(2) Anggota BPP-Resort yang berhenti sebelum habis masa pelayanannya segera diangkat penggantinya sebagai pengganti antar waktu menurut ketentuan sebagaimana terkandung dalam pasal 11 ayat (3) dan (4) peraturan ini, dengan ketentuan masa pelayanannya adalah selama sisa masa pelayanan yang digantikannya. BAB V SUSUNAN DAN KEANGGOTAAN BPP-JEMAAT Pasal 13 Keanggotaan BPP-Jemaat berjumlah 3 (tiga) atau 5 (lima) orang dengan susunan sebagai berikut: 1. Ketua merangkap anggota 2. Sekretaris merangkap anggota 3. Beberapa anggota Pasal 14 Seseorang dapat diangkat menjadi anggota BPP-Jemaat apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Anggota BNKP aktif dalam pelayanan Gerejawi. 2. Memiliki pemahaman yang memadai tentang seluk-beluk pelayanan Gerejawi 3. Memiliki integritas moral, disiplin dan bertanggung jawab di dalam melaksanakan tugas. 4. Memiliki pengetahuan dan keahlian tentang pengelolaan dan penyelenggaraan administrasi keuangan dan harta milik pada umumnya. Pasal 15 (1) Calon Anggota BPP-Jemaat yang diajukan oleh Pendeta Jemaat bukan anggota Majelis Jemaat. (2) Jumlah calon anggota BPP-Jemaat yang harus diajukan oleh Pendeta Jemaat adalah sekurangkurangnya dua kali dari jumlah anggota yang harus dipilih. (3) Anggota-anggota BPP-Jemaat dipilih oleh Majelis Jemaat dari calon-calon yang telah diajukan oleh Pendeta Jemaat. (4) Calon-calon yang telah terpilih menjadi anggota BPP-Jemaat dikukuhkan dengan Surat Keputusan BPMJ. (5) Sebelum melaksanakan tugasnya, anggota-anggota BPP-Jemaat lebih dahulu diteguhkan/ dilantik dalam kebaktian minggu di Jemaat yang bersangkutan. (6) Masa pelayanan keanggotaan BPP-Jemaat adalah 5 (lima) tahun. (7) Masa pelayanan anggota BPP-Jemaat hanya dapat dipilih 2 kali berturut-turut. Pasal 16 (1) Seseorang anggota BPP-Jemaat berhenti karena: a. Masa pelayanannya telah berakhir. b. Meninggal dunia sebelum berakhir masa pelayanannya. c. Atas permintaannya sendiri. d. Diberhentikan karena sesuatu alasan yang sah. (2) Anggota BPP-Jemaat yang berhenti sebelum habis masa pelayanannya segera diangkat penggantinya sebagai pengganti antar waktu menurut ketentuan sebagaimana terkandung dalam pasal 15 ayat (3) dan (4) peraturan ini, dengan ketentuan masa pelayanannya adalah selama sisa masa pelayanan yang digantikannya. BAB VI TATA KERJA Pasal 17 (1) Laporan hasil pemeriksaan atas pengelolaan serta penggunaan keuangan dan harta milik BNKP yang dilakukan oleh BPP disampaikan kepada BPMS dalam Persidangan BPMS. (2) Laporan hasil pemeriksaan atas pengelolaan serta penggunaan keuangan dan harta milik BNKP yang dilakukan oleh BPP-Resort disampaikan dalam Persidangan Majelis Resort 4

(3) Laporan hasil pemeriksaan atas pengelolaan serta penggunaan keuangan dan harta milik BNKP yang dilakukan oleh BPP-Jemaat disampaikan dalam Persidangan Majelis Jemaat Pasal 18 (1) Pemeriksaan keuangan dan harta milik oleh BPP dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. (2) BPP suatu waktu dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada seluruh unit pengelola dan pengguna keuangan dan harta milik BNKP. Pasal 19 (1) Pemeriksaan keuangan dan harta milik oleh BPP-Resort dilakukan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. (2) BPP-Resort dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada seluruh unit pengelola dan pengguna keuangan dan harta milik pada ruang lingkup Resort tersebut. (3) BPP-Resort suatu waktu dapat melakukan pemeriksaan di Jemaat atas persetujuan BPMR dan surat penugasan dari BPMR. Pasal 20 (1) Pemeriksaan keuangan dan harta milik oleh BPP-Jemaat dilakukan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. (2) BPP-Jemaat dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan pada unit pelayanan Jemaat yang mengelola dan menggunakan keuangan dan harta milik pada ruang lingkup Jemaat tersebut. Pasal 21 (1) Sidang BPP, BPP-Resort dan BPP-Jemaat diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam enam bulan. (2) Sidang BPP, BPP-Resort dan BPP-Jemaat baru dapat dimulai bilamana jumlah anggota yang hadir setengah dari jumlah anggota ditambah satu. (3) Setiap keputusan yang diambil harus mendapat suara terbanyak, sekurang-kurangnya setengah ditambah satu dari jumlah anggota yang hadir. Pasal 22 Hasil temuan dalam pemeriksaan di lapangan oleh BPP, BPP-Resort dan BPP-Jemaat, terlebih dahulu diminta penjelasan dari pimpinan unit pelayanan yang bersangkutan, sebelum dibuat laporan akhirnya. Pasal 23 (1) Hasil temuan pemeriksaan BPP disampaikan kepada BPMS yang disertai saran perbaikan terhadap unit pelayanan yang bersangkutan. (2) Hasil temuan pemerikasaan BPP-Resort disampaikan kepada Majelis Resort yang disertai saran perbaikan terhadap unit pelayanan yang bersangkutan. (3) Hasil temuan pemerikasaan BPP-Jemaat disampaikan kepada Majelis Jemaat yang disertai saran perbaikan terhadap unit pelayanan yang bersangkutan. BAB VII SEKRETARIAT BPP Pasal 24 (1) Sekretariat bertugas menyelenggarakan administrasi dalam rangka melancarkan tugas BPP. (2) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris. (3) Di sekretariat diangkat Bendaharawan yang langsung bertanggung jawab kepada Ketua BPP. 5

Pasal 25 (1) Pegawai Sekretariat BPP secara organik adalah pegawai Kantor Sinode BNKP yang ditugaskan oleh BPHMS. (2) Honor pegawai sekretariat BPP yang ditugaskan oleh BPHMS dimuat dalam anggaran BPP. BAB VIII K E U A N G A N Pasal 26 (1) Biaya pelaksanaan tugas BPP, setiap tahun dianggarkan dalam APBS dengan pos tersendiri. (2) Besarnya honorarium, biaya perjalanan dan uang sidang baik Ketua, Sekretaris, maupun para anggota serta staf sekretariat BPP diatur tersendiri dengan suatu Surat Keputusan BPHMS. Pasal 27 (1) Biaya pelaksanaan tugas BPP-Resort, setiap tahun dianggarkan dalam APBR dengan pos tersendiri. (2) Besarnya honorarium, biaya perjalanan dan uang sidang baik Ketua, Sekretaris maupun para Anggota BPP-Resort diatur tersendiri dengan suatu Surat Keputusan BPMR. Pasal 28 (1) Biaya pelaksanaan tugas BPP-Jemaat, setiap tahun dianggarkan dalam APBJ dengan pos tersendiri. (2) Besarnya honorarium, biaya perjalanan dan uang sidang baik Ketua, Sekretaris maupun Anggota BPP-Jemaat diatur tersendiri dengan suatu Surat Keputusan BPMJ. Pasal 29 Laporan pertanggungjawaban keuangan: 1. BPP disampaikan kepada BPMS menurut ketentuan waktu yang berlaku. 2. BPP-Resort disampaikan kepada Majelis Resort menurut ketentuan waktu yang berlaku. 3. BPP-Jemaat disampaikan kepada Majelis Jemaat menurut ketentuan waktu yang berlaku. BAB IX P E N U T U P Pasal 30 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka segala ketentuan yang pernah ada mengenai penyelenggaraan Pengawasan Keuangan dan Harta Milik BNKP yang bertentangan dengan peraturan ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 31 Hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan ini akan diatur lebih lanjut dalam suatu Keputusan BPHMS, BPMR dan BPMJ. Pasal 32 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Gunungsitoli Pada Tanggal 11 Juni 2009 BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Pdt. Otoriteit Dachi, S.Th, M.Si Ketua Pdt. At. Lase, M.Th Sekretaris 6