MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tingkat Adopsi Inovasi Peternak dalam Beternak Ayam Broiler di Kecamatan Bajubang Kabupaten Batang Hari

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Penggemukan Sapi (Kasus di Kelurahan Ekajaya, Kecamatan Jambi Selatan Kotamadya Jambi)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI TINGKAT ADOPSI PENGKAJIAN SISTEM USAHATANI LAHAN KERING DATARAN RENDAH DI LEMBAH PALU SULAWESI TENGAH

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Terdiri dari 18 Kecamatan, 191 Desa, dan 14 Kelurahan. Letak

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

APLIKASI COMPLETE FEED FERMENTASI LIMBAH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN KOTA BARU KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KAKAO DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Kata kunci: Tanaman kakao, Produktifitas dan fungsi produksi

SKRIPSI. Oleh : VIVI MISRIANI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Lingkup Kegiatan Adapun ruang lingkup dari kegiatan ini yaitu :

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

BAB III METODE PENELITIAN. (digembalakan) menjadi pola pemeliharaan insentif (dikandangkan), serta mulai

I. PEDAHULUAN. sekitar 2-5 ekor ternak per rumah tangga peternak (RTP). Skala yang kecil

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penentuan Responden Data yang dikumpulkan meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KERBAU YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL BERDASARKAN PELUANG DAN TANTANGAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG, KACANG HIJAU DAN SAPI DALAM MODEL KELEMBAGAAN PETANI, PERMODALAN DAN PEMASARAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

Hubungan antara Karakteristik Petani dan Dinamika Kelompok Tani dengan Keberhasilan Program PUAP

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

RESPON MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN USAHA PETERNAKAN SAPI DI SULAWESI TENGAH ABSTRACT

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

Artikel ini sudah dipublikasikan di Jurnal Idea Vol 5 No 20, Maret 2011 Hal 85-95

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

PROFIL DAN ANALISA USAHA TERNAK KERBAU DI DESA DANGDANG KECAMATAN CISAUK KABUPATEN TANGERANG

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

Transkripsi:

Volume 11, Nomor 2, Hal. 01-07 ISSN 0852-8349 Juli - Desember 2009 MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi) Nahri Idris, Afriani H dan Fatati Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 Abstrak Penelitian dilakukan dengan metode survei terhadap 60 peternak sapi rakyat yang terpilih sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat peternak sapi di Kecamatan Sungai Bahar tergolong sedang dengan persentase angka minat sebesar 81,72 %. Hasil analisis regresi linear berganda diperoleh nilai koefesien determinasi (R 2 ) sebesar 3,33. Fakta ini mengindikasikan bahwa minat peternak sapi dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel yang diamati (umur, pendidikan, pengalaman, jumlah ternak sapi, luas kebun, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga) sebesar 33,33 %, sedangkan sisanya 66,67 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam variabel pengamatan. Dari uji F, diperoleh F hitung sebesar 3,703 dengan tingkat signifikansi 0,003, lebih kecil dari 0,01 (berbeda sangat nyata), berarti model regresi bisa dipakai untuk memprediksi tingkat minat peternak sapi. Terdapat pengaruh yang nyata (P<0,01) antara tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak dan jumlah anggota keluarga dengan minat peternak. Sedangkan variabel lain pengaruhnya tidak signifikan (P>0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minat peternak untuk mengembangkan ternak sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar tergolong tinggi. Minat peternak secara bersama-sama dipengaruhi oleh umur, pendidikan, pengalaman beternak, jumlah ternak sapi, luas kebun, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga. Sedangkan secara individual/parsial, faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah tingkat pendidikan, pengalaman beternak dan jumlah anggota keluarga. Kata kunci : minat, sapi, kelapa sawit. PENDAHULUAN Peternakan rakyat umumnya bercorak tradisional, yakni sistem pemeliharaan yang seadanya, skala kecil, merupakan usaha sambilan, dan menggunakan teknologi yang masih sangat sederhana. Masalah yang timbul dari kenyataan tersebut adalah produktivitas ternak sapi yang rendah, mutu hasil ternak yang kurang terjamin, serta peka terhadap berbagai perubahan.. Menurut Suryana et al (2007), Agribisnis peternakan di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar. Namun perkembangannya dalam beberapa tahun terakhir cenderung fluktuatif, hal ini diantaranya disebabkan karena lahan untuk padang pengembalaan dan ketersediaan bijibijian yang terbatas, tapi masih banyak sumberdaya pakan yang belum dimanfaatkan secara optimal, terutama yang berasal dari biomassa dalam usaha tani, padang rumput alam, perkebunan dan agroindustri. Salah satu sumberdaya alam untuk pengembangan peternakan yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah integrasi antara tanaman dan ternak, khususnya pemeliharaan ternak di sela tanaman perkebunan. Untuk saat sekarang, Integrasi yang paling mungkin dilaksanakan adalah antara ternak sapi dan perkebunan kelapa sawit. Faktor sumberdaya manusia yang sangat menentukan bagi seseorang untuk mengambil keputusan melaksanakan sesuatu adalah minat, dalam hal ini tentunya adalah minat petani sawit untuk memelihara ternak sapi. 1

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu daerah yang sangat potensial untuk pengembangan ternak sapi pedaging. Kenyataan yang ada ternak sapi masih kurang berkembang di daerah tersebut. Sebagai daerah perkebunan kelapa sawit yang utama di Propinsi Jambi, upaya pengembangan peternakan sapi sudah sering dilakukan, misalnya dengan bantuan bibit, introduksi integrasi ternak dan kebun kelapa sawit, bantuan teknis dan penerapan paket teknologi peternakan, serta upaya pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit untuk pakan ternak. Namun upaya-upaya tersebut kurang menunjukkan hasil yang memuaskan. Karena itu faktor yang penting untuk dikaji adalah faktor sumberdaya manusia, terutama minat peternak yang sekaligus juga adalah petani kelapa sawit untuk memelihara ternak sapi. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi Propinsi Jambi. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2009. Data yang Dihimpun Materi penelitian adalah peternak sapi sebagai responden, dan ternak sapi yang dipelihara oleh peternak di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan pendekatan partisipatif atau PRA (Participatory rurral appraisal), dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, serta pengamatan terlibat. Data mengenai minat meliputi : dorongan, keinginan, kecenderungan, ambisi, kemauan dan harapan. Data faktor-faktor yang diduga mempengaruhi minat dan motivasi meliputi umur peternak, tingkat pendidikan formal peternak, pengalaman beternak, jumlah ternak, pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini,. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan unit analisis adalah peternak di kawasan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar yang terpilih sebagai responden. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat. Wilayah penelitian dibagi menjadi tiga starata (padat, sedang, jarang). Dari tiap strata diambil satu desa secara simple random sampling. Pemilihan responden, dilakukan dengan metode simple random sampling berdasarkan kerangka sampel yang dibuat sebelumnya. Variabel yang diamati adalah variabel terikat (Y) dan varibel bebas (X). Sebagai variabel terikat adalah tingkat minat petani. Variabel bebas meliputi faktor-faktor yang diduga mempengaruhi minat petani. Analisis Data Data yang terkumpul diolah dengan penjumlahan, rataan dan persentase. Secara umum analisis data dilakukan secara deskriptif. Untuk mengetahui tingkat minat peternak sapi digunakan sistem skor berjenjang tiga,. Untuk memudahkan dalam analisa, skor yang diperoleh ditransformasikan dalam bentuk persentase. Untuk mengetahui hubungan antar variabel yakni antara tingkat minat peternak sapi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, digunakan analisis persamaan regresi berganda. HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Luas wilayah Kecamatan Sungai Bahar ± 414,41 Km2 yang terdiri dari 24 desa. Kecamatan Sungai Bahar merupakan wilayah Perkebunan Inti Rakyat (PIR) perkebunan kelapa sawit. Sebagian besar lahan di Kecamatan Sungai Bahar adalah berupa 2

Nahri Idris, dkk. : Minat Peternak untuk Mengembangkan Ternak Sapi perkebunan kelapa sawit. Masyarakat umumnya merupakan plasma dari perusahaan. Disamping itu terdapat juga lahan persawahan dan tegalan. Sebenarnya ini merupakan potensi untuk menunjang usaha peternakan, karena ternak bisa dipelihara di sela-sela perkebunan, serta limbah pertanian bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi. Peranan sektor pertanian di Kecamatan Sungai Bahar sangat dominan. Tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian merupakan peluang yang cukup baik untuk usaha ternak, karena memelihara ternak dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga petani disamping usaha pokoknya. Keadaan Umum Responden Hampir semua responden berada pada usia produktif, dan dengan umur demikian akan menjamin tersedianya tenaga kerja yang memiliki kemampuan fisik yang memadai untuk bekerja dan berusaha ternak sapi. Keadaan ini merupakan suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam penggembangan usaha peternakan sapi. Menurut Suharjo dan Patong (1973) tenaga kerja yang produktif dalam berusaha memiliki umur antara 15 hingga 55 tahun. Hal yang perlu dicermati adalah bahwa jumlah terbesar peternak adalah mereka yang berada pada usia 50-59 tahun (43,33 %) dan 40-49 tahun (41,67 %). Pendidikan formal peternak di wilayah studi berkategori sedang, artinya penduduk yang sudah menamatkan wajib belajar 9 tahun (SLTP) cukup banyak yakni 58,33 %. Hanya 5 % peternak yang tidak tamat SD, hal ini seimbang dengan yang berpendidikan sarjana yang juga 5 %. Hal ini merupakan modal dasar dalam pengembangan peternakan di wilayah tersebut. Pengalaman merupakan tambahan pengetahuan yang didapat pada saat selama memelihara ternak sapi. Hampir separoh jumlah peternak (45,00 %) berpengalaman antara 5-9 tahun. Sedangkan sisanya dalam jumlah yang hampir seimbang adalah peternak yang berpengalaman dibawah 5 tahun atau diatas 9 tahun. Skala usaha ternak sapi merupakan banyaknya jumlah ternak sapi yang dipelihara oleh petani peternak. Skala usaha ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan peternak.. Jumlah pemilikan ternak sapi responden yang dominan berkisar antara 3 4 ekor per peternak, kemudian 1 2 ekor dan 5-6 ekor. Jarang sekali dijumpai peternak yang memilik ternak lebih dari 6 ekor. Petani peternak di wilayah studi memiliki mata pencaharian sebahagian besar adalah petani kelapa sawit (95 %) yang merupakan mitra dari Perusahaan Perkebunan Negara dan perusahaan swasta. Rata-rata petani memiliki luas kebun kelapa sawit 2 Ha (70 %). Ini sesuai dengan lahan yang diberikan pada saat pertama kali mereka bermukim di wilayah tersebut. Tingkat pendapatan terbesar responden adalah antara Rp.2.000.000,- - Rp.2.999.999,- (36,67 %), kemudian < Rp.2.000.000,- (28,33 %) dan Rp.3.000.000,- - Rp.3.999.999,- (20,00 %). Untuk ukuran lokasi perkebunan kelapa sawit, angka tersebut termasuk rendah. Data yang diperoleh dari wilayah penelitian bahwa sebagian besar jumlah anggota keluarga petani peternak berkisar 4 orang (65,00 %). Jumlah anggota keluarga mempunyai dua sisi, yakni di satu sisi jumlah anggota keluarga mencerminkan beban tanggungan kepala keluarga untuk mencari nafkah. Sedangkan di sisi lain potensi tenaga kerja keluarga sangat berpengaruh dalam usaha pemeliharaan ternak sapi, karena usaha pemeliharaan ternak biasanya memanfaatkan tenaga kerja keluarga. Keadaan Umum Pemeliharaan Ternak Sapi Bangsa sapi yang dipelihara oleh peternak di Kecamatan Sungai Bahar umumnya adalah sapi Bali. Disamping itu, ada juga peternak yang memelihara sapi Pernakan Ongole (PO). Pemeliharaan ternak sapi dilakukan dengan sistem semi intensif, yakni pada siang hari ternak dilepas di pekarangan/kebun atau digembalakan pada lahan kosong, dan pada sore serta malam hari ternak dikandangkan. Namun demikian ada beberapa peternak yang 3

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora mengandangkan ternaknya secara terus menerus. Sumber hijauan untuk ternak sapi umumnya berasal dari hijauan yang tumbuh secara alami di areal pertanian/perkebunan, dan di sekitar rumah. Sehingga pakan yang diberikan umumnya adalah jenis rumput lapangan/alam. Sungguhpun demikian ada juga peternak yang sudah menanam rumput gajah dan rumput raja untuk pakan ternaknya. Disamping rumput, peternak juga memberikan limbah pertanian seperti daun ubi kayu dan daun kacang-kacangan. Selain hijauan, sebagian peternak juga memberikan konsentrat seperti dedak. Semua peternak telah menyediakan kandang untuk ternaknya, meskipun tidak semua kandang yang ada memenuhi syarat kandang yang baik, terutama dalam hal letak, arah, bentuk, kondisi dan kebersihan kandang.. Minat Peternak Sapi Secara keseluruhan minat peternak sapi di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi untuk mengembangkan ternak sapi, dalam kerangka integrasi antara ternak sapi dengan perkebunan kelapa sawit, dengan pola langsung atau tidak langsung tergolong tinggi dengan angka minat sebesar 81,72 %. Meskipun demikian, minat tersebut masih harus diimplementasikan dengan cara-cara yang benar, karena tidak akan ada artinya minat yang tinggi, apabila tidak disertai dengan usaha yang maksimal Tabel 1. Angka Minat Peternak untuk Mengembangkan Ternak Sapi di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Sungai Bahar. Skor Skor Tingkat Kategori No Jenis Kegiatan Sebenar Maksi Motivasi Motivasi nya mal (%) Dorongan 1. Dorongan untuk memelihara Ternak Sapi 160 180 88,89 Tinggi Keinginan 2. Besarnya keinginan untuk memelihara ternak sapi disamping kelapa sawit 163 180 90,56 Tinggi 3. Cara awal memelihara ternak sapi 135 180 75,00 Sedang Kecenderungan 4. Pengetahuan cara dan peluang beternak sapi 160 180 88,89 Tinggi 5. Pengetahuan cara dan peluang beternak sapi di perkebunan kelapa sawit 146 180 81,11 Tinggi Kecenderungan 6. Usaha mencari informasi beternak sapi 144 180 80,00 Tinggi 7. Usaha mencari informasi integrasi ternak sapi dengan kelapa sawit 136 180 75,56 Sedang Kecenderungan 8. Tanggapan jika pihak lain mengadakan gaduhan 152 180 84,44 Tinggi 9. Tanggapan jika ada pihak melakukan penelitian/penerapan pemanfaatan limbah sawit untuk ternak sapi 123 180 68,33 Sedang Harapan 10. Harapan untuk pemeliharaan ternak sapi yang lebih besar 140 180 77,78 Sedang Jumlah 1471 1800 Rata-rata 81,72 Tinggi 4

Nahri Idris, dkk. : Minat Peternak Untuk Mengembangkan Ternak Sapi Bila dilihat secara rinci per komponen pengukuran minat, ternyata dari 10 komponen penilaian untuk mengukur minat peternak, sebanyak 6 komponen (60 %) menunjukkan tingkat minat yang tinggi, sedangkan 4 komponen (40,00 %) menunjukkan tingkat minat yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak hal yang harus dibenahi sehingga minat tersebut bisa diimplementasikan. Berdasarkan komponen penilaian minat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran minat yang tergolong paling tinggi adalah keinginan untuk memelihara ternak sapi disamping usaha pokok perkebunan kelapa sawit (90,56 %). Hasil ini menunjukkan bahwa sebenarnya minat peternak untuk memelihara ternak sapi disamping usaha perkebunan kelapa sawit cukup besar. Hal ini mungkin dikarenakan pendapatan dari perkebunan kelapa sawit yang mulai menurun sehingga perlu penghasilan tambahan, harga pupuk yang relatif tinggi dan langka, sehingga ternak bisa dijadikan sebagai sumber pupuk kandang, harga TBS yang fluktuatif yang membuat peternak harus memiliki simpanan produktif dalam bentuk usaha ternak sapi, disamping pemanfaatan waktu luang peternak untuk kegiatan ekonomi produktif. Komponen yang juga tergolong tinggi adalah dorongan peternak dalam memelihara ternak sapi, yakni berasal dari diri peternak sendiri (88,89 %). Keinginan untuk memelihara ternak sapi disamping perkebunan kelapa sawit, serta dorongan minat yang berasal dari diri peternak sendiri, terkait erat dan bisa dijelaskan dari dua variabel lain yang juga tergolong tinggi yakni pengetahuan tentang peluang beternak sapi yang cukup bagus (88,89 %) dan pengetahuan tentang peluang berusaha ternak sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit yang juga tergolong tinggi (81,11 %). Angka komponen minat yang lain yang tergolong tinggi adalah pada tawaran modal dari pihak lain (84,44 %), yang menunjukkan bahwa sebagian besar peternak bersedia menerima bantuan modal dari pihak lain asalkan saling menguntungkan. Hal ini membuka peluang bagi pihak lain untuk bermitra dengan peternak di perkebunan kelapa sawit yang jumlahnya cukup besar, untuk mengusahakan ternak sapi. Hal lain adalah minat untuk mencari informasi tentang ternak sapi yang tergolong tinggi (80,00 %). Ini merupakan modal agar peternak bisa memperbaiki diri. Namun perlu dicermati 4 komponen pengukuran minat yang tergolong sedang, yang masih menunjukkan bahwa angka kumulatif minat yang tinggi tersebut tidak dibarengi dengan kegigihan berusaha sendiri. Hal ini tercermin dari angka cara awal memelihara sapi, yang umumnya tidak berasal dari modal sendiri, melainkan gaduhan dari pihak lain (75,00) menunjukkan bahwa masih banyak peternak yang enggan untuk belajar mandiri ataupun mencari informasi baru berkenaan dengan usaha ternak sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit. Mungkin hal inilah salah satu penyebab lambannya perkembangan usaha ternak sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit. Fakta di atas diperkuat dengan fakta lain dari komponen berikutnya yakni rendahnya kesediaan peternak untuk bekerjasama dengan peneliti untuk melakukan penelitian pola integrasi ternak sapi dan kelapa sawit (68,33 %). Seharusnya dengan informasi yang terbuka luas dan lancar seperti dewasa ini, mestinya peternak lebih kooperatif atau akrab dengan adopsi inovasi penerapan teknologi. Fakta tersebut memperkuat asumsi keraguraguan peternak dengan pola integrasi. Hal ini sebenarnya bisa dimaklumi karena peternak kita umumnya adalah peternak yang relatif enggan mengambil resiko terhadap usaha peternakannya. Akibatnya adalah pada komponen terakhir, yakni harapan dan cara peternak memandang usaha ternak sapinya di masa depan. Ternyata harapan peternak tersebut hanya tergolong sedang (77,78 %). Artinya peternak tidak terlalu berharap bahwa usaha ternak sapinya akan berkembang pesat di masa datang. Hal ini menunjukkan ciri-ciri khas petani yang tinggi kepasrahannya terhadap alam dan kejadian yang akan datang. 4

Nahri Idris, dkk. : Minat Peternak untuk Mengembangkan Ternak Sapi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Peternak Sapi Hasil analisis regresi linear berganda diperoleh nilai koefesien determinasi (R 2 ) sebesar 0,333. Fakta ini menunjukkan hasil koefesien determinasi yang tidak cukup tinggi, karena mengindikasikan bahwa tingkat minat peternak sapi di perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh variabel yang diamati (umur, tingkat pendidikan, pengalaman, jumlah ternak sapi, luas lahan kebun kelapa sawit, pendapatan dan jumlah anggota keluarga) sebesar 33,33 %, sedangkan sisanya yakni 66,67 % disebabkan oleh faktor lain yang tidak terdapat dalam variabel pengamatan. Ini mengindikasikan bahwa masih banyak faktor-faktor lain yang lebih mempengaruhi minat peternak dibanding faktor internal dari dalam diri peternak. Faktor-faktor tersebut diduga berasal dari dalam diri peternak sendiri (faktor internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor internal seperti motivasi dan kosmopolitan, sedangkan faktor eksternal seperti perangsang berusaha, keluarga, penyuluh, maupun lingkungan. Meskipun demikian, dari hasil uji F, diperoleh F hitung sebesar 3,703 dengan tingkat signifikansi 0,003 yang berarti lebih kecil dari 0,01 (berbeda sangat nyata). Maka dengan demikian berarti bahwa model regresi bisa dipakai pada taraf kepercayaan 99 % untuk memprediksi tingkat minat peternak untuk mengembangkan ternak sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar. Secara parsial, hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat peternak untuk mengembangkan ternak sapi di perkebunan kepala sawit tercantum pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 bisa dilihat bahwa terdapat pengaruh yang nyata (P<0,01) antara variabel tingkat pendidikan terhadap minat peternak untuk mengembangkan ternak sapi. Disamping itu terdapat pengaruh nyata (P<0,05) antara variabel pengalaman beternak dan jumlah angota keluarga dengan tingkat minat peternak. Sedangkan empat variabel yang lain yakni umur peternak, jumlah ternak sapi, luas kebun kelapa sawit dan pendapatan keluarga pengaruhnya tidak signifikan (P>0,05). Umur berpengaruh tidak nyata terhadap minat peternak (P>0,05). Ini diduga karena semua peternak sama-sama berada dalam usia produktif, sehingga sama-sama berminat. Variabel pendidikan memiliki hubungan yang nyata (P<0,05), dengan korelasi positif. Hasil ini sama dengan yang dinyatakan oleh Madrie (1986) yang meneliti faktor penentu partisipasi masyarakat dalam penyuluhan pembangunan pedesaan, bahwa tingkat partisipasi masyarakat mempunyai hubungan yang nyata dengan tingkat pendidikan. Pengalaman beternak berpengaruh nyata terhadap minat peternak dalam pemeliharaan ternak sapi (P<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman peternak dalam beternak sapi, maka semakin tinggi minatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Atmadilaga (1995) bahwa semakin lama beternak maka peternak akan semakin berpengalaman dan mereka dapat belajar dari pengalaman yang pernah dialaminya untuk memajukan usaha selanjutnya. Variabel skala usaha menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) antara jumlah ternak dengan minat peternak. Hal ini diduga karena peternak yang memiliki jumlah ternak yang banyak atau sedikit sama-sama memiliki minat untuk beternak sapi. Luas kebun kelapa sawit menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0,05) antara luas kebun dengan minat peternak. Hal ini diduga karena peternak yang memiliki luas kebun yang banyak atau sedikit sama-sama memiliki minat untuk beternak sapi.pendapatan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) dengan tingkat motivasi Tabel 2. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Peternak untuk Mengembangkan Ternak Sapi di Kecamatan Sungai Bahar. No Variabel Koefesien Regresi t hitung Signifikansi 1 Umur Peternak (X1) 0,159 0, 791 0,433 2. Tingkat Pendidikan (X2) 2,514 2,041 0,046* 5

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora 3. Pengalaman Beternak (X3) 0,421 2,071 0,043* 4. Jumlah Ternak Sapi (X4) 0,042 0,102 0,919 5. Luas Kebun Kelapa Sawit (X5) 0, 319-0, 252 0,802 6. Pendapatan (X6) 0,172 0,506 0,615 7. Jumlah Angg. Keluarga (X7) 0,276-2,217 0,031* Keterangan : * = Berpengaruh Nyata ( P < 0,05 ) peternak. Hal ini dikarenakan yang dikur adalah pendapatan keseluruhan, sehingga tidak jauh berbeda, dan kisaran renge-nya huga sempit, sehingga bisa dinyatakan pendapatan peternak secara umum relatif sama. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata terhadap tingkat motivasi peternak (P<0,05). Arah korelasi yang negatif menunjukkan bahwa semakin sedikit jumlah anggota kelurga, semakin tinggi minat untuk memelihara ternak sapi. Hal ini diduga karena semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga semakin banyak waktu yang tersedia untuk mengelola ternak sapi sehingga angka minatnya juga tinggi.. Besarnya sisa waktu yang dimiliki akan lebih mendorong minat peternak untuk mengembangkan ternak sapinya. 4. mempengaruhi motivasi peternak adalah tingkat pendidikan, pengalaman dan Jumlah anggota keluarga. Sedangkan variabel yang lain berpengaruh tidak nyata. Saran Mengingat minat yang tinggi, ternyata belum didukung penuh dengan usaha peternak untuk mencapainya, maka perlu terus dilakukan upaya pembinaan dorongan minat serta pemberian motivasi kepada peternak untuk berusaha ternak sapi di kawasan perkebunan kelapa sawit, diantaranya melalui penyuluhan dan pelatihan, serta menyediakan fasilitas yang terkait dalam upaya penambahan bibit ternak dan perbaikan cara pemeliharaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Minat peternak untuk mengembangkan ternak sapi di perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar tergolong tinggi dengan angka minat rata-rata 81,72 %. 2. Minat yang tinggi dari peternak tersebut ternyata, belum selaras dengan usaha yang memadai. Karena masih ada komponen minat yang tergolong sedang. 3. Minat peternak sapi secara bersama-sama dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah ternak yang dipelihara, pendapatan, Secara individual/ parsial, faktor yang DAFTAR PUSTAKA Atmadilaga. 1985. Modernisasi Peternakan Ditinjau dari Segi Potensi dan Masalah Gizi. Kadin Jawa Barat, Bandung. Didiet (2008). Budidaya Sapi Potong dengan Pola Integrasi. http:www.peternakandidiet.blogspot.com. Diakses tanggal 28 Oktober 2008. Soeharjo dan Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usaha Tani. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, IPB, Bogor. Suryana, A. Et.al. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi (Edisi 2). Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian, Jakarta. 2

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora 8