Panduan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi untuk Jasa Lingkungan Alami (HCV4)

dokumen-dokumen yang mirip
6. PERSIAPAN KERJA. 6.1 Penyiapan / Penentuan Tim Penilai

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MG XV METODE DAN TOOLS DALAM PENGELOLAAN LANSKAP

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PENANGANAN KAWASAN BENCANA LONGSOR DAS WAI RUHU. Steanly R.R. Pattiselanno, M.Ruslin Anwar, A.Wahid Hasyim

BAB I PENDAHULUAN I-1

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.1.

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

19 Oktober Ema Umilia

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

PENGELOLAAN DAS TERPADU

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

BAB III METODE PEMETAAN EKOREGION PROVINSI

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

Resiko Banjir Kabupaten Gresik Berdasarkan Citra Satelit (Wiweka)

BAB I PENDAHULUAN...1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

Oleh: Ir. Alwis, MM Nden Rissa H, S.Si. M.Si

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

(Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama)

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

(CoLUPSIA) Usulan revisi peta RTRW / Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram. Yves Laumonier, Danan P.

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

Disampaikan Pada Acara :

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

Analisis Program Rehabilitasi DTA Saguling

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

Transkripsi:

Panduan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi untuk Jasa Lingkungan Alami (HCV4) Oleh : Idung Ridiyanto Institut Pertanian Bogor Bogor, 12 November 2012 Halaman 1 dari 9

Panduan Identifikasi Nilai Konservasi Tinggi untuk Jasa Lingkungan Alami (HCV4) Oleh : Idung Ridiyanto 1. Sebelum ke Lapangan 1.1. Tujuan Tujuan persiapan sebelum kelapangan adalah untuk memahami lokasi yang akan dikaji dalam konteks layanan lingkungan dan konservasi lahan dan air, merancang metode yang tepat dan menyiapkan perlangkapan yang akan digunakan 1.2. Desk study Tujuan - Mengetahui kondisi dan informasi awal mengenai lokasi penilaian HCV sehingga dapat disusun metodologi dan desain survey yang sesuai dengan kondisi lapangan - Menentukan area-area prioritas yang diduga sebagai HCV area - Tahapan Pengumpulan data sekunder. Jenis dan sumber peta yang mendukung penilaian HCV 4 Jasa Lingkungan adalah sebagai berikut: No Jenis Peta Sumber 1 Topografi/Rupa-Bumi Bakosurtanal Cibinong, Bogor 2 Tanah Puslitan, bogor 3 Kawasan hutan dan perairan Baplan, dephut 4 Tata ruang Propinsi dan kabupaten setempat 5 DEM Aster DEM 30m atau SRTM90 meter 6 Citra Satelit Landsat/Alos/Ikonos/Quickbird/Google 7 Landsystem (Reppport) Bakosurtanal 8 Peta sebaran Gambut (wetland 2004) Wetland 9 Data iklim setempat BMKG 10 Daerah Aliran Sungai (DAS) BP DAS Eye/Digital globe/spot etc. - Deliniasi Kawasan Lindung di dalam dan disekitar wilayah kajian berdasarkan TGHK, RTRWP dan RTRWK. - Analisis hidrologi permukaan (slope, arah aliran permukaan, akumulasi aliran, batas DAS, jaringan aliran). - Interpretasi daerah tangkapan air (hulu), mata air (springs), daerah rembesan (seepage). - Interpretasi dan membuat peta penutupan lahan dari citra satelit (termasuk badan air terbuka: danau, rawa, embung dsb.). Halaman 2 dari 9

- Interpretasi sistem lahan, fisiografis dan ekosistem berdasarkan peta Land System. - Interpretasi area gambut berdasarkan peta Land System, Citra Satelit dan Peta Gambut. - Interpretasi daerah rawan erosi. Hasil - Peta Kawasan Hutan - Peta Sifat Hidrologi Permukaan - Peta penutupan lahan (optional: jika diperlukan series/kronologi tutupan lahan) - Peta area Gambut - Peta potensi HCV 4 - Peta kerja dan rencana survey lapangan - Peta akses (catatan: semua peta disajikan dalam file untuk presentasi, misal: *.ppt) 1.2. Persiapan teknis (peralatan yang harus dibawa) 1. Peralatan navigasi 2. Kamera 3. Meteran 4. PH-meter 5. Clinometer 6. Bor gambut (jika dari hasil desk study ada indikasi gambut) 7. Catatan saku 2. Ketika di Lapangan 2.1. Tujuan Tujuan kegiatan dilapangan adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang akurat mengenai keberadaan HCV4 beserta ancamannya (potensial maupun aktual). 2.2. Opening meeting 1) Menyampaikan hasil-hasil desk study pada opening meeting untuk mendapatkan masukan dari partisipan (pihak perusahaan, orang lapangan). 2) Berdasarkan masukan tersebut (point 1), melakukan pemetaan partisipatif berdasarkan pengetahuan orang lapangan/lokal 3) Menyepakati peta kerja. 4) Menentukan batas wilayah kajian (catatan: batas wilayah kajian tidak selalu harus ijin lokasi/hgu/area Unit Pengelolaan (UP), melainkan wilayahwilayah di sekitarnya yang terkait langsung dengan sistem hidrologis yang terdapat di dalam ijin lokasi). 5) Membuat dan menyepakati jadwal survey. 6) Memastikan kesiapan transportasi dan akomodasi (logistic). Halaman 3 dari 9

2.2.1. Survey Lapangan 1) groundcheck hasil pemetaan desk study yang telah dikompilasi/ dikoreksi dengan pemetaan partispatif. 2) Pada saat di lapangan, jika ada temuan objek, berikut ini adalah tindakantindakan yang harus dilakukan: No Temuan Obyek Tindakan (apa yang harus dilakukan) 1 Kawasan perbukitan 2 Kawasan hilir / dekat pantai - Memperkirakan batas area perbukitan - Melakukan penilaian kondisi fisiografisnya (topografi, kelerengan, bentuk permukaan) - Menilai kondisi tutupan lahan dan jenis tanah (mengidentifikasi jenis-jenis flora/vegetasi) - Melakukan identifikasi area sumber-sumber air (seepage belt, spring belt) - Identifikasi area rawan erosi dan longsor - Identifikasi igir/batas DAS - Mengestimasi zona pasang surut (zona A, B dan C) Zona A: daerah pasang surut yang dicirikan dengan masuknya air laut ke darat (vegetasi mangrove) Zona B: daerah pasang surut yang dicirikan dengan pencampuran air laut dan tawar (vegetasi payau) Zona C: kenaikan air tawar yang disebabkan oleh dorongan pasang dari laut (vegetasi riparian air tawar) - Melakukan penilaian kondisi fisiografisnya (datar, berombak atau bergelombang) - Mengidentifikasi jenis vegetasi di sekitar badan air untuk melihat dan menentukan batas pengaruh pasang surut) - Menentukan batas ekosistem (aquatik-ekoton-terestik) 3 Sungai - Mengidentifikasi morfologi sungai (lebar sungai, luas penampang, estimasi kedalaman, bentuk bantaran sungai) - Menentukan tipe sungai (berdasarkan genetik, sumber air dan debit) - Menilai dan mengukur kecepatan arus untuk menentukan debit sungai pada saat survey. - Mengestimasi fluktuasi debit (dilakukan dengan proxy indikator vegetasi dan sedimen). - Menilai kualitas air berdasarkan proxy indicator (misal serangga air, tanaman air, warna, bau) - Mengestimasi bantaran banjir, longsor, ekologi dan keamanan (dijadikan sebagai bahan untuk penentuan lebar sempadan sungai) - Mengambil contoh/sample substrat dan kedalaman Halaman 4 dari 9

4 Rawa/Danau/ Badan air terbuka lainya 5 Rawa dan Lahan Gambut 6 Sumber air yang terdiri dari: Mata Air (springs) dan Rembesan (seepage) 7 DTA penting lainnya sedimen untuk menentukan tingkat erosi Daerah Tangkapan Air (DTA) - Mengidentifikasi vegetasi di sempadan sungai - Menentukan batas ekosistem (aquatik-ekoton-terestik) - Mengidentifikasi tipe rawa dan sekitarnya (lowlandgenangan yang menampung air hujan, sungai dengan nilai SPI=0 atau nilai TWI = -kecepatan airan hanya ditentukan oleh gaya kinetik dari arus yang masuk ke dalam area rawa, daerah mata air/rembesan. - Melakukan estimasi terhadap luas, kedalaman dan fluktuasinya (bisa dilakukan dengan proxy indicator terhadap vegetasi disekitarnya) - Mengidentifikasi konektifitas dengan badan air terbuka lainnya (sungai, danau lainya etc.) - Mengidentifikasi vegetasi di rawa dan sekitarnya - Menentukan batas ekosistem (aquatik-ekoton-terestik) - Menguji / pengambilan sample (substrat tanah di dasar rawa) untuk menentukan daerah tersebut rawa gambut atau tawar. - Mengukur tinggi muka air gambut - Mengukur kedalaman gambut - Mengidentifikasi jenis gambut (fibrist, hemist, saprist) - Menilai kondisi fisiografis disekitar area gambut sehingga bisa digunakan untuk menentukan tipe/proses pembentukan gambut (topogen/ombrogen) - Mengidentifikasi konektifitas dengan badan air terbuka lainnya (sungai, danau lainya etc.) - Mengidentifikasi vegetasi di rawa/lahan gambut dan sekitarnya - Menentukan batas ekosistem (aquatik-ekoton-terestik) - Memastikan tipe sumber air (springs/seepage) - Melakukan pengukuran debit keluaran sumber air - Menilai kualitas air berdasarkan proxy indikator (misal serangga air, tanaman air, warna, bau) - Mengidentifikasi vegetasi utama di sekitar sumber air - Mengidentifikasi fisiografi di sekitar sumber air - Misalnya: Karst dan/atau ekositem unik lain yang berfungsi sebagai DTA penting - Lakukan tindakan-tindakan yang perlu sesuai dengan kondisi temuan/obyek seperti yang dijelaskan pada point 1-6. Pada setiap obyek dalam Tabel tersebut di atas, pertanyaan umum yang harus terjawab adalah: Halaman 5 dari 9

- Fungsi dari setiap obyek temuan (kebutuhan air untuk masyarakat dan budidaya perairan dan pertanian, pengendali banjir, erosi, sekat bakar-lebih lengkap lihat definisi HCV 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4) - Toponimi - Titik koordinat - Foto temuan 3) Membuat kronologi dan jurnal harian (menjelaskan hasil temuan) 4) Input data lapangan harian dalam database, logbook, (koordinat, deskripsi, foto) 5) Menyiapkan dan membuat interim report 3. Panduan Penulisan Laporan (sesudah dari lapangan) Penulisan laporan untuk HCV 4 dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) konteks lingkungan fisik dan (2) keberadaan HCV 4. Sebagai panduan untuk menulis maka harus memperhatikan setiap temuan obyek di lapangan seperti penjelasan 2.2, lebih baik jika di dalam setiap bagian tulisan (1 dan 2) dilengkapi dengan bukti dan temuan di lapangan. 3.1. Konteks lingkungan fisik 1. Iklim wilayah Membahas iklim secara regional/lokal dan hubungannya dengan keberadaan HCV 4 terutama curah hujan. Pembahasan ini akan menjadi referensi untuk memperkuat keberadaan HCV 4 yang terkait dengan konteks fisiografi, topografi, jenis tanah dan hidrologi wilayah. Pertanyaan yang harus terjawab dalam konteks Iklim wilayah: Apa tipe iklim daerah kajian? Bagaimana sifat tipe iklim daerah kajian? Apakah curah hujan daerah kajian tinggi? Jika curah hujan tinggi, kenapa curah hujan di daerah ini tinggi? Bulan-bulan apa saja yang hari hujannya tinggi? Bagaimana hubungan curah hujan dengan erosi di daerah ini? Bagaimana hubungan curah hujan dengan sedimentasi di daerah ini? Jelaskan hubungan curah hujan dengan tingkat runoff, slope dan erosi. 2. Fisiografi Membahas fisiografi wilayah dengan referensi peta landsystem (RePPProt, 1990), membandingkan dan membahas fisiografi yang ditemukan di lapangan dan kaitannya dengan keberadaan HCV 4. Perlu disebutkan namanama wilayah yang sedang dibahas, kondisi pada saat identifikasi dilakukan, elemen yang ditemukan dan argumen yang memperkuat justifikasi Halaman 6 dari 9

penetapan HCV. Pemaparan konteks ini akan dipakai dalam penetapan HCV yang berkaitan dengan topografi, jenis tanah, dan hidrologi permukaanya. Pertanyaan yang harus terjawab dalam konteks fisiografi: Bagaimana bentuk fisiografi daerah kajian menurut peta system lahan? Bagaimana bentuk fisiografi daerah kajian dari hasil temuan di lapangan? Bentuk fisiografi apa saja yang ditemukan di lapangan dan berapa % luasnya terhadap luas izin lokasi/hgu? Dimana saja bentuk fisiografi ini ditemukan? Sebutkan daerah/ esa/dusun/estate. Deskripsikan lokasinya, tampilkan beberapa foto lapangan. Bagaimana hubungan HCV 4 dengan bentuk fisiografis yang ditemukan dilapangan? Dan apa elemen yang terkait dengan bentuk fisiografis ini? 3. Topografi Perlu dijelaskan apakah areal kebun berada di daerah hulu sungai atau di hilir sungai. Dan membahas topogafi wilayah kajian dengan beberapa hasil pembahasan dari konteks fisiografi dan keterkaitannya dengan HCV 4. Pertanyaan yang harus terjawab dalam konteks topografi: Berapa kisaran ketinggian daerah kajian? Apakah daerah kajian berada di hulu sungai? Jika ya, sungai apa saja? seberapa pentingkah wilayah ini sebagai daerah di hulu sungai? Apakah daerah ini berada di dataran rendah? Jika ya, bagaimana dengan potensi banjir? Apakah daerah ini berada dataran rendah/tepi pantai? Jika ya, deskripsikan posisi daerah ini dan daerah pasang surut. Adakah area yang rawan banjir? Jika ada, sebutkan di mana saja. Desa/dusun/estate/blok Daerah mana saja yang memiliki slope tinggi (>30 o )? Apa hubungan slope tinggi dengan HCV 4? 4. Tanah Membahas kondisi fisik tanah yang dominan ditemukan di lapangan dan keterkaitannya dengan konservasi tanah dan air dan membandingkannya dengan data Landsystem. Dengan merujuk ke pembahasan fisiografis, topografis dan kondisi fisik tanah di wilayah yang sedang dibahas dapat dibuat justifikasi apakah ada tanah yang perlu dikonservasi atau aman untuk dibuka. Pertanyaan yang harus terjawab dalam konteks tanah: Apa saja asosiasi kelompok tanah yang terdapat di daerah ini berdasarkan peta system lahan? Bagaimana temuan lapangan? Halaman 7 dari 9

Sebutkan proporsi asosiasi kelompok tanah apa saja, di daerah mana ditemukan (desa/dusun/esteate/blok) Bagaimana sifat fisik jenis tanah yang terdapat di daerah kajian? Bagaimana kondisi fisik yang ditemukan dilapangan? Adakah jenis tanah yang rawan erosi? Jika ada di daereah mana? (desa/dusun/esteate/blok) Apa hubungan jenis tanah yang ditemukan dilapangan dengan HCV 4? 5. Tata air/hidrologi permukaan Membahas tentang DAS besar dan Sub-Das terkait wilayah yang sedang dikaji. Posisi areal kebun dalam suatu DAS dan peranannya dalam system hidrologi. Perlu disebutkan nama wilayah/desa/dusun/ sungai yang sedang dibahas. Kondisi fisik pada saat identifikasi dilakukan dan kaitanya dengan keberadaan HCV 4. Pertanyaan yang harus terjawab dalam konteks tata air/hidrologi permukaan. Berada di DAS apa wilayah kajian? Jika lebih dari satu, sebutkan pembagian DAS di wilayah kajian. Sub-Das dan Sungai apa saja yang ada di wilayah kajian? Bahas masing masing Sub-Das dan sungai yang terdapat di wilayah kajian. Termasuk kualitas fisik air, kondisi sempadan, bentuk aliran sungai dan pemanfaatan sungai oleh masyarakat. Apakah daerah ini memiliki fungsi khusus dalam system hidrologi? Seberapa luas daerah tangkapan air (DTA) yang yang rawan erosi jika terjadi pembukaan lahan? DTA untuk sungai apa? Bagaimana kondisi DTA pada saat identifikasi dilakukan? Keberadaan HCV 4 di wilayah kajian Dengan menggabungkan semua konteks dan keterkaitannya dengan keberadaan HCV (4.1, 4.2, 4.3, 4.4) maka di sub-bab ini dipertajam argumen untuk justifikasi apakah suatu wilayah tersebut merupakan HCV atau Bukan HCV. Jika ternyata adalah HCV, maka perlu dibuatkan deskripsi area HCV tersebut dan elemen yang terdapat didalamnya. Semua informasi area HCV ini akan ditampilkan dalam satu tabel dengan informasi sbb: Indeks Nama/deskripsi Elemen HCV Luas Keberdaan HCV 4 1. Keberadaan HCV 4.1 Pertanyaan yang harus terjawab dalam pembahasan keberadaan HCV 4.1 Bagaimana pemanfaatan air/sumber air di daerah kajian? Seberapa pentingkah suatu area/sumber air bagi masyarakat setempat atau masyarakat sekitar kebun. Halaman 8 dari 9

Adakah sumber air yang dimanfaatkan secara intensif oleh masyarakat kebun dan atau masyarakat sekitar kebun? Adakah sumber air alternatif bagi masyarakat kebun dan atau masyarakat sekitar kebun saat ini? Area mana saja yang memiliki elemen HCV 4.1? Area mana saja yang merupakan HCV 4.1? dan berikan argumen yang memperkuat justifikasi keberadaan HCV 4.1. Sebutkan tempat, berikan beberapa foto lapangan dan deskripsinya 2. Keberadaan HCV 4.2. Pertanyaan yang harus terjawab dalam pembahasan keberadaan HCV 4.2 Berdasarkan uraian di konteks lingkungan fisik, area mana saja yang memiliki potensi erosi tinggi? sebutkan tempat/desa/dusun/ bukit/gunung/estate/sub-das. Berikan penjelasan mengenai kondisi saat ini dan resiko pembukaan lahan di area yang memiliki potensi erosi tinggi. Sungai apa saja yang perlu di-buffer? Dimana lokasinya? Berapa meter buffer yang harus dibuat? dan kenapa perlu di-buffer? Bagaimana kondisi sempadan sungai saat identifikasi dilakukan? Berdasarkan uraian kondisi topografi, adakah daerah yang rawan banjir? Adakah daerah yang penting untuk pengendali banjir? Dimana saja daerah ini ditemukan? Berdasarkan uraian kondisi iklim, fisiografi, topografi, tanah dan hidrologi permukaannya daerah mana saja yang merupakan HCV 4.2? berikan argumen yang memperkuat justifikasi keberadaan HCV 4.2 dan berikan beberapa foto lapangan beserta deskripsinya. 3. Keberadaan HCV 4.3 Pertanyaan yang harus terjawab dalam pembahasan keberadaan HCV 4.3 Pernahkah terjadi kebakaran di wilayah kajian? Bagaimana cara pembukaan lahan oleh masyarakat? Adakah potensi kebakaran? Adakah area yang berfungsi baik menahan api untuk mencegah meluasnya kebakaran? Jika ada di mana itu? Bagaimana kondisinya pada saat identifikasi dilakukan Area mana saja yang termasuk HCV 4.3 dan berikan argumen yang memperkuat justifikasi keberadaan HCV 4.3 berikan beberapa photo lapangan beserta deskrispsinya. 4. Keberadaan HCV 4.4 Apakah ada pemanfaatan air untuk aktifitas pertanian di wilayah kajian? Jika ada dimana? Bagaimana bentuk pemanfaatan air untuk aktifitas pertanian di wilayah kajian? Halaman 9 dari 9

Seberapa penting sumber air untuk pertanian ini akan menentukan keberlanjutan pertanian diwilayah kajian? Area mana saja yang termasuk HCV 4.4 dan berikan argumen yang memperkuat justifikasi keberadaan HCV 4.4 berikan beberapa photo lapangan beserta deskrispsinya. Ancaman terhadap Keberadaan HCV 4 Melihat pembahasan di mengenai kondisi biofisik dan kondisi lapangan pada saat identifikasi dilakukan, kemungkinan apa saja yang dapat mengancam keberadaan HCV 4. Rekomendasi terhadap keberadaan HCV 4 Melihat kondisi HCV 4 pada saat identifikasi dan ancaman keberadaan HCV 4, maka dibuat rekomendasi yang sesuai dengan ancaman yang ada dan rekomendasi untuk enrichment (pengkayaa) area HCV 4. Halaman 10 dari 9